Praktikum 2docx 7 PDF Free
Praktikum 2docx 7 PDF Free
KELOMPOK 5
Machika Andaresta Putri 201910330311112 2019
Pasha Ramadhan 201910330311090 2019
Alveolla Digna N 201910330311094 2019
Faizah tunnisa 201910330311107 2019
M. Azzam Siddiq A 201910330311053 2019
Aulia Rahman 201910330311026 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat,
karunia dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah laporan
praktikum farmakologi dengan baik.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dr. Fathiyah Safitri, M.Kes selaku dosen
pembimbing praktikum farmakologi Universitas Muhammadiyah Malang, semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran sangat kami harapkan dari semua pihak
Penulis
DAFTAR ISI
Bab IV Penutup.....................................................................................................15
4.1 Kesimpulan................................................................................................15
4.2 Saran..........................................................................................................15
4.3 Daftar Pustaka....................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Pada prinsipnya semua bagian dari fraktus gastrointestinal dapat digunakan untuk
percobaan organ terpisah (esofagus, gaster, ileum, kolon, dan bahkan rektum).
Ada 2 macam metoda organ terpisah, yaitu yang disertai saraf dan tidak disertai
saraf. Dengan metoda ini dapat diamati respon organ terhadap pemberian obat.
Respon obat terhadap obat dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif sehingga
dapat digunakan untuk menghitung afinitas obat terhadap reseptor. Pada praktikum ini
digunakan beberapa konsentrasi obat untuk melihat efeknya terhadap organ terpisah
(usus).
Asetilkolin adalah salah satu neurotransmitter yang digunakan oleh saraf.
Asetilkolin (Ach) adalah neurotransmitter yang digunakan oleh serat preganglion
simpatis dan parasimpatis. Ach juga digunakan sebagai neurotransmitter serat
pascaganglion parasimpatis. Serat ini, bersama dengan semua serat praganglion otonom,
disebut juga sebagai serat kolinergik.
Ach juga berperan dalam persisteman parasimpatis, yaitu sebagai neurotransmitter
pascaganglion. System parasimpatis sangat berperan dalam system pencernaan. System
ini mendominasi pada keadaan tenang dan santai. System parasimpatis merupakan tipe
rest and digest, yaitu istirahat dan cerna sekaligus memperlambat aktivitas – aktivitas
yang ditingkatkan oleh system simpatis. Sebagai contoh, efek stimulasi parasimpatis
pada system pencernaan adalah sebagai berikut :
• Meningkatkan motilitas organ pencernaan
• Relaksasi sfingter (untuk memungkinkan gerakan maju isi saluran cerna)
• Stimulasi sekresi pencernaan
• Stimulasi sekresi pancreas eksokrin (untuk pencernaan)
• Pengeluaran banyak liur encer kaya enzim
LANDASAN TEORI
2.4. Methacholine
Agonis muskarinik dibedakan atas (1) asetilkolin dan esterkolin sintesis yaitu
metakolin, karbakol, dan betanekol, dan (2) alkaloid kolinergik. Ester kolin lainnya ,
penambahan metil pada ACh menghasilkan metakolin yang afinitasnya terhadap
asetilkolinesterase jauh lebih rendah sehingga masa kerjanya lebih panjang. Metakolin juga
memperlihatkan selektivitas pada sistem kardiovaskular.
Saluran cerna. Perangsangan vagus menyebabkan aktivitas otot dan kelenjar saluran
cerna meningkat, Namun, karena perfusi ke dalam alat yang buruk dan karena ACh segera
dihidrolisis oleh kolenesterase plasma, maka efek di saluran cerna ini tidak selalu tampak
pada pemberian ACh eksogen. Efek perangsangan saluran cerna lebih jelas oleh ester kolin
lainnya dan oleh alkaloid muskarinik. Berbeda dengan metakolin, karbakol, dan betanekol
menimbulkan hal ini tanpa mempengaruhi sistem kardiovaskular.
2.5. Atropin
Atropin menyebabkan blokade reversibel (dapat diatasi) efek kolinomimetik di
reseptor muskarinik; yaitu blokade oleh atropin dosis rendah dapat diatasi oleh peningkatan
konsentrasi asetilkolin atau agonis muskarinik ekivalennya. Kerika berikatan dengan reseptor
muskarinik, atropin mencegah efek-efek seperti pengeluaran inotosol trifosfat (IP3) dan
inhibisi adenilil sildase yang disebabkan oleh agonis muskarinik.
Blokade reseptor msukarinik menimbulkan efek besar pada motilitas dan sebagian
dari fungsi sekresi usus. Namun bahkan blokade muskarinik total tidak dapat menghilangkan
secara total aktifitas dif sistem organ ini, karena hormon-hormon lokal dan neuron non-
kolinergik di susunan saraf enterik juga memodulasi fungsi saluran cerna. Motilitas otot polos
GIT dipengaruhi dari lambung hingga kolon. Secara umum dinding visera melemas dan tonus
dan gerakan mendorong berkurang. Karena itu, waktu pengosongan lambung memanjang dan
waktu transit usus menjadi lebih lama.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Alat dan bahan
Alat :
1. Spuit 1cc
2. Wadah untuk obat
3. Organ bath
Bahan :
1. Metakolin
2. Atropin
3. Cairan Tyrod
4. Usus tikus
Efek Puncak 3 : 22
Sumber :
Tarannita, C., Permatasari, N., Sudiarto, 2006 “EFEK HAMBATAN EKSTRAK
DAUN CEPLUKAN (Physalis Minima L) TERHADAP KONTRAKTILITAS
OTOT POLOS USUS HALUS TERPISAH MARMUT DENGAN STIMULASI
METAKOLIN EKSOGEN” Fakultas Kedokteran Unb
Katzung, B. Bertram, dkk. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik. The McGraw-
Hill Companies
Setiawati, A., dan Nafrialdi, 2007, Obat Gagal Jantung, Farmakologi dan
Terapi, Edisi V, 34 dan 300, Departeman Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.