Seminar Permasalahan
Seminar Permasalahan
Kepada Yth:
Ketua Program Studi PGSD
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Ahmad Dahlan
Besar harapan saya tema di atas dapat disetujui, dan atas perhatian
Bapak/Ibu diucapkan terima kasih.
Menyetujui
Pembimbing Akademik Pemohon
Catatan: semua file yang diunggah pada form wajib ditandatangani mahasiswa
dan dosen wali
LAMPIRAN
FM-UAD-PBM-05-01/R1
A. Judul
MODEL SOCIAL RECONSTRUCTION SEBAGAI PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
PADA PELAJARAN TEMATIK DI SD MUHAMMADIYAH MRISI
B. Latar belakang
Korupsi di Indonesia telah mendarah daging dan menjadi satu persoalan yang
amat kronis, Ibarat penyakit, korupsi telah menyebar ke pelosok negeri dengan jumlah
dari tahun ketahun yang cenderung semakin meningkat dengan modus yang semakin
beragam. Wibowo, Ari Eko. (2022) pada laman Transparency International Indonesia
telah mengelurkan Indeks persepsi pada selasa, 25 januari 2022. Korupsi tak henti
menghiasi jagat pemberitaan di Indonesia. Indonesia kini berada di urutan 96 dari 180
negara. Itu artinya tingkat korupsi indonesia masih tinggi.
Penguatan karakter menjadi salah satu program prioritas Presiden dan Wakil
Presiden. Dalam Nawa Cita disebutkan bahwa pemerintah akan melakukan revolusi
karakter bangsa. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengimplementasikan
penguatan karakter penerus bangsa melalui gerakan penguatan pendidikan Karakter
(PPK) yang mulai dijalankan sejak tahun 2016 (Kemdikbud, 2017). Maka dari itu
pendidikan karakter kini menjadi isu sentral yang sering dibicarakan pada tingkat
pendidikan, khususnya pendidikan anti-korupsi mulai gencar digalakkan oleh
pemerintah kepada masyarakat, melalui pendidikan formal dari jenjang sekolah dasar
sampai perguruan tinggi.
Sejatinya arah pembelajarannya ditargetkan untuk mecapai target yang
diinginkan yaitu peserta didik memiliki karakter dan moral yang mulia sejalan dengan
tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menyatakan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. “(Depdiknas, 2003). Maka
pendidikan nasional secara kolektif harus mampu melakukan perubahan dengan
mewujudkan bangsa yang cerdas dan bermartabat dengan kemampuan luas, spiritual
yang tinggi serta mempunyai akhlak yang mulia.
Diera yang serba maju ini era yang berdalih globalisasi,dimana berkembang
pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada perubahan pola fikir diranah
generasi muda Indonesia. Generasi muda yang lengah serta asyik dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, sehingga ikut lebur dalam kenikmatan
tersebut, dan hanya menjadi objek dari era globalisasi. Menjadikan sampai saat ini
pendidikan karakter dan budaya bangsa indonesia mengalami berbagai permasalahan
krisis multidimensi, akibatnya banyak terjadi kasus-kasus mengemuka dimedia massa.
Pergeseran budaya ini yang harus segera dilakukan tindakan nyata mencegah dan
mengobati permasalahan sosial tersebut sebelum timbul masalah-masalah baru lagi.
Dan apabila pendidikan mulai diperbaiki sejak dini maka dengan penanaman karakter
dan mental mulai dari Sekolah Dasar sampai ke Perguruan Tinggi maka pergeseran
kebudayaan empati kebangsaan dapat dihindari dan diminimalisir.
Tercermin dalam perilaku masyarakat yang menjadi lebih korup, masyarakat
awam yang lebih rapuh dan menjadi kehilangan arah, menunjukkan sikap anti sosial,
tanpa orientasi dan mudah goyah, beringas, anti kemapanan, dan kehilangan
FM-UAD-PBM-05-01/R1
keseimbangan antara rasio dan emosinya (Maryati dan Nanang Priatna, 2017). Salah
satu cara yang dapat diterapkan untuk meningkatkan karakter anti korupsi adalah
dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam dalam setiap pembelajaran sekolah
khususnya dikelas. Persoalan bangsa di atas yang menjadi tangung jawab bersama.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru kelas 4 di SD
Muhammadiyah Mrisi ibu Frida S.Pd diketahui rendahnya moralitas pendidikan
karakter pada anak, realitas permasalahan sosial yang begitu kompleks, pergeseran
budaya, pergeseran nilai-nilai kebangsaan, ketidak pedualiaan anak terhadap adat-
istiadat. Pembelajaran tematik yang masih bersifat konvensional, dan belum adanya
implementasi pembelajaran tematik yang mengarah kepada pendidikan anti-korupsi.
Maka dalam konteks pendidikan, termasuk dalam pembelajaran tematik perlu dilakukan
evaluasi rekonstruksi terkait penyelenggaraan pembelajaran tematik saat ini, sebab
materi di tingkat bangku Sekolah Dasar akan dikenalkan budaya, perilaku masyarakat
dengan berbagai bentuk interaksi sosial, dan nilai-nilai yang ada.
Pengintegrasian karakter anti korupsi pada pembelajaran dikelas tentu saja
membutuhkan beberapa persiapan, salah satunya adalah memilih model pembelajaran
yang sesuai dengan materi pembelajaran sekaligus yang dapat menumbuhkan karakter
pada diri peserta didik. Beberapa model pembelajaran yang telah diteliti oleh peneliti
terdahulu yaitu Reasoning and problem solving, metode inquiri Training, Model
Problem Based Instruction/Problem Based Learning, Model Konseptual, social
reconstruction, Model Investigation, pendekatan Scaffolding (Mukodi & Afid
Burhanuddin, 2014; Nurdyansyah, 2015; Handoko, Hendri & Winarno, 2019;
Trisnawati, 2020).
Model belajar rekonstruksi sosial Vygotsky merupakan sebuah rangkaian
instruksional yang tertata sedemikian rupa dengan menempatkan siswa sebagai sentra
pembelajaran, dimana guru lebih bertindak sebagai fasilitator dan mediator
pembelajaran. Model ini lebih berorientasi pada pengembangan dan optimalisasi
potensi dan keterampilan berpikir kritis siswa melalui keterampilan instruksional yang
terstruktur (Lasmawan, 2019). Interaksi sosial menjadi kunci dari model pembelajaran
Rekonstruksi Sosial ini, karena model ini merujuk pada bagaimana siswa
merekonstruksi pengetahuannya sendiri melalui interaksi pada lingkungan sosial dan
budayanya. Dengan model pembelajaran rekonstruksi sosial ini, siswa diharapkan
mampu menumbuh kembangkan sikap sosial pada dirinya dan mampu mengoptimalkan
daya pikir mereka dalam memecahkan masalah-masalah nyata yang mereka hadapi di
masyarakat.
Nyatanya pembelajaran tematik masih bersifat konvensional dengan targetan
kemampuan kognitif belaka, maka tidak menutut kemungkinan bangsa ini akan
mengalami keterpurukan yang lebih parah. Dengan berbagai realitas permasalahan
sosial yang begitu kompleks diharapkan pendidikan mampu memberikan solusi dalam
mengatasi permasalahan sosial lewat penerapan model social reconstruction sebagai
pendidikan anti–korupsi pada pelajaran tematik di Sekolah Dasar. Salah satu model
pembelajaran yang disinyalir mampu mengatasi kesenjangan tersebut adalah model
rekonstruksi sosial . Model pembelajaran ini lebih menyandarkan pada keberpihakan
pada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri dengan fasilitasi guru, sehingga
hasil belajar mereka lebih optimal (Haris, 2018)
Berangkat dari keprihatinan peneliti terhadap berbagai permasalahan dalam
kehidupan dan untuk mempersiapkan peserta didik, pendidik agar dapat menghadapi
berbagai permasalahan dalam kehidupan maka perlu dilakukan langkah-langkah
sebagaimana yang dirumuskan dalam Social Construction. Berdasarkan hal tersebut
maka peneliti perlu mengkaji mengenai Model Social Reconstruction Sebagai Pendidikan
FM-UAD-PBM-05-01/R1
Wibowo, Ari Eko. 2022 “Indeks Persepsi Korupsi Indonesia 2021 Peringkat 96
dari 180 Negara” https://nasional-tempoco.cdn.ampproject.org /v/s/nasional.
Tempo.co/amp/1553924/indeks-persepsi-korupsi-indonesia-2021-peringkat-96-
dari-180negara?amp_gsa=1&_js_v=a9&usqp= mq331AQ KK AFQAr ABII
ACAw%3D%3D#amptf=Dari
%20%251%24s&aoh=16556374102618&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&share=https%3A%2F%2Fnasional.tempo.co
%2Fread%2F1553924%2Findeks-persepsi-korupsi-indonesia-2021-peringkat-
96-dari-180-negara diakses pada 19 Juni 2022 pukul 11.30