Oleh :
FARHAN MUSTOFA ( 2011722040 )
PEMBAHASAN
A. Sel
a. Teori Sel
Beberapa ilmuwan pada abad ke-18 dan awal abad ke-19 telah berspekulasi atau
mengamati bahwa tumbuhan dan hewan tersusun atas sel, namun hal tersebut masih
diperdebatkan pada saat itu. Pada tahun 1838, ahli botani Jerman Matthias Jakob
Schleiden menyatakan bahwa semua tumbuhan terdiri atas sel dan bahwa semua
aspek fungsi tubuh tumbuhan pada dasarnya merupakan manifestasi aktivitas sel.
Ia juga menyatakan pentingnya nukleus (yang ditemukan Robert Brown pada
tahun 1831) dalam fungsi dan pembentukan sel, namun ia salah mengira bahwa sel
terbentuk dari nukleus. Pada tahun 1839, Theodor Schwann, yang setelah berdiskusi
dengan Schleiden menyadari bahwa ia pernah mengamati nukleus sel hewan
sebagaimana Schleiden mengamatinya pada tumbuhan, menyatakan bahwa semua
bagian tubuh hewan juga tersusun atas sel. Menurutnya, prinsip universal
pembentukan berbagai bagian tubuh semua organisme adalah pembentukan sel.
b. Perkembangan Biologi sel
Antara tahun 1875 dan 1895, terjadi berbagai penemuan mengenai fenomena
seluler dasar, seperti mitosis, meiosis, dan fertilisasi, serta berbagai organel penting,
seperti mitokondria, kloroplas, dan badan Golgi. Lahirlah bidang yang mempelajari
sel, yang saat itu disebut sitologi.
c. Struktur sel
Semua sel dibatasi oleh suatu membran yang disebut membran plasma, sementara
daerah di dalam sel disebut sitoplasma. Setiap sel, pada tahap tertentu dalam
hidupnya, mengandung DNA sebagai materi yang dapat diwariskan dan mengarahkan
aktivitas sel tersebut. Selain itu, semua sel memiliki struktur yang disebut ribosom
yang berfungsi dalam pembuatan protein yang akan digunakan sebagai katalis pada
berbagai reaksi kimia dalam sel tersebut.
Setiap organisme tersusun atas salah satu dari dua jenis sel yang secara struktur
berbeda: sel prokariotik atau sel eukariotik. Kedua jenis sel ini dibedakan berdasarkan
posisi DNA di dalam sel; sebagian besar DNA pada eukariota terselubung membran
organel yang disebut nukleus atau inti sel, sedangkan prokariota tidak memiliki
nukleus. Hanya bakteri dan arkea yang memiliki sel prokariotik, sementara protista,
tumbuhan, jamur, dan hewan memiliki sel eukariotik.
d. Sel Prokariotik
Pada sel prokariota (dari bahasa Yunani, pro, 'sebelum' dan karyon, 'biji'), tidak
ada membran yang memisahkan DNA dari bagian sel lainnya, dan daerah tempat
DNA terkonsentrasi di sitoplasma disebut nukleoid. Kebanyakan prokariota
merupakan organisme uniseluler dengan sel berukuran kecil (berdiameter 0,7–2,0 µm
dan volumenya sekitar 1 µm3) serta umumnya terdiri dari selubung sel, membran sel,
sitoplasma, nukleoid, dan beberapa struktur lain.
Hampir semua sel prokariotik memiliki selubung sel di luar membran selnya. Jika
selubung tersebut mengandung suatu lapisan kaku yang terbuat dari karbohidrat atau
kompleks karbohidrat-protein, peptidoglikan, lapisan itu disebut sebagai dinding sel.
Kebanyakan bakteri memiliki suatu membran luar yang menutupi lapisan
peptidoglikan, dan ada pula bakteri yang memiliki selubung sel dari protein.
Sementara itu, kebanyakan selubung sel arkea berbahan protein, walaupun ada juga
yang berbahan peptidoglikan. Selubung sel prokariota mencegah sel pecah akibat
tekanan osmotik pada lingkungan yang memiliki konsentrasi lebih rendah daripada isi
sel.
e. Sel eukariotik
Tidak seperti prokariota, sel eukariota (bahasa Yunani, eu, 'sebenarnya' dan
karyon) memiliki nukleus. Diameter sel eukariota biasanya 10 hingga 100 µm,
sepuluh kali lebih besar daripada bakteri. Sitoplasma eukariota adalah daerah di
antara nukleus dan membran sel. Sitoplasma ini terdiri dari medium semicair yang
disebut sitosol, yang di dalamnya terdapat organel-organel dengan bentuk dan fungsi
terspesialisasi serta sebagian besar tidak dimiliki prokariota. Kebanyakan organel
dibatasi oleh satu lapis membran, namun ada pula yang dibatasi oleh dua membran,
misalnya nukleus.
Selain nukleus, sejumlah organel lain dimiliki hampir semua sel eukariota, yaitu
(1) mitokondria, tempat sebagian besar metabolisme energi sel terjadi; (2) retikulum
endoplasma, suatu jaringan membran tempat sintesis glikoprotein dan lipid; (3) badan
Golgi, yang mengarahkan hasil sintesis sel ke tempat tujuannya; serta (4) peroksisom,
tempat perombakan asam lemak dan asam amino. Lisosom, yang menguraikan
komponen sel yang rusak dan benda asing yang dimasukkan oleh sel, ditemukan pada
sel hewan, tetapi tidak pada sel tumbuhan. Kloroplas, tempat terjadinya fotosintesis,
hanya ditemukan pada sel-sel tertentu daun tumbuhan dan sejumlah organisme
uniseluler. Baik sel tumbuhan maupun sejumlah eukariota uniseluler memiliki satu
atau lebih vakuola, yaitu organel tempat menyimpan nutrien dan limbah serta tempat
terjadinya sejumlah reaksi penguraian.
B. Kromosom
a. Struktur Kromosom
Struktur kromosom terdiri dari kromatid, kromomer, sentromer, satelit, dan
telomer
1. Kromatid
Kromatid adalah lengan dari perbanyakan kromosom yang melekat satu
sama lain yang melekat pada bagian sentromer.
2. Kromomer
Kromomer terlihat pada kromosom politen yakni kromosom dengan DNA
yang telah direplikasi berulang kali tanpa adanya pemisahan dan terletak
berdampingan sehingga bentuk kromosom seperti kawat.
3. Sentromer
Sentromer adalah daerah konstriksi (lekukan) di sekitar pertengahan
kromosom. Pada sentromer terdapat kinetokor.
4. Satelit
Satelit adalah bagian kromosom yang berbentuk bulatan dan terletak di
ujung lengan kromatid.
5. Telomer
Telomer adalah istilah yang menunjukkan daerah terujung pada
kromosom. Benang gelendong melekat pada bagian sentromer, yakni
kinetokor.
b. Bentuk-Bentuk Kromosom
1. Submetasentrik
kromosom yang letak sentromernya mendekati bagian tengah kromosom.
2. Metasentrik
kromosom yang letak sentromernya berada di tengah-tengah sehingga
bentuk kromosom tampak seperti huruf v.
3. Telosentrik
kromosom yang letak sentromernya berada di ujung kromosom.
4. Akrosentrik
kromosom yang letak sentromernya mendekati salah satu ujung kromosom
C. Genom
a. Organisasi Genom
DNA unting ganda merupakan komponen pembentuk genom kebanyakan
organisme dan semua sel. Namun, virus RNA memiliki genom RNA ds atau unting
tunggal. Secara umum, setiap molekul asam nukleat genom dapat disebut sebagai
kromosom. Genom prokariota (organisme tanpa inti sel, contohnya bakteri) biasanya
berupa molekul tunggal dsDNA sirkuler, walaupun dapat pula terdapat DNA
ekstrakromosom berbentuk plasmid sirkuler yang menyandikan produk gen yang
menguntungkan namun tidak esensial. Sementara itu, genom eukariota (organisme
berinti sel, contohnya manusia) biasanya berupa sejumlah molekul.
Istilah genom inti pada eukariota mengacu pada informasi genetik berupa
kromosom, dan kadang juga berupa "fragmen DNA ekstrakromosom", di dalam inti
sel. Genom ekstranuklear sel eukariotik mencakup genom mitokondria dan kloroplas,
yang berupa molekul "dsDNA sirkuler" (ini sama dengan yang ada pada Prokariota).
Kebanyakan prokariota memiliki satu kromosom saja. Karena itu, prokariota
umumnya mengandung satu salinan setiap gen dan dengan demikian bersifat haploid.
Sementara itu, eukariota umumnya memiliki dua salinan setiap gen dan secara
genetik bersifat diploid. Ada pula organisme (misalnya, tumbuhan) yang memiliki
lebih dari dua set kromosom dalam inti setiap sel tubuhnya, atau disebut bersifat
poliploid.
Secara umum, terdapat perbedaan ukuran genom, jumlah gen, dan densitas
gen antara prokariota dan eukariota. Prokariota memiliki genom yang lebih kecil
dengan jumlah gen lebih sedikit dan densitas gen lebih besar bila dibandingkan
dengan eukariota. Bakteria dan arkea umumnya memiliki genom berukuran
sekitar 1–6 juta pasangan basa (Mb) yang mengandung 1.500–7.500 gen.
Misalnya, genom bakteri Escherichia coli berukuran 4,6 Mb dan mengandung
sekitar 4.300 gen.
PERTANYAAN
1. Apa perbedaan sel prokariotik dan sek eukariotik?
Jawab :
2. Ada berapakah struktur kromosom ?
Jawab : 5
3. Genom khamir bersel tunggal tergolong apa?
Jawab: Tergolong fungi
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Reece & Mitchell 2002, hlm. 112 Fried & Hademenos 2006, hlm. 35 Sloane 2003,
hlm. 34 Campbell, Reece & Mitchell 2002, hlm. 4 Alberts et al. 2002, "The Universal Features
of Cells on Earth" Campbell, Reece & Mitchell 2002, hlm. 3 Campbell, Reece & Mitchell 2002,
hlm. 116 Campbell, Reece & Mitchell 2002, hlm. 113 Starr et al. 2008, hlm. 54-55 Stewart
2007, hlm. 10-18