Anda di halaman 1dari 47

1

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

MENGUNGKAP PROBLEMATIKA PROSTITUSI


GELANDANGAN “ELITE” DI MAKAM KEMBANG
KUNING SURABAYA

(Laporan Penelitian)

Diajukan sebagai syarat Kenaikan Kelas IX yang diselenggarakan oleh SMP Al Hikmah
Full Day School Surabaya

OLEH :

AYUDIKA PERMATASARI
MASHITA NUR LAILY
INFITA ROBAYANI SAFIRA

SMP AL HIKMAH FULL DAY SCHOOL


JL. KEBONSARI ELVEKA V SURABAYA
TELP. (031) 8288228 FAX. (031) 8282752
2011
SMP AL-HIKMAH SURABAYA
Full Day School
Jl. Kebonsari Elveka V Telp. (031) 8288228, Fax (031) 8282752
Berbudi & Berpestasi
SURABAYA – JAWA TIMUR

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : “Mengungkap Problematika Prostitusi Gelandangan “Elite” di


Makam Kembang Kuning Surabaya”

Oleh :
Ayudika Permatasari
Mashita Nur Laily
Infita Robayani Safira

Setelah kami mengadakan pemeriksaaan, pembenahan, dan koreksi di


dalamnya, maka Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini kami setujui dan kami sahkan untuk
diajukan sebagai syarat Kenaikan Kelas IX
Surabaya, 12 Juli 2011
Mengetahui,
Pembimbing Ketua Kelompok

Ira Ikadua Rosyana, S.Si. Ayudika Permatasari

Menyetujui,
Kepala Sekolah

Drs. Gatot Sulanjono, M.Pd.


3

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan
limpahan Rahmat serta HidayahNya kami diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan
proposal penelitian ini.
Proposal penelitian yang berjudul “Mengungkap Problematika Prostitusi
Gelandangan di Makam Kembang Kuning Surabaya” disusun sebagai
persyaratan mengikuti Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) tingkat nasional tahun
2011. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui problematikan yang dialami
kaum gelandangan yang berprofesi sebagai PSK di kompleks pemakaman Kembang
Kuning Surabaya dan solusinya.
Pada kesempatan kali ini kami sampaikan terima kasih kepada kedua orang tua
kami, Ustadzah Ira yang telah membimbing penulis hingga terciptanya makalah ini, dan
kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu kami untuk menyelesaikan
makalah ini. Kami berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat. Kritik dan saran
yang dapat membuat karya ini lebih baik juga sangat diharapkan karena kami sadar karya
ilmiah yang telah kami buat ini masih jauh dari sempurna.

Surabaya, 11 Juli 2011

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iv
ABSTRAK.............................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pemakaman.......................................................................................................5
2.2 Makam Kembang Kuning.................................................................................6
2.3 Tinjauan tentang Tunawisma............................................................................6
2.4 Tinjauan tentang Gelandangan...................................................................7
2.5Tinjauan tentang Pekerja Seks Komersial (PSK)..........................................8
2.5.1 Faktor-faktor Seseorang Penyebab Seseorang Menjadi PSK....................9

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Subjek Penelitian...............................................................................................10
3.2 Tempat dan Waktu............................................................................................10
3.3 Populasi dan Sampel.........................................................................................10
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Wawancara......................................................................................11
3.4.2 Observasi dan Dokumentasi............................................................11
3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data
3.5.1 Metode Pengolahan Data..................................................................12
3.5.2 Metode Analisis Data.......................................................................12
3.6 Alat-alat....................................................................................................12
3.7 Cara Kerja.................................................................................................12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran umum makam Kembang Kuning......................................13
4.2 Alasan Gelangangan memilih tinggal di atas makam.........................14
4.3 Kehidupan sehari-hari orang yang bertempat tinggal di atas makam
kembang kuning surabaya................................................................17
4.3.1 Makan.............................................................................................17
4.3.2 Mandi..............................................................................................20
4.3.3 Aktivitas..........................................................................................24
4.3.4 Satpol PP.........................................................................................26
4.3.5 Saat sakit.........................................................................................28
4.4 Hasil wawancara dengan Kepala Keamanan Makam Kembang
kuning……………………………………………………………...31
4.5 Solusi.................................................................................................32
5

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan.........................................................................................33
5.2 Saran...................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
ANGKET
ABSTRAK

Makam umum Kembang Kuning adalah salah satu kompleks pemakaman


Kristen terbesar yang ada di kota Surabaya. Umumnya, pemakaman adalah tempat
peristirahatan terakhir bagi orang-orang yang sudah meninggal. Namun di
kompleks pemakaman Kembang Kuning terjadi problematika yang berbeda dari
pada pemakaman pada umumnya dan beberapa di antaranya termasuk
penyimpangan sosial dan norma-norma yang berlaku. Seperti area pemakaman
dijadikan sebagai tempat tinggal ilegal, didirikan warung, tempat judi, tempat
orang mabuk-mabukan, dan tempat mangkalnya para waria dan pekerja seks
komersial (PSK) yang bekerja di malam hari dan tempat bersembunyinya buronan
polisi.
Orang-orang yang bertempat tinggal di atas makam Kembang Kuning
disebut juga gelandangan. Para gelandangan makam kembang kuning ini
kebanyakan berjenis kelamin perempuan dan berprofesi menjadi PSK dengan
berbagai macam alasan. Di makam Kembang Kuning ini telah terjadi praktik
prostitusi masyarakat kelas bawah. Walaupun sering kali terjadi penertiban dan
penggusuran oleh satuan polisi pamong praja di kompleks makam, namun para
gelandangan tersebut kebanyakan kembali ke tempat semula dan menjalankan
profesinya sebagai PSK.
Dengan berkembangnya gelandangan yang berprofesi sebagai pekerja seks
komersial (PSK) diduga akan memberi peluang munculnya gangguan keamanan
dan ketertiban, yang pada akhirnya akan mengganggu stabilitas sehingga
pembangunan akan terganggu, serta cita-cita nasional tidak dapat diwujudkan.
Dengan demikian diperlukan usaha-usaha penanggulangan gelandangan dan PSK
tersebut. Adanya problematika gelandangan yang berprofesi sebagai PSK ini
digunakan untuk merumuskan kebijakan, strategi dan penanggulangan
gelandangan yang berprofesi sebagai PSK.
Dalam penelitian ini, akan diteliti alasan dan kehidupan sehari-hari para
gelandangan yang berprofesi sebagai Pekerja seks komersial (PSK) di makam
Kembang Kuning Surabaya, permasalahan yang dialami, dan bagaimana cara
mengatasinya, tanggapan masyarakat serta upaya pemerintah atau dinas terkait
untuk mengatasi persoalan prostitusi dan gelandangan yang berprofesi sebagai
PSK di makam Kembang kuning.
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian meliputi
wawancara langsung, observasi lapangan dan dokumentasi. Instrumen yang dipakai
berbentuk kuesioner (questioner), pedoman wawancara (interview guide), dan lembar
pengamatan. Setelah semua data yang telah di kumpulkan selanjutnya dilakukan analisis
dengan teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif.
7

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 9 tahun 1987
tentang penyediaan dan penggunaan tanah untuk keperluan tempat pemakaman,
tempat pemakaman umum dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah
Desa, dimana areal tanah tersebut disediakan untuk pemakaman jenazah bagi
seluruh anggota masyarakat dengan tidak membedakan agama, bangsa atau
kewarganegaraanya.
Di Indonesia terdapat berbagai macam jenis makam tergantung dengan
agama atau kepercayaan masing-masing. Masing-masing makam tersebut berbeda
bentuk dan karakteritisnya. Seperti makam penganut agama Islam hanya berupa
tanah saja, makam penganut agama Kristen terdapat bangunan beserta salib di
atasnya, makam orang-orang keturunan Tiong hoa berbentuk seperti bangunan
rumah, dan masih banyak lagi jenis kuburan di Indonesia.
Makam umum Kristen Kembang Kuning adalah salah satu kompleks
pemakaman Kristen terbesar yang ada di kota Surabaya. Sebagian besar warga
Kristen di Surabaya memakamkan keluarganya di kompleks makam Kembang
Kuning Surabaya. Di dalam kompleks makam Kembang Kuning Surabaya tersebut
ternyata tidak hanya terdapat makam Kristen saja, namun juga terdapat
pemakaman Cina, pemakaman Belanda, pemakaman Ambon, pemakaman Manado,
dan makam-makam orang Kristen secara umum.
Menurut warga setempat nama Kembang Kuning diambil dari banyaknya
tumbuh-tumbuhan di tempat yang berbunga berwarna kuning. Bahkan ada yang
menyebut daerah kembang kuning dengan nama cemoro sewu karena banyaknya
pohon cemara di tempat tersebut. Konon areal pemakaman ini sudah ada sejak
tahun 1918. Hal itu tertulis di salah satu makam warga berkebangsaan Belanda.
Umumnya, pemakaman adalah tempat peristirahatan terakhir bagi orang-
orang yang sudah meninggal. Pada hari-hari seperti hari raya agama Kristen
ataupun hari besar orang Cina, biasanya banyak orang yang berziarah ke makam
untuk mendoakan keluarganya atau kerabatnya yang sudah meninggal. Selain itu,
ada juga yang menggunakan kuburan sebagai kegiatan-kegitan negatif atau yang
menyimpang, contohnya menggunakan kuburan sebagai tempat mencari kekayaan,
praktek perdukunan, makam yang di keramatkan, dan masih banyak lainnya.
Di kompleks pemakaman Kembang Kuning juga terjadi problematika yang
berbeda dari pada pemakaman pada umumnya. Seperti area pemakaman dijadikan
sebagai tempat tinggal ilegal, didirikan warung, tempat judi, tempat orang mabuk-
mabukan, dan tempat mangkalnya para waria dan pekerja seks komersial (PSK)
yang bekerja di malam hari.
Pada siang hari, makam kembang kuning ramai dengan orang-orang yang
sedang membersihkan makam, berjualan makanan, dan lain sebagainya. Di hari
biasa, orang-orang yang berada di makam Kembang Kuning tersebut lebih sedikit
dibandingkan dengan hari tertentu seperti imlek, pasca, hari raya pemeluk agama
kristen dan hari besar orang tionghoa, dan hari sabtu, serta minggu. Saat keadaan
makam Kembang Kuning sepi, jumlah orang yang berada di sana sekitar 30 orang.
Dan ketika malam hari, makam kembang kuning mulai ramai dari pukul
tujuh malam, sampai pagi hari dengan berbagai aktivitas di antaranya berbagai
pasangan berpacaran di sekitar makam kembang kuning tersebut, berjualan,
banyaknya pekerja seks komersial (PSK), waria di makam bersama para
pelanggannya maupun perilaku negatif lainnya.
Beberapa probelmatika yang terjadi di kompleks Kembang Kuning Surabaya
ini termasuk penyimpangan sosial dan norma-norma yang berlaku. Problematika
tersebut telah terjadi sejak lama, bahkan hingga sekarang masih dapat dijumpai di
makam Kembang Kuning Surabaya. Hal yang menarik dari problematika ini adalah
para pekerja seks komersial (PSK) ini ada yang memang bertempat tinggal di atas
makam kembang kuning atau dengan kata lain disebut juga gelandangan. Mereka
disebut juga gelandangan “elit” karena pada malam hari mereka berdandan
sebagaimana layaknya PSK, tidak nampak seperti gelandangan. Para gelandangan
makam kembang kuning ini kebanyakan berjenis kelamin perempuan dan
berprofesi menjadi PSK dengan berbagai macam alasan. Para pelanggan mereka
umumnya adalah masyarakat kelas bawah. Bahkan ada berita bahwa para pelajar
pun telah menjadi pelanggannya. Walaupun sering kali terjadi penertiban dan
penggusuran oleh satuan polisi pamong praja di kompleks makam Kembang
Kuning Surabaya, namun para gelandangan tersebut kebanyakan yang kembali ke
tempat semula mereka bermukim dan menjalankan profesinya sebagai PSK.
Berdasarkan latar belakang di atas akan dilakukan penelitian tentang
kehidupan sehari-hari para gelandangan yang berprofesi sebagai pekerja seks
9

komersial (PSK) yang bertempat tinggal di atas Makam Kembang Kuning


Surabaya dan bagaimana mereka mengatasi persoalan hidupnya serta tanggapan
masyarakat terhadap profesi orang-orang tersebut dan peran dinas sosial dalam
menangani pekerja seks komersial (PSK).

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
a) Apakah yang menjadi alasan para gelandangan di makam Kembang Kuning
berprofesi sebagai PSK?
b) Bagaimanakah kehidupan sehari-hari dan aktivitas para gelandangan di makam
Kembang Kuning selama berprofesi sebagai PSK?
c) Apakah permasalahan yang dialami oleh para gelandangan di makam Kembang
Kuning selama berprofesi sebagai PSK dan bagaimana cara mengatasinya?
d) Bagaimanakah tanggapan masyarakat terhadap para gelandangan di makam
Kembang Kuning yang berprofesi sebagai PSK?
e) Apakah upaya pemerintah atau dinas terkait untuk mengatasi persoalan prostitusi
dan gelandangan yang berprofesi sebagai PSK di makam Kembang kuning?

1.3 Tujuan Penelitian


a) Mengetahui alasan para gelandangan di makam Kembang Kuning berprofesi
sebagai PSK.
b) Mengetahui kehidupan dan aktivitas sehari-hari para gelandangan di makam
Kembang Kuning yang berprofesi sebagai PSK.
c) Mengetahui permasalahan yang dialami oleh para gelandangan di makam
Kembang Kuning selama berprofesi sebagai PSK dan bagaimana cara
mengatasinya.
d) Mengetahui tanggapan masyarakat terhadap para gelandangan di makam
Kembang Kuning yang berprofesi sebagai PSK.
e) Mengetahui upaya pemerintah atau dinas terkait untuk mengatasi persoalan
prostitusi dan gelandangan yang berprofesi sebagai PSK di makam Kembang
kuning.

1.4 Manfaat Penelitian


a) Bagi Pemerintah, hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan rujukan bagi
pemerintah, supaya lebih memperhatikan masyarakat yang kurang mampu dan
memberikan solusi bagi gelandangan yang berprofesi sebagai PSK.
b) Bagi masyarakat setempat, hasil penelitian ini bermanfaat untuk kehidupannya
agar lebih peduli dan memperhatikan areal pemakaman supaya tidak digunakan
untuk hal-hal yang bersifat negatif.
c) Bagi peneliti, kegiatan penelitian ini merupakan media belajar dalam
meningkatkan ilmu yang diperoleh sehingga memacu untuk melakukan
penelitian dimasa yang akan datang.
11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Makam kembang kuning


Makam Kembang Kuning terletak di Jl.Kembang Kuning no.1 Surabaya.
Makam kembang kuning merupakan pemakaman bagi pemeluk agama Kristen.
Nama Kembang Kuning diambil dari banyaknya tumbuh-tumbuhan di tempat yang
berbunga berwarna kuning meskipun sekarang sudah jarang dijumpai tanaman
tersebut.
Makam Kembang Kuning termasuk makam kuno di Surabaya karena di
dalamnya terdapat makam para tokoh Belanda yang mewarnai perjalanan sejarah
Kota Surabaya. Oleh karena itu makam ini sedang diusulkan sebagai cagar budaya.
Menurut Retno Hastijanti, salah satu Tim Cagar Budaya Surabaya, cagar budaya
tidak hanya sebatas gedung, namun juga makam, selama memenuhi unsur sebagai
cagar budaya, yakni memiliki nilai sejarah. Pengamanan terhadap cagar budaya
perlu dilakukan, supaya lokasi cagar budaya tidak berubah peruntukannya seiring
dengan pesatnya pembangunan kota.
Di atas makam kembang kuning umumnya terdapat bangunan yang dilengkapi
dengan salib dan kitab injil. Sebagian ada makam yang disertai dengan foto orang
yang meninggal tersebut.
Di siang hari sekitar makam kembang kuning banyak yang bekerja
membersihkan makam dan ada juga yang berjualan makanan. Mereka kebanyakan
beragama Kristen. Jika mereka sedang tidak ada pekerjaan, mereka biasanya duduk-
duduk di atas makam.

2.2 Tinjauan tentang Gelandangan


Gelandangan adalah istilah dengan konotasi negatif yang ditujukan kepada
orang-orang yang mengalami keadaan tunawisma. Homeless atau gelandangan
berasal dari kata gelandang yang berarti selalu mengembara, atau berkelana
(lelana) (Humaidi,(2003)).
Menurut Departemen Sosial R.I (1992) Gelandangan adalah orang-orang yang
hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam
masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang
tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum (Anon., 1980).
Menurut Ali, Gelandangan merupakan lapisan sosial, ekonomi dan budaya
paling bawah dalam stratifikasi masyarakat kota. Dengan strata demikian maka
gelandangan merupakan orang-orang yang tidak mempunyai tempat tinggal atau
rumah dan pekerjaan yyang tetap atau layak, berkeliaran di dalam kota, makan-
minum serta tidur di sembarang tempat.. Di berikan tiga gambaran umum
gelandangan yaitu :
1. Sekelompok orang miskin atau dimiskinkan oleh masyarakatnya.
2. Orang yang disingkirkan dari kehidupan khalayak ramai
3. Orang yang berpola hidup agar mampu bertahan dalam kemiskinan dan
keterasingan.
Ali dkk, (1990) juga menggambarkan mata pencaharian gelandangan di
kartasura seperti pemulung, peminta minta, tukang semir sepatu, tukang becak,
penjaga makanan, dan mengamen.

2.3 Tinjauan tentang Pekerja Seks Komersial (PSK)


Pelacur adalah seorang laki-laki atau perempuan yang karena semacam upah baik
berupa uang atau lainnya atau karena bentuk kesenangan pribadi dan sebagai bagian
atau seluruh pekerjaannya mengadakan perhubungan kelamin yang normal atau tidak
normal dengan berbagai orang, yang sejenis dengan atau berlawanan jenis dengan
pelacur itu ( Soedjono,1997 ).
Pelacuran atau prostitusi merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat.
Pelacuran merupakan salah satu profesi yang sudah ada sejak manusia ada di dunia
ini mulai ada dan tidak menutup kemungkinan praktek prostitusi akan terus
berkembang dan sulit dihilangkan. Pekerja Seks Komersial (PSK) salah satu peluang
kerja yang menghasilkan uang dan tanpa harus memerlukan persyaratan. Dengan
modal tubuh dan kecantikan yang dimilikinya, para PSK akan mendapatkan uang
karena pelacuran itu sendiri merupakan peristiwa penjualan diri dengan jalan
memperjual belikan badan, kehormatan dan kepribadian mereka kepada banyak
orang untuk memuaskan nafsu seks, dengan imbalan pembayaran. Di sisi lain,
seorang PSKakan menjalani profesinya tidak hanya mendapat imbalan pembayaran
saja, namun juga akan mendapatkan kepuasan seks.
13

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Subyek Penelitian


Subyek atau responden penelitian ini adalah para gelandangan yang bertempat
tinggal di pemakaman kristen Kembang Kuning Surabaya yang berprofesi sebagai
pekerja seks komersial (PSK). Di samping itu, peneliti juga melakukan wawancara
kepada kepala keamanan makam Kembang Kuning dan penduduk yang tinggal di
sekitar kompleks pemakaman tersebut serta tokoh masyarakat di pemakaman
Kembang Kuning sebagai informan untuk diminta keterangan tentang para
gelandangan yang bertempat tinggal di makam Kembang Kuning yang bekerja
sebagai pekerja seks komersial (PSK) dan kehidupan sehari-harinya.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilakukan di makam Kristen Jl. Kembang Kuning, Surabaya
Jawa Timur. Penelitian dilakukan dengan cara berkunjung ke makam tersebut.
Waktu penelitian dimulai sejak bulan Mei sampai bulan Agustus 2011.

3.3 Teknik pengambilan sampel


Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
purpose sampling. Hal ini dilakukan karena
Sampel yang akan diteliti adalah beberapa gelandangan yang bertempat
tinggal di atas makam Kembang Kuning yang berprofesi sebagai PSK. Dalam
penelitian ini diambil 10 sampel. Caranya, peneliti akan mendatangi PSK yang
bertempat tinggal di pemakaman Kembang Kuning. Sementara itu, para informan
adalah orang-orang yang tinggal di sekitar pemakaman, aparat keamanan makam,
dan orang-orang yang memiliki mata pencaharian di makam tersebut.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk mendapatkan data. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data dalam penelitian meliputi wawancara langsung, observasi lapangan, dan
dokumentasi. Data yang diambil adalah data kuantitatif dan yang menunjukkan
jumlah gelandangan yang bertempat tinggal di atas makam Kembang Kuning yang
berprofesi sebagai PSK, dan data kualitatif yang menggambarkan cara mereka
menjalani kehidupan sehari-hari dan seputar pekerjaan mereka.
Instrumen yang dipakai berbentuk kuesioner (questioner), pedoman wawancara
(interview guide), dan lembar pengamatan. Selanjutnya data yang terkumpul dalam
penelitian digunakan untuk menguji hipotesa atau menjawab pertanyaan dalam
rumusan masalah.

3.4.1 Wawancara
Wawancara adalah cara pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara dilakukan baik
terhadap subyek/responden maupun informan. Responden yang diwawancarai
adalah orang-orang yang dijadikan sampel. Sementara itu, informan yang
digunakan untuk dimintai informasi adalah aparat keamanan makam, pengurus
makam, orang yang membersihkan makam, orang yang berjualan makanan,
warga yang tinggal di dekat pemakaman dan juru kunci makam.

3.4.2 Observasi dan Dokumentasi


Observasi adalah pengamatan langsung terhadap kehidupan sehari-hari dan
kondisi lingkungan yang tinggal di pemakaman tersebut, seperti bagaimana
cara mereka beribadah, bekerja, makan dan minum, mandi, dan sebagainya. Di
samping itu, juga dilakukan pengamatan terhadap kondisi lingkungan di sekitar
makam seperti kondisi tempat tinggal, tempat mandi, tempat memasak dan
sebagainya. Dokumentasi adalah cara peneliti untuk mengumpulkan data-data
pendukung berupa foto, gambar, dan semacamnya. Metode dokumentasi ini
dilakukan dengan menggunakan foto kamera.

3.5 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data


Metode pengolahan data dan analisis yang akan dilakukan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.

3.5.1 Metode Pengolahan Data


Dari data primer yang diperoleh dilakukan editing, memberi kode data
(coding), membuat tabel dari data yang diperoleh melalui wawancara
kuesioner dan selanjutnya menganalisa data.
15

3.5.2 Metode Analisa Data


Setelah semua data yang telah di kumpulkan selanjutnya dilakukan
analisis dengan teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif. Teknik analisis
data kuantitatif dilakukan terhadap data yang diperoleh melalui wawancara
yang menggunakan kuesioner tertutup. Sementara itu, analisis data kualitatif
dilakukan terhadap data-data yang diperoleh melalui wawancara dengan para
informan, baik yang tinggal di makam maupun tokoh masyarakat yang ada di
sekitar makam.

3.6 Alat-alat
Alat-alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kamera
2. Alat tulis dan buku
3. Pedoman Wawancara
4. Tape recorder
5. Laptop

3.7 Cara Kerja


1. Membuat kuesioner yang berisi tentang Gelandangan yang tinggal di atas
Makam Kembang Kuning Surabaya; membuat pedoman wawancara yang
berisi tentang pendapat tokoh setempat mengenai Gelandangan yang bekerja
sebagai pekerja seks komersial (PSK); serta membuat pedoman wawancara
baik untuk warga setempat maupun petugas keamanan di Makam tersebut.
2. Mengisi kuesioner dan melakukan wawancara.
3. Mengolah dan entry data.
4. Menganalisa data dan membuat kesimpulan.
5. Menulis laporan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum gelandangan yang berprofesi sebagai PSK


Makam Kembang Kuning bukan hanya sekedar sebagai makam,
namun ada yang menggunakannya sebagai tempat tinggal. Sebagian orang-
orang yang bertempat tinggal di makam tersebut tidak mempunyai biaya
untuk membuat tempat tinggal sendiri. Untuk menghidupi kebutuhannya,
mereka mencari pekerjaan di sekitar makam seperti membersihkan makam,
berjualan makanan, dan lain sebagainya.
Di siang hari, makam Kembang Kuning ramai dengan orang-orang
yang sedang membersihkan makam, berjualan makanan dan lain sebagainya.
Di hari biasa, orang-orang yang berada di makam Kembang Kuning tersebut
lebih sedikit dibandingkan dengan hari tertentu seperti hari Imlek, pasca hari
raya pemeluk agama kristen dan hari besar orang Tionghoa, dan hari Sabtu
serta Minggu. Saat keadaan makam Kembang Kuning sepi, jumlah orang
yang berada di sana sekitar 30 orang.
Dan ketika malam hari, makam Kembang Kuning mulai ramai dari
jam 07.00 malam sampai pagi hari dengan berbagai aktivitas di antaranya
berbagai pasangan sedang berpacaran di sekitar makam Kembang Kuning
tersebut, berjualan, banyaknya pekerja seks komersial (PSK), waria di makam
bersama para pelanggannya, maupun perilaku negatif lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara dan survei, tidak ditemukan hasil yang
pasti jumlah orang yang bertempat tinggal di makam tersebut, dari pihak
keamanan makam Kembang Kuning mengatakan bahwa tidak ada yang
menetap di makam tersebut, dari orang yang bekerja membersihkan makam
mengatakan bahwa ada yang menetap atau bertempat tinggal sekitar 10
sampai 20 orang, dan peneliti hanya menemukan 10 responden yang
bertempat tinggal di atas makam dan 5 diantaranya berprofesi sebagai PSK.
Semua orang yang bertempat tinggal di makam tersebut disebut juga
tunawisma atau gelandangan.
17

4.2 Hasil wawancara dengan PSK


Wawancara pada subjek pertama diketahui bahwa subjek memiliki
masalah keluarga yaitu bercerai dengan suaminya, dan anaknya ikut beserta
suaminya. Setelah peristiwa tersebut subjek tinggal bersama kekasih
gelapnya.
Pada subjek kedua diketahui bahwa subjek hidup sebatang kara.
Subjek juga tidak mengetahui keberadaan orang tuanya. Pada saat
wawancara dilakukan subjek sudah tidak lagi berprofesi sebagai PSK. Awal
subjek menjadi PSK, diketahui subjek dipaksa dan diancam akan dibunuh
oleh teman yang mengajaknya menjadi PSK.
Pada subjek ketiga diketahui subjek menjadi PSK karena faktor
ekonomi. Subjek berusia 46 tahun dan sudah 15 tahun menjadi PSK. Subjek
memiliki suami tetapi sudah meninggal dan memiliki dua anak yang
semuanya telah bekerja di luar kota. Subjek sempat mengikuti pelatihan di
Yayasan Genta diantaranya merangkai bunga, memasak, dan menjahit.
Pada subjek keempat diketahui sebelum subjek menjadi PSK di
makam Kembang Kuning subjek sudah menjadi PSK di sepanjang pinggir
jalan di Ponogoro Surabaya. Subjek beralih tempat ke makam Kembang
Kuning karena kalah bersaing dengan para PSK yang masih muda. Subjek
berusia 37 tahun, telah menjadi PSK lebih dari 15 tahun.
Subjek kelima berkondisi bisu dan tuli. Dia menderita bisu tuli sejak
berada di makam. Tetapi subjek dapat membaca dan menulis. Subjek tidak
diketahui usianya dan bekerja sebagai PSK kurang lebih 7 tahun.

4.3 Hasil wawancara dengan warga sekitar


Pada penelitian ini juga dilakukan wawancara kepada Bapak Soekadi
yang berusia 59 tahun. Bapak Soekadi bekerja sebagai kepala keamanan
Makam Kembang Kuning yang bertugas mengadakan pengamanan dan
penertiban di lingkungan Makam Kembang Kuning.
Pak Soekadi mempunyai suka duka yang dirasakan selama bekerja
menjadi penjaga Makam. Beliau merasa senang karena bisa merasakan tugas
dengan baik, dan beliau merasa tidak nyaman dan terganggu jika ada
gangguan waria, PSK, dan para gelandangan yang tinggal di atas Makam
Kembang Kuning tersebut.
Menurut Pak Soekadi orang-orang yang tinggal di atas makam itu
sebaiknya diarahkan untuk segera pergi dari makam, dari pada menjadi
gelandangan di sekitar makam Kembang Kuning yang menjadikan makam
tersebut menjadi kumuh.
Pak Soekadi merasa setuju jika ada satpol PP yang datang untuk
mengusir gelandangan-gelandangan tersebut karena tugas satpol PP dan
petugas keamanan di Makam Kembang Kuning disini sama. Pak Soekadi
sangat tidak nyaman dengan keberadaan gelandangan-gelandangan tersebut
karena membuat pemandangan di Makam Kembang Kuning menjadi kotor
dan kumuh.
Tetapi Pak Soekadi menganggap bahwa kehidupan sehari-hari orang
yang tinggal di atas makam itu wajar jika bekerja, kecuali jika pekerjaan
mereka negatif seperti PSK (pekerja seks komersial). Solusi Pak soekadi
untuk orang yang tidak punya tempat tinggal adalah mereka harus bertanya
dimana asal-usulnya di mana dan lebih baik pulang ke daerahnya semula,
atau di takut-takuti supaya mereka pergi dari Makam Kembang Kuning
tersebut. Jika ada yang tertangkap satpol PP dibawa ke dinas sosial untuk
dibina.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Alasan gelandangan memilih berprofesi menjadi PSK


Dari hasil wawancara dan analisis angket diketahui beberapa alasan
mengapa gelandangan memilih menjadi PSK, diantaranya:
1. Karena kesulitan ekonomi
Subjek ketiga mengatakan: “:”iyalah, karena ini fakor ekonomi.”
“orang bisa kerja apa saja tapi kebutuhan ekonomi kurang apalagi punya
anak dan cucu”. Jadi subjek ketiga menjadi PSK karena faktor ekonomi,
19

kalau subjek mendapat modal, dia mau berpindah profesi, tapi banyak yang
hanya memberi janji-janji palsu saja.

2. Karena keinginan sendiri


Subjek ketiga mengatakan: “Siapa sih yang ga mau mendapatkan
uang satu bulan 1 juta lebih sedangkan kalau jadi pembantu hanya dibayar
tidak sampai 500.000”
Sedangkan subjek keempat menjadi PSK karena keinginan sendiri
untuk hidup bebas, bahkan subjek lebih memilih tinggal di makam dari
pada hidup bersama keluarganya.

3. Karena terpaksa
Subjek ketiga mengatakan: “sudah dapet pelatihan tapi ga punya
sarana, ya mau gimana lagi.”

4. Karena diancam
Subjek kedua mengatakan: “Saya dari kecil hidup sebatang kara
disini, kemudian saya diancam oleh orang laki-laki yang ingin berhubungan
dengan saya, kalau ga mau melayani diancam akan dibunuh. Tapi karena
saya sudah tua jadi sudah tidak laku lagi.

5. Karena memiliki masalah keluarga


Subjek ketiga mengatakan: “Suami saya meninggal saat saya pindah
ke Kediri. 5 bulan kemudian bapak saya meninggal juga.”
Subjek pertama mengatakan: “suami saya di penjara jadi saya
mencari uang sendiri. Setelah keluar dari penjara, saya bercerai dengan
suami saya dan anak saya semua dibawa oleh suami saya. Lalu saya tinggal
disini bersama gendaan(kekasih gelap) saya. Saya akhirnya kerja malam”
6. Pergaulan bebas
Subjek kelima berada di makam Kembang Kuning
karena dibawa oleh segerombolan lelaki yang tidak
bertanggung jawab. Subjek kelima ditinggalkan begitu
saja di makam. Ketika tiba di makam Kembang Kuning
dan ditemukan oleh para gelandangan makam Kembang
Kuning, subjek kelima terlihat cantik, berpakaian bagus
dan membawa gitar, tampak seperti orang kaya. Namun
sejak subjek ditelantarkan oleh para lelaki tersebut,
subjek menjadi bisu dan tuli. Sejak itu subjek dipaksa
menjadi PSK.

4.4.2 Kehidupan sehari-hari para PSK


Orang yang tinggal di atas makam yang umumnya merupakan
gelandangan yang sebagian besar kehidupannya hampir sama seperti
kehidupan orang pada umumnya. Hanya saja cara memenuhi kebutuhannya
sedikit berbeda karena keterbatasan tempat tinggal.
21

a) Makan
Berikut ini adalah hasil wawancara dan angket seputar cara
responden memperoleh makanan:

Gambar 4.3.1.1 Cara responden memperoleh makanan


Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa terdapat 50%
responden memasak sendiri makanan, 30% responden membeli makanan
di warung terdekat, 10% responden diberi makanan oleh orang lain.
Sisanya 10% responden ketiga-tiganya. Orang-orang yang memasak
biasanya membuat tempat memasak sendiri yang sederhana di sela-sela
makam. Tempat masaknya berupa tumpukan batu yang diberi ranting-
ranting kayu dan peralatan masak ala kadarnya.

Gambar 4.3.1.2 Tempat membeli bahan makanan yang hendak


dimasak
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa terdapat 67%
responden membeli bahan makanan di pasar. Sejumlah 33% responden
membeli bahan makanan di warung sekitar makam. Beberapa yang
membeli bahan makanan di pasar digunakan sebagai bahan untuk
berjualan makanan matang.

Gambar 4.3.1.3 Berapa kali makan dalam sehari


Berdasarkan diagram di atas bahwa dapat diketahui terdapat 30%
responden sehari makan dua kali. Sebanyak 70% responden sehari makan
tiga kali. Oleh karena itu mereka berupaya supaya dapat makan seperti
orang pada umumnya yakni sehari tiga kali. Tidak ada satu pun responden
yang sama sekali tidak makan dalam sehari.

Gambar 4.3.1.4 Biaya yang diperlukan untuk makan


Berdasarkan diagram di atas bahwa dapat diketahui terdapat 50%
responden yang memerlukan biaya untuk memenuhi kebutuhan makan
sehari-hari lebih dari Rp 20.000. Sebanyak 30% responden yang
memerlukan biaya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari Rp
10.000-20.000. Sejumlah 20% responden yang memerlukan biaya untuk
23

memenuhi kebutuhan makan sehari-hari kurang dari dari Rp 10.000. Oleh


karena itu biaya hidup di makam kembang kuning juga cukup tinggi.
b) Mandi
Berikut ini adalah hasil wawancara dan angket tentang cara mereka
mandi

Gambar 4.3.2.1 Tempat responden mandi


Berdasarkan diagram di atas bahwa dapat diketahui terdapat 50%
responden mandi di sumur di area makam. Sejumlah 30% responden
membuat tempat mandi sendiri di sela-sela makam. Sisanya 20% responden
mandi di kamar mandi umum. Terkadang orang-orang yang mandi di sumur
juga menggunakan air hujan untuk mandi.

Gamb
ar 4.3.2.8
Tempat

responden tidur
Berdasarkan dari hasil diagram di atas bahwa 100% responden tidur di
atas makam karena mereka tidak memiliki tempat lain untuk tidur. Biasanya
mereka memodifikasi makam sehingga menjadi nyaman dibuat tidur. Ada
yang menggunakan alas untuk tidur dan ada pula yang langsung tidur di atas
makam jika cuacanya panas.
c) Profesi
Berikut ini hasil wawancara dan angket tentang aktivitas mereka
sehari-hari.

Gambar 4.3.2.10 Mata pencaharian responden


Berdasarkan dari hasil diagram di atas bahwa 20% responden
bekerja membersihkan makam, 30% bekerja berjualan makanan, 50%
bekerja selain membersihkan makam atau berjualan makanan, dan tidak ada
yang bekerja sebagai penjaga makam. Namun ada beberapa orang yang
pada malam harinya bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial ( PSK ).
Mereka memasang tarif rata-rata Rp 20.000,00. Namun untuk kondisi
khusus mereka mau memasang tarif Rp. 10.000,00, seperti ketika melayani
para pelajar. Mereka memasang tarif murah karena target operasi mereka
memang kalangan kelas bawah. Setiap harinya mereka selalu mendapat
pelanggan walau pun hanya satu orang sehingga mereka selalu mendapatkan
uang.
Orang-orang yang tinggal di atas makam sebagian besar mereka
tidak punya tempat tinggal dan tidak punya uang sehingga mereka terpaksa
bertempat tinggal di atas makam Kembang Kuning tersebut. Untuk
memenuhi kehidupannya sehari-hari mereka bekerja sebagai pembersih
kuburan, berjualan di warung, bahkan ada yang bekerja sebagai PSK
(pekerja seks komersial). Sebagian dari mereka ada yang tidak mempunyai
keluarga sehingga harus memenuhi kebutuhannya sendiri.
25

Gambar 4.3.3.1 Aktivitas yang dilakukan sehari-hari


Berdasarkan hasil dari diagram di atas bahwa 70% responden
aktivitas sehari-hari yang dilakukan adalah bekerja. Sejumlah 20%
responden aktivitas yang dilakukan sehari-hari adalah mencuci piring atau
pijat, dan membantu di warung. Sisanya10% responden aktivitas sehari-hari
yang dilakukan adalah berdiam diri di atas makam.
d) Satpol PP

Gambar 4.3.4.1 Kedatangan satpol PP


Berdasarkan hasil diagram di atas bahwa 100% responden pernah
didatangi oleh satpol PP dan mereka diminta meninggalkan makam. Hal ini
menunjukkan bahwa pemerintah masih memperdulikan kebersihan dan
kenyamanan makam Kembang Kuning yakni dengan melakukan penertiban
makam dari para gelandangan dan PSK.
Gambar 4.3.4.2 Responden disuruh pergi oleh satpol PP
Berdasarkan hasil diagram di atas bahwa 60% responden diminta
meninggalkan tempat oleh satpol PP sebanyak lebih dari tiga kali. Sejumlah
20% responden diminta meninggalkan tempat oleh satpol PP satu kali.
Sebanyak 20% responden diminta meninggalkan tempat oleh satpol PP
sebanyak tiga kali. Hal ini menunjukkan bahwa satpol PP secara berkala
melakukan penertiban.

Gambar
4.3.4.3 Tujuan
ketika diminta

meninggalkan tempat oleh satpol PP


Berdasarkan hasil diagram di atas bahwa 100% responden saat
diminta meninggalkan tempat mereka, mereka hanya pergi sementara dan
nanti akan kembali lagi. Tidak ada satu pun orang-orang yang mencari
tempat baru, karena mereka merasa nyaman tinggal di atas makam, memang
mata pencahariannya di sekitar makam, dan memang sudah tidak ada lagi
tempat untuk mereka tinggal. Saat diminta meninggalkan tempat mereka
ada yang langsung pergi untuk sementara ke kampungnya masing-masing
27

atau pulang kampung, ada yang bersembunyi, dan ada juga yang dibawa ke
kantor satpol PP, namun akhirnya mereka kembali lagi ke makam.

Gambar 4.3.4.4 Perasaan responden saat diharuskan pindah


Berdasarkan hasil diagram di atas bahwa 60% responden merasa
sedih saat di suruh pindah oleh satpol PP. Sejumlah 20% responden merasa
biasa saja atau acuh saat di suruh pindah oleh satpol PP. Sebanyak 20%
responden ada yang merasa takut, dan merasa tersiksa. Hal ini wajar karena
mereka manusia normal yang dapat memiliki perasaan sedih, takut, bingung
ketika diusir.
e) Saat sakit

Berdasarkan hasil diagram di atas bahwa 90% responden saat sakit


dirawat oleh temannya atau tetangga. Siswanya 10% responden dirawat oleh
anaknya saat sakit. Kebanyakan yang dirawat oleh temannya karena dia
tinggal bersama temannya, ada yang memang mempunyai teman yang
peduli dengannya.
Gambar 4.3.5.2 Berobat saat sakit
Berdasarkan hasil diagram diatas bahwa 90% responden berobat saat
sakit dan biasanya mereka berobat ke puskesmas atau membeli obat sendiri.
Sementara 10% responden tidak berobat saat sakit karena mereka tidak
mempunyai biaya untuk membeli obat-obatan.

Gambar 4.3.5.3 Tempat yang di tujuh jika berobat


Berdasarkan diagram di atas bahwa 60% responden ke puskesmas
jika ingin berobat. Sebanyak 20% responden hanya di rumah saja, tidak
berobat karena tidak memiliki biaya. Sejumlah 10% responden hanya
membeli obat saat mereka sakit. Sementara 10% responden lainnya pergi ke
dokter saat mereka sakit. Kebanyakan yang memilih pergi ke puskesmas
saat sakit karena masalah keuangan. Di puskesmas lebih murah biayanya
jika di bandingkan dengan pergi ke dokter.
29

Gambar 4.3.4.8 Yang membantu bekerja


Berdasarkan hasil diagram diatas bahwa 70% responden tidak ada
yang membantu saat bekerja atau sendiri. Sebanyak10% responden di bantu
oleh suami saat bekerja. Sejumlah 10% responden di bantu oleh anaknya
saat bekerja. Sejumlah10% responden lainnya di bantu oleh temannya saat
bekerja.
f) Jumlah keluarga

Gambar 4.3.4.9 Jumlah anak


Berdasarkan hasil diagram di atas 50% responden memiliki anak.
Separuhnya, 50% responden tidak memiliki anak dan kebanyakan yang
tidak memiliki anak karena belum menikah atau pekerjaannya yang
menghalanginya untuk mempunyai anak.
Gambar 4.3.3.14 Tinggal bersama anak di atas makam
Berdasarkan hasil diagram di atas 100% responden tidak tinggal
bersama anaknya di atas makam dengan berbagai alasan. Mereka tinggal di
makam sendirian. Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui kebanyakan
mereka telah bercerai dengan suami atau memang tidak menikah.
Kebanyakan anak mereka ikut suami dan memiliki tempat tinggal tersendiri.
g) Kewajiban terhadap rumah tangga
Berikut ini adalah diagram yang menggambarkan tentang responden
yang menyekolahkan anaknya.

Gambar 4.3.3.15 Anak responden bersekolah


Berdasarkan hasil diagram di atas 60% responden tyang memiliki
anak menyekolahkan anaknya. Sejumlah 40% responden yang memiliki
anak tidak menyekolahkan anaknya. Kebanyakan yang tidak
menyekolahkan anaknya karena tidak adanya biaya.
31

Gambar 4.3.3.16 Yang membiayai sekolah anak


Berdasarkan hasil diagram di atas dapat diketahui bahwa100%
responden menyekolahkan anaknya dengan biaya sendiri.
h) Waktu yang digunakan selama tinggal di makam
Berikut ini adalah hasil angket dan wawancara terhadap orang-orang yang
bertempat tinggal di atas makam:

Gambar 1. Diagram tentang lamanya para gelandangan


bertempat tinggal di atas makam
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa terdapat 60%
responden tinggal di atas makam selama lebih dari 9 tahun. Bahkan
berdasarkan hasil wawancara ada yang sampai 40 hingga 50 tahun tinggal di
atas makam Kembang Kuning.
i) Alasan tinggal di makam
Berikut ini hasil angket dan wawancara alasan orang memilih
bertempat tinggal di atas makam Kembang Kuning
Alasan Orang Memilih Bertempat Tinggal Di Makam

Gambar 4.4.2 Alasan orang memilih bertempat tinggal di atas


makam Kembang Kuning
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa terdapat 10%
responden disarankan oleh orang tinggal di atas makam. Ada di antara
mereka diminta untuk berjualan di sana untuk memenuhi kebutuhan makan
para pekerja makam. 20% responden merasa terpaksa tinggal di atas
makam. 30% responden tidak ada biaya untuk menyewa atau membeli
rumah dan 40% lainnya tidak adanya rumah untuk ditinggali, ingin kontrak
tetapi mahal, sudah tidak punya keluarga lagi, ada yang karena pekerjaannya
mencari barang rongsokan di makam bahkan ada yang karena tidak kerasan
tinggal bersama orang tua sehingga memilih hidup bebas dan masih banyak
alasan yang lainnya. Ada pula seorang perempuan yang di tinggalkan di
makam oleh serombongan laki-laki yang tidak bertanggung jawab sehingga
dia terpaksa tinggal di makam untuk seterusnya meski sebelumnya dia
memiliki tempat tinggal dan pakaian yang bagus.
33

j) Kepemilikan tempat tinggal


Berikut ini hasil angket dan wawancara tentang tempat tinggal
sebelum di makam Kembang Kuning.

Gambar 4.4.3 Tempat tinggal sebelum di makam Kembang


Kuning.
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa 80% responden
ternyata sebelumnya telah mempunyai tempat tinggal yang layak untuk di
tinggal dan 20% responden sebelumnya tidak mempunyai tempat tinggal.
Namun mereka yang memiliki tempat tinggal sebelumnya lebih memilih
tinggal di makam dengan berbagai alasan

Gambar 4.4.4 Tempat tinggal sebelum di makam Kembang


Kuning.
Berdasarkan hasil diagram di atas dapat diketahui bahwa terdapat 10%
responden tinggal di rumah orang tuanya sebelum tinggal di atas makam.
20% responden tinggal di rumah sendiri sebelum tinggal di atas makam.
Sebanyak 40% responden tinggal di kontrakan atau kos-kosan sebelum
tinggal di atas makam. Sejumlah 30% responden ada yang tinggal di desa
juga ada yang tinggal bersama saudara. Namun dengan berbagai macam
alasan mereka lebih memilih meninggalkan rumah yang ditempati dan
tinggal di atas makam.
k) Anggota yang hidup bersama
Berikut ini hasil angket dan wawancara tentang bersama siapa mereka
tinggal di atas makam.

Gambar 4.4.5 Bersama siapa mereka tinggal di atas makam.


Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa terdapat 60%
responden tinggal sendiri di atas makam. 20% responden tinggal bersama
keluarganya di atas makam. Dan 20% responden tinggal bersama temannya
di atas makam. Berdasarkan hasil wawancara ada berbagai macam alasan
mereka lebih banyak yang tinggal sendiri atau bersama teman di atas
makam diantaranya adalah karena suaminya di penjara, sudah bercerai dan
anak-anaknya tinggal bersama suami, ada yang memang hidup sebatang
kara, ada yang memang ingin hidup bebas, ada yang memang ingin tinggal
bersama teman lelakinya meski sebenarnya dia telah memiliki suami.

4.4.3Problematika gelandangan yang menjadi PSK


Dari angket yang telah diisi oleh subjek diketahui bahwa
permasalahan yang dihadapi gelandangan yang berprofesi sebagai PSK
diantaranya:
1. Ekonomi, misalnya pelanggan para PSK tersebut hanya sedikit dan
penghasilan PSK pasti berkurang.
35

2. Penggusuran satpol PP.


3. Jauh dari keluarga mereka
4. Ada pelanggan mereka yang kasar
5. Ada juga pelanggan yang tidak mau memakai kondom.

i. Solusi
1. Menghimbau pada pemerintahan kota Surabaya untuk menindak tegas
keberadaan orang-orang yang tinggal di atas makam Kemban Kuning.
2. Dengan menggusur warga yang tinggal di atas makam Kembang
Kuning dan mendirikan rumah susun untuk para warga yang tidak
memiliki tempat tinggal dengan sewa yang murah, sehingga
terjangkau dengan kantong harga warga yang tidak mampu.
3. Memberikan pendidikan informal bagi warga yang dulunya bekerja
sebagai PSK dan waria.
4. Mendirikan sekolah gratis bagi anak-anak yang putu sekolah karena
kurangnya biaya.
5. Menutup kawasan pemakaman Kembang Kuning dari warga dengan
pengawasan ketat yang dilakukan oleh pihak pemerintah kota
Surabaya.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Ada berbagai macam alasan para gelandangan memilih berprofesi sebagai
PSK, diantaranya adalah karena terpaksa, factor ekonomi, dank arena
dijual oleh sang suami jika yang sudah menikah. Ada pula seorang
perempuan yang di tinggalkan di makam oleh serombongan laki-laki yang
tidak bertanggung jawab sehingga dia terpaksa tinggal di makam untuk
seterusnya meski sebelumnya dia memiliki tempat tinggal dan pakaian
yang bagus.
2. Orang-orang yang berprofesi sebagai PSK di makam kembang kuning
pada saat siang hari mereka para wanita duduk santai dan beristirahat di
atas makam dan pada saat malam hari para gelandangan tersebut
menjalankan profesinya menjadi PSK hingga dini hari. Mereka menjalani
kehidupan secara normal seperti makan, mandi, buang air besar (BAB),
dan buang air kecil (BAK) dan lain-lain namun dengan berbagai
keterbatasan seperti membuat tempat masak ala kadarnya di sela-sela
makam, mandi di sumur sekitar makam, dan BAB dan BAK di selokan
serta tidur di atas makam.
3. Permasalahan yang dialami para gelandangan selama berprofesi sebagai
PSK adalah hidupnya terancam, ada pelanggan yang kasar, upah yang di
dapat sedikit, dan tidak di terima kembali di dalam hidup keluarganya.
37

4. Tanggapan masyarakat terhadap gelandangan yang berprofesi sebagai PSK


di kmompleks pemakaman kembang kuning Surabaya tidak setuju, karena
keberadaan PSK banyak mengganggu para warga sekitar kompleks
makam kembang kuning, namun masyarakat tidak mampu berbuat banyak
untuk mencegah kehadiran para PSK tersebut sehingga mereka menjadi
diam dan tidak ada yang mau menegurnya.

5. Upaya pemerintahan untuk mengatasi para gelandangan yang berprofesi


sebagai PSK di kembang kuning adalah membangun rumah susun untuk
masyarakat yang tidak mampu, membuka lowongan kerja bagi masyarakat
yang kurang dalam hal pendidikannya, membekali mereka dengan
keterampilan agar mereka bisa berfariasi sendiri dan membuat kreasi yang
bisa mereka jualkan, di bekali agama sehingga mereka bisa mengerti mana
yang di larang dalam agama dan mana yang di perbolehkan di dalam
agama, dan pembekalan pendidikan bagi masyarakat yang kurang mampu.
Lampiran1

Kuisioner
Nomor Kuisioner :…………………

Identitas Responden (Orang-orang Yang Tinggal di Pemakaman Kembang Kuning)


1. Nama : ………………………………………………
2. Usia :……………….Tahun
3. Jenis kelamin :………………………
4. Alamat :.…….……………………………………....…

Jawablah pertanyaan berikut ini sesuai dengan keadaan responden yang tinggal di
makam Kembang Kuning Surabaya.

A. Alasan orang-orang memilih tinggal di makam Kembang Kuning Surabaya


1. Berapa lama anda tinggal dimakam ini?
a. 1 - 3 tahun c. 6 – 9 tahun
b. 4 – 6 tahun d. Lebih dari 9 tahun
2. Mengapa anda memilih bertempat tinggal di makam Kembang Kuning?
a. Terpaksa d. Ingin hidup bebas
b. Disarankan oleh orang e. Lain-lain.................
c. Tidak adanya biaya
3. Apakah sebelum tinggal di makam, anda sudah mempunyai tempat tinggal?
a. Sudah b. Belum
4. Jika sudah, dimanakah anda bertempat tinggal sebelumnya?
a. Di rumah sendiri c. Rumah kontrakan
b. Di rumah orang tua d. Lain-lain....................
5. Bersama siapa anda tinggal di pemakaman ini?
a. Sendiri c. Teman
b. Keluarga d. Lain-lain......................
B. Kehidupan Sehari-hari Orang-orang yang bertempat tinggal di Makam
Kembang Kuning Surabaya
1. Bagaimanakah anda memperoleh makanan?
a. Memasak sendiri c. Diberi orang lain
39

b. Membeli d. Lain-lain..................
2. Jika memasak sendiri dimanakah anda melakukannya?
a. Membuat tempat masak sendiri
b. Meminjam tempat masak orang lain
c. Lain-lainnya...................
3. Sehari makan berapa kali?
a. Satu c. Tiga
b. Dua d. Lain-lainnya............
4. Untuk memenuhi kebutuhan makan, sehari memerlukan biaya berapa?
a. < Rp.10.000 c. > Rp.20.000
b. Rp.10.000 - 20.000
5. Dimanakah anda mandi?
a. Kamar mandi umum c. Sumur sekitar makam
b. Di sela-sela makam d. Lain-lain...................
6. Sehari mandi berapa kali?
a. Satu kali c. Tidak pernah
b. Dua kali d. Lain-lain............
7. Dimanakah anda melakukan buang air kecil (BAK)
a. Di wc umum c. Di sela-sela makam
b. Di selokan d. Lain-lain.........
8. Dimanakah anda melakukan buang air besar (BAB)
a. Di wc umum c. Di sela-sela makam
b. Di selokan d. Lain-lain.........
9. Dimanakah anda tidur?
a. Di atas makam c. Di tanah
b. Di kasur d. Lainlain.....
10. Apa mata pencaharian anda?
a. Membersihkan makam c. Penjaga makam
b. Berjualan makanan d. Lain-lain.....
11. Apa sajakah aktivitas yang anda lakukan sehari-hari?
a. Bekerja b. Berdiam diri di rumah c. Lain-lain...............
12. Apakah anda merasa takut saat malam hari?
a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang
13. Apakah anda pernah di datangi oleh satpol pp dan di suruh pergi?
a. Pernah b. Belum pernah c. Lain-lain...........................
14. Jika pernah, berapa kali anda disuruh pergi oleh satpol pp?
a. Satu c. Tiga
b. Dua d. lain-lain.....
15. Jika anda di minta untuk meninggalkan tempat ini, kemanakah anda pergi?
a. Mencari tempat tinggal baru c. Lain-lain.....
b. Pergi sementara dan kembali lagi
16. Bagaimana perasaan anda ketika di suruh pindah oleh satpol pp?
a. Sedih c. Biasa saja
b. Bingung d. Lain-lain........
17. Apakah anda sudah ijin kepada pemilik makam tersebut kalau tinggal di atas
makamnya?
a. Sudah b. Belum c. Lain-lainnya.....................................
25. Apakah anda pernah melihat kejadian-kajadian aneh di makam ini?
a. Pernah b. Belum pernah c. Lainnya............................................
26. Bagaimanakah suka duka anda selama tinggal di makam?

C. Kehidupan dalam Berkeluarga


1. Apakah anda tinggal bersama keluarga?
a. Ya b. Tidak d. Lainnya............................
2. Jika anda sakit, siapa yang merawat?
a. Suami / istri b. Anak c. Tetangga d. Lainnya...
3. Jika anda sakit apakah anda berobat?
a. iya b. tidak
4. Jika anda berobat ke manakah tempat yang dituju?
a. ke puskesmas c. Membeli obat
b. dokter d. lain-lain......................
5. Anda bekerja di bantu siapa?
a. Tidak ada / sendiri b. Suami c. Anak d. Lainnya...
6. Apakah anda memiliki anak?
a. iya b. tidak
7. Apakah anak anda tinggal bersama anda?
a. iya b. tidak
8. Apakah anak anda bersekolah?
a. iya b. tidak
9. Siapakah yang membiayai sekolah anak anda?
41

a. Biaya sendiri c. Lain-lain...........


b. Orang tua asuh
10. Siapa yang mengantarkan anak responden untuk berobat atau kontrol ke dokter
atau puskesmas jika sakit?
a. Suami b. Istri c. Keluarga d. Lainnya...
11. Bagaimanakah suka duka anda selama bekerja sebagai PSK?
.......................................................................................
12. Apakah harapan anda kepada pemerintah?
........................................................................................

C. Wawancara terhadap tokoh masyarakat atau aparat pemerintah


Nomor Kuisioner :…………………

Identitas Responden (Petugas Keamanan Pemakaman Kembang Kuning)


1. Nama : ………………………………………………
2. Usia :……………….Tahun
3. Jenis kelamin :………………………
4. Alamat :.…….……………………………………....…

1. Berapa lama anda bekerja di Pemakaman Kembang Kuning?


.......................................................................................................
2. Apa yang dirasakan selama bekerja menjadi penjaga makam?
.......................................................................................................
3. Bagaimana tanggapan anda tentang orang-orang yang bekerja sebagai PSK di
sekitar area pemakaman?
a. setuju c. Tidak setuju
b. Biasa saja d. Lainnya......................

3. Apakah anda merasa terganggu dengan keberadaan PSK di sekitar Pemakaman


Kembang Kuning?
a. iya
b. tidak
3. Bagaimana pendapat anda dengan satpol PP yang suka mengusir orang-orang
tersebut, apakah anda merasa iba atau setuju?
a. Setuju
b. Tidak setuju
4. Bagaimana pemandangan di sekitar pemakaman dengan adanya gelandangan
yang bekerja sebagai PSK?
a. Menjadi kotor c. Lain-lain…………
b. Menjadi kumuh
5. Bagaimana pendapat anda tentang kehidupan sehari-hari para gelandangan yang
berprofesi sebagai PSK?
a. Wajar c. Biasa
b. Tidak wajar d. Lain-lain……………
6. Apa solusi anda untuk para gelandangan yang berprofesi sebagi PSK ini?
................................................................................................................
8 . Apa saja upaya yang telah anda lakukan dalam memberantas PSK yang ada di
sekitar makam?
a.Memberi pembinaan c.lain-lain...............
b. Mengusir secara paksa
43

Lampiran 2

Jadwal Kegiatan Penelitian


No Kegiatan Penelitian Bulan
April Mei Juni Juli Agustus
1 Pembuatan proposal
2 Observasi lapangan
3 Pengumpulan data
4 Analisa data
5 Penyusunan laporan akhir

Lampiran 3
Wawancara dengan subjek ketiga
Peneliti : “Aslinya darimana?”
Subjek: “dari Bandung”
Peneliti: “ Kenapa memilih bekerja menjadi psk?
Subjek: ‘orang bias kerja apa saja tapi kebutuhan ekonomi kurang apalagi punya
anak dan cucu
Peneliti: “Ibu suka dengan pekerjaannya?”
Subjek: “ya enggak… lebih baik mencari pekerjaan lain kalau ekonomi sudah
cukup, ekonomi saya masi rendah.
Peneliti: “Ibu punya anak?”
Subjek: “punya, 2 perempuan dan laki-laki, sudah menikah dan bekerja semua di
luar kota.”
Peneliti: “ibu umurnya berapa?”
Subjek: “46”
Peneliti: “ibu mandinya dimana”
Subjek: “di makam belanda”
Peneliti: “ibu sudah berapa lama tinggal disini?”
Subjek:”15 tahun”
Peneliti: “ Ibu kok tau banyak yang tinggal disini?”
Subjek: “ Pertama ndak tau, tapi banyak yang memberitahu tempat ini
Peneliti: “ kalau ada yang memberi pekerjaan, ibu mau nggak berpindah profesi?’
S:”ya mau, tapi banyak yang hanya berjanji saja. Jangankan besok, sekarang pun
saya juga mau kalau ada yang member pekerjaan”
P:”Ibu betah tinggal disisni?”
S:” ya kalau saya kaya, tidak betah. Saya tidak cukup ya begini saja makan apa
kata.”
P:”kalau pas gak dapet tamu gimana?”
S:”kalau siang bersih-bersih kuburan, kalau siang dapet uang, malempun juga
dapet uang”
P:”menjadi WPS sudah berapa lama?”
S:”15 tahun.”
P:”menjadi WPS sebelum tinggal di sini atau sudah tinggal di sini?”
S:”enggak”
P:”ibu berarti melakukan pekrjaan ini karena terpaksa?”
S:”iyalah, karena ini factor ekonomi”
P:”ada perasaan berdosa?”
S:”yah itu mah sudah terlanjur kalau tidak ingin berdosa kenapa mau ngelakuin
perbuatan ini”
P:”sebelum dioperasi apakah banyak yang menjadi WPS?”
S:”banyak sekali”
P:”ibu sehari di bayar berapa sama pelanggan ibu?”
S:”kadang ada yang bayar lima ribu dan ada juga yang sepuluh ribu”
P:”ibu bayaran yang paling banyak itu berapa?”
S:”dua puluh lima ribu”
P:”kebanyakan pelanggan ibu dari kalangan mana?”
S:”SMP”
P:”apa tanggapan ibu jika ada warga yang menegur?”
S:”tidak menghiraukan karna itu resikonya warga”
P:”bu kalau ada pendatang baru bagaimana perasaan ibu?”
S:”biasa aja”
P:”ibu pernah gak ketauan sama satpam disini?”
S:”ya kalau di dalam tidak ketauan tapi kalau diluar ya ketauan”
P:”bu pernah ga diancem sama pelanggan?”
S:”pernah, dan bisa teriak”
P:”tujuan ibu tinggal di Surabaya karna apa?”
S:”karna faktor ekonomi
P:”ibu aslinya ingin berprofesi menjadi apa?”
S:”ya banyak, jualan warung pun bisa asalkan ada modalnya”
P:”ibu apakah tidak mempunyai usaha lain selain menjadi WPS?”
S:”tidak karena memang saya tidak mempunyai modal”
P:”agama ibu apa?”
S:”saya kalau di kembang kuning Kristen, tapi kalau di Kediri islam”
45
DAFTAR PUSTAKA

Ali Marpuji, dkk., (1990). Gelandangan di Kertasura, dalam Monografi 3 Lembaga


Penelitian Universitas Muhammadiyah.Surakarta

Kartono, Kartini. 1992. Patologi Sosial. Jakarta: Rajawali

Soedjono. 1977. Pelacuran Ditinjau dari Segi Hukum danKenyataan Dalam Masyarakat.
Bandung: Karya Nusantara

Widodo. Dukut Imam. 2010. Soerabaia In The Olden Days. Surabaya: Dukut
Publishing

Widodo. Dukut Imam. 2010. Soerabaia Tempo Doeloe. Surabaya: Dukut


Publishing

Widodo. Dukut Imam. 2008. Hikajat Soerabaia Tempo Doeloe. Surabaya: Dukut
Publishing

http:/id.wikipediaorg/wiki/tunawisma. Tunawisma. Diakses 25 April 2011


47

Anda mungkin juga menyukai