Anda di halaman 1dari 12

ACTIVITY BASED COSTING

DISUSUN
O
L
E
H
Nama : Nurannisa Amril
NIM : 2105081047
Kelas : AK-3C
Dosen Pengampu: Dra. Dameria Naibaho, M.SI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI MATA KULIAH AKUNTANSI BIAYA II


POLITEKNIK NEGERI MEDAN 2022
ACTIVITY BASED COSTING

A. PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

Activity-based costing-ABC didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat
penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang
mencakup satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volume-related factor).
Dibandingkan dengan akuntansi biaya tradisional, ABC mencerminkan penerapanpenelusuran biaya
yang lebih menyeluruh. Perhitungan biaya produk tradisional menelusurihanya biaya bahan baku
langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap unit output.
Sebaliknya, ABC mengakui bahwa banyak biaya-biaya lain pada kenyataannya dapat ditelusuri —
tidak ke unit output, melainkan ke aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi output.
Sistem activity-based costing (ABC) adalah metode akuntansi yang dapat Anda gunakan untuk
mencari total biaya aktivitas yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Sistem ABC menetapkan
biaya untuk setiap aktivitas yang masuk ke produksi, seperti pekerja yang menguji suatu produk.
ABC adalah model penetapan biaya khusus yang mengidentifikasi aktivitas dalam organisasi dan
menetapkan biaya setiap aktivitas dengan sumber daya untuk semua produk dan layanan sesuai
dengan konsumsi aktual oleh setiap aktivitas.

Tingkatan Biaya dan Pemacu


Dalam ABC, dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead disebut
sebagaipenggerak atau pemicu (driver). Pemicu sumber daya (resource driver) adalah dasar
yangdigunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu sumber daya ke berbagai aktivitas
berbedayang menggunakan sumber daya tersebut. Istilah pemicu sumber daya adalah baru, tetapi
idenya tidak.
Pemicu aktivitas (activity driver) adalah suatu dasar yang digunakan untuk
mengalokasikanbiaya dari suatu aktivitas ke produk, pelanggan, atau objek biaya final (final cost
object) lainnya. Kata final mengacu pada langkah terakhir dalam alokasi biaya. Sifat dan ragam
pemicu aktivitas membedakan ABC dari perhitungan biaya tradisional. pemicu aktivitas yang
digunakan dalam ABC tidak terbatas pada ukuran volume.ABC mengakui aktivitas, biaya aktivitas,
dan pemicu aktivitas pada tingkatan agregasin(levels of aggregation) yang berbeda dalam satu
lingkungan produksi. Empat tingkatan yang umumnya diidentifikasikan adalah unit, batch, produk,
dan pabrik.
Tingkatan yang berbeda sebenarnya adalah tingkatan agregasi data yangberbeda. Suatu batch
adalah jumlah, atau agregasi, dari unit-unit identik yang menyusunnya.Suatu produk adalah agregasi
dari banyak batch. Suatu pabrik dapat dianggap sebagai suatuagregasi dari semua produknya. Orang-
orang yang telah mempelajari matematika akan mengakuitingkatan agregasi sebagai sesuatu yang
paralel dengan konsep dari subkelompok: suatu unitadalah subkelompok dari suatu batch, suatu batch
adalah subkelompok dari total output darisuatu produk, suatu produk adalah subkelompok dari total
output pabrik tersebut.Tingkat Unit. Biaya tingkat unit (unit-level cost) adalah biaya yang pasti akan
meningkatketika satu unit diproduksi. Biaya ini adalah satu-satunya biaya yang selalu dapat dengan
akurat dibebankan secara proporsional terhadap volume. Contoh-contoh dari biaya tingkat unit
mencakup biaya listrik, jika mesin-mesin bertenaga listrik digunakan untuk memproduksi setiap unit,
biaya pemanasan jika setiap unit mengalami proses pemanasan, dan biaya petugas inspeksi jika setiap
unit memerlukan inspeksi. Biaya-biaya ini murni bersifat variabel dan secarateori dapat diperlakukan
sebagai biaya langsung, namun biasanya biaya-biaya ini diperlakukan sebagai biaya tidak langsung.
Secara teknik, bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung sesuai dengan definisi dari biaya
tingkat unit, tetapi karena ABC adalah suatu sistem untukmembebankan biaya tidak langsung, maka
pembebanan bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung berada di luar cakupan pembahasan
ABC. Tetapi, terpisah dari pertanyaan mengenai biaya tingkat unit, biaya tenaga kerja dalam dolar
dan biaya bahan baku dalam dolar merupakan contoh yang baik dari pemicu tingkat unit.

• Tingkat Batch
Tingkat Batch. Tingkatan agregasi yang lebih tinggi berikutnya adalah batch. Biaya tingkat
batch (batch-level cost) adalah biaya yang disebabkan oleh jumlah batch yang diproduksi dan
dijual. Contoh dari biaya tingkat batch mencakup biaya persiapan dan sebagian besar dari
biaya penanganan bahan baku. Jika bahan baku dipesan dari pemasok untuk batch tertentu,
maka sebagian dari biaya pembelian, penerimaan, dan inspeksi barang masuk merupakan
biaya tingkat batch. Jika unit pertama dari setiap batch diinspeksi, maka biaya inspeksi dalam
proses ini juga merupakan biaya tingkat batch. Biaya tingkat batch yang signifikan juga
terdapat di luar fungsi produksi. Misalnya saja, jika suatu produk tidak disimpan sebagai
persediaan, melainkan suatu batch baru diproduksi jika ada pesanan pelanggan, maka biaya
tingkat batch mencakup sebagian biaya pemasaran danadministrasi.

• Tingkat Produk
Tingkat Produk. Tingkatan berikutnya di atas batch adalah produk. Biaya tingkat produk
(product-level cost) adalah biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah produk berbeda
yang dihasilkan. Biaya tersebut tidak harus dipengaruhi oleh produksi dan penjualan dari satu
batch atau satu unit lebih banyak. Beberapa contoh dari biaya tingkat produk adalah biaya
desain produk, biaya pengembangan produk, biaya pembuatan prototipe, dan biaya teknik
produksi.
Pemicu tingkat produk (product-level driver) adalah ukuran aktivitas yang bervariasi
dengan jenis produk yang diproduksi dan dijual. Contoh-contoh dari pemicu tingkat produk
adalah perubahan desain, jam desain, dan jumlah komponen berbeda yang diperlukan disebut
“jumlah dari nomor/kode komponen”

• Tingkat Pabrik
Biaya tingkat pabrik (plant-level cost) adalah biaya untuk memelihara kapasitas
di lokasi produksi. Contoh dari biaya tingkat pabrik mencakup sewa, penyusutan, pajak
properti,dan asuransi untuk bangunan pabrik.
Dalam kebanyakan kasus, pembebanan tingkat pabrik ke produk, batch, atau unit merupakan
alokasi yang arbitrer. Bahkan dalam sistem ABC, biaya tingkat pabrik sering kali
dialokasikan ke output menggunakan dasar alokasi tingkat unit, meskipun fakta menunjukan
bahwa biaya tingkat pabrik sangat berbeda dari biaya tingkat unit. Contoh dari ukuran tingkat
unit yang digunakan untuk mengalokasikan biaya tingkat pabrik ke produk dalam ABC
adalah total biaya konversi (juga disebut dengan nilai tambah), jumlah unit, dan total biaya
langsung.
B. PERBEDAAN METODE TRADITIONAL COSTING DENGAN ACTIVITY BASED
COSTING
Terdapat perbedaan mendasar antara traditional costing method dengan activity based costing
menurut Carter Usry 2006:499 antara lain:
1. Activity based costing ABC menggunakan cost driver lebih banyak dibandingkan traditional
costing method yang hanya menggunakan satu atau dua cost driver berdasarkan unit, sehingga
ABC mempunyai tingkat ketelitian lebih tinggi dalam membeli pokok produk bila
dibandingkan dengan sistem tradisional.
2. ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu untuk menentukan berapa besar
overhead pabrik yang akan dialokasikan pada suatu produk tertentu. Metode penetapan biaya
tradisional mengalokasikan biaya overhead berdasarkan satu atau dua basis alokasi saja.
3. Fokus ABC adalah pada biaya, kualitas, dan faktor waktu, sedangkan konsep biaya tradisional
lebih mengutamakan kinerja keuangan jangka pendek, seperti laba. Sistem tradisional dapat
mengukurnya dengan cukup akurat. Tetapi jika metode penetapan biaya tradisional digunakan
untuk menetapkan harga pokok dan untuk mengidentifikasi produk yang menguntungkan,
angka-angkanya tidak dapat dipercaya dan diandalkan.
4. ABC membagi konsumsi overhead dalam 4 empat kategori yaitu: unit, batch, produk, dan
fasilitas. Metode penetapan biaya tradisional membagi biaya overhead ke dalam unit yang
lain.

Perbedaan umum antara sistem ABC dan sistem tradisional adalah homogenitas dari biaya dalam satu
tempat penampungan biaya. ABC mengharuskan perhitungan tempat penampungan biaya dari suatu
aktivitas, maupun identifikasi atas suatu pemicu aktivitas untuk setiap aktivitas yang signifikan dan
mahal, Akibatnya, orang lebih berhati-hati dalam membentuk beberapa tempat penampungan biaya
dalam sistem ABC dibandingkan dengan dalam perhitungan biaya tradisional. Hasil yang biasa
ditemukan adalah bahwa semua biaya dalam satu-tempat penampungan biaya aktivitas sangat serupa
dalam hal hubungan logis antara biaya-biaya tersebut dengan pemicu aktivitas, sementara hal yang
sama tidak dapat dikatakan untuk kebanyakan sistem tradisional.

C. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SISTEM ACTIVITY


1. Kelebihan sistem activity based costing
• Memudahkan manajemen untuk mendapatkan informasi product Cost-
assignment secara akurat.
• Membantu manajemen untuk menelusuri dan mengidentifikasi cost- Driver
ke dalam Pool Activity.
• Mempermudah aktivitas perencanaan dan pengendalian overhead Cost
dengan adanya “Pooling-Cost Activity
• ABC memberikan peluang untuk melakukan desain cost-reduction Activity
terhadap produk yang akan diproduksi.
• Meningkatkan kemampuan manajemen dalam menyusun cashflow
Perusahaan dengan memisahkan biaya ke dalam Cost Poling Activity.
• Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik Yang
modem, terdapat sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang Berkembang.
Analisis sistem biaya ABC itu sendiri memberi perhatian Pada semua
aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik Dapat ditelusuri
• Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan Dari
biaya produk variabel jangka panjang yang relevan terhadap pengambilan
keputusan yang strategik.
• Sistem biaya ABC cukup fMeksibel untuk menelusuri biaya ke proses,
Pelanggan, area tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk.

2. Kelemahan sistem activity based costing


• Metode untuk melakukan implementasi dan pengembangan Activity Based
Costing terbilang mahal
• Waktu untuk implementasi ABC dari mulai hingga selesai Membutuhkan
waktu yang lama, biasanya lebih dari satu tahun Sampai bisa berhasil
• Metode Activity Based Costing belum termasuk biaya iklan, promosi Dan
riset.
• Laporan Activity Based Costing tidak sesuai dengan prinsip akuntansi Yang
berlaku saat ini
• Karena Laporan Keuangan sifatnya timeliness maka ABC sulit Dilaksanakan
karena adanya kendala periode waktu.

ABC tetaplah merupakan sistem alokasi. Terutama untuk biaya tingkat pabrik, ABC hanya
memiliki sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali keunggulan dibandingkan dengan
perhitungan biaya tradisional. Solusi parsial untuk masalah ini adalah dengan tidak
baralokasikan biaya tingkat pabrik ke produk, batch, atau unit, melainkan memperlakukan
biaya tersebut sebagai biaya periodik. Perhitungan biaya langsung (variabel) menawarkan
solusi yang serupa, di mana biaya tetap diperlakukan sebagai biaya periodik.

D. HIRARKI BIAYA DALAM SISTEM ABC (ACTIVITY BASED COSTING)


Kegiatan untuk memproduksi dan menjual produk dalam suatu perusahaan yang
menghasilkan beragam dan macam produk dinilai kedalam 4 kategori aktivitas:
1. Aktivitas Tingkat Unit (unit-level activity)
Sumber daya yang digunakan untuk aktivitas yang akan meningkat pada setiap unit
produksi atau jasa yang dihasilkan.
2. Aktivitas Tingkat Kelompok (batch-level activity)
Sumber daya yang digunakan untuk aktivitas yang akan terkait dengan kelompok unit
produk atau jasa yang dihasilkan.
3. Aktivitas Tingkat Produk (product-level activity)
Sumber daya digunakan untuk aktivitas yang menghasilkan suatu produk dan jasa.
4. Aktivitas Tingkat Fasilitas (facility-level activity)
Aktivitas yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan produk atau jasa
yang dihasilkan tetapi untuk mendukung organisasi secara keseluruhan.

E. MANFAAT MENGHITUNG ACTIVITY BASED COSTING


1. Lebih Mudah dalam Mengambil Keputusan
2. Meningkatkan Persaingan dengan Kompetitor
3. Pengawasan dan Evaluasi
4. Lebih Mudah dalam Mengambangkan Produk

F. PROSES IMPLEMENTASI ABC DALAM MENENTUKAN COST PER UNIT

Menurut Hansen dan Mowen ( 2003: 122-127 ) proses penerapan Activity Based Costing
systems dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu :
1. Tahap Pertama
Pada tahap pertama ini dalam penerapan Activity Based Costing systems ialah sebagai berikut
:
• Mengidentifikasi aktivitas.
• Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas.
• Aktivitas yang berkaitan dikelompokkan untuk membentuk kumpulan sejenis.
• Biaya aktivitas yang dikelompokkan dijumlah untuk mendefinisikan kelompok biaya sejenis.
• Menghitung tarif ( overhead ) kelompok.

2. Tahap Kedua
Dalam tahap ini biaya setiap kelompok overhead ditelusuri ke produk dengan menggunakan
tarif kelompok yang dikonsumsi oleh masing-masing produk sehingga biaya aktivitas yang
ada dibebankan kepada produk terhadap setiap aktivitas. Kemudian biaya overhead perunit
diperoleh dengan menelusuri biaya-biaya overhead dari kelompok-kelompok tertentu pada
produk. Total biaya tersebut kemudian dibagi dengan jumlah unit yang diproses dan akan
menghasilkan biaya overhead perunit.

G. CONTOH PERHITUNGAN BIAYA DENGAN SISTEM ABC

Misalnya, PT Jalan Berdiri memproduksi dua produk, yakni sandal dan sepatu. Volume
produksi sepatu sebanyak 1.000 unit, sedangkan volume produksi sandal sebanyak 2.000 unit.
Sepatu tersebut dijual dengan harga Rp20.000, sedangkan harga sandal Rp10.000. Diketahui
pula, biaya utama sebesar Rp10.000 untuk sepatu dan Rp5.000 untuk sandal, dengan jam
kerja langsung 500 jam untuk sepatu dan 1.000 jam untuk sepatu.

Aktivitas dan Anggaran


Aktivitas Anggaran/Biaya
Rekayasa Rp100.000
Set up Rp500.000
Mesin Rp2.000.000
Packaging Rp200.000

Data Aktivitas Sesungguhnya


Aktivitas Konsumsi Jumlah
Sepatu Sandal
Rekayasa Rp35.000 Rp15.000 Rp50.000
Set up Rp50.000 Rp50.000 Rp100.000
Mesin Rp250.000 Rp150.000 Rp400.000
Packaging Rp50.000 Rp50.000 Rp100.000

Penghitungan Activity Based Costing


Aktivitas Jumlah Anggaran Jumlah Aktivitas Tarif Aktivitas
Rekayasa Rp100.000 Rp50.000 Rp2
Set up Rp500.000 Rp100.000 Rp5
Mesin Rp2.000.000 Rp400.000 Rp50
Packaging Rp200.000 Rp100.000 Rp2

CONTOH PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING


(PDF BUKU 1 AKUNTANSI WILLIAM CARTER)

Contoh perbedaan metode Activity Based Costing dengan perhitungan metode


Tradisional Dual Company memproduksi 2 produk yaitu umum dan khusus

Tampilan 14-2

Dual Company
Ikhtisar dari Produksi Tahun Terakhir
Umum Khusus Total
Unit yang diproduksi 98.000 200
Biaya bahan baku langsung:
Perunit $ 10 $ 150
Total 980.000 30.000 $ 1.010.000
Tenaga kerja langsung:
Jam per unit 1 10
Total jam 98.000 2.000
Total biaya ($10 per jam) $980.000 $20.000 $1.000.000
Persiapan 40 40
Perubahan desain 12 8
Biaya overhead: Departemen Produksi $1.400.000
Departemen Teknik 900.000
Umum Pabrik 700.000
Total overhead $3.000.000
Total biaya produksi $5.010.000
Pembentukan tempat penampungan biaya aktivitas:

Produksi Teknik Umum Pabrik Total


Total overhead $1.400.000 $900.000 $700.000 $3.000.000
Dikurangi biaya yang berkaitan
dengan:
Persiapan $ 200.000 $300.000 $300.000 $800.000
Perubahan desain 200.000 300.000 100.000 $600.000
$400.000 $600.000 $400.000 $1.400.000
Overhead lain-lain $1.000.000 $300.000 $300.000 $1.600.000

Tampilan 14-3

Tampilan 14-4
H. PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PERUSAHAAN JASA
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan Activity Based Costing pada perusahaan
jasa adalah:
1. Identifying and Costing Activities
Mengidentifikasi dan menghargai aktivitas dapat membuka beberapa kesempatan
untuk pengoperasian yang efisien.
2. Special Challenger
Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur akan memiliki
permasalahan-permasalahan yang serupa. Permasalahan itu seperti sulitnya
mengalokasikan biaya ke aktivitas. Selain itu jasa tidak dapat menjadi suatu
persediaan, karena kapasitas yang ada namun tidak dapat digunakan menimbulkan
biaya yang tidak dapat dihindari.
3. Output Diversity
Perusahaan jasa juga memiliki kesulitan-kesulitan dalam mengidentifikasi output
yang ada. Pada perusahaan jasa, diversity yang menggambarkan aktivitas-aktivitas
pendukung pada hal-hal yang berbeda mungkin sulit untuk dijelaskan atau ditentuka.
1. LATIHAN
J. DAFTAR PUSTAKA
ibnu|Februari 8th, 2021|Categories: Marketing & Manajemen

Putri Trisyana Septiningtyas|FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS |UNIVERSITAS


ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH, JAKARTA 2010

Adiek Priyo Nugroho - Fakultas Ekonomi – Prodi Akuntansi Universitas Islam Sultan Agung
Semarang – Jawa Tengah

Sofia Prima Dewi, Septian Bayu Kristanto, Akuntansi Biaya, In Media

Anda mungkin juga menyukai