• Termasuk beriman kepada hari akhir adalah beriman dengan akan ditiupnya
sangkakala. Rasulullah ﷺpernah ditanya, “Apa itu sangkakala?” maka beliau mengatakan “Tanduk
yang ditiup” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, An Nasa’i shahih)
“Dan ditiuplah sangkakala maka matilah siapa yang ada di langit dan di bumi, kecuali siapa yang
dikehendaki oleh Allaah, kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri
menunggu” (QS. Az Zumar: 68)
Tiupan sangkakala pertama dengannya meninggal semua yang ada di langit dan di bumi, kecuali
yang Allaah kehendaki. Tiupan ini terjadi di hari Jum’at, sebagaimana dalam shahih muslim dan
setiap hari Jum’at hewan-hewan, mereka senantiasa memasang telinga antara waktu subuh sampai
terbit matahari karena takut bila ditiup sangkakala pada hari tersebut (HR. Abu Daud, Tirmidzi, An
Nasa’i shahih)
Bila terdengar maka semua akan mencondongkan lehernya dan mengangkatnya, dan yang pertama
kali mendengar adalah seorang laki-laki yang sedang memperbaiki penampungan air untuk minum
untanya, maka dia pun mati dan matilah semua manusia (HR. Muslim)
• Waktu tersebut sangat singkat sehingga seseorang tidak akan sempat berwasiat dan
tidak ada waktu kembali ke keluarganya, mereka meninggal ditempatnya masing-masing:
Didalam Shahih Bukhari disebutkan bahwa ada sebagian yang sudah mengangkat makanan ke
mulutnya, namun tidak sempat memakannya karena sudah ditiup sangkakala, meninggallah seluruh
manusia dan kerajaan hari itu adalah milik Allah سبحانه و تعالىsemata.
• Ketahuilah bahwa malaikat yang akan meniup sangkakala sekarang telah menaruh
sangkakala di mulutnya, mengerutkan dahi, memasang telinganya, menunggu sewaktu-waktu
diperintah oleh Allah Azza wa Jalla (HR. Tirmidzi Shahih)
Rasulullah ﷺketika mengabarkan para sahabat dengan kabar ini, beliau ﷺmenyuruh para sahabat
untuk mengatakan:
َح ْسبُنَا هللاُ َونِ ْع َم ْال َو ِك ْي ُل عَل َى هللاِ ت ََو َّك ْلنَا
"Cukuplah Allah bagi kita, dan Dia lah sebaik-baik wakil, hanya kepada Allah kita bertawakal"
Halaqah 27 - Tiupan Sangkakala yang Kedua (2/8/22)
• Setelah tiupan pertama dan meninggal semua manusia, maka akan ditiup sangkakala
untuk yang kedua kalinya dan jarak antara dua tiupan adalah 40, wallahu ‘alam apakah 40 hari atau
bulan atau 40 tahun. Rasulullah ﷺbersabda didalam hadist Abu Hurairah:
Mereka bertanya kepada Abu Hurairah, sahabat yang meriwayatkan hadist ini, “40 hari atau 40
bulan atau apakah 40 tahun?” Maka beliau, yaitu Abu Hurairah, enggan menjawabnya. Para ulama
mengatakan karena tidak mengetahui ilmunya. Dan hadist ini shahih diriwayatkan oleh Bukhari dan
juga Muslim.
• Dan diantara 2 tiupan inilah Allaah سبحانه و تعالىakan menurunkan hujan yang ringan,
yang dengan sebabnya akan tumbuh jasad manusia didalam kuburnya, sebagaimana didalam sebuah
hadist yang diriwayatkan oleh Muslim.
Tulang ekor manusia yang telah dikabarkan oleh Nabi ﷺbahwasanya dia tidak akan hancur akan
tumbuh seperti tumbuhnya tunas setelah hujan, sehingga terbentuklah manusia kembali dengan izin
Allaah سبحانه و تعالى. Rasulullah ﷺbersabda:
“Kemudian Allaah سبحانه و تعالىakan menurunkan hujan dari langit maka mereka pun tumbuh seperti
tumbuhnya tunas, tidak ada dari badan manusia sesuatu kecuali akan rusak, kecuali satu tulang,
yaitu tulang ekor, dan darinya lah akan dibentuk manusia pada hari kiamat” (HR. Bukhari dan
Muslim)
• Allah yang telah menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada, dan Dia lah yang akan
membangkitkan manusia setelah matinya. Allaah berfirman:
“Dan Dia lah Allah سبحانه و تعالىyang menciptakan manusia dari permulaan, kemudian akan
mengembalikan, menghidupkan kembali dan menghidupkannya itu adalah lebih mudah bagi Allah
(QS. Ar Rum: 27)
• Setelah terbentuknya jasad semua manusia, maka malaikat akan meniup sangkakala
untuk yang kedua kalinya, dan akan dikembalikan ruh-ruh kepada jasadnya dan hiduplah manusia
serta akan dibangkitkan dari kuburnya. Allaah سبحانه و تعالىberfirman:
Yang dimaksud dengan kebangkitan adalah dikembalikannya arwah kepada jasad, sehingga manusia
kembali hidup. Akan digoncangkan Bumi dengan segoncang-goncangnya dan terbuka kuburan
manusia. Kemudian keluarlah semua manusia dari kuburnya dalam keadaan hidup. Allah ُسب َْحانَهُ َو تَ َعالَى
berfirman:
Dan orang yang pertama kali akan terbuka kuburannya adalah Rasulullah ( ﷺHR. Bukhari dan
Muslim).
• Manusia akan dibangkitkan sesuai dengan keadaan dia ketika meninggal dunia.
Rasulullah ﷺbersabda,
ُ يُ ْب َع
ث ُكلُّ َع ْب ٍد َعلَى َما َماتَ َعلَ ْي ِه
Akan dibangkitkan setiap hamba sesuai dengan keadaan dia ketika meninggal dunia (HR. Muslim)
Rasulullah ﷺmengabarkan bahwasanya orang yang meninggal dalam keadaan ihram, haji atau
umroh, maka akan dibangkitkan dalam keadaan membaca talbiyah (HR. Bukhari dan juga Muslim).
Orang yang memakan riba akan bangkit seperti bangkitnya orang-orang yang kesurupan yaitu dalam
keadaan sempoyongan. Allah ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَىberfirman:
ُ ٱلَّ ِذينَ َي ۡأ
ۚ ڪلُونَ ٱلرِّ بَ ٰو ْا اَل يَقُو ُمونَ ِإاَّل َك َما يَقُو ُم ٱلَّ ِذى يَتَ َخبَّطُهُ ٱل َّش ۡيطَ ٰـنُ ِمنَ ۡٱل َم
ِّس
“Orang-orang yang memakan riba, tidak bangkit dari kuburnya, kecuali seperti bangkitnya orang-
orang yang kerasukan setan.” (Al-Baqarah: 275)
• Inilah hari kebangkitan yang diingkari oleh orang-orang kafir dan dilalaikan oleh
kebanyakan manusia. Allah ُسب َْحانَهُ َو تَ َعالَىberfirman:
ْۚ َُز َع َم ٱلَّ ِذينَ َكفَر ُٓو ْا َأن لَّن ي ُۡب َعث
وا قُ ۡل بَلَ ٰى َو َربِّى لَتُ ۡب َعثُ َّن
“Orang-orang kafir menyangka bahwasanya mereka tidak akan dibangkitkan. Katakanlah, “Bahkan
demi Rabb-ku, kalian akan dibangkitkan”. (At-Taghabun : 7)
Hari yang sangat sulit dan sangat berat. Pada hari itu, manusia akan menyesal. Orang kafir menyesal
karena tidak beriman. Dan orang beriman menyesal karena tidak maksimal di dalam beramal di
dunia. Semoga Allah ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَىmemberikan kita dan orang-orang yang kita cintai, kemudahan
didalam menghadapi hari yang sangat besar ini.
• Pada hari kiamat setelah bangkitnya manusia dari kubur akan terjadi kejadian-
kejadian dahsyat di alam semesta yang kita lihat. Baik alam atas maupun alam bawah. Tidak ada yg
mengetahui hakikat kedahsyatannya kecuali Allah ‘Azza wa Jalla.
• Gunung yang sedemikian besar dan kokoh menancap di bumi akan dijalankan oleh
Allah sehingga menjadi fatamorgana dan dihancurkan menjadi berkeping-keping seperti tumpukan
pasir yang berterbangan atau seperti bulu yang dihamburkan. Lihat :
Surat Muzzammil: 14
Surat An-Naba’: 20
Surat At-Takwiir: 3
Surat Al-Qaari’ah: 5
Surat Al-Waaqi’ah : 4
Surat At-Takwir : 3
Surat Al-Zalzalah : 1
• Laut-laut akan meluap sehingga menjadi lautan yang satu dan akan menjadi lautan
api. Lihat :
Surat Al-Infithaar: 3
Surat At-Takwiir: 6
• Langit yang tujuh yang sangat tinggi dan sangat besar, yang Allah tinggikan tanpa
tiang, pada hari itu akan menjadi sangat lemah, akan bergetar dan pecah, dan akan berubah
warnanya menjadi warna merah seperti mawar. Lihat :
Surat Al-Haaqqah: 16
Surat Al-Infithar: 1
Surat Al-Insyiqaq: 1
Surat Ar-Rahman: 37
Surat At-Thur: 9
Surat At-Takwiir: 11
Bulan akan hilang cahayanya dan akan dikumpulkan dengan matahari (Surat Al-Qiyamah: 8-9).
Rasulullah ﷺbersabda:
Matahari dan bulan akan digulung pada hari kiamat (HR. Bukhari)
• Bintang yang sedemikian banyaknya, akan berjatuhan dan lenyap cahayanya. Lihat :
Surat Al-Infithaar: 2
Surat At-Takwiir: 2
Ada sebagian ulama kita yang mengatakan bahwasanya ini terjadi diantara dua tiupan. Allahu a’lam,
Allah yang lebih mengetahui mana yang benar. Dan yang penting bagi kita semua, bahwasanya kita
diperintahkan takut dan supaya kita mempersiapkan diri untuk menghadapi hari tersebut.
Halaqah 30 - Keadaan Manusia Ketika Melihat Kedahsyatan Hari Kiamat (5/8/22)
Ketika manusia bangkit dari kuburnya dan melihat kedahsyatan hari kiamat dan juga kehancuran
alam semesta, mereka tercengang dan bergerak tidak tahu arah. Seperti laron atau anai-anai yang
berhamburan. Allah ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَىberfirman
• Manusia sangat takut. Seandainya ada ibu yang menyusui, niscaya dia akan lupa
dengan anak yang dia susui. Seandainya ada ibu yang sedang hamil, niscaya dia akan langsung
melahirkan anaknya. Dan seandainya ada anak kecil, niscaya dia akan menjadi tua. Semua itu adalah
karena mereka sangat takut.
Surat Al-Muzzammil: 17
• Manusia akan lari dari orang-orang yang sangat dia cintai di dunia. Lari dari
saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan juga anak-anaknya, masing-masing memikirkan
keselamatan dirinya sendiri. (Lihat Surat ‘Abasa: 34-37)
• Kemudian terdengar seruan, mereka pun bersegera menuju penyeru tersebut. Allah
ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَىberfirman:
َاع يَقُو ُل ۡٱل َك ٰـفِرُونِۖ ) ُّم ۡه ِط ِعينَ ِإلَى ٱل َّد٧( ث َكَأنَّہُمۡ َج َرا ۬ ٌد ُّمنتَ ِش ۬ ٌر
ِ ص ٰـ ُرهُمۡ يَ ۡخ ُرجُونَ ِمنَ ٱَأۡل ۡجدَا
َ ) ُخ َّش ًعاـ َأ ۡب٦( اع ِإلَ ٰى ش َۡى ۬ ٍء نُّڪ ٍُر ُ يَ ۡو َم يَ ۡد
ِ ع ٱل َّد
۬
٨( هَ ٰـ َذا يَ ۡو ٌم ع َِس ٌر
“Pada hari di mana penyeru akan menyeru kepada sesuatu yang mengerikan. Pandangan-pandangan
mereka tertunduk hina, keluar dari kuburan seperti belalang yang bertebaran. Mereka datang
dengan cepat kepada penyeru tersebut, seraya berkata orang-orang kafir, “Ini adalah hari yang
sangat sulit.”” (Al-Qamar : 6-8)
• Adapun orang-orang yang beriman kepada hari akhir dan takut dengan kedatangan
hari tersebut, kemudian dia beramal untuknya, maka Allah ُسب َْحانَهُ َو تَ َعالَىakan memberikan rasa aman
didalam menghadapi hari tersebut. Allah ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَىberfirm.an:
َڪبَ ُر َوتَتَلَقَّ ٰٮهُ ُم ۡٱل َملَ ٰـٓ ِٕٮڪَةُ هَ ٰـ َذا يَ ۡو ُم ُك ُم ٱلَّ ِذى ڪُنتُمۡ تُو َع ُدون ُ َاَل يَ ۡح ُزنُهُ ُم ۡٱلفَز
ۡ ع ٱَأۡل
“Mereka tidak ditimpa rasa takut karena kedahsyatan hari kiamat dan mereka disambut malaikat
yang berkata, “Inilah hari yang dijanjikan untuk kalian.”” (Al-Anbiya : 103)
Termasuk beriman kepada hari akhir adalah beriman bahwasanya semua manusia setelah
dibangkitkan akan dikumpulkan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla. Setelah gunung dijalankan dan Bumi
dirubah oleh Allah ﷻmenjadi dataran yang luas terbentang, tidak ada yang tinggi dan tidak ada
yang rendah. Tidak ada sesuatu yang merupakan penunjuk arah atau penunjuk jalan, seperti
bangunan, pohon dan lain-lain. Maka manusia semuanya akan memenuhi seruan penyeru menuju
padang Mahsyar dan dikumpulkan di sana.
Allahu A’lam apakah Bumi tersebut atau padang mahsyar tersebut adalah bumi kita sekarang yang
diubah sifatnya saja, atau diganti dengan bumi yang lain. Allah ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَىberfirman:
ۡ ِ وا هَّلِل ِ ۡٱل َو
ِ ٲح ِد ٱلقَه
َّار ُۖ ض َوٱل َّس َم ٰـ َو
ْ ٲت َوبَ َر ُز ِ يَ ۡو َم تُبَ َّد ُل ٱَأۡل ۡرضُ غ َۡي َر ٱَأۡل ۡر
“Yaitu pada hari ketika bumi diganti dengan bumi yang lain. Dan demikian pula langit dan mereka
semuanya di padang mahsyar berkumpul menghadap kepada Allah, Zat Yang Maha Esa lagi Maha
Menguasai segala sesuatu.” (Ibrahim : 48)
Rasulullah ﷺbersabda:
Dikumpulkan manusia semuanya dari Nabi Adam sampai manusia yang terakhir. Dan tidak ada
seorangpun yang ketinggalan. Allah ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَىberfirman:
ار َز ۬ةً َو َحش َۡرنَ ٰـهُمۡ فَلَمۡ نُغَا ِد ۡر ِم ۡنہُمۡ َأ َح ۬ ًدا َ َويَ ۡو َم نُ َسيِّ ُر ۡٱل ِجبَا َل َوتَ َرى ٱَأۡل ۡر
ِ َض ب
“Dan pada hari di mana Kami akan jalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat Bumi dalam
keadaan nampak jelas dan Kami akan kumpulkan mereka semuanya, maka tidak ada di antara
mereka yang Kami tinggalkan.” (Al-Kahfi : 47)
Dalam keadaan telanjang, tidak beralas kaki dan tidak berkhitan, manusia akan dikumpulkan.
Keadaan yang mencekam, menjadikan masing-masing sibuk memikirkan diri-sendiri dan tidak
memikirkan aurat orang lain. Dan orang yang pertama kali diberikan pakaian adalah Nabi Ibrahim
‘Alaihissalam. (HR Bukhari dan Muslim).
• Rasulullah ﷺmengabarkan bahwasanya wanita yang meratapi mayat dan dia tidak
bertobat sebelum matinya, maka akan memakai baju dari tembaga panas dan baju yang berkudis
atau yang terbuat dari kudis. (Hadits shahih riwayat Muslim).
Bahkan di padang mahsyar ini, akan dikumpulkan semua jin dan akan dikumpulkan seluruh hewan
hewan. Allah ‘Azza Wa Jalla di dalam Surat Al-An’am: 38 ketika menyebutkan hewan hewan yang
melata di bumi dan juga menyebutkan burung-burung, maka Allah ُسب َْحانَهُ َو تَ َعالَىmengabarkan
bahwasanya mereka akan dikumpulkan kepada Allah. Allah berfirman:
• Di padang Mahsyar akan didekatkan Matahari sejarak satu mil, sehingga manusia
mendapatkan kesusahan yang sangat. Mereka berkeringat sesuai dengan kadar amalannya, yaitu
kadar dosanya. Ada yang keringatnya sampai kedua mata kaki, dan ada sampai ke dua lututnya,
pinggangnya. Bahkan ada yang sampai mulutnya (Hadits Shahih Riwayat Muslim).
Salah seorang rawi Sulaim Ibnu ‘Amir mengatakan:
Demi Allah saya tidak tahu apa yang Beliau ﷺmaksud dengan satu mil di sini. Apakah jarak atau mil
yang berarti alat pencelak mata. Dan Allah ‘Azza Wa Jalla adalah Dzat Yang Maha Mampu untuk
melakukan segala sesuatu.
• Di dalam waktu yang sangat lama, di Padang Mahsyar mereka menunggu hari
keputusan. Satu hari di sana seperti 50.000 tahun di dunia. Namun Allah ‘Azza Wa Jalla akan
meringankan hari tersebut bagi orang-orang yang beriman. Allah ُسب َْحانَهُ َو تَ َعالَىberfirman:
ت َۡع ُر ُج ۡٱل َملَ ٰـٓ ِٕٮڪَةُ َوٱلرُّ و ُح ِإلَ ۡي ِه فِى يَ ۡو ۬ ٍم َكانَ ِم ۡقدَا ُرهُ ۥ خَمۡ ِسينَ َأ ۡلفَ َسنَ ۬ ٍة
Para Malaikat dan Jibril akan naik kepada Allah ُسب َْحانَهُ َو تَ َعالَىpada waktu di mana satu hari di sana
seperti 50.000 tahun di dunia.” (Al-Ma’arij: 4)
• Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan bahwasanya orang yang
tidak membayar zakat hartanya, dia akan tersiksa dengan hartanya tersebut sampai hari keputusan.
Disebutkan dalam hadits tersebut bahwasanya satu hari di situ seperti 50.000 tahun di dunia.
Rasulullah ﷺbersabda,
َ لى َأ ْن تَ ْغر
ُب ِ ْس لِ ْل ُغرُو
َ ب ِإ ك َعلَى ْال ُمْؤ ِم ِن َكتَ َدلِّي ال َّش ْم ِـ
َ ِف يَوْ ٍم ِم ْن َخ ْم ِس ْينَ َأ ْلفَ َسنَ ٍة فَيُهَ ِّونُ َذل
ِ ْيَوْ َم يَقُوْ ُم النَّاسُ لِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ ِم ْقدَا َر نِص
Manusia akan berdiri untuk Allah Rabbul ‘Alamin pada saat itu selama setengah hari dari 50.000
tahun di dunia. Dan akan diringankan bagi orang yang beriman. Setengah hari tersebut seperti waktu
antara menjelang tenggelamnya matahari sampai tenggelamnya matahari (Hadits Shahih Riwayat
Ibnu Hibban).
Allah akan mengumpulkan orang-orang yang dahulu dan yang akhir pada waktu yang diketahui.
dalam keadaan berdiri selama 40 tahun, dalam keadaan tajam pandangan mereka memandang ke
langit menunggu waktu keputusan dari Allah ‘Azza Wa Jalla (Hadits Shahih Riwayat Ath-Thabrani
dalam Al-Mu’jamul Kabiir).
• Ketika manusia dalam keadaan panas dan susah, Allah ُسب َْحانَهُ َو تَ َعالَىmemuliakan
sebagian orang-orang yang beriman dengan memberikannya teduhan yaitu berada di bawah
bayangan ‘Arsy Allah ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَىRasulullah ﷺbersabda :
َُس ْب َعةٌ يُ ِظلُّهُ ْم هَّللا ُ فِي ِظلِّ ِه يَوْ َم اَل ِظ َّل ِإاَّل ِظلُّه
“Tujuh golongan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan teduhan kepada mereka
didalam teduhan-Nya pada hari dimana tidak ada teduhan kecuali teduhan Allah ُسب َْحانَهُ َو تَ َعالَى.”
1. Pemimpin yang adil yaitu seorang pemimpin yang meletakkan segala sesuatu pada
tempatnya sesuai dengan syariat Allah ُسب َْحانَهُ َو تَ َعالَى.
2. Pemuda yang tumbuh dalam ketaatan dan ibadah kepada Allah. Yaitu tidak
menggunakan masa mudanya untuk berhura-hura atau mengikuti hawa nafsu seperti kebanyakan
pemuda.
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, bersatu karena Allah ُسب َْحانَهُ َو تَ َعالَىdan
berpisah karena Allah. Maksudnya bukan mencintai karena dunia atau karena kerabat semata tetapi
karena ketaatan saudaranya kepada Allah.
5. Laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan
kecantikan kemudian laki-laki tersebut berkata “aku takut kepada Allah”, maksudnya dia
meninggalkan perzinahan tersebut karena takut kepada Allah ُسب َْحانَهُ َو تَ َعالَى.
Tujuh golongan diatas bukanlah pembatasan, di dalam hadits yang lain, Rasululllah ﷺbersabda :
“Barangsiapa yang memberikan tempo kepada orang yang kesusahan, (maksudnya adalah seorang
yang miskin yang kesulitan dalam membayar hutang) atau memaafkan hutangnya (maksudnya
sebagian atau seluruhnya) maka Allah akan memberikan ia teduhan” (HR Muslim).
“Allah akan memberikan dia teduhan di bawah bayangan ‘Arsy-Nya” (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah
Radhiyallahu ‘anhu).
Bertaubatlah dari segala dosa, perbanyaklah istighfar, manfaatkan waktu dan potensi yang kita miliki
untuk bisa mengamalkan amalan-amalan diatas dan perbanyaklah menghilangkan kesusahan orang
lain. Semoga Allah ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَىmemudahkan kita dan menghilangkan kesusahan-kesusahan kita di
hari kiamat.
Halaqah 34 - Orang- Keadaan Orang-orang Yang Beriman dan Bertakwa di Hari Kiamat (12/8/22)
Secara umum, orang-orang yang beriman dan bertakwa mereka di hari tersebut akan mendapatkan
rasa aman, tidak takut dengan apa yang akan mereka hadapi di hari kiamat. Dan mereka tidak
bersedih yaitu dengan dunia yang telah mereka tinggalkan. Rasa aman ini Allah ُسب َْحانَهُ َو تَ َعالَىberikan
sesuai dengan kadar keimanan dan ketakwaan mereka.
Barang siapa yang sempurna iman dan juga takwanya, maka dia akan mendapatkan rasa aman yang
sempurna. Dan barang siapa yang kurang iman dan juga takwanya maka akan berkurang pula rasa
aman yang akan dia dapatkan. Allah ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَىberfirman
)لَهُ ُم ۡٱلب ُۡش َر ٰى فِى ۡٱل َحيَ ٰو ِة ٱل ُّد ۡنيَا َوفِى ٱَأۡل ِخ َر ِۚة اَل٦٣( َوا يَتَّقُون
ْ ُوا َوڪَان
ْ ُ) ٱلَّ ِذينَ َءا َمن٦٢( َف َعلَ ۡي ِهمۡ َواَل هُمۡ يَ ۡحزَ نُون
ٌ َأٓاَل ِإ َّن َأ ۡولِيَٓا َء ٱهَّلل ِ اَل َخ ۡو
٦٤( ك هُ َو ۡٱلفَ ۡو ُز ۡٱل َع ِظي ُم َ ِت ٱهَّلل ِۚ َذٲل
ِ ت َۡب ِدي َل ِلڪَلِ َم ٰـ
“Ketahuilah sesungguhnya wali-wali Allah tidak ada ketakutan atas mereka dan mereka tidak akan
bersedih. Yaitu orang-orang yang beriman dan bertakwa. Bagi merekalah kabar gembira di dunia dan
juga di akhirat.” (Yunus : 62-64)
َ وا َولَمۡ يَ ۡلبِس ُٓو ْا ِإي َم ٰـنَهُم بِظُ ۡل ٍم ُأوْ لَ ٰـٓ ِٕٮ
َك لَهُ ُم ٱَأۡلمۡ نُ َوهُم ُّم ۡهتَ ُدون ْ ُٱلَّ ِذينَ َءا َمن
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan kedzaliman, yaitu
dengan kesyirikan, merekalah orang-orang yang akan mendapatkan keamanan dan merekalah
orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (Al-An’am : 82)
Yang demikian itu karena mereka selama di dunia takut kepada Allah dan takut adzab di hari kiamat,
maka Allah ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَىmemberikan rasa aman kepadanya di hari kiamat. Allah ُسب َْحانَهُ َو تَ َعالَى
berfirman menceritakan tentang ucapan orang-orang yang beriman
١١( َض َر ۬ةً َو ُسرُو ۬ ًرا َ ِ) فَ َوقَ ٰٮهُ ُم ٱهَّلل ُ َش َّر َذٲل١٠( ِإنَّا نَخَافُ ِمن َّربِّنَا َي ۡو ًما َعبُو ۬ ًسا قَمۡ طَ ِري ۬ ًرا
ۡ ك ۡٱليَ ۡو ِم َولَقَّ ٰٮهُمۡ ن
“Sesungguhnya kami takut dari Robb kami, pada hari di mana orang bermuka masam penuh dengan
kesulitan, maka Allah ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَىmenjaga mereka dari kesusahan pada hari tersebut dan
memberikan kepada mereka kecerahan wajah dan kegembiraan hati.” (Al-Insan : 10-11)
Umat Nabi Muhammad ﷺakan memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki oleh umat Nabi yang lain.
Wajah, tangan dan kaki mereka akan berwarna putih bekas wudhu mereka di dunia (HR. Bukhari dan
Muslim).
Orang yang mengumandangkan adzan di dunia adalah orang yang paling panjang lehernya di hari
kiamat (HR. Muslim).
Ada yang mengatakan bahwa hikmahnya adalah kepalanya lebih jauh dari genangan keringat dari
pada yang lain.
Orang-orang yang berbuat adil ketika memberikan keputusan baik bagi dirinya, keluarganya maupun
orang-orang yang di bawah kekuasaannya, maka dia akan berada di atas mimbar dari cahaya (HR.
Muslim).
Semoga Allah ُسب َْحانَهُ َو تَ َعالَىmenjadikan kita termasuk orang-orang yang mewujudkan iman dan juga
takwa. Beriman artinya membenarkan dan mempercayai dengan hati. Bertakwa artinya
mengamalkan kepercayaan tersebut dan keyakinan tersebut.
Iman dan amal shaleh adalah sebab seseorang mendapatkan keamanan di hari kiamat. Sebaliknya
dosa-dosa dan maksiat bagi seorang mukmin akan menjadi sebab kesusahan di hari kiamat. Allah
ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَىberfirman
Orang yang tidak membayar zakat emas dan perak, maka akan diseterika dahi, lambung dan
punggung mereka dengan lempengan emas dan perak yang dipanaskan di Neraka Jahanam. Orang
yang memiliki Unta dan dia tidak membayar zakatnya, maka dia akan ditelentangkan di tempat yang
rata kemudian unta-unta tersebut akan menginjak-injaknya dan menggigitnya. Orang yang memiliki
sapi dan kambing kemudian dia tidak membayar zakatnya, maka hewan-hewan tersebut akan
menginjak-injaknya dan menanduknya, demikian dilakukan terhadap mereka sampai hari keputusan
(HR. Muslim).
Orang-orang yang meminta kepada orang lain bukan dengan alasan yang dibenarkan secara syariat,
tapi hanya karena ingin memperbanyak hartanya maka akan datang pada hari tersebut dalam
keadaan wajah tidak berdaging.
Orang yang pernah melakukan ghulul yaitu mengambil sebagian harta rampasan perang secara
sembunyi-sembunyi, maka dia akan membawa harta tersebut pada hari kiamat. Allah ُسب َْحانَهُ َو تَ َعالَى
berfirman
“Dan barang siapa yang melakukan ghulul, maka dia akan membawa harta ghulul tersebut pada hari
kiamat.” (Ali-Imran : 161)
Orang yang berkhianat di dunia, maka akan diberikan bendera di hari kiamat. Kemudian dikatakan
ini adalah pengkhianatan fulan bin fulan (HR. Muslim).
Sehingga manusia saat itu di Padang Mahsyar mengetahui bahwasanya dia adalah seorang
pengkhianat. Dan masuk didalam makna pengkhianatan adalah pengkhianatan rakyat terhadap
penguasa yang sah dan pengkhianatan penguasa terhadap rakyatnya, dan juga pengkhianatan di
dalam perjanjian dan lain-lain. Semakin besar pengkhianatan seseorang, maka akan semakin tinggi
benderanya.
Orang-orang yang sombong di dunia, maka akan dikumpulkan di Padang Mahsyar sebesar semut-
semut kecil dalam bentuk manusia. Rasulullah ﷺbersabda yang artinya,
Akan dikumpulkan orang-orang yang sombong di hari kiamat sebesar semut-semut kecil berbentuk
manusia, mereka diselimuti kehinaan dari semua arah (Hadits Hasan Riwayat Tirmidzi).
Orang yang meludah ke arah kiblat, maka ludahnya akan berada di antara dua matanya (Hadits
Shahih Riwayat Abu Dawud).
Demikianlah keadaan sebagian orang-orang yang beriman yang berdosa di Padang Mahsyar. Dan
barang siapa yang menutup aib seorang muslim di dunia, maka Allah ُسب َْحانَهُ َو تَ َعالَىakan menutup
aibnya di hari kiamat. Rasulullah ﷺbersabda,
َو َم ْن َستَ َر ُم ْسلِ ًماـ َست ََرهُ هَّللا ُ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة
Dan barang siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Alloh Subhanahu wa Ta’ala akan
menutup aibnya di hari kiamat (Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim).
• Asy-Syafa'atul Udzma adalah syafaat yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ untuk para
penduduk Padang Mahsyar. Yang isinya adalah permintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala,
supaya Allah ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى menyegerakan hari keputusan. Dinamakan Asy-Syafa'atul Udzma atau
syafaat yang paling besar karena syafaat ini diperuntukkan untuk seluruh manusia, yang mukmin
maupun yang kafir.
Maka Beliau ﷺ menuju bawah 'Arsy Allah ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى dan bersujud kepada Allah, kemudian
Allah ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى mengilhamkan kepada beliau pujian-pujian kepada Allah yang belum pernah
diajarkan sebelumnya kepada seorangpun. Kemudian dikatakan kepada Beliau ﷺ,
فََأرْ فَ ُع َرْأ ِسي،ْيَا ُم َح َّم ُد ارْ فَ ْع َرْأسَكَ َسلْ تُ ْعطَ ْه ا ْشفَ ْع تُ َشفَّع
Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah maka kamu akan diberi, lakukanlah syafaat, maka
kamu akan dikabulkan syafaatmu (HR. Bukhari dan Muslim).
Inilah yang dimaksud dengan Maqomun Mahmud, yaitu kedudukan yang dipuji. Di mana beliau ﷺ
akan dipuji oleh seluruh manusia yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala janjikan untuk beliau ﷺ
sebagaimana di dalam Al-Quran
• Setelah Nabi ﷺ diizinkan untuk melakukan syafa'at dan diterima syafa'atnya oleh
Allah, maka Allah ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى akan datang untuk memberi keputusan bagi penduduk Mahsyar. Dan
menghisab amalan-amalan mereka. Allah datang dengan cara yang sesuai dengan keagungan
Allah ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى. Tidak mengetahui bagaimananya kecuali Allah. Kewajiban kita adalah beriman
bahwasanya Allah akan datang, tidak boleh kita ingkari, tidak boleh kita serupakan datangnya
Allah ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى dengan datangnya makhluk. Dan tidak boleh kita takwil dengan mengatakan
bahwasanya yang datang adalah perintah-Nya atau urusan-Nya atau Adzab-Nya.
Langit akan pecah dengan awan putih, wallahu a'lam dengan hakikatnya. Akan diturunkan para
Malaikat dan mereka akan datang dengan bershaf-shaf. Allah ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى berfirman:
۬ ًّ ۬
صفًّا
َ صفا ُ َك َو ۡٱل َمل
َ ك َ ُّو َجٓا َء َرب
َ
"Dan datanglah Rabb-Mu dan para Malaikat bershaf-shaf." (Al-Fajr: 22)
• Ketika Allah datang, bersinarlah Bumi dengan cahaya Allah dan didatangkan para
Nabi dan para Malaikat pencatat amal yang baik maupun yang jelek, yang mereka akan dijadikan
saksi.
ِ ۚ ُيَ ۡو َم ن َۡط ِوى ٱل َّس َمٓا َء ڪَ طَ ِّى ٱلس ِِّج ِّل لِ ۡلڪُت
ب
"Hari di mana kami akan menggulung langit, seperti menggulung lembaran-lembaran kertas." (Al-
Anbiya : 104)
Allah akan menggenggam Bumi dan melipat langit dengan tangan kanan-Nya kemudian berkata, Aku
adalah Raja, di mana raja-raja Bumi? (Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan juga Muslim)
Suara Allah didengar penduduk Mahsyar yang jauh maupun yang dekat sebagaimana di dalam
Shahih Bukhari. Dialah Allah ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى
ِ ك يَ ۡو ِم ٱلد
ِّين ِ ِ َم ٰـل
Yaitu Raja yang menguasai hari pembalasan.
• Kedatangan Allah تَ َعالَى di hari tersebut adalah kejadian yang sangat besar bagi semua
makhluk. Allah تَ َعالَى yang telah menciptakan mereka supaya beribadah kepada-Nya semata,
mengutus para Rasul supaya ditaati, menurunkan kitab supaya diamalkan, memberikan kenikmatan
supaya digunakan dengan baik, akan datang untuk menanyakan itu semua dan menghitung amalan-
amalan mereka.
Semua manusia merasa takut atas apa yang mereka lakukan di dunia, orang yang kafir akan takut
atas kekafirannya kepada Allah تَ َعالَى dan orang yang beriman akan takut atas kemaksiatannya
kepada Allah Ta'ala dan amalannya yang penuh dengan kekurangan. Dan akan didatangkan
jahannam yg akan semakin menambah rasa takut manusia. Rasulullah ﷺ bersabda,
يؤتي بجهنم يومئذ لها سبعون ألف زمام مع كل زمام سبعون ألف ملك يجرونها
Akan didatangkan Jahannam pada hari tersebut. Jahannam tersebut memiliki 70.000 tali pengikat.
Pada setiap tali pengikat ada 70.000 malaikat yang akan menyeretnya (HR. Muslim).
"Sekali-kali tidak, apabila bumi digoncangkan dengan segoncang-goncangnya dan datang Rabbmu
dan malaikat dengan berbaris dan didatangkan pada hari tersebut jahannam. Pada hari tersebut
manusia akan sadar dan apa manfaat kesadaran pada hari tersebut, dia mengatakan "Seandainya
aku beramal untuk kehidupanku ini". (Al-Fajr : 21-24)
Dan akan dipisahkan antara orang-orang yang beriman dan orang-orang yang kafir. Allah Ta'ala
berfirman
Rasulullah ﷺ bersabda :
ٌض َي بَ ْينَهُ ْم َو ُكلُّ ُأ َّم ٍة َجاثِيَة
ِ ِإ َّن هَّللا َ تَبَارَكَ َوتَ َعالَى ِإ َذا َكانَ يَوْ ُم ْالقِيَا َم ِة يَ ْن ِز ُل ِإلَى ْال ِعبَا ِد لِيَ ْق
Sesungguhnya Allah tabaraka wa ta'ala apabila datang hari kiamat, akan turun kepada hamba-
hamba untuk memutuskan di antara mereka dan masing-masing umat akan duduk diatas lututnya
dengan gelisah (HR. Tirmidzi).
Halaqah 39 - Keadilan Allah Subhanahu Wa Ta'ala Ketika Hisab Bagian yang pertama (18/8/22)
Zarrah artinya adalah semut, itu yang dikenal oleh orang Arab, mereka mengatakan semut kecil itu
dengan Zarrah. Jangan diartikan dengan biji sawi atau yang semisalnya, Zarrah menurut orang Arab
adalah semut.
• Bahkan rahmat dan kelebihan karunia serta anugerah yang Allāh berikan kepada
para hamba adalah sangat banyak. Seandainya Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengazab semua
makhluk, maka bukanlah hal itu sebuah kezhāliman. Dan seandainya Allāh merahmati, niscaya
rahmat Allāh Subhānahu wa Ta’āla lebih baik dari pada amalan mereka. (Hadīts Shahīh Riwayat Abū
Dāwūd dan Ibnu Mā jah).
Yang demikian karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah Pencipta mereka, Raja yang memiliki
kerajaan, semua makhluk adalah milik-NYA dan dalam kerajaan-NYA. Dan Dia melakukan apa saja
yang Dia kehendaki di dalam Kerajaan-NYA.
⑴ Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah memfitrahkan di dalam hati semua manusia bahwa Allāh
Subhānahu wa Ta’āla adalah Rabb mereka dan mereka mengakui bahkan sebelum mereka
dilahirkan. (Lihat Surat Al-A’rāf: 172)
⑵ Bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah mengutus para Rasūl, para Utusan kepada manusia
yang telah mengingatkan mereka dengan fitrah ini dan mengajak mereka untuk berimān dengan hari
akhir.
⑶ Bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah menugaskan para Malāikat untuk mencatat semua
amalan manusia.
)١٢( َ)يَ ۡعلَ ُمونَ َما ت َۡف َعلُون١١( َ) ِك َرا ۬ ًما َك ٰـتِبِين١٠( ََوِإ َّن َعلَ ۡي ُكمۡ لَ َح ٰـفِ ِظين
“Dan sesungguhnya pada diri kalian ada Malāikat-malāikat yang menjaga atau mengawasi yang
mereka mulia, dan menulis, mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS Al-Infithār: 10-12)
⑷ Bahwasanya kebaikan dan kejelekan sekecil apapun yang disembunyikan di dalam hati maupun
yang dinampakkan akan didatangkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Tidak ada manusia yang dizhālimi karena kebaikan yang terlupakan atau karena kejelekan yang tidak
dia lakukan.
)٨( ) َو َمن َي ۡع َم ۡل ِم ۡثقَا َل َذ َّر ۬ ٍة َش ۬ ًّرا َي َرهُ ۥ٧( فَ َمن يَ ۡع َم ۡل ِم ۡثقَا َل َذ َّر ٍة َخ ۡي ۬ ًرا يَ َرهُ ۥ
“Maka barang siapa yang mengamalkan kebaikan seberat Zarrah sekalipun dia akan melihatnya. Dan
barang siapa yang mengamalkan sebuah kejelekan seberat Zarrah sekalipun akan melihatnya.” (QS
Az-Zalzalah: 7-8)
⑸ Seseorang tidak akan memikul dosa orang lain. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
Kecuali apabila seseorang mengajak kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa orang yang
mengikutinya dalam kesesatan orang tersebut. Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
ضالَلَ ٍة َكانَ َعلَ ْي ِه ِمنَ اِإل ثَ ِم ِم ْث ُل آثَ ِام َم ْن تَبِ َعهُ الَ يَ ْنقُصُ َذلِكَ ِم ْن آثَا ِم ِه ْم َش ْيًئا
َ َو َم ْن َدعَا ِإلَى
“Barang siapa yang mengajak kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa orang yang
mengikutinya. Tidak berkurang dari dosa mereka sedikitpun.” (Hadīts Riwayat Muslim)
)١٤( ك َح ِسي ۬بًا َ )ٱق َر ۡأ ِكتَ ٰـبَكَ َكفَ ٰى بِن َۡف ِس
َ ك ۡٱليَ ۡو َم َعلَ ۡي ۡ ١٣( ڪتَ ٰـ ۬بًا يَ ۡلقَ ٰٮهُ َمن ُشورًا
ِ َونُ ۡخ ِر ُج لَهُ ۥ َي ۡو َم ۡٱلقِيَ ٰـ َم ِة
“Dan Kami akan keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitāb dalam keadaan terbuka. Bacalah
kitābmu, cukuplah dirimu pada hari ini yang menghisab dirimu sendiri” (QS Al-Isrā’: 13-14)
⑺ Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan mendatangkan para saksi supaya tidak ada alasan bagi manusia.
Didatangkan para Rasūl yang akan bersaksi atas umatnya,bahwasanya mereka sudah
menyampaikan. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
Bahkan anggota badan manusia akan menjadi saksi di hari kiamat. Allāh Subhānahu wa Ta’āla
berfirman:
َوا يَ ۡك ِسبُون
ْ ُيہمۡ َوت َۡشہَ ُد َأ ۡر ُجلُهُم بِ َما كَان ۡ ۡ
ِ ٱليَ ۡو َم ن َۡختِ ُم َعلَ ٰ ٓى َأف َوٲ ِه ِهمۡ َوتُ َكلِّ ُمنَٓا َأ ۡي ِد
“Pada hari ini akan Kami tutup mulut-mulut mereka dan tangan-tangan mereka akan berbicara
dengan Kami. Dan kaki-kaki mereka akan menjadi saksi atas apa yang sudah mereka lakukan” (QS
Yāsin: 65)
Seorang yang berimān kepada hari akhir dan berimān bahwasanya kelak akan dihisab maka
hendaklah dia memohon rahmat dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla kemudian mengambil sebab supaya
memiliki Al-Hasanah sebanyak mungkin dan menghilangkan dosa sebisa mungkin.
⑴ Menjaga tauhīd yang merupakan hasanah atau kebaikan yang paling besar.
Dan merupakan pondasi bagi Hasanah yang lain. Dan merupakan sebab diampuninya dosa
seseorang.
Yang apabila dilakukan maka dia akan mendapatkan hasanah yang banyak. Yang demikian karena
kita sangat butuh dengan hasanah yang banyak, sementara waktu untuk mendapatkannya adalah
sangat terbatas. Amalan yang paling afdhāl setelah Rukun Islām dan kewajiban-kewajiban agama
yang lain adalah tiga amalan, yaitu:
⑵ Jihād Fīsabilillāh
Amalan yang wajib lebih afdhāl dan lebih besar pahalanya dari pada amalan yang sunnah.
Amalan yang wajib ‘ain yaitu yang wajib atas semuanya lebih afdhāl dari pada amalan yang wajib
kifayyah yang apabila dilakukan oleh sebagian maka gugur atas yang lain.
Kewajiban yang berkaitan dengan hak Allāh lebih afdhāl dari pada kewajiban yang berkaitan dengan
hak mahluk.
Amalan yang lebih afdhāl adalah amalan yang dilakukan dengan lebih ikhlās dan lebih mengikuti
sunnah Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Amalan sedikit yang mudah dikerjakan tanpa memberatkan diri dan dilakukan secara terus-menerus,
lebih afdhāl dari pada amalan yang banyak tapi terputus. Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam
bersabda yang artinya,
“Amalan yang paling dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah yang paling dilakukan terus-
menerus meskipun sedikit” (Hadits Riwayat Bukhāri dan Muslim).
Terkadang sebuah amalan afdhāl bagi sebagian, namun belum tentu afdhal bagi yang lain.
Amalan yang manfaatnya sampai kepada orang lain lebih afdhāl dari pada amalan yang manfaatnya
hanya untuk diri-sendiri.
Contohnya seperti:
√ Shadaqah dan
√ Dakwah Fīsabilillāh
“Barang siapa yang mengajak kepada petunjuk, maka dia mendapatkan pahala orang yang
mengikutinya. Tidak dikurangi dari pahala mereka sedikitpun” (Hadīts Riwayat Muslim)
√ Amalan yang dikerjakan pada sepuluh hari yang pertama di Bulan Dzulhijjah.
⑶ Memanfaatkan kenikmatan Allāh yang telah diberikan kepada kita semaksimal mungkin.
Seperti kenikmatan ilmu agama, kesehatan, waktu luang, harta benda, anggota badan yang lengkap
dan sehat, jabatan, kenikmatan teknologi, kecerdasan, kenikmatan berbicara dan lain-lain.
Menggunakan kenikmatan tersebut di jalan Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan niat yang benar,
yaitu untuk mencari pahala Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
“Dua nikmat yang banyak manusia yang rugi di dalamnya, kesehatan dan waktu luang” (Hadīts
Riwayat Bukhāri )
Dalam hadīts yang lain Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang kaya, mereka adalah orang -orang yang sedikit hasanahnya pada hari
kiamat. Kecuali orang yang Allāh berikan kekayaan kemudian bershadaqah kepada yang ada di
kanannya, kirinya, depan dan belakangnya dan beramal dengan kekayaan tersebut, amalan yang
baik” (Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim)
Karena amalan bisa menjadi hasanah bagi seseorang bila diterima di sisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Dan syarat diterimanya amalan ada dua, yaitu:
√ Ikhlās
⑸ Bertaubat dari dosa yang diiringi dengan imān dan amal shālih.
Karena barang siapa yang melakukan yang demikian itu, maka dosanya akan diganti dengan
hasanah.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyebutkan bahwasanya, orang yang menyekutukan Allāh Subhānahu
wa Ta’āla, membunuh jiwa tanpa hak, berzina,
Kecuali,
√ Berimān,
Maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan mengganti dosa-dosa mereka menjadi sebuah kebaikan. (QS
Al-Furqān: 68-70)
⑹ Memperbanyak istighfār setiap melakukan dosa atau kurang bersyukur atas nikmat, atau kurang
dalam melakukan kewajiban atau lalai dari mengingat Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
“Tūbā bagi orang yang menemukan di dalam kitābnya istighfār yang banyak” (Hadīts Shahīh Riwayat
Ibnu Mājah)
Tūbā ada yang mengatakan maknanya adalah surga, ada juga yang mengatakan maknanya adalah
nama pohon di surga.
“Aku mengetahui ada sebagian umatku yang akan datang pada hari kiamat dengan membawa
hasanah sebesar gunung-gunung thihamah. Maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjadikan hasanah
tersebut seperti debu yang beterbangan. Maka salah seorang shahābat bertanya kepada Rasūlullāh
shallallāhu ‘alayhi wa sallam tentang sifat mereka. Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam
mengabarkan bahwasanya mereka adalah saudara-saudara kita. Shalāt malam sebagaimana kita
shalāt malam, akan tetapi mereka apabila dalam keadaan sendiri dengan sesuatu yang diharāmkan,
mereka pun melanggarnya. (Hadīts Shahīh Riwayat Ibnu Mājah)
Di dalam hadīts yang lain, beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan yang artinya:
“Ketika orang-orang yang terkena musibah di dunia mendapatkan pahala di hari kiamat,
maka ahlul ‘afiah (orang-orang yang tidak banyak terkena musibah) akan berkeinginan
seandainya kulit-kulit mereka digunting di dunia” (Hadīts Hasan Riwayat Tirmidzi)
Yang demikian karena mereka melihat besarnya pahala orang-orang yang bersabar sebagaimana
firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
ٍ ص ٰـبِرُونَ َأ ۡج َرهُم بِغ َۡي ِر ِح َسا ۬ـ
ب َّ ِإنَّ َما يُ َوفَّى ٱل
⑼ Beramal shālih secara umum berdasarkan dalīl-dalīl yang shahīh, seperti membaca Al-Qurān,
puasa dan lain-lain.
“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullāh (Al-Qurān), maka setiap huruf dia akan
mendapatkan satu hasanah. Dan satu hasanah akan dilipatgandakan menjadi sepuluh hasanah.”
(Hadīts Shahīh Riwayat Tirmidzi)
Di dalam sebuah hadīts disebutkan bahwasanya setiap amalan anak Ādam, satu hasanah akan
dilipatgandakan menjadi sepuluh hasanah sampai tujuh ratus. Kecuali puasa, karena sesungguhnya
puasa adalah untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan Dia-lah yang akan membalasnya. (Hadīts Shahīh
Riwayat Bukhāri dan Muslim)
Mintalah senantiasa kepada Allāh pertolongan di dalam beramal, beramallah sebaik mungkin dan
mohonlah kepada Allāh supaya diterima.
Dan ketahuilah bahwasanya amal kita hanyalah sebab dan bukan pengganti kenikmatan surga dan
keselamatan dari neraka. Seandainya seseorang beramal semaksimal mungkin, sebaik-baiknya
selama hidupnya, niscaya tidak cukup untuk membalas kenikmatan Allāh di dunia. Maka bagaimana
dengan kenikmatan di akhirat? Rahmat atau kasih sayang dan anugerah Allāh-lah yang lebih kita
harapkan. Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:
• Ketika hisāb, Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan berbicara dengan para hamba dengan
cara yang sesuai dengan keagungan Allāh.
Allāh akan bertanya tentang apa yang sudah mereka lakukan di dunia.
“Tidaklah di antara kalian kecuali Rabbnya akan berbicara kepadanya. Tidak ada antara dia dengan
Allāh penerjemah. Dia akan melihat di sebelah kanannya, maka dia tidak akan melihat kecuali
amalan yang sudah ia lakukan. Dan melihat sebelah kirinya, maka dia tidak melihat kecuali amalan
yang sudah dia lakukan. Dan akan melihat depannya, maka dia tidak melihat kecuali neraka berada
di depannya. Maka jagalah diri kalian dari neraka meskipun dengan separuh buah kurma” (Hadīts
Bukhāri dan Muslim)
Adapun hadīts yang berisi bahwasanya ada tiga golongan yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak akan
berbicara dengan mereka pada hari kiamat.
⑶ Orang yang musbil yaitu memanjangkan pakaian di bawah mata kaki, yaitu bagi laki-laki
Maka yang dimaksud dalam hadīts ini seperti yang dikatakan oleh sebagian ulamā bahwasanya Allāh
Subhānahu wa Ta’āla tidak akan berbicara dengan mereka dalam keadaan ridhā. Tapi Allāh
Subhānahu wa Ta’āla akan berbicara kepada mereka dalam keadaan marah.
• Di antara hal yang ditanyakan di hari kiamat, yang pertama adalah tentang tauhīd
kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
َفَلَن َۡسـَٔلَ َّن ٱلَّ ِذينَ ُأ ۡر ِس َل ِإلَ ۡي ِهمۡ َولَن َۡسـَٔلَ َّن ۡٱل ُم ۡر َسلِين
“Maka sungguh kami akan tanya umat yang telah diutus kepada mereka para Rasūl. Dan sungguh
kami akan tanya para Rasūl” (QS. Al-A’rāf: 6)
Kita akan ditanya, bagaimana kita akan menjawab ajakan Rasūl dan ajakan Rasūl yang paling besar
adalah Tauhīd.
• Di antara hal yang akan ditanyakan pada hari kiamat adalah kenikmatan yang Allāh
berikan kepada kita di dunia. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
“Kemudian sungguh-sungguh kalian akan ditanya pada hari itu, tentang kenikmatan”. (QS At-
Takatsur: 8)
“Sesungguhnya pertanyaan pertama yang akan ditanyakan kepada seorang hamba pada hari kiamat
tentang kenikmatan adalah akan dikatakan kepadanya, “Bukankah Kami telah menyehatkan
badanmu dan memberimu air yang dingin?”” (Hadīts Riwayat Tirmidzi)
Di dalam hadīts yang lain Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:
“Tidak akan bergerak kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat, sampai ditanya,
√ dan akan ditanya tentang hartanya dari mana dia dapatkan dan dalam perkara apa dia gunakan
√ dan akan ditanya tentang anggota badannya untuk apa dia gunakan”
• Orang yang mensyukuri nikmat tersebut, dialah yang akan selamat. Mensyukuri
dengan hati, lisan maupun perbuatan. Hatinya mengakui kenikmatan tersebut, bahwasanya itu
adalah dari Allāh. Lisannya bersyukur dan memuji kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan dia
mempergunakan kenikmatan tersebut di dalam hal yang diperbolehkan oleh Allāh Subhānahu wa
Ta’āla.
Di antara hal yang akan ditanyakan Allāh Subhānahu wa Ta’āla ketika hisāb adalah pendengaran,
penglihatan dan hati kita.
Dengan demikian hendaklah seorang muslim menjaga pendengaran, penglihatan dan hatinya dari
apa yang Allāh harāmkan.
Di antara yang Allāh tanyakan adalah perjanjian. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
ًوا بِ ۡٱل َع ۡه ِۖد ِإ َّن ۡٱل َع ۡه َد َكانَ َم ۡسـُٔو ۬ال
ْ َُوَأ ۡوف
“Dan sempurnakanlah perjanjian karena sesungguhnya perjanjian akan ditanyakan” (QS Al-Isrā’: 34)
Dan perjanjian di sini mencakup perjanjian seorang hamba kepada Allāh dan kepada makhluk.
Seorang muslim dituntut untuk menyempurnakan janjinya. Di antara hal yang akan ditanyakan
adalah tentang amanat yang telah Allāh berikan kepada kita. Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam
bersabda yang artinya:
“Setiap kalian adalah penjaga amanat dan setiap kalian akan ditanya tentang amanat tersebut.
Seorang imām atau pemimpin negara adalah penjaga amanat dan dia akan ditanya tentang amanat
tersebut. Seorang bapak adalah penjaga amanat di dalam keluarganya dan dia akan ditanya tentang
amanat tersebut. Seorang ibu adalah seorang penjaga amanat di dalam rumah suaminya dan dia
akan ditanya tentang apa yang dia jaga. Dan seorang pembantu adalah penjaga amanat harta
majikannya dan dia akan ditanya tentang amanat tersebut .” (Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim)
Seorang pemimpin mendapat amanat dari Allāh untuk menegakkan hukum-hukum Allāh atas
rakyatnya dan berbuat adil.
Seorang bapak mendapat amanat untuk memimpin keluarga dan membawa mereka kepada
kebaikan serta memberikan hak-hak mereka.
Seorang ibu mendapat amanat untuk mengurus rumah tangga, mengurus anak, menasihati suami
dan lain-lain.
Seorang pembantu mendapat amanat untuk menjaga harta majikannya dan melaksanakan
pekerjaan sebagai seorang pembantu.
Masing-masing kita hendaknya melaksanakan amanat dan kewajiban sebaik-baiknya apapun peran
kita sesuai dengan yang Allāh perintahkan.
Baik sebagai seorang guru maupun murid dan lain-lain, masing-masing hendaknya melaksanakan
amanat dan kewajiban sebaik-baiknya.
“Setiap kalian adalah penjaga amanat dan setiap kalian akan ditanya tentang amanat tersebut.
Seorang imām atau pemimpin negara adalah penjaga amanat dan dia akan ditanya tentang amanat
tersebut. Seorang bapak adalah penjaga amanat di dalam keluarganya dan dia akan ditanya tentang
amanat tersebut. Seorang ibu adalah seorang penjaga amanat di dalam rumah suaminya dan dia
akan ditanya tentang apa yang dia jaga. Dan seorang pembantu adalah penjaga amanat harta
majikannya dan dia akan ditanya tentang amanat tersebut .” (Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim)
Seorang pemimpin mendapat amanat dari Allāh untuk menegakkan hukum-hukum Allāh atas
rakyatnya dan berbuat adil.
Seorang bapak mendapat amanat untuk memimpin keluarga dan membawa mereka kepada
kebaikan serta memberikan hak-hak mereka.
Seorang ibu mendapat amanat untuk mengurus rumah tangga, mengurus anak, menasihati suami
dan lain-lain.
Seorang pembantu mendapat amanat untuk menjaga harta majikannya dan melaksanakan
pekerjaan sebagai seorang pembantu.
Masing-masing kita hendaknya melaksanakan amanat dan kewajiban sebaik-baiknya apapun peran
kita sesuai dengan yang Allāh perintahkan. Baik kita sebagai seorang pemimpin maupun yang
dipimpin. Baik sebagai juru dakwah maupun yang didakwahi. Baik sebagai suami maupun seorang
istri. Baik sebagai seorang ayah atau ibu maupun anak. Baik sebagai seorang guru maupun murid dan
lain-lain, masing-masing hendaknya melaksanakan amanat dan kewajiban sebaik-baiknya.
• Orang-orang kāfir menurut pendapat yang lebih kuat meskipun amalan mereka
adalah amalan yang sia-sia namun mereka akan dihisāb dan ditanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Sebagai celaan kepada mereka dan untuk menunjukkan keadilan Allāh serta menegakkan hujjah atas
mereka. Hisāb terhadap orang-orang kāfir akan sangat teliti. Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam
bersabda:
َ ش ْال ِح َس
اب َهلَ ْك َ َِو َم ْن نُوق
“Barang siapa yang diperiksa dengan teliti hisābnya, maka dia akan binasa” (Hadīts Riwayat Bukhāri
dan Muslim)
• Adapun orang-orang yang berimān maka mereka akan dihisāb dengan hisāb yang
mudah. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
“Adapun orang yang diberi kitāb dengan tangan kanannya, maka dia akan dihisāb dengan hisāb yang
mudah”. (QS. Al-Insyiqaq: 7-8)
Dan yang dimaksud dengan hisāb yang mudah disebutkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa
sallam dalam sebuah hadīts yang artinya:
“Sesungguhnya Allāh akan mendekatkan seorang mu’min kemudian menutupinya, kemudian Allāh
berkata kepadanya, “Apakah kamu mengetahui dosa ini? Apakah kamu mengetahui dosa ini?” Maka
orang mu’min tersebut akan berkata, “Iya wahai Rabbku”. Sehingga ketika Allāh Subhānahu wa
Ta’āla sudah membuatnya mengakui dosa-dosanya dan hamba tersebut melihat bahwasanya dirinya
akan binasa yaitu karena dosa-dosanya tersebut, maka Allāh Subhanahu wa Ta'ala berkata "Aku
telah menutupi dosa-dosamu ini di dunia dan aku mengampuninya untukmu hari ini." Maka diapun
diberi kitāb kebaikan-kebaikannya”. (Hadits Riwayat Bukhāri dan Muslim)
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengabarkan bahwasanya ada 70 ribu orang dari umatnya
yang kelak tidak dihisāb sama sekali. Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyebutkan
bahwasanya mereka adalah:
⑶ Tidak bertathayyur yaitu menganggap sial dengan melihat burung ataupun semisalnya
Di antara mereka adalah seorang sahabat Ukasyah Ibnu Mihshan (Hadīts Riwayat Bukhāri dan
Muslim)
Halaqah 43 - Orang yang pertama dihisāb, amalan yang pertama dihisāb dan hal yang pertama
dihisāb (24/8/22)
Orang yang pertama kali akan dihisāb pada hari kiamat ada tiga orang.
Dia berkata: “Aku gunakan untuk berperang di jalanmu sampai aku mati syahīd”
Allāh berkata kepadanya, “Kamu dusta, akan tetapi kamu berperang supaya dikatakan sebagai
seorang pemberani dan manusia sudah mengatakan engkau adalah pemberani”
⑵ Orang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya dan juga membaca Al-Qur’ān
Kemudian diperlihatkan kenikmatan yang Allāh berikan kepadanya maka diapun mengenalnya.
Dia berkata, “Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya dan aku membaca Al-Qur’ān karenamu”
Allāh berkata, “Kamu dusta, kamu mempelajari ilmu, mengajarkannya supaya dikatakan ‘alim, dan
membaca Al Qur’ān supaya dikatakan Qari’. Dan manusia sudah mengatakan demikian."
Kemudian didatangkan
⑶ Orang yang Allāh luaskan hartanya dan telah diberikan berbagai macam harta benda
Maka Allāh memperlihatkan kenikmatan yang telah Allāh berikan kepadanya, maka diapun
mengenalnya. Kemudian Allāh bertanya,
Ia pun menjawab,”Tidaklah aku tinggalkan satu jalan yang engkau cinta. Aku berinfāq di dalamnya,
kecuali aku infāq di dalamnya”
Allāh berkata, “Kamu dusta, akan tetapi engkau melakukannya supaya dikatakan dermawan. Dan
sungguh manusia telah mengatakan demikian" (Hadīts Riwayat Muslim)
Amal ibadah yang pertama kali akan dihisāb adalah shalāt lima waktu. Apakah seorang hamba
menyempurnakan shalātnya atau tidak. Jika sempurna, maka akan ditulis sempurna. Dan apabila
kurang, maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan memerintahkan malāikat untuk melihat shalāt-shalāt
sunnahnya. Apabila dia memiliki shalāt-shalāt sunnah, maka akan digunakan untuk menambal
kekurangan yang dilakukan ketika shalāt fardhu (Hadīts Shahīh Riwayat Abū Dāwūd dan Ibnu Mājah)
Adapun hal pertama yang berkaitan dengan hak antar manusia yang akan dihisāb adalah tentang
darah. Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
“Hal yang pertama kali akan dihisāb yang berkaitan dengan hak antar manusia pada hari kiamat
adalah tentang darah”. (Hadīts Riwayat Muslim)
Orang yang berimān dengan hisāb dan hari perhitungan dan dia beramal maka dia akan menerima
kitāb yang berisi hasanah dengan tangan kanannya. Dan kelak akan kembali kepada keluarganya di
dalam surga dalam keadaan yang sangat bahagia. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
)٩( ) َويَنقَلِبُ ِإلَ ٰ ٓى َأ ۡهلِ ِهۦ َم ۡسرُو ۬ ًرا٨( ب ِح َسا ۬بًا يَ ِسي ۬ ًرا
) فَ َس ۡوفَ يُ َحا َس ُـ٧( فََأ َّما َم ۡن ُأوتِ َى ِكتَ ٰـبَهُ ۥ ِبيَ ِمينِ ِهۦ
“Maka adapun orang yang diberi kitāb dengan tangan kanannya, maka dia akan dihisāb dengan
hisāb yang mudah dan akan kembali kepada keluarganya dalam keadaan bahagia”. (QS Al-Insyiqāq:
7-9)
) فِى َجنَّ ٍة٢١( ضيَ ۬ ٍة ِ ) فَهُ َو فِى ِعي َش ۬ ٍة رَّا٢٠( ق ِح َسابِيَ ۡه ٍ َنت َأنِّى ُملَ ٰـ
ُ ) ِإنِّى ظَن١٩( وا ِكتَ ٰـبِيَ ۡه ْ فََأ َّما َم ۡن ُأوتِ َى ِكتَ ٰـبَهُ ۥ ِبيَ ِمينِ ِهۦ فَيَقُو ُل هَٓاُؤ ُم ۡٱق َر ُء
َ) َوَأ َّما َم ْن ُأوتِ َي ِكتَابَهُ بِ ِش َمالِ ِه فَيَقُو ُل يَا لَ ْيتَنِي لَ ْم ُأوت٢٤( ُوا هَنِ ٓي ۢـَٔا بِ َمٓا َأ ۡسلَ ۡفتُمۡ فِى ٱَأۡلي َِّام ۡٱلخَالِيَ ِة
ْ ٱش َرب ۡ وا َوْ ُ) ُكل٢٣( ٌ) قُطُوفُهَا دَانِيَ ۬ة٢٢( عَالِيَ ۬ ٍة
)٢٥(ِْكتَابِيَه
“Maka adapun orang yang diberi kitāb dengan tangan kanannya dia akan berkata kepada orang lain,
"Silahkan bacalah kitābku ini, Sesungguhnya aku dahulu di dunia yakin bahwa aku akan menemui
hisāb”. Maka dia akan berada di dalam kehidupan yang diridhai di surga yang tinggi yang buah-
buahannya rendah (maksudnya mudah dipetik), dikatakan kepada mereka: “Makanlah kalian dan
minumlah dengan nikmat karena amal-amal yang kalian kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.”"
(QS Al-Hāqqah: 19-24)
Adapun orang kāfir dan munāfiq maka dia akan menerima kitāb dengan tangan kiri dari arah
belakang. Pertanda bahwasanya mereka akan masuk ke dalam neraka. Dia pun berteriak dengan
kecelakaan. Tidak bermanfaat bagi mereka, harta mereka yang melimpah dan jabatan mereka yang
tinggi di dunia. Mereka menyesal dan berangan-angan seandainya tidak diberi kitāb. Dan berangan-
angan seandainya tidak dibangkitkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Allāh Subhānahu wa Ta’āla
berfirman:
ۡ َ) َوي١١( ُوا ثُبُو ۬ ًرا
) ِإنَّهُ ۥ ظَ َّن َأن١٣( ) ِإنَّهُ ۥ َكانَ فِ ٓى َأ ۡهلِ ِهۦ َم ۡسرُورًا١٢( صلَ ٰى َس ِعيرًا ْ ) فَ َس ۡوفَ يَ ۡدع١٠( َوَأ َّما َم ۡن ُأوتِ َى ِكتَ ٰـبَهُ ۥ َو َرٓا َء ظَ ۡه ِر ِهۦ
)٤١( َلَّن يَحُو َر
“Dan adapun orang yang diberikan kitābnya dari belakangnya, maka dia akan berteriak dengan
kecelakaan. Dan akan masuk kelak di dalam neraka. Sesungguhnya dahulu dia bergembira ria
bersama keluarganya. Dan sesungguhnya dahulu dia menyangka bahwa dia tidak akan kembali
kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla” (QS. Al-Insyiqāq: 10-14)
)٢٨( ) َمٓا َأ ۡغن َٰى َعنِّى َمالِيَ ۡۜه٢٧( َضيَة ِ ت ۡٱلقَا ِ َ) يَ ٰـلَ ۡيتَہَا كَان٢٦( َوَأ َّما َم ْن ُأوتِ َي ِكتَابَهُ بِ ِش َمالِ ِه فَيَقُو ُل يَا لَ ْيتَنِي لَ ْم ُأوتَ ِكتَابِيَ ْه َولَمۡ َأ ۡد ِر َما ِح َسابِيَ ۡه
)٣٢( ُٱسلُ ُكوه ۬ ۬
ۡ َ) ثُ َّم فِى ِس ۡل ِسلَ ٍة َذ ۡر ُعهَا َس ۡبعُونَ ِذ َرا ًعا ف٣١( ُصلُّوه َ ) ثُ َّم ۡٱل َج ِحي َم٣٠( ُ) ُخ ُذوهُ فَ ُغلُّوه٢٩( ك َعنِّى س ُۡلطَ ٰـنِيَ ۡه َ َهَل
“Adapun orang-orang yang diberi kitāb dari sebelah kiri, maka dia akan berkata, “Seandainya aku
tidak diberi kitābku ini dan seandainya aku tidak mengetahui hisābku. Seandainya kematian yang
menyudahi segalanya. Hartaku tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku”. Maka
Allāh berkata, “Peganglah dia, lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia
ke dalam api neraka yang menyala-nyala, kemudian ikatlah dia dengan rantai yang panjangnya 70
hasta” (QS. Al-Hāqqah: 25-32)
Halaqah 45 - Penegakan Qishas atau Hukuman Bagi Orang-orang Yang Zhālim (26/8/22)
لتؤدن الحقوق إلى أهلها يوم القيامة حتى يقاد للشاة الجلحاء من الشاة القرناء
“Sungguh akan diberikan hak-hak ini kepada pemiliknya di hari kiamat sampai akan di qishas seekor
kambing yang bertanduk karena kezhāliman yang dia lakukan terhadap kambing yang tidak
bertanduk.” (Hadīts Riwayat Muslim)
Akan didatangkan orang yang dzalim dan yang di zhālimi sekecil apapun kezhāliman tersebut. Baik
kezhāliman berupa harta seperti: pencurian, perampokan, penipuan, hutang. Atau kezhāliman
kehormatan seperti: umpatan, ghibāh yaitu membicarakan kejelekan orang lain, tuduhan palsu. Atau
kezhāliman fisik seperti: pemukulan, pembunuhan, dan lain-lain.
Penegakan keadilan saat itu adalah dengan hasanah dan sayyiah. Orang yang zhālim akan diambil
hasanahnya dan diberikan kepada orang yang dizhālimi. Apabila orang yang zhālim tersebut tidak
memiliki hasanah, maka sayyiah orang yang dizhālimi akan diberikan kepada orang yang zhālim
tersebut.
• Orang yang bangkrut di hari tersebut adalah orang-orang yang terlalu banyak
kezhālimannya di dunia. Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:
“Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan ummatku adalah yang datang pada hari kiamat
dengan membawa pahala shalāt, pahala puasa dan pahala zakāt. Dia datang pada hari tersebut dan
dahulu di dunia dia telah mencela si Fulān, menuduh si Fulān berzinah, memakan harta si Fulān,
menumpahkan darah si Fulān dan memukul si Fulān. Maka hasanah atau pahala kebaikan orang
tersebut akan diberikan kepada si Fulān, lalu si Fulān. Sehingga apabila habis hasanah orang tersebut
sebelum dia melunasi hak orang lain, maka akan diambil dosa-dosa orang yang pernah dia zhālimi
tersebut dan dipikulkan kepadanya, kemudian akhirnya dia dilemparkan ke dalam neraka.” (Hadīts
Riwayat Muslim)
Oleh karena itu seorang muslim di dunia apabila berbuat zhālim maka hendaknya bersegera untuk
minta maaf dan mengembalikan hak orang yang pernah dia zhālimi. Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa
sallam bersabda yang artinya:
“Barang siapa yang memiliki kezhāliman kepada orang lain baik berupa kehormatan atau sesuatu
yang lain maka hendaklah dia meminta dihalalkan darinya pada hari ini. Sebelum datangnya hari
yang di situ tidak ada lagi dinar maupun dirham.” (Hadīts Riwayat Bukhari)
Orang yang dizhālimi di dunia boleh membalas dengan balasan yang setimpal. Akan tetapi tidak
boleh dia membalas dengan berlebihan, karena dengan demikian justru dia menjadi orang yang
zhālim yang akan diambil kebaikannya. Dan apabila dia memaafkan maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla
akan memberikan pahala yang besar. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
ۡ ُؤا َسيَِّئ ۬ ٍة َسيَِّئ ۬ةٌ ِّم ۡثلُهَ ۖا فَ َم ۡن َعفَا َوَأ
َصلَ َح فََأ ۡج ُرهُ ۥ َعلَى ٱهَّللۚ ِ ِإنَّهُ ۥ اَل يُ ِحبُّ ٱلظَّ ٰـلِ ِمين ْ َو َجزَ ٓٲ
“Dan balasan sebuah kejelekan adalah kejelekan yang setimpal. Dan barang siapa yang memaafkan
dan memperbaiki, maka pahalanya atas Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Sesungguhnya Allāh Subhānahu
wa Ta’āla tidak mencintai orang-orang yang zhālim.” (QS Asy Syūrā: 40)
Halaqah 46 - Mizān (timbangan) dan penimbangan amal (29/8/22)
• Di antara berimān kepada hari akhir adalah berimān dengan adanya mizān dan
penimbangan amal. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
ْ ُازينَ ْالقِ ْسطَ لِيَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة فَاَل ت
ظلَ ُم نَ ْفسٌ َشيْئ ِ ض ُع ْال َم َو
َ ََون
“Dan Kami akan meletakkan timbangan-timbangan yang adil pada hari kiamat, maka tidak ada
seorangpun yang akan dizhālimi sedikitpun.” (QS Al Anbiyā: 47)
Karena:
√ Penimbangan adalah untuk menampakkan hasil dari perhitungan tersebut dan menunjukkan
keadilan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Akan ditimbang hasanah dan sayyiah dengan timbangan yang hakiki. Memiliki dua kiffah yaitu
piringan timbangan. Memiliki sifat berat dan ringan dan bisa miring karena amalan. Allāhu a’lam
tentang tentang hakikatnya dan bagaimananya. Allāh berfirman:
• Didalam hadīts shahīh yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Mājah disebutkan
bahwasanya catatan dosa-dosa akan ditaruh di kiffah dan bitaqah (kartu yang bertuliskan ‘Lā ilāha
illallāh) akan ditaruh di kiffah yang lain. Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
لِ َم ْن: يَا َربِّ ! لِ َم ْن يَ ِزنُ هَ َذا؟ فَيَقُوْ ُل هللاُ تَ َعالَى:ُ فَتَقُوْ ُل ْال َمالَِئ َكة،ت
ْ ات َواَألرْ ضُ لَ َو ِس َع
ُ فَلَوْ ُو ِزنَ فِ ْي ِه ال َّس َم َو،ض ُع ْال ِم ْي َزانُ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة
َ ْيُو
ت ِم ْن َخ ْلقِ ْيُ ِشْئ،
“Akan diletakkan mizān pada hari kiamat, seandainya langit dan bumi di timbang didalamnya niscaya
akan cukup. Bertanyalah para Malāikat, "wahai Rabb untuk siapakah timbangan ini?" Maka Allāh
سبحانه و تعالىberfirman, “untuk orang yang aku kehendaki dari para makhluk ku.” (Hadīts shahīh
diriwayatkan oleh al-Hakim di dalam Al mustadrak)
Para ulamā berbeda pendapat tentang berapakah jumlah mizān di hari kiamat. Apakah satu
timbangan atau banyak, karena masing-masing manusia memiliki timbangan atau masing-masing
amalan ada timbangan khusus. Allāhu a’lam.
• Amalan yang paling berat di dalam timbangan pada hari kiamat adalah dua kalimat
syahadah. Dari Abdullāh ibnu ‘Amr ibnul Ash Radhiyallāhu ‘anhuma, beliau berkata Rasūlullāh
shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allāh akan memilih seseorang dari umatku di hadapan makhluk-makhluk yang lain
pada hari kiamat.”
Dan maksud beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah kitāb yang berisi dosa-dosa hamba tersebut.
Kemudian beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:
Kemudian Allāh bertanya kepada hamba tersebut, “Apakah ada di antara isi kitāb tersebut yang
engkau ingkari? Apakah para malāikat penulis telah menzhālimimu ?"
Allāh bertanya, “Apakah kamu memiliki alasan?” Dia kembali menjawab, “Tidak wahai Rabb-ku”
Maka Allāh pun berkata, “Sesungguhnya engkau memiliki hasanah di sisi kami. Dan sesungguhnya
engkau tidak akan dizhālimi pada hari ini." Maka dikeluarkanlah sebuah kartu bertuliskan
“Asyhaduallā ilā ha illallāh wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasūluh”. Allāh pun berkata,
"Lihatlah timbanganmu". Hamba tersebut mengatakan, "Wahai Rabb-ku apa arti sebuah kartu ini
dibandingkan dengan sijjil yang begitu banyak?". Maka Allāh berkata, “Sesungguhnya engkau tidak
akan dizhālimi." Diletakkanlah sijjil yang banyak tersebut, di satu piringan timbangan dan diletakan
kartu di satu piringan timbangan yang lain. Maka ringanlah sijjil yang banyak dan beratlah kartu
tersebut.
Tidak ada sesuatu yang mengalahkan beratnya nama Allāh (Hadīts Shahīh Riwayat At-Tirmidzi dan
Ibnu Mājah).
• Di antara amalan yang sangat memberatkan timbangan pada hari kiamat adalah
akhlak yang baik. Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat di dalam timbangan dari pada akhlak yang baik.” (Hadīts Shahīh
Riwayat Abū Dāwūd dan Tirmidzi).
• Oleh karena itu, hendaknya seorang muslim senantiasa memperbaiki dua kalimat
syahadat yang dia ucapkan. Berusaha untuk memahami maknanya dan mengamalkan isinya dan
istiqamah di atas keduanya sampai meninggal dunia. Di samping itu hendaknya dia memperbaiki
ibadahnya kepada Allāh dan akhlaknya kepada manusia. Melakukan itu semua karena Allāh dan
untuk memperberat timbangannya di hari kiamat.
• Orang yang berbahagia adalah orang yang lebih berat timbangan kebaikannya dari
pada kejelekannya. Dan orang yang celaka adalah orang yang lebih ringan timbangan kebaikannya
dari pada kejelekannya. Sebagaimana disebutkan oleh Allāh di dalam Surat Al-Qariah.
• Orang kāfir tidak memiliki sesuatu yang memberatkan timbangan mereka, karena
amalan mereka batal dengan kesyirikan dan kekufuran (Lihat Surat Al-Kāhfi : 103-106)
“Sesungguhnya akan datang seseorang yang besar lagi gemuk pada hari kiamat akan tetapi beratnya
di sisi Allāh tidak lebih berat dari satu sayap dari seekor nyamuk.” (Hadīts Riwayat Bukhāri dan
Muslim)
Dalīl-dalīl di atas menunjukkan bahwasanya nya ada tiga perkara yang akan ditimbang pada hari
kiamat.
⑴ Amalan
• Diantara berimān kepada hari akhir adalah Berimān tentang Adanya Telaga
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pada Hari Kiamat. Hadīts -hadīts yang datang di dalam
masalah ini mencapai derajat mutawwatir. Diantaranya adalah sabda beliau Shallallāhu ‘alayhi wa
sallam:
ظ َمُأ َأبَدًا
ْ َب ِم ْنهَ فَالَ ي
َ َر ِ ك َو ِك ْي َزانُهُ َكنُج
ِ ُوم ال َّس َما ِـء َم ْن ش ْ َو ِر ْي ُحهُ َأ، َما ُؤ هُ َأ ْبيَضُ ِمنَ اللَّبَ ِن،ض ْي َم ِسي َْرةُ َشه ٍْر
ِ طيَبُ ِمنَ ْال ِم ْس ِ َْحو
“Telagaku sepanjang 1 bulan perjalanan, airnya lebih putih dari pada susu dan baunya lebih wangi
dari minyak kesturi dan kiizān-nya yaitu sejenis teko sebanyak bintang di langit. Barangsiapa yang
meminum darinya maka dia tidak akan harus selama-lamanya.” (Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim)
• Umat beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam akan mendatangi telaga beliau Shallallāhu
‘alayhi wa sallam dan meminum darinya. Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan yang
artinya:
"Dan aku akan menolak manusia dari telagaku sebagaimana seseorang menolak unta orang lain dari
telaganya"
Maka para shahābat bertanya kepada beliau, “Wahai Rasūlullāh , apakah engkau mengenal kami
pada hari tersebut?”
Beliau menjawab, “Iya. Kalian memiliki tanda yang tidak dimiliki umat-umat yang lain. Kalian akan
mendatangi telagaku dalam keadaan putih wajah, tangan dan kaki kalian dari bekas berwudhu”.
(Hadīts Riwayat Muslim)
• Orang yang berimān ketika Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam masih hidup
kemudian dia murtad sepeninggal beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam maka akan dijauhkan dari
telaga beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Dalam sebuah hadīts, beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam
mengatakan yang artinya:
“Aku akan mendahului kalian diatas telaga dan akan dinampakkan orang diantara kalian kemudian
tiba-tiba dijauhkan dariku. Akupun bertanya, “Wahai Rabb-ku, Bukankah mereka adalah para
sahabatku?” Maka dikatakan kepada beliau, “Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang
mereka lakukan setelah dirimu.””(Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim, dari ‘Abdullāh bin Mas’ud
Radhiyallāhu ‘anhu)
“Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka rubah setelahmu.” (Hadīts Riwayat
Bukhāri dan Muslim)
Sebagian ulamā mengatakan bahwasanya membuat bid’ah di dalam agama termasuk merubah yang
dimaksud di dalam hadīts ini. Dikhawatirkan dia tidak bisa meminum dari telaga Nabi Shallallāhu
‘alayhi wa sallam. Namun, bukan berarti apabila dia masuk ke dalam neraka dia kekal di dalamnya.
Karena yang kekal di neraka hanyalah orang-orang kāfir. Dua hadīts terakhir menunjukkan
bahwasanya setelah meninggal dunia, beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak mengetahui apa
yang dilakukan umatnya.
Semoga Allāh menjadikan kita termasuk orang-orang yang bisa meminum dari telaga Rasūlullāh
shallallāhu ‘alayhi wa sallam pada hari dimana kita sangat membutuhkannya.
Berkatalah orang-orang yang dianggap lemah kepada pembesar-pembesar mereka, “Kalau bukan
karena kalian tentulah kami dahulu menjadi orang-orang yang berimān”
"Apakah kami yang telah menghalangi kalian dari petunjuk, sesudah petunjuk itu datang kepada
kalian?"
"Tidak! Sebenarnya kalian sendirilah orang-orang yang berdosa (maksudnya kalian sendirilah yang
menginginkan kesesatan dan kami hanya mengajak)."
Orang-orang yang dianggap lemah balik membantah dan mengatakan:
"Tidak! Sebenarnya tipu daya kalian malam dan siang itulah yang menghalangi kami, ketika kalian
menyuruh kami untuk kāfir kepada Allāh dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya."
Demikianlah keadaan para pembesar dan tokoh masyarakat yang mengajak kepada kesyirikan dan
menghalangi manusia dari tauhīd. Mereka berlepas diri dari para pengikut mereka dan tidak bisa
menolong mereka sedikitpun. Para pengikut akan celaka sebagaimana para tokoh tersebut dan para
pembesar juga celaka.
Oleh karena itu seorang muslim hendaknya menyelamatkan dirinya dari neraka. Jadilah seorang
tokoh masyarakat yang mengajak kepada tauhīd. Dan apabila dia orang yang lemah maka janganlah
dia mengikuti kemauan para pembesar ataupun orang banyak apabila dia menghalangi manusia dari
tauhīd dan mengajak kepada kesyirikan.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan hidayah kepada kita dan juga mereka.
Menghilangkan rasa cinta dunia yang berlebihan dalam diri kita dan menghilangkan kesombongan
dari dalam kita dan menjadikan rasa takut kita hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
• Dan di antara kejadian di Padang Mahsyar bahwasanya Allāh akan bertanya kepada
orang-orang musyrikin tentang sesembahan selain Allāh yang mereka sembah di dunia.
Dan Allāh akan bertanya kepada mereka tentang bagaimana sikap mereka terhadap ajakan para
rasūl ‘alayhissalām.
Di dalam Surat Al-Qashash 62-66, Allāh akan memanggil orang-orang musyrikin dan menghina
mereka dengan bertanya, “Di manakah sekutu-sekutu Ku yang dulu kalian sangka mereka adalah
sekutu-sekutu Ku?
Allāh juga akan bertanya kepada mereka, Apakah jawaban kalian terhadap ajakan para rasūl? (Yaitu)
apakah kalian membenarkan mereka? Dan mengikuti ajakan mereka untuk bertauhīd? Demikianlah
keadaan orang-orang musyrikin sesembahan-sesembahan mereka di dunia tidak bisa mengabulkan
do’a mereka ketika sangat dibutuhkan. Tidak bisa menolong mereka di hadapan Allāh, bahkan
mereka berlepas diri.
Allāh berfirman:
Adapun orang yang bertauhīd, maka Allāh akan menolong mereka di dunia maupun di akhirat.
• Di antara kejadian di Padang Mahsyar bahwasanya Allāh akan bertanya kepada para
malāikat dan Nabi ‘Īsā ‘alayhissalām.
Allāh menyebutkan di dalam Surat Sabā’ 40-42 Bahwasanya di Padang Mahsyar Allāh akan bertanya
kepada para malāikat yang disembah oleh sebagian manusia. Sebagai penghinaan terhadap orang-
orang musyrikin yang dahulu menyembah mereka.
“Maha Suci Engkau, Engkau-lah pelindung kami, bukan mereka. Akan tetapi sebenarnya mereka
dahulu telah menyembah jin. Kebanyakan mereka berimān kepada jin tersebut”
Maksudnya bahwasanya orang-orang musyrikin ketika menyembah selain Allāh, baik orang shālih,
benda mati dan lain-lain, maka pada hakikatnya mereka menyembah jin, karena yang menyuruh
mereka untuk menyekutukan Allāh adalah jin.
Para malāikat pun tidak berkuasa untuk memberikan manfaat, dan tidak pula mudharat kepada
orang-orang yang telah menyembah mereka.
Para penyembah malāikat itu pun akan diadzab oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Wahai ‘Īsā putra Maryam, Apakah engkau dahulu pernah mengatakan kepada manusia, “Jadikanlah
aku dan ibuku dua Tuhan selain Allāh?”
“Maha Suci Engkau tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku untuk
mengatakannya”.
Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada dirimu.
Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku untuk
mengatakannya, yaitu “Sembahlah Allāh Rabb-ku dan Rabb kalian”.
Dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku hidup, maka setelah Engkau wafatkan atau angkat
aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka.
Senang apabila manusia hanya menyembah kepada Allāh dan mereka tidak pernah menyuruh
manusia menyembah diri mereka.
√ Mereka bertawassul dengan do’a mereka setelah mereka meninggal dunia atau menganggap
orang-orang shālih tersebut bisa mendekatkan diri mereka kepada Allāh, ini semua termasuk
berlebihan.
Jangan sampai keadaan seseorang seperti keadaan kaum Nabi Nūh ‘alayhissalām yang berlebihan
terhadap lima orang shālih yang disebutkan dalam Surat Nūh: 23
Atau seperti keadaan sebagian orang yang mengaku mencintai Ali bin Abi Thalib, Fātimah, Hasan,
Husain dan sebagian keturunan beliau Radhiyallāhu ‘anhum, kemudian berlebih-lebihan terhadap
mereka.
• Setelah hisāb di Padang Mahsyar selesai, maka mulailah dipisah antara penduduk
Surga dan penduduk Neraka secara bertahap. Al-Imām Al Bukhāri dan Muslim meriwayatkan
didalam kedua shahīhnya dari Abū Said Al-Khudry Radhiyallāhu ‘anhu dari Rasūlullāh shallallāhu
‘alayhi wa sallam, bahwasanya kelak di hari kiamat akan ada yang memanggil dan memerintahkan
setiap umat untuk mengikuti Tuhan yang dia sembah di dunia. Maka tidaklah ada manusia yang
menyembah selain Allāh seperti patung dan batu, kecuali dia akan berjatuhan ke dalam neraka.
Sehingga tidak tersisa kecuali orang-orang yang berimān baik yang shālih maupun yang fasik dan
sebagian kecil atau sisa ahlul kitāb yaitu orang Yahūdi dan Nasrani.
Apakah yang kalian sembah? Mereka berkata, ” Kami dahulu menyembah Uzair, anak Allāh”.
Dikatakan kepada mereka, “Kalian telah berdusta. Allāh tidak memiliki istri dan anak.” Lalu apakah
yang kalian inginkan? Mereka berkata, “Kami haus, maka berilah kami air minum” Karena saat itu
Allāh memperlihatkan kepada mereka Jahannam yang dari jauh seperti air. Maka ditunjukkanlah
Jahannam yang dari jauh seperti air tersebut, dan dikatakan kepada mereka, "Apakah kalian tidak
mau mendatanginya?" Maka mereka pun dikumpulkan ke Jahannam dan berjatuhan di dalamnya.
"Apakah yang kalian sembah?" Mereka berkata, “Kami dahulu menyembah ‘Īsā anak Allāh”
Dikatakan kepada mereka,” Kalian telah berdusta” Allāh tidak memiliki istri dan anak. Lalu apakah
yang kalian inginkan? Mereka berkata, “Kami haus, maka berilah kami air minum” Maka
ditunjukkanlah Jahannam yang dari jauh seperti air dan dikatakan kepada mereka, "Apakah kalian
tidak mendatanginya?" Akhirnya mereka pun juga dikumpulkan ke Jahannam dan berjatuhan di
dalamnya.
Dan di dalam hadīts Abū Hurairah Radhiyallāhu ‘anhu yang juga dikeluarkan oleh Al-Bukhāri dan
Muslim disebutkan bahwasanya Allāh akan berkata kepada manusia:
Maka penyembah matahari akan mengikuti matahari, penyembah bulan akan mengikuti bulan,
penyembah thaghut akan mengikuti thāghut. Dan thāghut adalah segala sesuatu yang disembah
selain Allāh.
Kemudian tersisalah umat Islām dan bersama mereka orang-orang munāfiq. Di dalam hadīts
‘Abdullāh Ibnu Mas’ud Radhiyallāhu ‘anhu disebutkan bahwasanya orang-orang yang dahulu
menyembah Nabi ‘Īsā ‘alayhissalām , maka akan mengikuti syaithān Nabi ‘Īsā yang diserupakan
dengan beliau. Dan yang dahulu menyembah Uzair, maka akan mengikuti syaithān Uzair yang
diserupakan dengan beliau (Hadīts Shahīh Riwayat Ath-Thabrani di dalam Al-Mu’jamul Kabir).
Demikianlah keadaan orang-orang yang menyembah kepada selain Allāh baik orang-orang musyrikin
maupun ahlul kitāb, orang Yahūdi dan Nasrani. Mereka akan dipisahkan dari orang-orang yang
menyembah Allāh saja. Yang mencakup orang-orang yang benar-benar menyembah Allāh , mereka
lah orang-orang yang berimān maupun orang-orang yang pura-pura menyembah Allāh. Dan mereka
lah orang-orang munāfiq.