Anda di halaman 1dari 8

Berapa kali sangkakala ditiup?

Nafkhatul faza’ (tiupan yang mengejutkan, menakutkan)

Ini sebagaimana firman Allah Ta’ala:

“Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di
bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan
merendahkan diri.” (An-Naml: 87)

Nafkhatu ash-sha’qi (tiupan yang mematikan, membinasakan)

Nafkhatul ba’tsi (tiupan yang membangkitkan)

Kedua tiupan ini terdapat dalam firman Allah l:

“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki
Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya
masing-masing).” (Az-Zumar: 68)

Ditiupnya Sangkakala

DIBAGIKAN

Peristiwa mengerikan yang akan terjadi pertama kali pada hari kiamat adalah ditiupnya sangkakala (ash-
shur) oleh malaikat Israfil q dengan perintah Allah l.

Makna ash-shur secara etimologi (bahasa) adalah al-qarn (tanduk). Sedangkan menurut istilah syariat,
yang dimaksud adalah sangkakala yang sangat besar yang malaikat Israfil q telah memasukkannya ke
dalam mulutnya (siap untuk meniupnya), dan dia sedang menunggu kapan dia diperintahkan untuk
meniupnya. (Syarh Lum’atul I’tiqad karya Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin, hal. 114)

Makna ini disebutkan dalam hadits shahih dari Abdullah bin ‘Amr c, dia berkata:

‫ قَرْ ٌن يُ ْنفَ ُخ فِي ِه‬:‫ َما الصُّ ورُ؟ قَا َل‬،ِ‫ يَا َرسُو َل هللا‬:‫قَا َل أَ ْع َرابِ ٌّي‬
Seorang badui bertanya: “Wahai Rasulullah, apa itu ash-shur?” Beliau n menjawab: “Tanduk yang akan
ditiup.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Abu Dawud. Hadits ini disebutkan dalam Al-Jami’ Ash-Shahih
6/113-114, karya Asy-Syaikh Muqbil t)

Juga sebagaimana dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudri z, Rasulullah n bersabda:

ِ ‫احبُ ْالقَرْ ِن قَ ِد ْالتَقَ َم ْالقَرْ نَ َوا ْستَ َم َع اإْل ِ ْذنَ َمتَى ي ُْؤ َم ُر بِالنَّ ْف‬
‫خ فَيَ ْنفُ ُخ‬ ِ ‫ص‬َ ‫َك ْيفَ أَ ْن َع ُم َو‬

“Bagaimana aku akan senang hidup di dunia, sementara pemegang sangkakala telah memasukkannya ke
mulutnya. Dia memasang pendengaran untuk diijinkan (meniupnya). Kapanpun dia diperintah
meniupnya, dia akan meniupnya.” (HR. At-Tirmidzi, dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani
dengansyawahid (pendukung)nya dalam Ash-Shahihah no. 1079)

Banyak sekali dalil dari Al-Qur’an yang menunjukkan akan ditiupnya sangkakala pada awal terjadinya
hari kiamat. Di antaranya, Allah l berfirman:

Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nyalah
segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah
Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (Al-An’am: 73)

“Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada
Rabb mereka.” (Yasin: 51)

Sedangkan dalam As-Sunnah, Rasulullah n menyebutkan dalam sebuah hadits yang panjang:
-‫ك الراوي‬ َّ ‫ َش‬- ُّ‫ظل‬ ِّ ‫طرًا كَأَنَّهُ الطَّلُّ أَوْ ال‬
َ ‫ق ثُ َّم يُ ْن ِز ُل هللاُ َم‬ َ ‫ور فَاَل يَ ْس َم ُعهُ أَ َح ٌد إِاَّل أَصْ غَى لِيتًا َو َرفَ َع لِيتًا ثُ َّم اَل يَ ْبقَى أَ َح ٌد إِاَّل‬
َ ‫ص ِع‬ ِ ُّ‫ثُ َّم يُ ْنفَ ُخ فِي الص‬
ُ ْ َ َ ْ ُ ُ َ ْ
َ‫اس ث َّم يُنفخ فِي ِه أخ َرى فإِذا هُ ْم قِيَا ٌم يَنظرُون‬ ُ َّ َ ْ ُ ْ َ
ِ ‫فتَنبُت ِمنهُ أجْ َسا ُد الن‬

“Kemudian ditiuplah sangkakala, maka tidak ada seorangpun yang mendengarnya kecuali akan
mengarahkan pendengarannya dan menjulurkan lehernya (untuk memerhatikannya). Lalu, tidak tersisa
seorangpun kecuali dia mati. Kemudian Allah l menurunkan hujan seperti gerimis atau naungan –perawi
ragu–, maka tumbuhlah jasad-jasad manusia karenanya. Lalu ditiuplah sangkakala untuk kali berikutnya,
tiba-tiba mereka bangkit dari kuburnya dalam keadaan menanti (apa yang akan terjadi).” (HR. Muslim
dari Abdullah bin ‘Amr c)

Malaikat Israfil q, sang peniup sangkakala

Di antara dalil yang menunjukkan secara jelas bahwa malaikat yang diberi tugas untuk meniup
sangkakala adalah Israfil q, adalah sebagai berikut:

Hadits Abu Hurairah z

Ini adalah hadits yang panjang dan masyhur tentang ditiupnya sangkakala. Disebutkan di dalamnya
bahwa Rasulullah n bersabda:

ِ ‫ق الصُّ و َر فَأ َ ْعطَاهُ إِ ْس َرافِي َل فَهُ َو َو‬


‫اض ُعهُ َعلَى فِي ِه‬ َ ْ‫ت َواأْل َر‬
َ َ‫ض خَ ل‬ َ َ‫إِ َّن هللاَ تَ َعالَى ُم ْن ُذ َخل‬
ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬

“Sesungguhnya Allah l semenjak menciptakan langit dan bumi, Dia ciptakan pula sangkakala lalu Dia
berikan kepada Israfil. Israfil meletakkannya di mulutnya.” (HR. Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam Tafsir-nya,
dan Ath-Thabarani dalam Al-Muthawwalat)

Namun para ulama ahlul hadits, seperti Al-Bukhari, Ahmad, Abu Hatim Ar-Razi, AMr bin Ali Al-Fallas,
Ibnu Katsir dan selainnya, menghukumi hadits ini sebagai hadits yang dhaif. Di dalam sanadnya ada
seorang perawi yang dhaif, namanya Ismail bin Rafi’. Juga karena dalam matannya ada beberapa hal
yang mungkar, ditambah pula sanadnya mudhtharib (goncang). (lihat Fathul Bari 11/368-369, Tafsir Ibnu
Katsir pada surat Al-An’am ayat 73)

Hadits Ibnu Abbas c

Dalam hadits ini disebutkan:

َ ِ‫ور –يَ ْعنِي إِ ْس َراف‬


‫يل‬ ِ ُّ‫صا ِحبُ الص‬ ِ ‫ِجب ِْري ُل ع َْن يَ ِمينِ ِه َو ِميكَائِي ُل ع َْن يَ َس‬
َ ‫ار ِه َوهُ َو‬

“Jibril berada di sebelah kanannya, Mikail di sebelah kirinya, sedangkan dia (yang di tengah) adalah
pemegang sangkakala, yaitu Israfil.” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi)

Al-Hafizh Ibnu Hajar t mengatakan bahwa dalam sanad-sanadnya ada pembicaraan. (Fathul Bari, 11/368)
[1]

Ijma’ ulama

Al-Imam Al-Qurthubi t berkata: “Ulama kami berkata: Umat-umat telah bersepakat bahwa yang akan
meniup sangkakala adalah Israfil q.” (At-Tadzkirah, hal. 208)

Al-Hafizh Ibnu Hajar t berkata: “Peringatan: Yang masyhur bahwa pemegang sangkakala adalah Israfil q.
Al-Halimi t menukilkan ijma’ dalam masalah ini.” (Fathul Bari, 11/368)
Berapa kali sangkakala ditiup?

Tentang masalah ini, terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Secara
ringkas, perbedaan pendapat tersebut menjadi dua, sebagaimana dikatakan Al-Imam Al-Qurthubi t
dalam kitabnya At-Tadzkirah (hal. 209).

Tiga kali tiupan

Masing-masingnya adalah:

Nafkhatul faza’ (tiupan yang mengejutkan, menakutkan)

Ini sebagaimana firman Allah l:

“Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di
bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan
merendahkan diri.” (An-Naml: 87)

Nafkhatu ash-sha’qi (tiupan yang mematikan, membinasakan)

Nafkhatul ba’tsi (tiupan yang membangkitkan)

Kedua tiupan ini terdapat dalam firman Allah l:

“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki
Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya
masing-masing).” (Az-Zumar: 68)

dalam hadits tersebut terdapat pernyataan yang jelas dan pasti bahwa sangkakala ditiup tiga kali. Lafadz
hadits tersebut sebagai berikut:

َ‫ َوالثَّالِثَةُ نَ ْف َخةُ ْالقِيَ ِام لِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬،‫ْق‬ ُ


ِ ‫صع‬ ِ َ‫ النَّ ْفخَ ةُ اأْل وْ لَى نَفَ ْخةُ ْالفَز‬،‫ت‬
َّ ‫ َوالثَّانِيَةُ نَ ْف َخةُ ال‬،‫ع‬ ُ ‫يَ ْنفُ ُخ فِي ِه ثَاَل‬
ٍ ‫ث نَفَخَا‬
“Israfil meniup sangkakala tiga tiupan. Tiupan yang pertama adalah yang mengejutkan. Tiupan yang
kedua adalah yang mematikan. Sedangkan tiupan ketiga adalah yang membangkitan (makhluk)
menghadap Rabbul ‘alamin.”

Jeda waktu antara dua tiupan sangkakala

Rasulullah bersabda:

َ‫َما بَ ْينَ النَّ ْف َختَ ْي ِن أَرْ بَعُون‬

“Jarak antara dua tiupan itu adalah empatpuluh.”

2] Rasulullah bersabda:

َ‫َما بَ ْينَ النَّ ْف َختَ ْي ِن أَرْ بَعُون‬

“Jarak antara kedua peniupan itu adalah empatpuluh.” (HR. Al-Bukhari no. 4935 dan Muslim no. 7340)

PERISTIWA YANG SANGAT MENAKUTKAN SETELAH DITIUPNYA SANGKAKALA

Setelah ditiupnya sangkakala, terjadilah beberapa peristiwa yang sangat menakutkan.

1.Bumi digoncangkan, gunung-gunung hancur lebur.

Al-Imam Ibnu Katsir t menyatakan (An-Nihayah hal. 154): “Di antara peristiwa yang akan terjadi (setelah
ditiupnya sangkakala) adalah bumi digoncang-goncangkan, penghuninya dimiring-miringkan ke kanan
dan ke kiri. Sebagaimana berita yang Allah l sampaikan dalam firman-Nya:

Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-
beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (jadi begini)?” (Az-Zalzalah: 1-
3)

“Hai manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu
kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu,
lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala
wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak
mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras.” (Al-Hajj: 1-2)
“Apabila terjadi hari kiamat, terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan (disangkal). (Kejadian itu)
merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), apabila bumi digoncangkan
sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah dia
debu yang beterbangan.” (Al-Waqi’ah: 1-6)

Langit terpecah-belah, bintang-bintang berjatuhan, cahaya bulan menghilang, matahari dan bulan
dikumpulkan.

Peristiwa-peristiwa ini akan terjadi pada hari kiamat, sebagaimana yang Allah l beritakan dalam surat At-
Takwir, Al-Infithar dan Al-Insyiqaq.

Rasulullah n bersabda tentang keutamaan tiga surat tersebut:

ْ َّ‫ء ا ْن َشق‬iُ ‫ َوإِ َذا ال َّس َما‬،‫ت‬


‫ت‬ ْ ‫ي َعي ٍْن فَ ْليَ ْق َر ْأ إِ َذا ال َّش ْمسُ ُك ِّو َر‬
ْ ‫ء ا ْنفَطَ َر‬iُ ‫ َوإِ َذا ال َّس َما‬،‫ت‬ ُ ‫َم ْن َس َّرهُ أَ ْن يَ ْنظُ َر إِلَى يَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة كَأَنَّهُ َر ْأ‬

“Barangsiapa yang senang memerhatikan (peristiwa-peristiwa yang akan terjadi) pada hari kiamat,
hendaknya dia membaca surat At-Takwir, Al-Infithar dan Al-Insyiqaq.” (HR. At-Tirmidzi dari Ibnu Umar c,
dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 1081)

Allah l akan mengenggam bumi dan melipat langit dengan tangan kanan-Nya yang mulia

Hal ini sebagaimana dalam firman-Nya:

“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi
seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.
Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (Az-Zumar: 67)

Juga dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah z, Rasulllah n bersabda:


‫ض؟ أَ ْينَ ْال َجبَّارُونَ ؟ أَ ْينَ ْال ُمتَ َكبِّرُونَ ؟‬ ْ َ‫ض َوي‬
ِ ْ‫ك اأْل َر‬
ُ ‫ أَ ْينَ ُملُو‬،‫ أنا الجبار‬،ُ‫ أَنَا ْال َملِك‬:ُ‫ط ِوي ال َّس َما َء بِيَ ِمينِ ِه ثُ َّم يَقُول‬ َ ْ‫يَ ْقبِضُ هللاُ اأْل َر‬

Allah l akan menggenggam bumi dan melipat langit dengan tangan kanannya. Kemudian Dia berfirman:
“Akulah Raja di raja. Aku Maha Memaksa. Di mana raja-raja bumi? Di mana para pemaksa? Di mana
orang-orang yang sombong?” (Muttafaqun ‘alaih)

Hubungan nasab terputus

Hal ini sebagaimana dalam firman Allah:

“Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan
tidak ada pula mereka saling bertanya.” (Al-Mu’minun: 101)

Penyesalan pada hari itu tidaklah bermanfaat

Allah l berfirman:

Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkanlah malaikat
bergelombang-gelombang. Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Rabb Yang Maha
Pemurah. Dan adalah (hari itu), satu hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang kafir. Dan (ingatlah)
hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku
mengambil jalan bersama-sama Rasul.” Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan
si fulan itu teman akrab (ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an
itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia. (Al-Furqan: 25-29)

Al-Imam Ibnu Katsir t berkata: “Dalam ayat-ayat ini, Allah l mengabarkan tentang (apa yang akan terjadi
pada hari kiamat) berupa penyesalan orang-orang kafir yang tidak mau mengikuti jalan Rasul n dan apa
yang beliau n bawa, berupa kebenaran nyata dari sisi Allah l yang tidak ada keraguan di dalamnya. Dia
justru menempuh jalan yang lain. Maka, tatkala terjadi hari kiamat dia akan menyesal, dalam keadaan
penyesalan itu tidak bermanfaat baginya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/280)

Wallahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai