Anda di halaman 1dari 8

2.

Sistematika
10 BAB
6. BAB V : PENYELENGGARAAN JALAN
68 Pasal
1. KONSIDERAN TOL Bagian Pertama : Umum
Bagian Kedua : Syarat-syarat Jalan Tol
2. BAB I : KETENTUAN UMUM Bagian Ketiga : Wewenang Penyelenggaraan Jalan Tol
Bagian Keempat : PengaturanJalan Tol
3. BAB II : ASAS DAN TUJUAN Bagian Kelima : PembinaanJalan Tol
Bagian Keenam : PengusahaanJalan Tol
4. BAB III : PERAN, PENGELOMPOKAN DAN BAGIAN-BAGIAN Bagian Ketujuh : Pengawasan Jalan Tol
JALAN Bagian Pertama : Peran Jalan
Bagian Kedua : Pengelompokan Jalan 7 BAB VI : PENGADAAN TANAH
Bagian Ketiga : Bagian-Bagian Jalan
8. BAB VII : PERAN MASYARAKAT
5. BAB IV : JALAN UMUM
Bagian Pertama : Penguasaan 9. BAB VIII : KETENTUAN PIDANA
Bagian Kedua : Wewenang Pemerintah Bagian
Ketiga : Wewenang Pemerintah Provinsi 10. BAB IX : KETENTUAN PERALIHAN
Bagian Keempat : Wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota
Bagian Kelima : Pengaturan Jalan Umum 11. BAB X : KETENTUAN PENUTUP
Bagian Keenam : Pembinaan Jalan Umum
Bagian Ketujuh : Pembangunan Jalan Umum 12. PENJELASAN : UMUM
Bagian Kedelapan : Pengawasan Jalan Umum PASAL DEMI PASAL
Oleh : HARRY PURWANTARA 3 Oleh : HARRY PURWANTARA 4

4. ASAS DAN
Pasal 1 TUJUAN (Pasal 2 dan3)
 Asas Penyelenggaraan Jalan
1. Kemanfaatan
Oleh : HARRY PURWANTARA 5
2. Keamanan dan keselamatan
3. Keserasian
Pengaturan Pembinaan Pembangunan Pengawasan 4. Keselarasan dan keseimbangan
5. Keadilan
- Perumusan - Penyusunan - Pemrograman - Tertib pengaturan, 6. Transparansi dan akuntabilitas
kebijakan perenc. pedoman dan & penganggaran pembinaan dan 7. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan
- Penyusunan standar teknis - Perenc teknik pembangunan 8. Kebersamaan dan Kemitraan
perenc umum - Pelayanan - Pelaks. konstr.
- Penyusunan - Pemberdayaan - Pengoperasian  Tujuan Penyelenggaraan Jalan
peraturan per-uu- - Penelitian dan - Pemeliharaan 1. Ketertiban dan kepastian hukum
an pengembangan
2. Peran masyarakat dalam penyelenggaraan jalan
3. Peran penyelenggara jalan secara optimal dlm pemberian layanan kpd
masyarakat
4. Pelayanan jalan yang andal dan prima serta berpihak kpd masyarakat
5. Sistem jaringan jalan yang efisien dan efektif
6. Pengusahaan jalan tol yang transparan dan terbuka

Oleh : HARRY PURWANTARA 6


5. PERAN JALAN 6. JALAN MENURUT PERUNTUKANNYA (Pasal 6)
- Jalan umum
(Pasal 5) - Jalan khusus

 Sebagai bagian dari prasarana transportasi mempunyai peran penting dalam 7. PENGELOMPOKAN JALAN MENURUT SISTEM (Pasal 7)
- Sistem Primer
eksosbudpolhankam dan lingkungan hidup serta wajib dipergunakan untuk - Sistem Sekunder
sebesar-besar kemakmuran rakyat
8. PENGELOMPOKAN JALAN MENURUT FUNGSI (Pasal 8)
 Sebagai prasaran distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara - Jalan Arteri - Jalan Lokal
- Jalan Kolektor - Jalan Lingkungan
 Sebagai satu kesatuan sistem jaringan jalan mengikat seluruh wilayah
Republik Indonesia 9. PENGELOMPOKAN JALAN MENURUT STATUS (Pasal 9)

- Jalan Nasional - Jalan Kota


Oleh : HARRY PURWANTARA 7 - Jalan Provinsi - Jalan Desa
- Jalan Kabupaten

Oleh : HARRY PURWANTARA 8

10. PENGELOMPOKAN JALAN MENURUT KELAS JALAN


(Pasal 10) 11. BAGIAN-BAGIAN
JALAN (Pasal 11)
- Ruang Manfaat Jalan (Rumaja)
- Kebutuhan pengaturan penggunaan jalan dan kelancaran - Ruang Milik Jalan (Rumija)
lalu lintas - Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja)
- Diatur dalam peraturan per-uu-an yang berlaku (UU Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan)
- Pengaturan kelas berdasarkan spesifikasi penyediaan 12. PENGUASAA
prasarana jalan N (Pasal 13)
 Jalan bebas hambatan (Freeway)
 Jalan raya (Highway)
 Jalan sedang (Road)  Penguasaan pada negara.
 Jalan kecil (Street)  Negara memberi wewenang kepada Pemerintah dan
Pemerintah Daerah untuk melaksanakan penyelenggaraan
jalan.

Oleh : HARRY PURWANTARA 9

Oleh : HARRY PURWANTARA 10


13. WEWENANG PEMERINTAH Wewenang Pemerintah (lanjutan ............)
Pasal 14 Pasal 24

 Penyelenggaraan jalan secara umum (tur,bin,bang,was)


 Penyelenggaraan jalan nasional (tur,bin,bang,was)  Pembinaan secara umum dan jalan nasional :
 Pengembangan sistem bimbingan, penyuluhan, pendidikan dan
 Pengaturan jalan secara umum : pelatihan di bidang jalan.
 Pembentukan peraturan perundang-undangan.
Pasal 18
 Pemberian bimbingan, penyuluhan dan pelatihan para
 Perumusan kebijakan perencanaan. aparatur di bidang jalan.
 Pengendalian penyelenggaraan jalan secara makro  Pengkajian, penelitian dan pengembangan teknologi bidang jalan
 Penetapan norma, stándar, kriteria, dan pedoman pengaturan jalan dan yang terkait.
Pasal 18
 Pemberian fasilitas penyelesaian sengketa antar provinsi dalam
 Pengaturan jalan nasional penyelenggaraan jalan
 Penetapan fungsi jalan arteri dan kolektor (antaribukota provinsi  Penyusunan dan penetapan norma, standar, kriteria, dan
– K1) sistem primer pedoman pembinaan jalan
 Penetapan status jalan nasional
 Penyusunan perencanaan umum jaringan jalan nasional
Oleh : HARRY PURWANTARA 12

Oleh : HARRY PURWANTARA 11

Wewenang Pemerintah (lanjutan ............) Wewenang Pemerintah (lanjutan ............)


Pasal 31
 Pembangunan secara umum : Pasal 30  Pembangunan jalan nasional:
 Pengoperasian jalan umum setelah dinyatakan laik fungsi  Perencanaan teknis, pemrograman dan penganggaran, pengadaan
(teknis dan administratif) lahan, serta pelaksanaan konstruksi jalan nasional
 Penyelenggara jalan wajib memprioritaskan pemeliharaan,  Pengoperasian dan pemeliharaan jalan nasional
perawatan dan pemeriksaan jalan secara berkala untuk  Pengembangan dan pengelolaan sistem manajemen jalan
mempertahankan standar pelayanan minimal nasional
 Pembiayaan pemebangunan jalan umum menjadi tanggung jawab
Pemerintah dan/atu pemerintah daerah  Pengawasan jalan secara umum
 Dalam hal pemda belum mampu membiayai pembangunan jalan  Evaluasi dan pengkajian pelaksanaan kebijakan Pasal 37
yang menjadi tanggung jawabnya, Pemerintah dapat membantu penyelenggaraan jalan
sesuai peraturan per-uu-an  Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan
 Wewenang Pemerintah (perenc teknis, pelaksanaan konst,dan O&P)  Hasil penyelenggaraan jalan harus memenuhi SPM
dapat dilaksanakan pemerintah daerah sesuai peraturan per-uu-an
 Pembentukan peraturan per-uu-an (termasuk kriteria, persyaratan,  Pengawasan jalan nasional Pasal 37
standar dan manual, penyusunan rencana umum jalan N), dan  Evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan nasional
pelaksanaan pengawasan dilakukan dengan memperhatikan  Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan
masukan masyarakat nasional

Oleh : HARRY PURWANTARA 13


Oleh : HARRY PURWANTARA 14
14. WEWENANG PEMERINTAH PROVINSI Pasal 15 WEWENANG PEMERINTAH PROVINSI (lanjutan .....)

 Penyelenggaraan Jalan Provinsi (tur,bin,bang,was)


 Pembangunan Jalan Provinsi : Pasal 32
Pasal 19
 Pengaturan Jalan Provinsi :  Perencanaan teknis, pemrograman dan penganggaran, pengadaan
 Perumusan kebijakan penyelenggaraan jalan provinsi lahan, serta pelaksanaan konstruksi jalan provinsi
berdasarkan jaknas  Pengoperasian dan pemeliharaan jalan provinsi
 Penyusunan pedoman operasional penyelenggaraan jaln provinsi dgn  Pengembangan dan pengelolaan sistem manjemen jalan
memperhatikan keserasian antar wilayah provinsi provinsi
 Penetapan fungsi jalan dalam sistem sekunder dan kolektor K-2,
lokal dan lingkungan dalam sistem primer  Pengawasan Jalan Provinsi Pasal 38
 Penetapan status jalan provinsi  Evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan provinsi
 Penyusunan perencanaan jaringan jalan provinsi  Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan
provinsi
 Pembinaan Jalan Provinsi
 Pemberian bimbingan, penyuluhan,serta diklat bidang jalanPasal 25  Dalam hal pemerintah provinsi belum dapat melaksanakan sebagian
 Pengkajian serta litbang teknologi jalan provinsi wewenang  dapat menyerahkan kpd Pemerintah
 Pemberian fasilitas penyelesaian sengketa antarkab/kota dalam
penyelenggaraan jalan. Pasal 15

Oleh : HARRY PURWANTARA 15 Oleh : HARRY PURWANTARA 16

15. WEWENANG PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA WEWENANG PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA (lanjutan .... )


 Penyelenggaraan Jalan Kabupaten/Kota dan Jalan Desa (tur,bin,
bang,was) Pasal 33 & 34
Pasal 16
 Pembangunan Jalan Kabupaten/Kota dan Jalan Desa :
 Pengaturan Jalan Kabupaten/Kota dan Jalan Desa:  Perencanaan teknis, pemrograman dan penganggaran, pengadaan
 Perumusan kebijakan penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan lahan, serta pelaksanaan konstruksi jalan kab/ kota dan jln desa
desa berdasarkan jaknas dgn memperhatikan keserasian antar  Pengoperasian dan pemeliharaan jalan kab/kota dan jln desa
Pasal 20 dan 21 
daerah dan antarkawasan Pengembangan dan pengelolaan sistem manjemen jalan kab/ kota
 Penyusunan pedoman operasional penyelenggaraan jalan dan jln desa
 kabupaten/kota dan jalan desa Pasal 39 & 40
 Penetapan status jalan kabupaten/kota dan jalan desa Penyusunan  Pengawasan Jalan Kabupaten/Kota dan Jalan Desa
 perencanaan jaringan jalan kabupaten/kota dan jalan desa Evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan kab/kota dan jln desa
 Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan
 Pembinaan Jalan Kabupaten/Kota dan Jalan Desa Pasal 26 & 27
kab/kota dan jalan desa
 Pemberian bimbingan, penyuluhan,serta diklat bidang jalan
 Dalam hal pemerintah kabupaten/kota belum dapat
 Pemberian izin,rekomendasi, dispensasi dan pertimbangan
melaksanakan sebagian wewenang, dapat menyerahkan
pemanfaatan rumaja, rumija, dan ruwasja
 Pengembangan teknologi terpan untuk jalan kab/kota dan jln desa. kepada pemerintah provinsi Pasal 16

Oleh : HARRY PURWANTARA 17


Oleh : HARRY PURWANTARA 18
16. JALAN TOL Pasal 45,47,48

 WEWENANG PENYELENGGARAAN JALAN TOL(Tur,Bin,Usah,Was)


 MAKSUD dan TUJUAN PENYELENGGARAAN JALAN TOL
 Wewenang penyelenggaraan (pengaturan, pembinaan, pengusahaan dan
 Memperlancar lalu lintas di daerah yang telah berkembang Pasal 43
pengawasan) jalan tol oleh Pemerintah
 Meningkatkan hasil guna dan daya guna pelayanan distribusi barang dan  Sebagian wewenang pengaturan, pengusahaan dan pengawasan
jasa guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi dilaksanakan oleh BPJT
 Meringankan beban dana Pemerintah melalui partisipasi pengguna jasa  Pemerintah menetapkan rencana umum jaringan jalan tol
 Meningkatkan pemerataan hasil pembangunan  Menteri menetapkan ruas jalan tol
 Menteri menetapkan pemberlakuan tarif tol awal dan penyesuaiannya
 SYARAT-SYARAT JALAN TOL Pasal 44 Pasal 46,47
 Sebagai bagian dari sistem jaringan jalan umum  PENGATURAN JALAN
 Sebagai lintas alternatif TOL
 Dalam keadaan tertentu jalan tol tidak merupakan jalan alternatif  Meliputi perumusan kebijakan perencanaan, perencanaan umum, dan
 Spesifikasi dan tingkat pelayanan yang lebih tinggi daripada lintas jalan pembentukan peraturan perundang-undangan
umum yang ada.  Untuk mewujudkan jalan tol yang aman, nyaman, berhasil guna dan
berdaya guna serta pengusahaan yang transparan dan terbuka.
 STATUS JALAN TOL  Rencana umum jaringan jalan tol merupakan bagian tak terpisahkan dari
 Sebagai jalan nasional (Pasal 9(2)) rencana umum jaringan jalan nasional
Pasal 49
 PEMBINAAN JALAN
TOL
 Meliputi penyusunan pedoman dan standar teknis, pelayanan,
Oleh : HARRY PURWANTARA 19
pemberdayaan, serta penelitian dan pengembangan.

PENGUSAHAAN JALAN Pasal 50 PENGUSAHAAN JALAN TOL (lanjutan….)


TOL
 Pengusahaan jalan tol dimaksudkan untuk mempercepat perwujudan jaringan  Konsesi pengusahaan Pasal 50
jalan tol  diberikan dalam jangka waktu tertentu
 untuk memenuhi pengembalian dan investasi dan keuntungan yang wajar
 Pengusahaan Jalan Tol :  bila telah berakhir Pemerintah menetapkan status jalan tol sesuai
 pendanaan kewenangannya
 perencanaan teknis  Pengaturan pengusahaan oleh BPJT
 pelaksanaan konstruksi  Dalam hal pengusahaan jalan tol tidak dapat diselesaikan sesuai perjanjian
 pengoperasian pengusahaan Pemerintah dapat mengambil langkah :
 pemeliharaan + pengusahaan agar berlanjut atau
+ jalan tol dapat terwujud
 Pengusahaan oleh Pemerintah dan/atau badan usaha jalan tol :  Dalam hal pengembangan jaringan jalan tol tidak dapat diwujudkan oleh badan usaha
 BUMN  Pemerintah dapat mengambil langkah :
 BUMD + pembangunan sebagian atau seluruhnya
 BUMS + pengoperasian oleh badan usaha
 Pengusahaan oleh badan usaha melalui pelelangan secara transparan dan
terbuka (Ps 51)
Pasal 51
 Pelelangan dapat meliputi sebagian atau seluruh lingkup pengusahaan

 Hak pengusahaan dilakukan dengan perjanjian pengusahaan dengan Oleh : HARRY PURWANTARA 22
Pemerintah
PEMBANGUNAN JALAN TOL TARIF
Pasal 52 Pasal 48
TOL
 Jika melewati jalan yang ada  BU menyediakan jalan pengganti
 Jika berlokasi di atas jalan yang ada  jalan yang ada tetap berfungsi  Dihitung berdasar
 Jika mengganggu jalur lalu lintas yang ada  menyediakan jalan  kemampuan bayar pengguna jalan,
pengganti sementara  besar keuntungan biaya operasi kendaraan, dan
 Dana untuk lahan dari pemerintah dan atau pengusaha jalan tol  kelayakan investasi
 Besar tarif tol tercantum dalam perjanjian pengusahaan
PENGGUNAAN JALAN Pasal 53  Pemberlakuan tarif tol bersamaan dengan penetapan
TOL pengoperasian sebagai jalan tol
 Pemberlakuan tarif awal dan penyesuaiannya ditetapkan oleh
 Pengguna jalan tol dikenakan kewajiban membayar tol (Pasal 43) Menteri
 Bagi kendaraan bermotor  Evaluasi dan penyesuaian tarif tol berdasar pengaruh inflasi setiap
 Jenis kendaraan ditetapkan oleh Pemerintah 2 tahun
 Penggunaan jalan tol untuk keperluan lain  dengan persetujuan
Pemerintah
 Jika jaringan jalan umum yang ada tidak berfungsi  ruas jalan tol
alternatifnya dapat digunakan sementara tanpa tol dengan penetapan oleh
Menteri

Oleh : HARRY PURWANTARA 24

Oleh : HARRY PURWANTARA 23

BADAN PENGATUR JALAN TOL PENGAWASAN JALAN


(BPJT) Pasal 45 TOL Pasal 57

 Dibentuk oleh Menteri  Untuk mewujudkan tertib pengaturan, pembinaan dan pengusahaan
 Berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
 Anggota BPJT :
 Pemerintah + pemangku kepentingan + masyarakat
 Tugas BPJT : Pasal 55
 Pengaturan jalan tol :
 pemberian rekomendasi tarif awal dan penyesuaiannya  Pengguna jalan tol wajib menaati peraturan perundang-
kepada Menteri undangan tentang lalu-lintas dan angkutan jalan, peraturan
 pengambilalihan jalan tol pada akhir masa konsesi
perundang-undangan tentang Jalan serta peraturan perundang- undangan
 pemberian rekomendasi pengoperasian selanjutnya
 Pengusahaan jalan tol : lainnya.
 persiapan pengusahaan jalan tol
 pengadaan investasi
 pemberian fasilitas pembebasan tanah
 Pengawasan jalan tol ;
 pemantauan dan evaluasi pengusahaan jalan tol
 pengawasan terhadap pelayanan jalan tol
Oleh : HARRY PURWANTARA 26
Oleh : HARRY PURWANTARA 25
17. PENGADAAN Pasal 58, 59, 60,61
TANAH 18. PERAN
MASYARAKAT (Pasal 14
 Pengadaan tanah untuk jalan bagi kepentingan umum dilaksanakan dan 15)
berdasarkan RTRW Kabupaten/Kota
 Pembanguna jalan disosialisasikan kepada masyarakat  HAK MASYARAKAT
 Pemegang hak atas tanah, pemakai tanah negara, atau masyarakat ulayat yang tanahnya  Memberi masukan kepada penyelenggara jalan dalam rangka
diperlukan untuk pembangunan jalan berhak mendapat ganti kerugian pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan
 Pemberian ganti kerugian dilaksanakan berdasarkan kesepakatan sesuai peraturan  Berperan serta dalam penyelenggaraan jalan
per-uu-an pertanahan  Memperoleh manfaat sesuai standar pelayanan minimal
 Jika kesepakatan tidak tercapai dan lokasi jalan tidak dapat dipindahkan 
 Memperoleh informasi
pencabutan hak atas tanah sesuai peraturan per–uu-an pertanahan
 Pelaksanaan pembangunan dapat dimulai pada bidang tanah yang telah diberi ganti
 Memperoleh ganti kerugian yang layak akibat kesalahan dalam
kerugian atau telah dicabut hak atas tanahnya pembangunan jalan
 Tanah yang telah dikuasai Pemerintah didaftarkan untuk penerbitan sertifikat hak atas  Mengajukan gugatan terhadap kerugian akibat pembangunan jalan
tanah
 Pengadaan tanah untuk jalan tol oleh Pemerintah
 Pengadaan tanah untuk jalan tol berdasarkan RTRW Kab/Kota  KEWAJIBAN MASYARAKAT
 Pengadaan tanah untuk jalan tol dapat menggunakan dana Pemerintah dan/ atau  Menjaga ketertiban pemanfaatan jalan
badan usaha

Oleh : HARRY PURWANTARA 27 Oleh : HARRY PURWANTARA 28

21. KETENTUAN PIDANA Pasal 63,63,65

19. KEWAJIBAN PENYELENGGARA JALAN Pasal 30  Kegiatan mengganggu fungsi jalan dalam Rumaja :
 - sengaja  penjara maks 18 bulan atau denda maks Rp 1.500.000.000,-
Wajib memprioritaskan pemeliharaan, perawatan dan pemeriksaan
- kelalaian  kurungan maks 3 bulan atau denda maks Rp 300.000.000,-
jalan secara berkala untuk mempertahankan SPM
 Pembiayaan pembangunan jalan umum tanggung jawab  Kegiatan mengganggu fungsi jalan dalam Rumija
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah - sengaja  penjara maks 9 bulan atau denda maks Rp 500.000.000,-
 Memperhatikan masukan masyarakat - kelalaian  kurungan maks 2 bulan atau denda maks Rp 200.000.000,-

20. LARANGAN  Kegiatan mengganggu fungsi jalan dalam Ruwasja


 Perbuatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan dalam - sengaja  penjara maks 3 bulan atau denda maks Rp 300.000.000,-
- kelalaian  kurungan maks 12 hari atau denda maks Rp 120.000.000,-
Rumaja, Rumija, dan Ruwasja (Pasal 12)
 Menyelenggarakan jalan tidak sesuai dengan peraturan per-  Sengaja menyelenggarakan jalan tidak sesuai peraturan per-uu-an
uu-an (Pasal 42)  penjara maks 2 tahun atau denda maks Rp 2.000.000.000,-
 Mengusahakan suatu ruas jalan sebagai jalan tol sebelum ada
penetapan Menteri (Pasal 54)  Sengaja mengusahakan jalan tol sebelum penetapan Menteri
 Memasuki jalan tol kecuali pengguna jalan tol dan petugas jalan  penjara maks 15 tahun atau denda maks Rp 15.000.000.000,-
tol (Pasal 56)
 Selain pengguna jalan dan petugas jalan tol memasuki jalan tol
- sengaja  kurungan maks 14 hari atau denda maks Rp 3.000.000,-
- kelalaian  kurungan maks 7 hari atau denda maks Rp 1.500.000,-
Oleh : HARRY PURWANTARA 29
Oleh : HARRY PURWANTARA 30
22. KETENTUAN PERALIHAN (Pasal 66)
 Peraturan pelaksanaan berkaitan dengan jalan tetap berlaku 23. YANG HARUS DISELESAIKAN DALAM 12
sepanjang tidak bertentangan BULAN (sejak 18 Oktober 2004)
 PT Jasa Marga diberi konsesi berdasarkan perhitungan atas  Pembentukan BPJT
seluruh ruas jalan tol yang diusahakan setelah diaudit
 Penetapan pemberian konsesi pengusahaan kepada PT Jasa Marga
 Konsesi milik BUMS berdasar UU No. 13/1980 tetap berlaku dan dan penyesuaian pengusahaan BUMS
pengusahaannya disesuaikan dengan UU ini
 PP Jalan dan PP Jalan Tol
 Penetapan pemberian konsesi pengusahaan kepada PT Jasa Marga dan
penyesuaian pengusahaan BUMS dilaksanakan dalam waktu paling
lama 12 bulan sejak berlakunya UU ini (18 Oktober 2004)

 PP ditetapkan paling lama 12 bulan sejak berlakunya UU ini (18


Oktober 2004)

Oleh : HARRY PURWANTARA 31

Anda mungkin juga menyukai