DISUSUN
O
L
E
H
Nama : Nurannisa Amril
NIM : 2105081047
Kelas : AK-3C
Dosen Pengampu: Dra. Dameria Naibaho, M.SI
Activity-based costing-ABC didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat
penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang
mencakup satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volume-related factor).
Dibandingkan dengan akuntansi biaya tradisional, ABC mencerminkan penerapanpenelusuran biaya
yang lebih menyeluruh. Perhitungan biaya produk tradisional menelusurihanya biaya bahan baku
langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap unit output.
Sebaliknya, ABC mengakui bahwa banyak biaya-biaya lain pada kenyataannya dapat ditelusuri —
tidak ke unit output, melainkan ke aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi output.
Sistem activity-based costing (ABC) adalah metode akuntansi yang dapat Anda gunakan untuk
mencari total biaya aktivitas yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Sistem ABC menetapkan
biaya untuk setiap aktivitas yang masuk ke produksi, seperti pekerja yang menguji suatu produk.
ABC adalah model penetapan biaya khusus yang mengidentifikasi aktivitas dalam organisasi dan
menetapkan biaya setiap aktivitas dengan sumber daya untuk semua produk dan layanan sesuai
dengan konsumsi aktual oleh setiap aktivitas.
• Tingkat Batch
Tingkat Batch. Tingkatan agregasi yang lebih tinggi berikutnya adalah batch. Biaya tingkat
batch (batch-level cost) adalah biaya yang disebabkan oleh jumlah batch yang diproduksi dan
dijual. Contoh dari biaya tingkat batch mencakup biaya persiapan dan sebagian besar dari
biaya penanganan bahan baku. Jika bahan baku dipesan dari pemasok untuk batch tertentu,
maka sebagian dari biaya pembelian, penerimaan, dan inspeksi barang masuk merupakan
biaya tingkat batch. Jika unit pertama dari setiap batch diinspeksi, maka biaya inspeksi dalam
proses ini juga merupakan biaya tingkat batch. Biaya tingkat batch yang signifikan juga
terdapat di luar fungsi produksi. Misalnya saja, jika suatu produk tidak disimpan sebagai
persediaan, melainkan suatu batch baru diproduksi jika ada pesanan pelanggan, maka biaya
tingkat batch mencakup sebagian biaya pemasaran danadministrasi.
• Tingkat Produk
Tingkat Produk. Tingkatan berikutnya di atas batch adalah produk. Biaya tingkat produk
(product-level cost) adalah biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah produk berbeda
yang dihasilkan. Biaya tersebut tidak harus dipengaruhi oleh produksi dan penjualan dari satu
batch atau satu unit lebih banyak. Beberapa contoh dari biaya tingkat produk adalah biaya
desain produk, biaya pengembangan produk, biaya pembuatan prototipe, dan biaya teknik
produksi.
Pemicu tingkat produk (product-level driver) adalah ukuran aktivitas yang bervariasi
dengan jenis produk yang diproduksi dan dijual. Contoh-contoh dari pemicu tingkat produk
adalah perubahan desain, jam desain, dan jumlah komponen berbeda yang diperlukan disebut
“jumlah dari nomor/kode komponen”
• Tingkat Pabrik
Biaya tingkat pabrik (plant-level cost) adalah biaya untuk memelihara kapasitas
di lokasi produksi. Contoh dari biaya tingkat pabrik mencakup sewa, penyusutan, pajak
properti,dan asuransi untuk bangunan pabrik.
Dalam kebanyakan kasus, pembebanan tingkat pabrik ke produk, batch, atau unit merupakan
alokasi yang arbitrer. Bahkan dalam sistem ABC, biaya tingkat pabrik sering kali
dialokasikan ke output menggunakan dasar alokasi tingkat unit, meskipun fakta menunjukan
bahwa biaya tingkat pabrik sangat berbeda dari biaya tingkat unit. Contoh dari ukuran tingkat
unit yang digunakan untuk mengalokasikan biaya tingkat pabrik ke produk dalam ABC
adalah total biaya konversi (juga disebut dengan nilai tambah), jumlah unit, dan total biaya
langsung.
B. PERBEDAAN METODE TRADITIONAL COSTING DENGAN ACTIVITY BASED
COSTING
Terdapat perbedaan mendasar antara traditional costing method dengan activity based costing
menurut Carter Usry 2006:499 antara lain:
1. Activity based costing ABC menggunakan cost driver lebih banyak dibandingkan traditional
costing method yang hanya menggunakan satu atau dua cost driver berdasarkan unit, sehingga
ABC mempunyai tingkat ketelitian lebih tinggi dalam membeli pokok produk bila
dibandingkan dengan sistem tradisional.
2. ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu untuk menentukan berapa besar
overhead pabrik yang akan dialokasikan pada suatu produk tertentu. Metode penetapan biaya
tradisional mengalokasikan biaya overhead berdasarkan satu atau dua basis alokasi saja.
3. Fokus ABC adalah pada biaya, kualitas, dan faktor waktu, sedangkan konsep biaya tradisional
lebih mengutamakan kinerja keuangan jangka pendek, seperti laba. Sistem tradisional dapat
mengukurnya dengan cukup akurat. Tetapi jika metode penetapan biaya tradisional digunakan
untuk menetapkan harga pokok dan untuk mengidentifikasi produk yang menguntungkan,
angka-angkanya tidak dapat dipercaya dan diandalkan.
4. ABC membagi konsumsi overhead dalam 4 empat kategori yaitu: unit, batch, produk, dan
fasilitas. Metode penetapan biaya tradisional membagi biaya overhead ke dalam unit yang
lain.
Perbedaan umum antara sistem ABC dan sistem tradisional adalah homogenitas dari biaya dalam satu
tempat penampungan biaya. ABC mengharuskan perhitungan tempat penampungan biaya dari suatu
aktivitas, maupun identifikasi atas suatu pemicu aktivitas untuk setiap aktivitas yang signifikan dan
mahal, Akibatnya, orang lebih berhati-hati dalam membentuk beberapa tempat penampungan biaya
dalam sistem ABC dibandingkan dengan dalam perhitungan biaya tradisional. Hasil yang biasa
ditemukan adalah bahwa semua biaya dalam satu-tempat penampungan biaya aktivitas sangat serupa
dalam hal hubungan logis antara biaya-biaya tersebut dengan pemicu aktivitas, sementara hal yang
sama tidak dapat dikatakan untuk kebanyakan sistem tradisional.
ABC tetaplah merupakan sistem alokasi. Terutama untuk biaya tingkat pabrik, ABC hanya
memiliki sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali keunggulan dibandingkan dengan
perhitungan biaya tradisional. Solusi parsial untuk masalah ini adalah dengan tidak
baralokasikan biaya tingkat pabrik ke produk, batch, atau unit, melainkan memperlakukan
biaya tersebut sebagai biaya periodik. Perhitungan biaya langsung (variabel) menawarkan
solusi yang serupa, di mana biaya tetap diperlakukan sebagai biaya periodik.
Menurut Hansen dan Mowen ( 2003: 122-127 ) proses penerapan Activity Based Costing
systems dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu :
1. Tahap Pertama
Pada tahap pertama ini dalam penerapan Activity Based Costing systems ialah sebagai berikut
:
• Mengidentifikasi aktivitas.
• Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas.
• Aktivitas yang berkaitan dikelompokkan untuk membentuk kumpulan sejenis.
• Biaya aktivitas yang dikelompokkan dijumlah untuk mendefinisikan kelompok biaya sejenis.
• Menghitung tarif ( overhead ) kelompok.
2. Tahap Kedua
Dalam tahap ini biaya setiap kelompok overhead ditelusuri ke produk dengan menggunakan
tarif kelompok yang dikonsumsi oleh masing-masing produk sehingga biaya aktivitas yang
ada dibebankan kepada produk terhadap setiap aktivitas. Kemudian biaya overhead perunit
diperoleh dengan menelusuri biaya-biaya overhead dari kelompok-kelompok tertentu pada
produk. Total biaya tersebut kemudian dibagi dengan jumlah unit yang diproses dan akan
menghasilkan biaya overhead perunit.
Misalnya, PT Jalan Berdiri memproduksi dua produk, yakni sandal dan sepatu. Volume
produksi sepatu sebanyak 1.000 unit, sedangkan volume produksi sandal sebanyak 2.000 unit.
Sepatu tersebut dijual dengan harga Rp20.000, sedangkan harga sandal Rp10.000. Diketahui
pula, biaya utama sebesar Rp10.000 untuk sepatu dan Rp5.000 untuk sandal, dengan jam
kerja langsung 500 jam untuk sepatu dan 1.000 jam untuk sepatu.
Tampilan 14-2
Dual Company
Ikhtisar dari Produksi Tahun Terakhir
Umum Khusus Total
Unit yang diproduksi 98.000 200
Biaya bahan baku langsung:
Perunit $ 10 $ 150
Total 980.000 30.000 $ 1.010.000
Tenaga kerja langsung:
Jam per unit 1 10
Total jam 98.000 2.000
Total biaya ($10 per jam) $980.000 $20.000 $1.000.000
Persiapan 40 40
Perubahan desain 12 8
Biaya overhead: Departemen Produksi $1.400.000
Departemen Teknik 900.000
Umum Pabrik 700.000
Total overhead $3.000.000
Total biaya produksi $5.010.000
Pembentukan tempat penampungan biaya aktivitas:
Tampilan 14-3
Tampilan 14-4
H. PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PERUSAHAAN JASA
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan Activity Based Costing pada perusahaan
jasa adalah:
1. Identifying and Costing Activities
Mengidentifikasi dan menghargai aktivitas dapat membuka beberapa kesempatan
untuk pengoperasian yang efisien.
2. Special Challenger
Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur akan memiliki
permasalahan-permasalahan yang serupa. Permasalahan itu seperti sulitnya
mengalokasikan biaya ke aktivitas. Selain itu jasa tidak dapat menjadi suatu
persediaan, karena kapasitas yang ada namun tidak dapat digunakan menimbulkan
biaya yang tidak dapat dihindari.
3. Output Diversity
Perusahaan jasa juga memiliki kesulitan-kesulitan dalam mengidentifikasi output
yang ada. Pada perusahaan jasa, diversity yang menggambarkan aktivitas-aktivitas
pendukung pada hal-hal yang berbeda mungkin sulit untuk dijelaskan atau ditentuka.
1. LATIHAN
J. DAFTAR PUSTAKA
ibnu|Februari 8th, 2021|Categories: Marketing & Manajemen
Adiek Priyo Nugroho - Fakultas Ekonomi – Prodi Akuntansi Universitas Islam Sultan Agung
Semarang – Jawa Tengah