Anda di halaman 1dari 5

Tugas Akuntansi Manajemen

Nama : Thomas Victor

NIM : 2021131004
Perbedaan sistem JIT dengan sistem Tradisional

1) Sistem tarikan dibanding sistem dorongan


Sistem tarikan (pull through) atau sistem tarikan permintaan adalah system penentuan aktivitas-
aktivitas berdasar atas permintaan konsumen. Sebagai contoh, dalam perusahaan, permintaan
konsumen eksternal melalui aktivitas penjualan menarik (menentukan) aktivitas produksi, dan
aktivitas produksi menarik aktivitas pembelian. Sedangkan sistem dorongan (push through)
adalah sistem penentuan aktivitas-aktivitas berdasarkan dorongan aktvitas-aktivitas sebelumnya.
Misalnya, pembelian bahan melalui aktivitas pembelian mendorong aktivitas produksi, dan
aktivitas produksi mendorong aktivitas penjualan.

2) Sediaan tidak signifikan dibanding sediaan signifikan


Just in time karena menggunakan sistem tarikan, dapat mengurangi sediaan menjadi tidak
signifikan atau sangat sedikit bahkan bisa menjadi nol. Sebaliknya dalam sistem tradisional,
karena menggunakan sistem dorongan, sediaan jumlahnya signifikan karena (1) jumlah bahan
yang dibeli melebihi kebutuhan produksi,(2) jumlah produk yang diproduksi melebihi
permintaan konsumen, (3) perlunya sediaan penyangga.

3) Basis pemasok sedikit dibanding basis pemasok banyak


Just in time hanya menggunakan pemasok dalam jumlah yang sedikit untuk mengurangi
aktivitas-aktivitas tidak bernilai tamabah, memperoleh bahan yang bermutu tinggi, mencapai
pengiriman tepat waktu dan berharga murah. Sistem tradisional menggunakan banyak pemasok
untuk emmperoleh harga yang murah dan bermutu baik, namun akibatnya banyak aktivitas-
aktivitas yang tidak bernilai tambah.

4) Kontrak jangka panjang dibanding kontrak jangka pendek


Just in time menggunakan kontrak jangka panjang dengan beberapa pemasoknya guna
membangun hubungan baik yang saling menguntungkan. Sedangkan sistem tradisional,
menerapkan kontrak-kontrak jangka pendek dengan banyak pemasok sehingga untuk
memperoleh harga yang murah harus dibeli dalam jumlah banyak.

5) Struktur seluler dibanding struktur departemen


Just in time biasanya menggunakan struktur seluler yaitu pengelompokkan mesin-mesin dalam
satu keluarga secara berurutan, biasanya kedalam struktur kemiringan. Sedangkan sistem
tradisional menggunakan struktur departemen yaitu struktur pengolahan produk melalui
beberapa departemen produksi sesuai dengan tahapan-tahapannya dan memerlukan beberapa
departemen jasa yang memasok jasa bagi departemen produksi.

6) Karyawan berkeahlian ganda dibanding karyawan terspesialisasi


Sistem tradisional mengelompokkan karyawan ke dalam departemen-departemen sehingga
mereka terspesialisasi pada departemen-departemen tempat mereka bekerja. Sistem Just In Time
(JIT) mengelompokkan karyawan berdasar sel-sel pemanufakturan, sehingga karyawan dilatih
untuk berkeahlian ganda.

7) Jasa terdesentralisasi dibanding jasa tersentralisasi


Sistem tradisional mendasar spesialisasi sehingga jasa tersentralisasi pada masing-masing
departemen jasa. Sistem Just In Time (JIT), jasa terdesentralisasi pada masing-masing sel
pemanufakturan.

8) Keterlibatan tinggi dibanding keterlibatan rendah


Dalam sistem tradisional, keterlibatan dan pemberdayaan keryawan relatif rendah karena
karyawan fungsinya melaksanakan perintah atasannya. Dalam sistem Just In Time (JIT),
manajemen harus dapat memberdayakan para karyawannya dengan cara melibatkan mereka atau
memberi peluang pada mereka untuk berpartisipasi dalam manajemen organisasi. Keterlibatan
ini dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi biaya secara menyeluruh.

9) Gaya pemberi fasilitas dibanding gaya pemberi perintah


Sistem tradisional pada umumnya menggunakan gaya manajemen sebagai supervisor karena
fungsi utamanya adalah memerintah para karyawan untuk melaksanakan kegiatan. Sistem Just In
Time (JIT) memerlukan keterlibatan karyawan sehingga mereka dapat diberdayakan, maka gaya
manajemen yang cocok adalah sebagai fasilitator bukan sekedar supervisor.

10) Total Quality Control (TQC) dibanding Accepted Quality Level (AQL)
Sistem JIT membutuhkan penekanan yang lebih kuat pada pengendalian mutu sehingga
memerlukan TQC. Total Quality Control (TQC) adalah pendekatan pengendalian mutu yang
mencakup seluruh usaha secara berkesinambungan dan tiada akhir untuk menyempurnakan mutu
agar tercapai kerusakan nol atau terbebas dari kerusakan. Sistem tradisional menggunakan
pendekatan AQL. Accepted Quality Level (AQL) adalah pendekatan pengendalian mutu yang
memungkinkan atau mencadangkan terjadinya kerusakan namun tidak boleh melebihi tingkat
kerusakan yang telah ditentukan sebelumnya.
Penentuan HPP dan JIT

Dalam metode proses,perhitungan biaya per unit akan menjadi lebih rumit karena adanya
persediaan baarang dalam proses.Dengan menggunakan JIT,Diusahakan persediaan nol,sehingga
perhitungan unit ekuivalen tidak terlalu dibutuhkan dan tidak perlu menghitung biaya dari
periode sebelumnya,JIT seara signifikan mengarah pada penyederhanaan.

Pengaruh JIT pada Biaya Tenaga Kerja Langsung

Sebagai perusahaan yang menerapkan JIT dan otomatisasi, biaya tenaga kerja langsung
tradisional dikurangi secara signifikan.Oleh sebab itu ada dua akibat: 1. Persentasi biaya tenaga
kerja langsung dibandingkan total biaya produksi menjadi berkurang 2. Biaya tenaga kerja
langsung berubah dari biaya variabel menjadi biaya tetap.

Pengaruh JIT pada Penilaian Persediaan

Salah satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan penggunaan
pemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya produk dalam rangka penilaian
persediaan. Dalam JIT diusahakan persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang tidak
signifikan), sehingga penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan
keuangan. Manajer memerlukan informasi biaya produk yang akurat untuk membuat berbagai
keputusan misalnya: (a) penetapan harga jual berdasar cost-plus, (b) analisis trend biaya, (c)
analisis profitabilitas lini produk, (d) perbandingan dengan biaya para pesaing, (e) keputusan
membeli atau membuat sendiri

Pengaruh JIT pada Harga Pokok Pesanan

Dalam penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan harus memisahkan
bisnis yang sifatnya berulang-ulang dari pesanan khusus. Dengan mereorganisasi tata letak
pemanufakturan, pesanan tidak membutuhkan perhatian yang besar dalam mengelompokkan
harga pokok produksi. Hal ini karena biaya dapat dikelompokkan pada level selular. lagi pula,
karena ukuran lot sekarang lebih sangat kecil,maka tidak praktis untuk menyusun kartu harga
pokok pesanan untuk setiap pesanan. Maka lingkungan pesanan akan menggunakan sifat sistem
harga pokok proses.
Pengaruh JIT pada Harga Pokok Proses
Masalah : Perhitungan biaya per unit menjadi rumit karena adanya persediaan dalam
proses.Dengan menggunakan JIT, diusahakan persediaan nol, sehingga penghitungan unit
ekuivalen tidak terlalu dibutuhkan, dan tidak perlu menghitung biaya dari periode
sebelumnya.JIT secara signifikan mengarah pada penyederhanaan.

Anda mungkin juga menyukai