Anda di halaman 1dari 15

KARAKTERISTIK KLINIS DARI 138 PASIEN DENGAN 2019 NOVEL

CORONAVIRUS–INFECTED PNEUMONIA YANG DIRAWAT INAP DI WUHAN, CINA

Dawei Wang, MD; Bo Hu, MD; Chang Hu, MD; Fangfang Zhu, MD; Xing Liu, MD; Jing
Zhang, MD; Binbin Wang, MD; Hui Xiang, MD; Zhenshun Cheng, MD; Yong Xiong, MD; Yan
Zhao, MD; Yirong Li, MD; Xinghuan Wang, MD; Zhiyong Peng, MD

Abstrak

Kepentingan penelitian: Pada bulan Desember 2019, pneumonia akibat infeksi 2019-nCoV
(novel coronavirus [2019-nCoV]–infected pneumonia/NCIP) terjadi di Wuhan, Cina. Jumlah
kasus telah meningkat dengan cepat, namun informasi mengenai karakteristik klinis pasien yang
terinfeksi belum banyak diketahui.

Tujuan: Untuk menggambarkan karakteristik epidemiologis dan klinis NCIP.

Desain, Pengaturan, dan Partisipan: Studi ini merupakan seri kasus retrospektif single-center
yang terdiri dari 138 pasien NCIP yang telah terkonfirmasi, yang dirawat inap di Rumah Sakit
Zhongnan, Universitas Wuhan, Wuhan, Cina, mulai dari 1 Januari hingga 28 Januari 2020.
Tanggal follow-up terakhir adalah 3 Februari 2020.

Eksposur: Kasus NCIP yang terdokumentasikan.

Outcome primer dan Penilaiannya: Data epidemiologis, demografis, klinis, laboratorium,


radiologis, dan pengobatan dikumpulkan dan dianalisis. Outcome dari pasien yang sakit kritis
dan pasien yang tidak sakit kritis akan dibandingkan. Penularan yang yang berhubungan dengan
rumah sakit diduga jika terdapat sekelompok profesional kesehatan atau pasien rawat inap yang
berada di bangsal yang sama yang terinfeksi, dan kemungkinan sumber infeksi dapat dilacak.

Hasil: Dari 138 pasien NCIP yang dirawat inap, usia rata-rata adalah 56 tahun (rentang
interkuartil, 42-68; kisaran, 22-92 tahun) dan 75 orang (54,3%) adalah laki-laki. Penularan
terkait rumah sakit diduga merupakan mekanisme infeksi yang terjadi untuk 40 profesional
kesehatan yang terkena dampak (29%) dan 17 pasien (12,3%) yang dirawat di rumah sakit.
Gejala umum termasuk demam (136 [98,6%]), kelelahan (96 [69,6%]), dan batuk kering (82
[59,4%]). Limfopenia (jumlah limfosit, 0,8 × 109/L [rentang interkuartil {IQR}, 0,6-1,1]) terjadi
pada 97 pasien (70,3%), waktu protrombin memanjang (13,0 detik [IQR, 12,3-13,7]) pada 80
pasien (58 %), dan peningkatan laktat dehidrogenase (261 U/L [IQR, 182-403]) pada 55 pasien
(39,9%). CT scan dada menunjukkan gambaran bilateral patchy shadow atau ground glass
opacity pada paru semua pasien. Sebagian besar pasien menerima terapi antivirus (oseltamivir,
124 [89,9%]), serta banyak yang menerima terapi antibiotik (moxifloxacin, 89 [64,4%];
ceftriaxone, 34 [24,6%]; azithromycin, 25 [18,1%]) dan terapi glukokortikoid (62 [44,9%]). Tiga
puluh enam pasien (26,1%) dipindahkan ke ICU karena komplikasi, meliputi acute respiratory
distress syndrome (22 [61,1%]), aritmia (16 [44,4%]), dan syok (11 [30,6 %]). Waktu rata-rata
dari gejala pertama hingga dispnea adalah 5,0 hari, untuk masuk rumah sakit adalah 7,0 hari, dan
ARDS adalah 8,0 hari. Pasien yang dirawat di ICU (n = 36), dibandingkan dengan pasien yang
tidak dirawat di ICU (n = 102), berusia lebih tua (usia rata-rata, 66 tahun vs 51 tahun), lebih
mungkin memiliki komorbiditas yang mendasari (26 [72,2%) ] vs 38 [37,3%]), serta kebih
cenderung mengalami dispnea (23 [63,9%] vs 20 [19,6%]), dan anoreksia (24 [66,7%] vs 31
[30,4%]). Dari 36 kasus di ICU, 4 (11,1%) menerima terapi oksigen aliran tinggi, 15 (41,7%)
menerima ventilasi non-invasif, dan 17 (47,2%) menerima ventilasi invasif (4 menjalani
extracorporeal membrane oxygenation). Pada 3 Februari, 47 pasien (34,1%) dipulangkan dan 6
meninggal (angka kematian keseluruhan, 4,3%), tetapi pasien yang tersisa masih dirawat di
rumah sakit. Di antara mereka yang dipulangkan karena sembuh (n = 47), lama rawat inap rata-
rata di rumah sakit adalah 10 hari (IQR, 7,0-14,0).

Kesimpulan dan Relevansi: Dalam seri kasus single-center pada 138 pasien NCIP yang telah
terkonfirmasi yang dirawat di rumah sakit di Wuhan, Cina, dugaan penularan 2019-nCoV terkait
rumah sakit terjadi pada 41% pasien. Sebanyak 26% pasien menerima perawatan ICU, dan
tingkat mortalitas adalah 4,3%.

Poin-Poin Utama

Pertanyaan: Apa saja karakteristik klinis pasien dengan pneumonia karena infeksi 2019-nCoV
(Novel Coronavirus–Infected Pneumonia/NCIP) yang dirawat inap di Wuhan, Cina?

Temuan: Dalam seri kasus single-center yang melibatkan 138 pasien dengan NCIP, sebanyak
26% pasien memerlukan perawatan di ICU dan sebanyak 4,3% pasien meninggal. Penularan
2019-nCoV dari manusia ke manusia di rumah sakit diduga terjadi pada 41% pasien.

Hasil: Dalam seri kasus ini, NCIP sering dikaitkan dengan dugaan penularan di rumah sakit.
Sebanyak 26% pasien memerlukan perawatan di ICU, dan angka mortalitas mencapai 4,3%.

Pendahuluan

Pada bulan Desember 2019, suatu klaster penyakit pernapasan akut, yang sekarang dikenal
sebagai pneumonia akibat infeksi virus corona (NCIP), terjadi di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina.
Penyakit ini dengan cepat menyebar dari Wuhan ke daerah lain. Pada tanggal 31 Januari 2020,
sebanyak 9.692 kasus NCIP di Tiongkok telah dikonfirmasi. Secara internasional, kasus NCIP
telah dilaporkan di 24 negara dan 5 benua. Pada 3 Januari 2020, 2019-nCoV diidentifikasi dalam
sampel cairan lavase bronkoalveolar dari seorang pasien di Wuhan, dan dikonfirmasi sebagai
penyebab NCIP. Full-genomic sequencing (pengurutan genom lengkap) dan analisis filogenik
menunjukkan bahwa 2019-nCoV adalah clade yang berbeda dari betacoronavirus yang terkait
dengan human severe acute respiratory syndrome (SARS) dan Middle East respiratory
syndrome (MERS). 2019-nCoV memiliki ciri khas famili coronavirus dan diklasifikasikan dalam
garis keturunan betacoronavirus 2b. 2019-nCoV sangat mirip dengan coronavirus yang berasal
dari kelelawar, dan telah dipostulasikan bahwa kelelawar adalah sumber utamanya. Sementara
asal-usul 2019-nCoV masih dalam tahap penyelidikan, bukti terkini menunjukkan bahwa
penyebaran ke manusia terjadi melalui penularan dari hewan liar yang dijual secara ilegal di
Pasar Grosir Makanan Laut Huanan.

Huang et al pertama kali melaporkan 41 kasus NCIP, di mana sebagian besar pasien memiliki
riwayat pajanan ke Pasar Grosir Makanan Laut Huanan. Manifestasi klinis pasien meliputi
demam, batuk non-produktif, dispnea, mialgia, kelelahan, jumlah leukosit normal atau menurun,
dan gambaran radiografi pneumonia. Disfungsi organ (misalnya syok, acute respiratory distress
syndrome [ARDS], cedera jantung akut, cedera ginjal akut) dan kematian dapat terjadi pada
kasus yang berat. Selanjutnya, Chen et al melaporkan temuan dari 99 kasus NCIP di rumah sakit
yang sama, dan hasilnya menunjukkan bahwa infeksi 2019-nCoV terjadi pada sekelompok orang
yang memiliki kontak dekat, lebih mungkin mempengaruhi pria yang lebih tua dengan
komorbiditas, dan dapat mengakibatkan ARDS. Namun, perbedaan karakteristik klinis antara
kasus berat dan kasus yang tidak berat tidak dilaporkan. Beberapa laporan kasus mengkonfirmasi
penularan NCIP dari manusia ke manusia. Saat ini, tidak ada terapi atau vaksin yang efektif
untuk NCIP. Tujuan dari seri kasus ini adalah untuk menggambarkan karakteristik klinis dari 138
pasien NCIP yang dirawat inap di rumah sakit, dan untuk membandingkan kasus berat yang
menerima perawatan di ICU dengan kasus yang tidak berat yang tidak menerima perawatan ICU.

Metode

Desain Studi dan Peserta

Seri kasus ini telah disetujui oleh dewan etika institusional Rumah Sakit Zhongnan dari
Universitas Wuhan (No. 2020020). Semua pasien yang dirawat di Rumah Sakit Zhongnan
Universitas Wuhan dengan NCIP yang telah terkonfirmasi mulai dari 1 Januari hingga 28 Januari
2020 dimasukkan ke dalam penelitian. Persetujuan lisan diperoleh dari pasien. Rumah Sakit
Zhongnan, yang terletak di Wuhan, Provinsi Hubei (daerah endemik NCIP) adalah salah satu
rumah sakit pendidikan tersier utama dan bertanggung jawab atas perawatan NCIP yang
ditugaskan oleh pemerintah. Semua pasien dengan NCIP yang terdaftar dalam penelitian ini
didiagnosis berdasarkan pedoman sementara WHO. Outcome klinis (yaitu, pemulangan pasien,
mortalitas, lama perawatan) dipantau hingga 3 Februari 2020 (tanggal akhir follow-up).
Pengumpulan data

Rekam medis pasien dianalisis oleh tim peneliti dari Department of Critical Care Medicine,
Rumah Sakit Zhongnan, Universitas Wuhan. Data karakteristik epidemiologis, klinis,
laboratorium, dan radiologis serta pengobatan dan hasilnya (outcome) diperoleh dengan
menggunakan formulir pengumpulan data dari rekam medis elektronik. Data ditinjau oleh tim
dokter yang terlatih. Informasi yang dicatat termasuk data demografis, riwayat medis, riwayat
pajanan, komorbiditas yang mendasari, gejala, tanda, temuan laboratorium, hasil CT scan dada,
dan tindakan pengobatan (yaitu, terapi antivirus, terapi kortikosteroid, dukungan pernapasan, dan
terapi penggantian ginjal). Tanggal onset penyakit didefinisikan sebagai hari ketika gejala
diketahui. Gejala, tanda, nilai laboratorium, CT scan dada, dan tindakan perawatan selama
dirawat di rumah sakit akan dikumpulkan. ARDS didefinisikan sesuai dengan definisi Berlin.
Cedera ginjal akut diidentifikasi menurut definisi Kidney Disease: Improving Global Outcomes
(KDIGO). Cedera jantung didefinisikan jika kadar serum biomarker jantung (misalnya, troponin
I) berada di atas persentil ke-99 batas atas normal, atau kelainan baru yang ditunjukkan dari hasil
pemeriksaan elektrokardiografi dan ekokardiografi. Untuk pasien yang dirawat di ICU, Glasgow
Coma Scale (GCS), Sequential Organ Failure Assessment (SOFA), dan skor Acute Physiology
and Chronic Health Evaluation (APACHE) II ditentukan pada hari masuk ICU. Durasi dari awal
penyakit hingga masuk rumah sakit, dispnea, ARDS, dan masuk ICU dicatat.

Penularan yang diduga terkait dengan rumah sakit dicurigai jika sekelompok profesional medis
atau pasien rawat inap di bangsal yang sama terinfeksi dalam periode waktu tertentu, dan
kemungkinan sumber infeksi dapat dilacak.

Sampel swab tenggorokan pasien akan dikumpulkan untuk diperiksa dengan Real-Time Reverse
Transcription Polymerase Chain Reaction Assay for nCoV, untuk mengekstraksi RNA 2019-
nCoV dari pasien yang diduga mengalami infeksi 2019-nCoV. Setelah pengumpulan, swab
tenggorokan ditempatkan ke dalam tabung koleksi dengan 150 μL larutan pengawetan virus, dan
RNA diekstraksi dalam waktu 2 jam menggunakan respiratory sample RNA isolator kit
(Zhongzhi, Wuhan, Cina). Singkatnya, 40 μL sel lisat dipindahkan ke tabung koleksi, diikuti
oleh vortex selama 10 detik. Setelah didiamkan pada suhu kamar selama 10 menit, tabung
koleksi disentrifugasi pada 1000 rpm/menit selama 5 menit. Suspensi digunakan untuk real-time
reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) assay dari RNA 2019-nCoV. Dua
gen target, termasuk open reading frame 1ab (ORF1ab) dan protein nukleokapsid (N), secara
bersamaan diperkuat dan diuji selama real-time RT-PCR assay. Target 1 (ORF1ab): forward
primer CCCTGTGGGTTTTACACTTAA; reverse primer ACGATTGTGCATCAGCTGA; dan
probe 5′-VIC-CCGTCTGCGGTATGTGGAAAGGTTATGG-BHQ1-3′. Target 2 (N): forward
primer GGGGAACTTCTCCTGCTAGAAT; reverse primer
CAGACATTTTGCTCTCAAGCTG; dan probe 5′-FAM- TTGCTGCTGCTTGACAGATT-
TAMRA-3 ′. Real-time RT-PCR assay dilakukan menggunakan kit deteksi asam nukleat 2019-
nCoV sesuai dengan protokol pabrik (Shanghai bio-germ Medical Technology Co Ltd).
Campuran reaksi berisi 12 mL buffer reaksi, 4 μL larutan enzim, 4 μL dari Probe primer
solution, 3 μL dari dietil pyrocarbonate -treated water, dan 2 μL template RNA. RT-PCR assay
dilakukan dalam kondisi berikut: inkubasi pada 50 °C selama 15 menit dan 95 °C selama 5
menit, 40 siklus denaturasi pada 94 °C selama 15 detik, dan perluasan dan pengumpulan sinyal
fluoresensi pada 55 °C selama 45 detik. Nilai ambang siklus (Nilai Ct) <37 didefinisikan sebagai
hasil tes positif, dan nilai Ct ≥40 didefinisikan sebagai tes negatif. Kriteria diagnostik ini
didasarkan pada rekomendasi oleh Institut Nasional untuk Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit Viral (Cina) (http://ivdc.chinacdc.cn/kyjz/202001/t20200121_211337.html). Beban
sedang, didefinisikan sebagai nilai Ct dari 37 hingga <40, memerlukan konfirmasi dengan
pengujian ulang.

Analisis statistik

Variabel kategori disajikan sebagai tingkat frekuensi dan persentase, dan variabel kontinu
disajikan menggunakan nilai mean, median, dan rentang interkuartil (IQR). Mean untuk variabel
kontinu dibandingkan menggunakan uji t independen jika data terdistribusi normal; jika tidak, uji
Mann-Whitney akan digunakan. Data (tidak terdistribusi normal) dari pemeriksaan berulang
dibandingkan dengan menggunakan model campuran linier umum. Proporsi untuk variabel
kategori dibandingkan dengan menggunakan uji χ 2, meskipun uji Fisher digunakan ketika data
terbatas. Semua analisis statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi
13.0 (SPSS Inc). Untuk perbandingan yang tidak disesuaikan, α 2 sisi kurang dari 0,05 dianggap
signifikan secara statistik. Analisis tidak disesuaikan untuk perbandingan multipel, dan,
mengingat adanya potensi kesalahan tipe I, temuan studi harus ditafsirkan sebagai eksplorasi dan
deskriptif.

Hasil

Karakteristik pasien saat masuk RS

Populasi penelitian terdiri dari 138 pasien rawat inap dengan NCIP yang telah terkonfirmasi.
Usia rata-rata adalah 56 tahun (IQR, 42-68; kisaran, 22-92 tahun), dan 75 pasien (54,3%) adalah
laki-laki. Di antara pasien-pasien ini, 102 (73,9%) dirawat di bangsal isolasi, dan 36 (26,1%)
dirawat dan dipindahkan ke ICU karena perkembangan disfungsi organ (Tabel 1). Durasi rata-
rata dari gejala pertama hingga dispnea, perawatan di rumah sakit, dan ARDS masing-masing
adalah 5 hari (IQR, 1-10), 7 hari (IQR, 4-8), dan 8 hari (IQR, 6-12) (Tabel 1). Dari 138 pasien,
64 (46,4%) memiliki 1 atau lebih kondisi medis yang berdampingan. Hipertensi (43 [31,2%]),
diabetes (14 [10,1%]), penyakit kardiovaskular (20 [14,5%]), dan keganasan (10 [7,2%]) adalah
kondisi medis lain yang paling sering dialami pasien.
Tabel 1. Karakteristik Dasar Pasien yang Terinfeksi 2019-nCoV
Gejala yang paling umum pada awal penyakit adalah demam (136 [98,6%]), kelelahan (96
[69,6%]), batuk kering (82 [59,4%]), mialgia (48 [34,8%]), dan dispnea (43) [31,2%]). Gejala
yang jarang terjadi adalah sakit kepala, pusing, sakit perut, diare, mual, dan muntah (Tabel 1).
Sebanyak 14 pasien (10,1%) awalnya mengalami diare dan mual 1 hingga 2 hari sebelum
timbulnya demam dan dispnea.

Dibandingkan dengan pasien yang tidak menerima perawatan ICU (n = 102), pasien yang
membutuhkan perawatan ICU (n = 36) secara signifikan lebih tua (usia rata-rata, 66 tahun [IQR,
57-78] vs 51 tahun [IQR, 37-62 ]; P <0,001) dan lebih mungkin memiliki komorbiditas yang
mendasari, termasuk hipertensi (21 [58,3%] vs 22 [21,6%], diabetes (8 [22,2%] vs 6 [5,9%]),
penyakit kardiovaskular (9 [25,0%] vs 11 [10,8%]), dan penyakit serebrovaskular (6 [16,7%] vs
1 [1,0%]). Dibandingkan dengan pasien non-ICU, pasien yang dirawat di ICU lebih mungkin
untuk melaporkan sakit tenggorokan, dispnea, pusing, sakit perut, dan anoreksia.

Tanda Vital dan Parameter Laboratorium pada Pasien ICU dan Non-ICU

Detak jantung, laju pernapasan, dan tekanan arteri rata-rata tidak berbeda antara pasien yang
menerima perawatan ICU dan pasien yang tidak menerima perawatan ICU. Hasil pemeriksaan
ini dicatat pada hari masuk rumah sakit untuk semua pasien, kemudian dibagi sesuai dengan
pasien yang kemudian dirawat di ICU atau yang tidak. Ada banyak perbedaan dalam temuan
laboratorium antara pasien yang dirawat di ICU dan pasien yang tidak dirawat di ICU (Tabel 2),
termasuk jumlah sel darah putih dan neutrofil yang lebih tinggi, serta tingkat D-dimer, kreatine
kinase, dan kreatin yang lebih tinggi. Semua pasien (138 pasien) menunjukkan keterlibatan
bilateral dari CT scan dada (Gambar 1). Waktu median dari timbulnya gejala sampai masuk ICU
adalah 10 hari (IQR, 6-12) (Tabel 3). Pada hari masuk ICU, median GCS; APACHE II; dan skor
SOFA masing-masing adalah 15 (IQR, 9-15), 17 (IQR, 10-22), dan 5 (IQR, 3-6) (Tabel 3).
Tekanan parsial rata-rata tingkat oksigen adalah 68 mm Hg (IQR, 56-89) dan median rasio
tekanan parsial oksigen terhadap fraksi oksigen terinspirasikan (PaO 2: FiO2) adalah 136 mmHg
(IQR, 103-234).
Tabel 2. Temuan Laboratorium Pasien yang Terinfeksi 2019-nCoV saat Masuk ke Rumah Sakit
Gambar 1. Gambaran CT scan dada dari Pasien berusia 52 Tahun yang Terinfeksi 2019-nCoV.
A, Gambar CT scan yang diperoleh pada 7 Januari 2020, menunjukkan ground glass opacity di
kedua lapang paru pada hari ke 5 setelah onset gejala. B, Gambar CT scan yang diambil pada 21
Januari 2020, menunjukkan ground glass opacity bilateral setelah perawatan oksigenasi
membran ekstrakorporeal dari 7 hingga 12 Januari di ICU.

Tabel 3. Skor Keparahan Penyakit dan Analisis Gas Darah Pasien yang Terinfeksi 2019-nCoV di
ICU
Disfungsi Organ dan Intervensi Utama

Disfungsi organ dan perawatan dari 138 pasien ditunjukkan pada Tabel 4. Pada 3 Februari 2020,
85 pasien (61,6%) masih dirawat di rumah sakit. Sebanyak 47 pasien (34,1%) telah dipulangkan,
dan 6 pasien (4,3%) telah meninggal. Dari 36 pasien yang dirawat di ICU, 11 masih dirawat di
ICU, 9 telah dipulangkan ke rumah, 10 telah dipindahkan ke bangsal umum, dan 6 telah
meninggal. Dari 11 pasien yang tetap dirawat di ICU, 6 menerima ventilasi invasif (1 menjalani
oksigenasi membran ekstrakorporeal dan 5 menjalani ventilasi non-invasif). Komplikasi umum
di antara 138 pasien termasuk syok (12 [8,7%]), ARDS (27 [19,6%]), aritmia (23 [16,7%]), dan
cedera jantung akut (10 [7,2%]). Pasien yang menerima perawatan di ICU lebih cenderung
memiliki salah satu komplikasi ini daripada pasien non-ICU.

Tabel 4. Komplikasi dan Perawatan Pasien yang Terinfeksi 2019-nCoV

Sebagian besar pasien menerima terapi antivirus (oseltamivir, 124 [89,9%]), terapi antibiotik
(moxifloxacin, 89 [64,4%]; ceftriaxone, 34 [24,6%]; azithromycin, 25 [18,1%]), dan terapi
glukokortikoid (62) [44,9%]). Di ICU, 4 pasien (11,1%) menerima oksigen aliran tinggi dan 15
(44,4%) menerima ventilasi non-invasif. Ventilasi mekanik invasif diperlukan pada 17 pasien
(47,2%), 4 di antaranya menerima oksigenasi membran ekstrakorporeal sebagai terapi
penyelamatan. Sebanyak 13 pasien menerima vasopresor, dan 2 pasien menerima terapi
penggantian ginjal.
Dynamic Profile Temuan Laboratorium pada Pasien Dengan NCIP

Untuk menentukan gambaran klinis utama yang muncul selama perkembangan NCIP, perubahan
dinamis dalam 6 parameter laboratorium klinis, termasuk parameter hematologi dan biokimiawi,
dilacak dari hari ke 1 hingga hari ke 19 setelah timbulnya penyakit pada interval 2 hari. Pada
akhir 28 Januari 2020, data dari 33 pasien dengan perjalanan klinis lengkap dianalisis (Gambar
2). Selama dirawat di rumah sakit, sebagian besar pasien telah mengalami limfopenia yang
signifikan, dan pasien yang tidak selamat mengalami limfopenia yang semakin memburuk dari
waktu ke waktu. Jumlah sel darah putih dan jumlah neutrofil lebih tinggi pada pasien yang tidak
selamat (non-survivor) daripada pasien yang selamat (survivor). Tingkat D-dimer lebih tinggi
pada non-survivor daripada survivor. Demikian pula, ketika penyakit berkembang dan status
klinis memburuk, kadar urea darah dan kadar kreatinin semakin meningkat sebelum kematian.
Gambar 2. Dynamic Profile Parameter Laboratorium pada 33 Pasien Dengan NCIP. A) Sel darah
putih, B) Jumlah neutrofil. Grafik Timeline menggambarkan parameter laboratorium di 33 pasien
dengan NCIP (5 non-survivors dan 28 survivor) setiap hari berdasarkan hari setelah onset
penyakit. Garis padat berwarna hitam menunjukkan batas normal atas setiap parameter, dan garis
padat berwarna merah menunjukkan batas normal bawah jumlah limfosit.
Penularan dan Infeksi Terkait Rumah Sakit

Dari 138 pasien, 57 (41,3%) diduga telah terinfeksi di rumah sakit, termasuk 17 pasien (12,3%)
yang dirawat di rumah sakit karena alasan lain, dan 40 petugas kesehatan (29%). Dari pasien
yang dirawat di rumah sakit, 7 pasien berasal dari departemen bedah, 5 dari departemen penyakit
dalam, dan 5 dari departemen onkologi. Dari petugas kesehatan yang terinfeksi, 31 (77,5%)
bekerja di bangsal umum, 7 (17,5%) di IGD, dan 2 (5%) di ICU. Satu pasien dalam penelitian ini
datang dengan gejala abdomen dan dirawat di departemen bedah. Lebih dari 10 petugas
kesehatan di departemen ini diduga telah terinfeksi oleh pasien ini. Penularan dari pasien ke
pasien juga diduga telah terjadi, dan setidaknya 4 pasien yang dirawat di bangsal yang sama
terinfeksi, dan semuanya menunjukkan gejala-gejala abdomen yang atipikal. Satu dari 4 pasien
mengalami demam dan didiagnosis mengalami infeksi nCoV selama dirawat di rumah sakit.
Pasien tersebut kemudian diisolasi. Selanjutnya, 3 pasien lainnya di bangsal yang sama
mengalami demam, memiliki gejala abdomen, dan didiagnosis mengalami infeksi nCoV.

Diskusi

Sepengetahuan kami, studi ini adalah seri kasus terbesar hingga saat ini dari pasien yang dirawat
di rumah sakit dengan NCIP. Pada 3 Februari 2020, dari 138 pasien yang dimasukkan ke dalam
penelitian ini, 26% memerlukan perawatan di ICU, 34,1% dipulangkan, 6 meninggal (4,3%), dan
61,6% tetap dirawat di rumah sakit. Bagi pasien yang dipulangkan (n = 47), median lama tinggal
di rumah sakit adalah 10 hari (IQR, 7.0-14.0). Waktu dari onset gejala hingga dispnea adalah 5,0
hari, untuk masuk rumah sakit adalah 7,0 hari, dan 8,0 hari untuk ARDS. Gejala umum pada
awal penyakit adalah demam, batuk kering, mialgia, kelelahan, dispnea, dan anoreksia. Namun,
sebagian besar pasien mengalami gejala atipikal, seperti diare dan mual. Komplikasi utama
selama rawat inap meliputi ARDS, aritmia, dan syok. Gambaran patchy shadows dan ground
glass opacity gambaran CT scan yang khas untuk NCIP. Sebagian besar pasien yang sakit kritis
berusia lebih tua dan memiliki lebih banyak penyakit lain yang lebih mendasari dibandingkan
pasien yang tidak dirawat di ICU. Sebagian besar pasien memerlukan terapi oksigen dan
sebagian kecil pasien memerlukan ventilasi invasif atau bahkan oksigenasi membran
ekstrakorporeal.

Data dalam penelitian ini menunjukkan kemungkinan adanya transmisi 2019-nCoV yang cepat
dari orang-ke-orang. Alasan utama berasal dari estimasi angka reproduksi dasar (R0)
berdasarkan penelitian sebelumnya. R0 menunjukkan tingkat transmisi suatu penyakit menular.
Ketika infeksi menyebar ke orang baru, virus akan mereproduksi dirinya sendiri; R0
menunjukkan jumlah rata-rata individu tambahan yang terinfeksi oleh satu kasus selama
perjalanan penyakit mereka dan secara khusus berlaku untuk populasi orang yang sebelumnya
bebas dari infeksi dan belum divaksinasi. Berdasarkan laporan tersebut, R0 dari nCoV adalah
2.2, yang memperkirakan bahwa, rata-rata, setiap pasien telah menyebarkan infeksi ke 2,2 orang
lain. Salah satu alasan penyebaran cepat mungkin terkait dengan gejala tahap awal yang atipikal
pada beberapa pasien yang terinfeksi dengan nCoV.

Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa nCoV terdeteksi dalam sampel feses pasien dengan
gejala abdominal. Namun, sulit untuk membedakan dan menyaring pasien dengan gejala atipikal.
Namun demikian, penularan cepat dari manusia ke manusia yang berada dalam kontak dekat
adalah fitur penting dari pneumonia nCoV.

Para pasien yang dirawat di ICU berusia lebih tua dan memiliki kondisi komorbiditas yang lebih
banyak daripada pasien yang tidak dirawat di ICU. Ini menunjukkan bahwa usia dan
komorbiditas mungkin merupakan faktor risiko untuk outcome yang buruk. Namun, tidak ada
perbedaan dalam proporsi pria dan wanita antara pasien ICU dan pasien non-ICU. Data ini
berbeda dari laporan terbaru yang menunjukkan bahwa infeksi 2019-nCoV lebih mungkin
mempengaruhi laki-laki. Penjelasan yang mungkin adalah bahwa infeksi nCoV pada pasien
dalam laporan sebelumnya berhubungan dengan paparan yang terkait dengan Pasar Grosir
Makanan Laut Huanan, dan sebagian besar pasien yang terkena adalah pekerja laki-laki.
Dibandingkan dengan gejala pada pasien non-ICU, gejala lebih sering dijumpai pada pasien yang
sakit kritis, termasuk dispnea, sakit perut, dan anoreksia. Timbulnya gejala dapat membantu
dokter mengidentifikasi pasien dengan prognosis buruk. Dalam kohort ini, tingkat keseluruhan
hipoksia berat dan ventilasi invasif lebih tinggi daripada yang ada pada penelitian sebelumnya,
kemungkinan karena kasus-kasus dalam penelitian sebelumnya berasal dari tahap epidemi awal
NCIP, dan kasus saat ini berasal dari tahap kejadian luar biasa.

Kelainan laboratorium yang paling sering dijumpai dalam penelitian ini adalah penurunan
jumlah limfosit total, waktu protrombin memanjang, dan peningkatan laktat dehidrogenase.
Dibandingkan dengan pasien non-ICU, pasien yang menerima perawatan ICU memiliki lebih
banyak kelainan laboratorium. Kelainan ini menunjukkan bahwa infeksi 2019-nCoV dapat
dikaitkan dengan defisiensi imun seluler, aktivasi koagulasi, cedera miokardial, cedera hati, dan
cedera ginjal. Abnormalitas laboratorium ini mirip dengan yang sebelumnya diamati pada pasien
dengan infeksi MERS-CoV dan SARS-CoV.

Dynamic profile dari temuan laboratorium dilacak pada 33 pasien dengan NCIP (5 non-survivors
dan 28 survivor). Pada non-survivor, jumlah neutrofil, D-dimer, urea darah, dan kadar kreatinin
terus meningkat, dan jumlah limfosit terus menurun hingga kematian terjadi. Neutrofilia
mungkin terkait dengan cytokine storm yang disebabkan oleh invasi virus, aktivasi koagulasi
mungkin terkait dengan respon inflamasi yang berkelanjutan, dan cedera ginjal akut mungkin
terkait dengan efek langsung dari virus, hipoksia, dan syok. Mekanisme patologis tersebut
mungkin terkait dengan kematian pasien dengan NCIP.

Hingga saat ini, belum ada pengobatan khusus yang direkomendasikan untuk infeksi
coronavirus kecuali untuk perawatan suportif yang teliti. Saat ini, pendekatan terhadap penyakit
ini adalah dengan mengendalikan sumber infeksi; tindakan pencegahan dengan perlindungan
pribadi untuk mengurangi risiko penularan; dan diagnosis dini, isolasi, dan perawatan suportif
untuk pasien yang mengalami infeksi. Antibiotik tidak efektif untuk kondisi ini. Selain itu, tidak
ada antivirus yang ditemukan dapat memberikan manfaat untuk mengobati SARS dan MERS.
Semua pasien dalam penelitian ini menerima terapi antibiotik, 90% menerima terapi antivirus,
dan 45% menerima metilprednisolon. Dosis oseltamivir dan metilprednisolon bervariasi
tergantung pada tingkat keparahan penyakit. Namun, tidak ada hasil efektif yang diamati.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, spesimen saluran pernapasan digunakan
untuk mendiagnosis NCIP melalui RT-PCR. Serum pasien tidak diperoleh untuk mengevaluasi
viremia. Viral load adalah penanda potensial yang berguna terkait dengan keparahan penyakit
infeksi coronavirus, dan ini harus ditentukan dalam NCIP. Kedua, penularan/infeksi terkait
rumah sakit tidak dapat dibuktikan secara definitif (hanya diduga) dan diduga berdasarkan waktu
dan pola pajanan terhadap pasien yang terinfeksi dan perkembangan infeksi selanjutnya. Ketiga,
di antara 138 kasus, sebagian besar pasien masih dirawat di rumah sakit pada saat penyerahan
naskah penelitian ini. Oleh karena itu, sulit untuk menilai faktor risiko untuk outcome yang
buruk, dan observasi lanjutan dari riwayat alami penyakit adalah hal yang sangat diperlukan.

Kesimpulan

Dalam rangkaian kasus single-center ini, yang terdiri dari 138 pasien rawat inap dengan NCIP
yang telah terkonfirmasi di rumah sakit di Wuhan, Cina, dugaan penularan terkait rumah sakit
pada 2019-nCoV dicurigai pada 41% pasien. Sebanyak 26% pasien menerima perawatan ICU,
dan tingkat mortalitasnya adalah 4,3%.

Anda mungkin juga menyukai