Anda di halaman 1dari 62

UJI DAYA HAMBAT DAUN CINCAU HIJAU (Cyclea barbata

Miers) TERHADAP PERTUMBUHAN Enterococcus faecalis


ATCC 29212

SKRIPSI

Oleh

KANIA PUTERI PRATAMA

1761050043

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2021
UJI DAYA HAMBAT DAUN CINCAU HIJAU (Cyclea barbata
Miers) TERHADAP PERTUMBUHAN Enterococcus faecalis
ATCC 29212

Diajukan untuk memenuhi persyaratan akademik guna memperoleh


gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Indonesia

Oleh

KANIA PUTERI PRATAMA

1761050043

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2021
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Kania Puteri Pratama

NIM : 1761050043

Program Studi : Kedokteran

Fakultas : Kedokteran

Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis tugas akhir yang ber judul “UJI DAYA
HAMBAT DAUN CINCAU HIJAU (Cyclea barbata Miers) TERHADAP
PERTUMBUHAN Enterococcus faecalis ATTC 29212” adalah:
1. Dibuat dan diselesaikan sendiri dengan menggunakan hasil kuliah,
tinjauan lapangan, buku-buku dan jurnal acuan yang tertera dalam
referensi pada karya tugas akhir saya.
2. Bukan merupakan duplikasi karya tulis yang sudah dipublikasikan atau
yang pernah dipakai untuk mendapatkan gelar sarjana di universitas
lain, kecuali pada bagian sumber informasi yang dicantumkan dengan
referensi yang semestinya.
3. Bukan merupakan karya terjemahan dari kumpulan buku atau jurnal
acuan yang tertera di dalam referensi pada tugas
Kalau terbukti saya tidak memenuhi apa yang dinyatakan di atas, maka karya tugas
akhir ini dianggap batal.
Jakarta, 26 Oktober 2021

Materai 10000
Kania Puteri Pratama

1
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
FAKULTAS KEDOKTERAN

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING TUGAS AKHIR

UJI DAYA HAMBAT DAUN CINCAU HIJAU (Cyclea barbata Miers)


TERHADAP PERTUMBUHAN Enterococcus faecalis ATTC 29212
Oleh:

Nama : Kania Puteri Pratama


NIM : 1761050043
Program Studi : Kedokteran

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan dalam Sidang
Tugas Akhir guna mencapai gelar Sarjana Kedokteran pada Program Studi
Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia

Jakarta, 26 Oktober 2021


Menyetujui:

Dekan Pembimbing I

(Dr. dr. Robert Hotman Sirait, Sp. An) (Dra. Lusia Sri Sunarti, MS)
NIP: 031545 NIP: 861261

Ketua Tim Skripsi

(Dr. Muhammad Alfarabi, SSi, MSi)


NIP: 131969

2
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
FAKULTAS KEDOKTERAN

PERSETUJUAN TIM PENGUJI TUGAS AKHIR


Pada 26 Oktober 2021 telah diselenggarakan Sidang Tugas Akhir untuk memenuhi
sebagian persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia
atas nama:

Nama : Kania Puteri Pratama


NIM : 1761050043
Program Studi : Kedokteran
Fakultas : Kedokteran
Termasuk ujian Tugas Akhir yang berjudul “UJI DAYA HAMBAT DAUN
CINCAU HIJAU (Cyclea barbata Miers) TERHADAP PERTUMBUHAN
Enterococcus faecalis ATTC 29212” oleh tim penguji yang terdiri dari:

Nama Penguji Jabatan dalam Tim Penguji Tanda Tangan

1. dr. Linggom Kurniaty, Sp. FK Penguji

Jakarta, 26 Oktober 2021

3
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
FAKULTAS KEDOKTERAN

Pernyataan dan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Kania Puteri Pratama
NIM : 1761050043
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Kedokteran
Jenis Tugas Akhir : Diploma
Judul : UJI DAYA HAMBAT DAUN CINCAU HIJAU (Cyclea
barbata Miers) TERHADAP PERTUMBUHAN Enterococcus faecalis ATTC 29212

Menyatakan bahwa:
1. Tugas akhir tersebut adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan
bukan merupakan duplikasi karya tulis yang sudah dipublikasikan atau yang pernah dipakai
untuk mendapatkan gelar akademik di perguruan tinggi manapun;
2. Tugas akhir tersebut bukan merupakan plagiat dari hasil karya pihak lain, dan apabila
saya/kami mengutip dari karya orang lain maka akan dicantumkan sebagai referensi sesuai
dengan ketentutan yang berlaku;
3. Saya memberikan Hak Noneksklusif Tanpa Royalti kepada Universitas Kristen Indonesia
yang berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan
data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap dicantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilih hak cipta.

Apabila di kemudian hari ditemukan pelanggaran Hak Cipta dan kekayaan Intelektual atau
Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia lainnya dan integritas akademik dalam
karya saya tersebut, maka saya bersedia menanggung secara pribadi segala bentuk tuntutan
hukum dan ssanksi akademis yang timbul serta membebaskan Universitas Kristen Indonesia
darisegala tuntutan hukum yang berlaku.

Dibuat di Jakarta
26 Oktober 2021
Yang Menyatakan
Materai 10000

4
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk
berkat, rahmat-Nya dan memberi segala kebaikan yang tak terbatas sehingga dapat
terselesaikannya skripsi yang berjudul “Uji Daya Hambat Daun Cincau Hijau
(Cyclea barbata Miers) Sebagai Penghambat Enterococcus faecalis ATCC
29212” Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Kedokteran di Universitas Kristen Indonesia.

Skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan rasa terimakasih kepada:
1. Dr. dr. Robert Hotman Sirait, SpA selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia beserta Wakil Dekan I, 2, dan 2I yang turut
membantu kelancaran proses perkuliahan penulis.

2. Bapak Muhammad Alfarabi selaku ketua tim skripsi beserta tim skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia yang telah
mengkoordinir pembagian dosen pembimbing dan menyusun segala sesuatu
sebaik mungkin.

3. Ibu Dra. Lucia Sri Sunartri, MS selaku pembimbing skripsi yang membantu,
membimbing, dan memberikan nasihat kepada penulis untuk penyususan
skripsi ini.

4. Ibu Evy Suryani Arodes, S.Pd, M.Biomed selaku dosen pembimbing


penelitian yang sudah bersedia meluangkan waktu dan membantu penulis
dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi.

5. Kak Christina yang telah bersedia membantu, membimbing, dan


meluangkan waktunya kepada penulis selama proses penelitian.

5
6. dr. Richard Yan M Sibarani, Sp.Rad selaku dosen pembimbing akademik
yang telah membimbing, memberikan nasihat, dan menuntun penulis
selama proses Pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia.

7. Seluruh dosen dan staff akademik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen


Indonesia yang telah membantu memperkaya penulis dengan ilmu-ilmu dan
menyediakan fasilitas yang nyaman sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Bapak Kasiman dan Ibu Nina Herawati selaku orang tua penulis yang selalu
mendukung setiap mimpi penulis dan terus memberikan kasih sayang yang
tulus, dukungan moral maupun material serta membanjiri doa untuk penulis
yang tidak berujung sehingga penulis dapat menyelesaikan Pendidikan di
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

9. Kevin Djaya, Zefanya Nanda, Ardhito Rahardian, Ivan Andreas, dan Juan
Sitanaya selaku teman seperjuangan dalam menjalankan dan melaksanakan
penelitian, saling memberikan semangat, menolong penulis sehingga dapat
terselesaikannya skripsi ini.

10. Aliyya Rachmania P Antono, Dyah Sari Kusumawati, Nadia Aulianisa,


Febe Febrianti, Vellanda Mufidah, Garda Hita Pramana, dan Aulia Dwi
Lestari selaku sahabat-sahabat penulis yang selalu memberikan dukungan
penuh, tempat penulis mencurahkan keluh kesah dan sebagai penyemangat
penulis selama menjalani masa perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

11. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.

Skripsi ini pasti jauh dari kata sempurna. Saran, kritik, dan koreksi dari semua
pihak akan menjadi pelajaran untuk memperbaiki skripsi ini. Semoga tulisan ini

6
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dan semakin berkembang dalam
ilmu kedokteran.

Jakarta, 26 Oktober 2021

Kania Puteri Pratama

7
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI ............................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
ABSTRAK ....................................................................................................... xv
ABSTRACT ..................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 3
1.4.1 Bagi Peneliti ........................................................................................ 3
1.4.1 Bagi Institusi ....................................................................................... 3
1.4.2 Bagi Masyarakat.................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 4


2.1 Enterococcus faecalis............................................................................. 4
2.1.2 Sifat dan Morfologi Enterococcus faecalis ..................................... 4
2.1.3 Prevalensi Enterococcus faecalis .................................................... 5
2.1.4 Patogenesis Enterococcus faecalis .................................................. 6
2.2 Cyclea barbata Miers (Cincau hijau rambat)......................................... 8
2.2.1 Cincau Hijau Rambat ...................................................................... 8
2.2.2 Karakteristik Daun Cincau Hijau .................................................... 9
2.2.3 Kandungan Kimia ........................................................................... 10

8
2.3 Metode Ekstraksi .................................................................................... 11
2.3.1 Ekstraksi Metode Maserasi ............................................................. 12
2.4 Kerangka Teori....................................................................................... 13
2.5. Kerangka Konsep .................................................................................. 14

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 15


3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 15
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 15
3.3 Variabel Penelitian ................................................................................. 15
3.3.1 Variabel Bebas ................................................................................ 15
3.3.2 Variabel Terikat .............................................................................. 15
3.4 Definisi Operasional............................................................................... 16
3.5 Besar Sampel .......................................................................................... 17
3.6 Alat dan Bahan ....................................................................................... 18
3.6.1 Alat-alat Penelitian .......................................................................... 18
3.6.2 Bahan Penelitian.............................................................................. 19
3.7 Prosedur Penelitian ........................................................................................ 19
3.7.1 Persiapan Alat ................................................................................. 19
3.7.2 Pembuatan Media ............................................................................ 19
3.7.3 Pembuatan Suspensi Kuman ........................................................... 21
3.7.4 Pembuatan Ekstrak Daun Cincau Hijau .......................................... 21
3.7.5 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Daun Cincau Hijau ...................... 22
3.8 Tahap Pengujian ..................................................................................... 22
3.9 Alur Penelitian ....................................................................................... 24
3.9.1 Alur Pembuatan Ekstrak Daun Cincau Hijau.................................. 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 26


4.1 Hasil ....................................................................................................... 26
4.1.1 Ekstrak Daun Cincau Hijau (Cyclea barbata Miers) ...................... 26
4.1.2 Hasil Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Cincau Hijau terhadap ....... 27
Pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis ............................................ 27
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 31

BAB V PENUTUP........................................................................................... 33
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 33

9
5.2 Saran ....................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 34
LAMPIRAN ..................................................................................................... 38

10
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Hasil Pengukuran zona hambat ekstrak daun cincau hijau terhadap

bakteri Enterococcus faecalis diatas...................................................................... 27

Tabel 4. 2 Tabel rerata zona hambatan ekstrak daun cincau hijau terhadap ......... 29

Tabel 4. 3 Kriteria Zona Hambatan Menurut Davis dan Stout ............................. 32

11
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Pewarnaan Gram Enterococcus faecalis .......................................... 5

Gambar 2.2 Rute penyebaran enterococci dari reservoir usus ke seluruh tubuh. . 7

Gambar 2.3 Daun Cincau Hijau Rambat (Cyclea barbata Miers) ......................... 10

Gambar 4. 1 Hasil ekstrak daun cincau hijau ........................................................ 26

Gambar 4. 2 Zona hambatan ekstrak daun cincau hijau sebagai penghambat

terhadap bakteri Enterococcus faecalis ................................................................. 30

12
DAFTAR SINGKATAN
AS = Aggregation Substance

BS = Binding Substance

LTA = Lipoteicoic Acid

Ebp = Endocarditis and biofilm associated pili

ESP = Extracelullar surface protein

13
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Permohonan Izin Penelitian ........................................................38
LAMPIRAN II Surat Izin Pembelian Bakteri .....................................................40
LAMPIRAN III Sertifikat Analisis Bakteri ........................................................41
LAMPIRAN IV Pembuatan Media Nutrient Agar dan Media Mueller Hinton
Agar .....................................................................................................................42
LAMPIRAN V Pembuatan Koloni Bakteri Enterococcus faecalis dan
Pemeriksaan Mikroskopis ...................................................................................43

14
ABSTRAK
Daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers) merupakan tanaman yang
memiliki banyak manfaat dan cukup mudah ditemukan di Indonesia. Tanaman ini
memiliki manfaat sebagai antioksidan, ant2nflamasi sehingga digunakan sebagai
pengobatan panas dalam, peradangan, antidiare, dapat juga digunakan untuk
menurunkan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui zona hambat
daun cincau hijau terhadap bakteri Enterococcus faecalis.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental dengan
rancangan Post Test Only Control menggunakan metode Kirby-bauer. Ekstrak daun
cincau hijau dengan berbagai konsentrasi yaitu 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%,
3,125%, 1,5625%, diuji daya hambatnya terhadap Enterococcus faecalis.
Hasil penelitian ekstrak daun cincau hijau diperoleh rerata zona hambat
tertinggi pada konsentrasi 100% dengan daya hambat 10,1 mm dan zona hambat
terendah pada konsentrasi 3,125% dengan daya hambat 2,1 mm. Daya hambat
terjadi karena kandungan alkaloid, flavonoid, polifenol, tannin, saponin dan steroid
di dalam ekstrak daun cincau hijau.

Kata Kunci: Daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers), Enterococcus faecalis

15
ABSTRACT
Green grass jelly (Cyclea barbata Miers) is a plant that has many benefits
and is quite easy to find in Indonesia. This plants has a benefits as an antioxidant,
anti-inflamatory. It can be used for sore throat, inflammation, anti-diarrhea can also
used to lower blood pressure. This study aims to determine the inhibition zone of
green grass jelly against Enterococcus faecalis.
This study uses experimental research design with a Post Test Only Control
design using Kirby-Bauer method. Green grass jelly extract with various
concentrations, namely 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,5625%, was
tested for it is inhibitory effect against Enterococcus faecalis.
The results of the study of green grass jelly leaf extract obtained the highest
average inhibition zone at a concentration of 100% with an inhibitory effect 10.1
mm and the lowest average inhibition zone at a concentration of 3.125% with an
inhibitory effect 2.1 mm. Inhibition zone occurs due to the content of alkaloids,
flavonoids, polyphenols, tannins, saponins and steroids in the green gras jelly leaf
extract.

Key word: Green grass jelly (Cyclea barbata Miers), Enterococcus faecalis

16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering
terjadi di masyarakat dan merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan
(morbidity) dan angka kematian (mortality) pada negara-negara berkembang seperti
indonesia. Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh mikroorganisme patogen seperti
bakteri, virus, dan jamur.1 Mikroorganisme patogen penyebab infeksi tersebut
dapat berada pada tubuh akibat kurangnya kesadaran dalam menjaga kebersihan
disertai dengan sistem imun yang rendah. Mikroorganisme patogen dapat
menyebabkan berbagai macam infeksi oleh karena lokasi mikroorganisme yang
tidak sesuai pada tubuh. Penyebaran mikroorganisme patogen dapat secara
langsung maupun tidak langsung.2 Berbagai macam infeksi dapat terjadi yaitu
infeksi pada saluran pernapasan, infeksi pada kulit/mukosa, infeksi pada saluran
pencernaan, dan infeksi pada urogenitalia. Salah satu penyebab nya adalah bakteri
Enterococcus faecalis. Enterococcus faecalis merupakan flora normal yang
terdapat pada saluran pencernaan tetapi dapat menyebabkan gangguan pada
beberapa organ seperti gangguan saluran pencernaan, infeksi saluran kemih, abses
intraabdominal, endokarditis. Hal tersebut dapat terjadi pada pasien dengan daya
tahan tubuh yang rendah. 3

Enterococcus faecalis merupakan bakteri Gram positif berbentuk kokus,


biasanya berpasangan, berbentuk tunggal atau membentuk rantai pendek, tidak
membentuk spora, bersifat anaerob fakultatif dan sering di temukan pada usus
besar. Enterococcus faecalis dapat bertahan hidup dalam kondisi yang biasanya
mematikan untuk mikroorganisme lain karena kemampuannya untuk tumbuh
dalam konsentrasi garam yang tinggi, mampu bertahan dalam rentang temperatur
yang luas, dapat bertahan pada pH yang luas. 4

1
Penggunaan antibiotik harus dengan dosis dan anjuran yang tepat.5 Sulitnya
menemukan antibiotik di daerah tertentu hingga biaya pengobatan antibiotik yang
belum tentu dapat dijangkau semua orang menyebabkan penggunaan antibiotik
tertentu tidak dapat digunakan dalam terapi, sehingga penggunaan berbagai
tumbuhan dalam pengobatan penyakit infeksi dapat menjadi alternatif bagi
masyarakat Indonesia.6

Banyak masyarakat Indonesia yang masih mempercayai khasiat tanaman


sebagai pengobatan atau hanya untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh.
Sejak nenek moyang, tumbuhan sudah digunakan sebagai obat tradisional.
Tumbuhan obat merupakan salah satu alternatif yang terjangkau bagi masyarakat.7
Masyarakat luas beranggapan bahwa penggunaan obat tradisional lebih aman
dibandingkan dengan obat kimia sehingga mereka lebih suka menggunakan obat
tradisional untuk menyembuhkan penyakitnya. 8 Banyak tanaman yang berkhasiat
sebagai obat, salah satu tanaman yang digunakan oleh masyarakat adalah tanaman
Cyclea barbata Miers (cincau hijau rambat). Masyarakat Indonesia sudah banyak
menggunakan tanaman daun cincau hijau rambat sebagai salah satu bahan dalam
mengobati berbagai macam penyakit. Daun cincau hijau rambat memiliki manfaat
sebagai antioksidan, ant2nflamasi, antibakterial.9 Sehingga banyak digunakan
untuk pengobatan peradangan, diare, demam dan dapat juga digunakan untuk
menurunkan tekanan darah. 10

Beberapa kandungan bioaktif yang terdapat dalam daun cincau hijau ini antara
lain alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, polifenol, dan steroid yang memiliki khasiat
sebagai senyawa antibakteri.11

Dengan latar belakang diatas maka, saya berminat untuk melakukan penelitian
yang berjudul Uji Daya Hambat Daun Cincau Hijau (Cyclea barbata Miers)
terhadap Enterococcus faecalis yang diharapkan dapat sebagai obat alternatif anti
bakteri penyebab infeksi Enterococcus faecalis.

2
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ekstrak daun cincau hijau rambat (Cyclea barbata Miers) memiliki
kemampuan sebagai anti-bakteri terhadap Enterococcus faecalis?

1.3 Tujuan Penelitian


Mengetahui daya hambat daun cincau hijau rambat (Cyclea barbata Miers)
pada berbagai konsentrasi terhadap bakteri Enterococcus faecalis menggunakan
metode Kirby Bauer.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti
● Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai efektivitashambatan ekstrak
daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers) terhadap Enterococcus Faecalis
● Sebagai persyaratan tugas untuk memperoleh gelar S.Ked (Sarjana Kedokteran)
di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

1.4.1 Bagi Institusi


1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur kepustakaan serta
publikasi ilmiah dalam bidang Kedokteran sebagai antibakteri
2. Memperkaya data dan informasi untuk penelitian klinik tentang potensi
antibakteri daun cincau hijau (Cyclea barbata miers) dalam menghambat
pertumbuhan Enterococcus faecalis

1.4.2 Bagi Masyarakat


Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi kepada masyarakat untuk
membudidayakan tanaman herbal untuk pengobatan alternatif

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Enterococcus faecalis


2.1.1 Klasifikasi Enterococcus faecalis
Taksonomi dari Enterococcus faecalis adalah.12:
Kingdom : Bacteria

Filum : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Ordo : Lactobacilles

Family : Enterococcaceae

Genus : Enterococcus

Spesies : Enterococcus faecalis

2.1.2 Sifat dan Morfologi Enterococcus faecalis


Enterococcus faecalis berbentuk ovoid dengan diameter antara 0,5 sampai
1 um yang dapat hidup tunggal, berpasangan, membentuk rantai pendek ataupun
membentuk rantai panjang. Enterococcus faecalis adalah bakteri patogen Gram
positif, non-motil, bersifat fakultatif anaerob, Dapat bertahan hidup pada
lingkungan yang ekstrim seperti pada suhu 10° C sampai 45° C bahkan bertahan
hidup selama 30 menit pada suhu 60°C dan dapat bertahan pada pH yang sangat
basa yaitu sebesar pH 9,6 bahkan dapat bertahan sampai pH 11 tetapi tidak lebih
dari pH 11,5. Enterococcus faecalis merupakan mikroorganisme yang terdapat
pada saluran pencernaan manusia dan hewan. 13

4
Koloni permukaan pada agar darah berbentuk bulat dengan permukaan yang
halus dan utuh.14

Gambar 2. 1 Enterococcus faecalis, dengan pewarnaan Gram

(Sumber: https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/p2/S187881811830358X)

2.1.3 Prevalensi Enterococcus faecalis


Enterococcus faecalis menjadi bakteri patogen nosokomial yang berada di
urutan ketiga yang paling umum menyebabkan 14% dari infeksi di Amerika pada
tahun 2011 sampai tahun 2014, meningkat sebesar 11% dari tahun 2007. Selain
infeksi nosokomial, bakteri ini sebagai penyebab 5% sampai 20% endokarditis. 15
Infeksi saluran akar gigi sebesar 24% - 77% disebabkan oleh Enterococcus
faecalis. 16

Di antara penyakit yang disebabkan oleh Enteroccoccus faecalis, infeksi saluran


kemih adalah infeksi yang paling umum akibat nosokomial. Infeksi saluran kemih
nosokomial di dapatkan ketika sedang dalam perawatan jangka panjang. 17

5
2.1.4 Patogenesis Enterococcus faecalis
Enterococcus faecalis merupakan flora normal yang ditemukan pada sistem
pencernaan. Bakteri ini berkolonisasi di usus, pertumbuhan enterokokal yang
berlebihan di usus besar dapat terjadi pada pasien yang rentan terhadap infeksi
seperti pasien dengan imun yang rendah, pasien HIV. Sehingga dengan mudah
menyebabkan penyebaran ke dalam aliran darah dan menjadi kontaminasi pada
organ tubuh lain seperti saluran kemih, saluran pencernaan, jantung sehingga dapat
menimbulkan infeksi. Bakteri Enterococcus faecalis bekerja dengan cara berdifusi
melalui barrier pada usus sehingga dapat mengakses ke dalam aliran darah.
Enterococcus faecalis dapat difagositosis oleh sel epitel usus atau leukosit tetapi
kegagalan sistem imun untuk membunuh bakteri tersebut yang dapat menyebabkan
penyebaran melalui sistemik dan dapat menyebabkan infeksi saluran kemih
maupun endokarditis. Pada genitourinaria, bakteri ini menempel pada kandung
kemih dan menimbulkan respon inflamasi epitel saluran kemih. Selain disebabkan
melalui pembuluh darah, Enterococcus faecalis mampu menyebabkan infeksi
saluran kemih melalui kateter urin yang digunakan jangka panjang. Penggunaan
kateter vena yang digunakan untuk resusitasi cairan pada pasien juga dapat menjadi
media transmisi Enterococcus faecalis menyebabkan terjadinya bakteremia.
Dengan faktor virulensi, Enterococcus faecalis mampu berikatan pada
endokardium jantung, terutama pada katup jantung dan memicu terjadinya respon
inflamasi sehingga terjadi endokarditis. Jika terjadi dalam jangka waktu yang lama,
infeksi akan memicu kerusakan pada katup yang terkena dan akan mengganggu
fungsi katup untuk membuka dan menutup antara atrium dan ventrikel sehingga
terjadi regurgitasi. 18

6
Gambar 2.2 Rute penyebaran enterococci dari reservoir usus ke seluruh tubuh.

Sumber: ( https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22421879/)

Enterococcus faecalis memiliki faktor-faktor virulensi yang mampu membantu


membentuk kolonisasi pada host, bersaing dengan bakteri lain, resisten terhadap
mekanisme pertahanan host, menghasilkan perubahan patologis secara langsung
dengan memproduksi toksin atau secara tidak langsung melalui rangsang terhadap
mediator inflamasi. 19

Enterococcus faecalis memilliki faktor virulensi berupa komponen aggregation


substance (AS) atau gugus pengikat fibrionektin membantu untuk perlekatan awal.
Aggregation substance (AS) bersama dengan binding substance (BS) berperan
sebagai pertahanan dalam melawan mekanisme pertahanan host melalui
mekanisme media reseptor dengan cara pengikatan neutrofil sehingga bakteri dapat
tetap hidup meskipun mekanisme fagositosis tetap berjalan. Extracelullar surface
protein (ESP) dan Endocarditis and biofilm associated pili (Ebp) berikatan dengan

7
fibrinogen dibantu oleh N-terminal fibrinogen binding selama terjadinya infeksi
untuk meningkatkan pertumbuhan dan pembentukan biofilm Enterococcus
faecalis. Hyaluronidase berfungsi untuk menyuplai nutrisi pada bakteri, disakarida
yang sudah didegradasi dari substrat target yang akan diangkut dan dimetabolisme
pada intraselular bakteri. Terdapat cytolisin yang berfungsi memproduksi toksin
yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan bakteriosin yang dapat
menghambat pertumbuhan organisme lainnya. Cytolisin dapat menyebabkan
penurunan fagositosis sehingga bakteri dapat tetap hidup dengan cara melisiskan
eritrosit, neutrofil, dan makrofag. Asam lipoteikoat atau lipoteicoic acid (LTA)
berperan menginduksi extracelullar superoxide yang dapat memodulasi proses
inflamasi dengan menstimulasi leukosit untuk melepaskan beberapa mediator yang
berperan dalam proses inflamasi, mediator tersebut berguna untuk kerusakan
jaringan.20

2.2 Cyclea barbata Miers (Cincau hijau rambat)


2.2.1 Cincau Hijau Rambat
Taksonomi Cincau hijau sebagai berikut. 21
Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Ranales

Suku : Menispermae

Marga : Cyclea

Jenis : Cyclea barbata Miers

8
2.2.2 Karakteristik Daun Cincau Hijau
Tanaman ini berasal dari Asia Tenggara, termasuk tanaman rambat dari
famili Menispermae (Sirawansirawanan), sering ditemukan tumbuh sebagai
tanaman liar tetapi ada juga yang sengaja dibudidayakan di pekarangan rumah.
Tumbuh subur di tanah yang gembur dengan pH 5,5 sampai 6,5 dengan lingkungan
teduh, lembab dan berair tanah dangkal. Tanaman ini berkembang subur di dataran
di bawah ketinggian ± 800 m di atas permukaan laut. Cara pengembangbiakan
tanaman rambat ini bisa dilakukan dengan cara generatif yaitu dengan biji, bisa pula
dengan cara vegetatif yaitu dengan stek batang maupun tunas akarnya. Bentuk
daunnya seperti perisai atau jantung, berwarna hijau, bagian pangkalnya berlekuk
dan bagian tengah melebar serta ujungnya meruncing. Tepi daun berombak dan
permukaan bawahnya berbulu halus, sedang permukaan atasnya berbulu kasar dan
jarang. Panjang daun bervariasi ±5 sampai 16 cm dan bertulang daun menjari.
Batang dari cincau hijau kira-kira hanya berdiameter 1 sampai 3cm, dengan kulit
batang yang kasap. Daun merupakan daun tunggal, tersebar, berbentuk perisai
dengan ujung yang lancip dan pangkal yang berlekuk.22

Bunga cincau hijau berbentuk kecil dan berkelompok, bunga jantan


berwarna hijau muda dengan panjang 30 sampai 40 mm dan mempunyai kelopak
bunga sebanyak 4 sampai 5 kelopak, sedangkan bunga betina berukuran lebih kecil
dengan panjang 0,7 mm sampai 1,0 mm dan mempunyai kelopak bunga sebanyak
1-2 kelopak serta sebuah kelopak yang berbulu. Benang sari pada bunga memiliki
satu tangkai dengan kepala sari bergerombol di bagian ujungnya. Buah tanaman
cincau hijau berbentuk bulat dan agak berbulu. Setiap buah mengandung 1-2 biji
yang keras berbentuk bulat telur. Akar cincau hijau dapat tumbuh membesar seperti
umbi dengan bentuk yang tidak teratur. 23

9
Gambar 2.3 Daun Cincau Hijau Rambat (Cyclea barbata Miers)

( Sumber: http://e-journal.uajy.ac.id/12910/3/BL013402.pdf )

2.2.3 Kandungan Kimia


Secara umum kandungan daun cincau hijau rambat adalah karbohidrat,
lemak, protein dan senyawa - senyawa lainnya seperti polifenol, flavonoid serta
mineral-mineral seperti kalsium, fosfor, vitamin A, dan vitamin B.24 Daun cincau
hijau (Cyclea barbata Miers) memiliki senyawa metabolit sekunder seperti
flavonoid, alkaloid, polifenol, saponin, tannin, dan steroid.25

Alkaloid merupakan salah satu metabolit sekunder yang terdapat pada


tumbuhan yang dapat dijumpai pada beberapa bagian tanaman seperti daun, biji,
ranting, dan kulit batang. Alkaloid memiliki efek dalam bidang kesehatan berupa
pemicu sistem saraf, mengurangi rasa sakit, antimikroba, obat penenang.26
Mekanisme kerja antibakteri dari alkaloid adalah dengan menggangu komponen
penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak
terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel. 27

10
Flavonoid dalam daun cincau juga dapat berfungsi sebagai penghambat
pembentukan biofilm dengan cara menghambat ekspresi gen bakteri.28 Mekanisme
kerja flavonoid untuk menghambat membran sel adalah dengan mengganggu
kestabilan membran sel, ketidakstabilan terjadi akibat adanya perubahan sifat
hidrofilik dan hidrofobik pada membran sel sehingga fluiditas membran sel
berkurang yang berdampak pada pertukaran cairan di dalam sel yang terganggu
sehingga menyebabkan kematian sel bakteri.29 Terjadinya kerusakan permeabilitas
dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom akibat flavonoid merupakan hasil
interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri. 30

Polifenol merupakan senyawa turunan dari fenol. Fenol bekerja dengan cara
mendenaturasi protein sel bakteri, sehingga aktivitassel terganggu dan
menyebabkan kematian sel. Tanin dan saponin dapat menghambat pertumbuhan
bakteri dengan cara menurunkan tegangan permukaan sehingga permeabilitas
bakteri dapat meningkat, peningkatan permeabilitas tersebut yang menyebabkan
pertumbuhan sel terhambat dan menyebabkan kematian sel. Steroid pada
kandungan daun cincau dapat menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan cara
merusak lapisan membran sehingga menyebabkan kebocoran pada penyusun
dinding sel bakteri terutama liposom. 31

2.3 Metode Ekstraksi


Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya,satu atau
lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut (solven)
sebagai separating agent. Proses ekstraksi untuk bahan yang berasal dari tumbuhan
adalah sebagai berikut: 32
1. Pengelompokan bagian tumbuhan (daun, bunga, dll), pengeringan, dan
penggilingan bagian tumbuhan
2. Pemilihan pelarut
3. Pelarut polar: air,etanol,methanol
4. Pelarut semipolar: etil asetat, diklorometan
5. Pelarut non polar: n-heksan, petroleum,kloroform

11
2.3.1 Ekstraksi Metode Maserasi
Pada metode ini tidak terdapat proses pemanasan selama proses ekstraksi
berlangsung,tujuannya untuk menghindari kerusakan pada senyawa. Maserasi
dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari, cairan penyari
tersebut akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, dengan adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel membuat zat aktif
tersebut terlarut,larutan dengan konsentrasi paling pekat akan terdesak keluar.
Dengan adanya pengulangan tersebut akan membentuk keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dan di dalam sel.33

12
2.4 Kerangka Teori

Cyclea barbata
Miers

Senyawa Aktif

Alkaloid Flavonoid Polifenol

Merusak membran sel Mendenaturasi protein


Menggangu komponen penyusun bakteri sehingga sel bakteri, sehingga
peptidoglikan pada sel bakteri mengganggu kestabilan aktivitassel terganggu
membran sel dan menyebabkan
kematian sel

Uji sensitivitas dengan Pertumbuhan bakteri


Metode Kirby Bauer dihambat

13
2.5. Kerangka Konsep

Ekstrak Etanol Uji Sensit4itas dengan


Cyclea barbata Miers Suspensi bakteri Metode Kirby Bauer
dalam berbagai Enterococcus faecalis untuk Menilai Zona
konsentrasi Hambatan

Pertumbuhan bakteri
Ukur zona hambatan
dihambat

14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental dengan
rancangan Post Test Only Control yang bertujuan untuk melihat efektivitas daun
cincau hijau (Cyclea barbata Miers) terhadap daya hambat kuman Enterococcus
faecalis dengan metode Kirby-bauer. Sebagai kontrol positif digunakan cakram
antibiotika ampicilin dan larutan aquades steril sebagai kontrol negatif

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2021 sampai bulan Februari
2021 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia. Proses ekstraksi daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers)
menggunakan etanol dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

3.3 Variabel Penelitian


3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun
cincau hijau (Cyclea barbata Miers) dengan pelarut etanol 96% dalam berbagai
variasi konsentrasi.

3.3.2 Variabel Terikat


Variabel terikat pada penelitian ini adalah zona hambatan ekstrak daun
cincau hijau (Cyclea barbata Miers) terhadap Enterococcus faecalis dengan
menggunakan metode Kirby Bauer.

15
3.4 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur


Operasional

Variabel Terikat

Daerah pada
Zona hambat media Jangka Diameter Numerik/angka
pertumbuhan Sorong zona
bakteri yang hambat
tidak terdapat (mm)
koloni
Enterococcus
faecalis
Ekstrak daun Ekstrak daun Mikropipet Jumlah Ordinal
cincau hijau cincau hijau (μL) ekstrak
(Cyclea (Cyclea barbata sesuai
barbata Miers) yang telah dengan
Miers) dilarutkan dengan berbagai
etanol 96% Pada
konsentrasi
konsentrasi
tertentu

16
3.5 Besar Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun cincau
hijau dengan berbagai konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%,
1,5625 serta antibiotik ampicillin sebagai kontrol positif dan aquadest steril sebagai
kontrol negatif. Perlakuan ini diulangi sebanyak 3 kali percobaan. Penentuan
pengulangan ditentukan dengan rumus Federer, sebagai berikut:

Rumus Federer: (k-1)(n-1) ≥ 15


(9-1)(n-1) ≥ 15
8 (n-1) ≥ 15
8n - 8 ≥ 15
8n ≥ 23
n ≥ 2,875
n ≥3
Keterangan:
n: Banyaknya Pengulangan
k: Kelompok Perlakuan = 9

Dari perhitungan menggunakan rumus Federer maka pengulangan yang


dilakukan sebanyak 2,875 kali yang dibulatkan menjadi 3 kali pengulangan pada
setiap konsentrasi ekstrak dan kontrol positif maupun kontrol negatif.

17
3.6 Alat dan Bahan
3.6.1 Alat-alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Inkubator
2. Autoklaf
3. Timbangan dan neraca
4. Jangka Sorong
5. Kapas Lidi Steril
6. Cawan petri
7. Tabung Erlenmeyer
8. Pipet tetes dan pipet mikro
9. Eppendorf tube
10. Microplate
11. Bunsen dan Korek api
12. Alat tulis
13. Pengukur waktu
14. Cakram uji kosong
15. Spatula
16. Ose
17. Rak dan Tabung reaksi
18. Baki
19. Label
20. Tisu
21. Kapas

18
3.6.2 Bahan Penelitian
1. Daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers)
2. Pelarut etanol 96%
3. Biakan bakteri Enterococcus faecalis ATCC 29212
4. Aquades Steril
5. Cakram antibiotik ampicilin
6. Larutan McFarland 0,5%
7. Media Mueller-Hinton Agar (MHA)
8. Media Nutrient Agar (NA)

3.7 Prosedur Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
3.7.1 Persiapan Alat
Cuci bersih semua alat dan dikeringkan, dilanjutkan dengan sterilisasi agar
tidak terkontaminasi mikroorganisme lain yang bisa mempengaruhi hasil
penelitian. kemudian di bungkus dengan aluminium foil lalu di sterilisasi dengan
menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.

3.7.2 Pembuatan Media


3.7.2.1 Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)
Pembuatan media MHA dapat dilakukan dengan beberapa tahap sebagai
berikut:
1. Siapkan bubuk Mueller Hinton sebanyak 38 gram lalu tambahkan 1 Liter
aquades steril dalam tabung Erlenmeyer
2. Panaskan campuran larutan sampai mendidih
3. Larutan dimasukan kedalam autoklaf pada suhu 121 oC stabil selama 15 menit
4. Tuang larutan kedalam cawan petri steril ukuran 9 cm lalu diamkan sampai
membeku. Kemudian di bungkus dengan kertas lalu tandai nama media dan
tanggal pembuatan.
5. Simpan di kulkas pada suhu 4 oC dengan posisi di balik

19
3.7.2.2 Pembuatan Media Nutrient Broth (NB)
Pembuatan media NB dapat dilakukan dengan beberapa tahap diantaranya
sebagai berikut:
1. Ditimbang sebanyak 14 gram bubuk agar nutrient broth ditambahkam 1 liter
aquades steril di dalam labu Erlenmeyer
2. Panaskan campur hingga mendidih sambil diaduk agar bahan tercampur merata
3. Tuangkan kedalam tabung reaksi masing-masing sebanyak 5ml menggunakan
pipet mikro
4. Tutup dengan rapat menggunakan kapas
5. Tabung dimasukan kedalam autoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit
6. Simpan dikulkas pada suhu 4 oC

3.7.2.3 Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)


Pembuatan media NA dapat dilakukan dengan beberapa tahap diantaranya
sebagai berikut:
1. Ditimbang sebanyak 28 gram bubuk agar nutrient ditambahkan 1 liter aquades
steril di dalam labu erlenmeyer
2. Panaskan campur hingga mendidih sambil diaduk agar bahan tercampur merata
3. Larutan dimasukan kedalam autoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit
4. Tuangkan larutan nutrient agar kedalam tabung steril ukuran 9 cm dan diamkan
sampai membeku. Kemudian dibungkus dengan kertas dan ditandai nama
media
5. Simpan dikulkas pada suhu 4 oC

20
3.7.2.4 Regenerasi Bakteri
Pembuatan stok bakteri ini dilakukan untuk memperbanyak dan
meremajakan bakteri Enterococcus faecalis dengan cara mengambil 1 ose biakan
murni bakteri Enterococcus faecalis ke dalam media nutrient agar kemudian
d2nkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam

3.7.2.5 Pembuatan Larutan McFarland


Larutan McFarland 0,5 digunakan sebagai pembanding kekeruhan biakan
bakteri. Pembuatan larutan McFarland dengan cara mencampur larutan BaCl2 1%
sebanyak 0.05 ml dan larutan H2SO4 1% sebanyak 9,95 ml dan dikocok homogen.

3.7.3 Pembuatan Suspensi Kuman


Bakteri Enterococcus faecalis yang digunakan dalam penelitian ini di
peroleh dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Koloni kuman diambil
menggunakan ose dan dimasukan ke dalam perbenihan kaldu secara aseptis,
kemudian suspensi tersebut dibandingkan dengan standar McFarland 0,5%.

3.7.4 Pembuatan Ekstrak Daun Cincau Hijau


Daun cincau hijau di cuci bersih lalu dibiarkan di udara terbuka kemudian
dikeringkan dengan oven pada suhu 40oC sampai kering. Daun cincau hijau
dihaluskan hingga menjadi serbuk menggunakan blender. Serbuk tersebut di saring
dengan cara diayak sampai mendapatkan hasil yang sangat halus. Kemudian serbuk
di maserasi menggunakan ethanol 96% sebanyak 500 ml di dalam 1 kg daun cincau
hijau selama 2 sampai 3 jam. Hasil maserasi di biarkan selama 24 jam. Saring
menggunakan kertas saring, hasil penyaringan di uapkan dengan rotavapor dengan
suhu 40oC. Pada akhir proses didapatkan ekstrak murni berupa cairan kental
berbentuk seperti pasta berwarna coklat pekat. Ekstrak daun cincau hijau
diencerkan dengan aquadest sampai menemukan konsentrasi yang diharapkan.

21
3.7.5 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Daun Cincau Hijau
Konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100%, 50%, 25%,
12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,5625% yang nantinya akan dibuat pengulangan sebanyak
3 kali, diperoleh dengan cara:
1. Tabung berisi 0,5 ml aquades steril disiapkan sebanyak 9 tabung
2. Ekstrak daun cincau hijau 0,1 gram dilarutkan dengan 1 mL aquades steril
hingga terbentuk konsentrasi 100%
3. 0,5 mL ekstrak daun cincau hijau dari tabung sebelumnya dilarutkan ke dalam
0,5 aquades steril hingga terbentuk konsentrasi 50%
4. 0,5 mL ekstrak daun cincau hijau dari tabung sebelumnya dilarutkan ke dalam
0,5 mL aquades steril hingga terbentuk konsentrasi 25%
5. 0,5 mL ekstrak daun cincau hijau dari tabung sebelumnya dilarutkan ke dalam
0,5 mL aquades steril hingga terbentuk konsentrasi 12,5%
6. 0,5 mL ekstrak daun cincau hijau dari tabung sebelumnya dilarutkan ke dalam
0,5 mL aquades steril hingga terbentuk konsentrasi 6,25%
7. 0,5 mL ekstrak daun cincau hijau dari tabung sebelumnya dilarutkan ke dalam
0,5 mL aquades steril hingga terbentuk konsentrasi 3,125%
8. 0,5 mL ekstrak daun cincau hijau dari tabung sebelumnya di larutkan ke dalam
0,5 mL aquades steril hingga terbentuk konsentrasi 1,5625%
9. Letakkan cakram steril dalam tiap-tiap konsentrasi

3.8 Tahap Pengujian


Setelah pembuatan variasi konsentrasi dari ekstrak cincau hijau dengan
akuades steril, kertas cakram kosong steril direndam dalam larutan ekstrak tersebut
dalam berbagai variasi konsentrasi selama 24 jam hingga cakram tampak jenuh.
Berikutnya suspensi bakteri diusapkan pada seluruh permukaan media MHA
dengan menggunakan kapas lidi steril.34

Cakram yang telah direndam dengan larutan ekstrak sebelumnya diletakkan


di atas biakan bakteri Enterococcus faecalis pada media MHA, Sebagai kontrol
negatif (-) digunakan kertas saring yang direndam dengan akuades, Sebagai kontrol

22
positif (+) digunakan cakram antibiotik ampicillin pada media MHA. kemudian
dilakukan inkubasi selama 24 jam dalam suhu 37oC. Setelah 24 jam dilakukan
pengukuran diameter zona hambat yang terbentuk pada media MHA menggunakan
jangka sorong dengan ketelitian 1 mm. Prosedur ini dilakukan pengulangan
sebanyak 3 kali sesuai dengan perhitungan menggunakan rumus Federer.

23
3.9 Alur Penelitian

3.9.1 Alur Pembuatan Ekstrak Daun Cincau Hijau

daun cincau hijau di daun cincau hijau di


Sediaan daun cuci bersih lalu keringkan dengan oven
cincau hijau diamkan di udara pada suhu 40 derajat
terbuka sampai kering

Simplisia kering
Serbuk di ayak Simplisia kering
diblender hingga
agar halus didapatkan
menjadi serbuk

Serbuk di maserasi Hasil filtrat dari Ambil hasil filtratnya


dengan larutan etanol proses maserasi di dengan penyaringan
96% diamkan selama 24 menggunakan kertas
jam saring

Ekstrak kental Di dapatkan hasil ekstrak Hasil filtrat di uapkan


tersebut di encerkan dengan konsistensi pekat dengan pan
dengan akuades seperti pasta berwarna coklat evaporator

24
3.9.2 Alur Uji Sensitivitas

Ekstraksi daun cincau hijau

Biakan bakteri Enterococcus


faecalis

I II III IV V VI VII Dioleskan pada agar MHA


100% 50% 25% 12,5% 6,25% 3,125% 1,5625% menggunakan kapas lidi steril

Kontrol Kontrol
(+) (-)

Merendam cakram pada tiap konsentrasi dan kontrol

Meletakkan cakram berbagai konsentrasi dan kontrol pada MHA yang


mengandung Enterococcus faecalis lalu d2nkubasi selama 24 jam, suhu 37oC

Mengukur zona hambat yang dibentuk menggunakan jangka sorong

Analisis hasil data yang didapatkan

25
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Ekstrak Daun Cincau Hijau (Cyclea barbata Miers)

Daun cincau hijau yang telah di ekstraksi dengan cara maserasi


menghasilkan ekstrak dalam wujud cair dengan konsistensi sedikit kental berwarna
coklat pekat dengan berat sebesar 30,4 gram.

Gambar 4. 1 Hasil ekstrak daun cincau hijau

Sumber: Dokumen Pribadi

26
4.1.2 Hasil Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Cincau Hijau terhadap
Pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis
Hasil uji daya hambat ekstrak daun cincau terhadap pertumbuhan bakteri
Enterococcus faecalis menggunakan metode Kirby – Bauer dengan berbagai
konsentrasi, yaitu 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,5625% dengan
kontrol positif berupa antibiotik ampisilin dan kontrol negatif menggunakan
aquadest steril. Hasil zona hambatan yang terbentuk dapat dilihat pada tabel 4.1
dibawah ini.

Tabel 4. 1 Hasil Pengukuran zona hambat ekstrak daun cincau hijau terhadap
bakteri Enterococcus faecalis diatas
Pengulangan Zona Hambat (mm)
Perlakuan 1,5625% 3,125% 6,25% 12,5% 25% 50% 100% Kontrol Kontrol
(+) (-)
1 - 2 mm 2,3 3,6 5 5,5 10,5 24 mm -
mm mm mm mm mm
2 - 2,3 mm 2,4 3,1 5,3 5,2 10,2 26 mm -
mm mm mm mm mm
3 - 2 mm 2,3 2,8 5,1 5,7 9,8 26 mm -
mm mm mm mm mm

Pada tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa pada zona dengan konsentrasi
ekstrak 1.5625% tidak membentuk zona hambatan sama seperti pada kontrol
negatif, dan yang membentuk zona hambatan terdapat pada konsentrasi 3,125%,
6,25%, 12,5%, 25%, 50% dan 100%. Sesuai dengan tabel tersebut menunjukan
bahwa semakin rendah konsentrasi ekstrak daun cincau hijau maka semakin kecil
zona hambatan yang terbentuk, dan semakin besar konsentrasi ekstrak daun cincau
hijau maka semakin besar zona hambatan yang terbentuk. Zona hambat pada
ekstrak dengan konsentrasi 3,125% didapatkan diameter zona hambat terbesar 2,3
mm dan terkecil 2mm. Pada konsentrasi 6,25% didapatkan diameter zona hambat
terbesar 2,4 mm dan terkecil 2,3 mm. Pada konsentrasi 12,5% didapatkan diameter

27
terbesar 3,6 mm dan terkecil 2,8 mm. Pada konsentrasi 25% didapatkan diameter
terbesar 5,3% dan terkecil 5,0 mm. Pada konsentrasi 50% didapatkan diameter
terbesar 5,7% dan terkecil 5,2 mm. Pada konsentrasi 100% didapatkan diameter
terbesar 10,5 mm dan terkecil 9,8 mm.

28
Tabel 4. 2 Tabel rerata zona hambatan ekstrak daun cincau hijau terhadap
bakteri Enterococcus faecalis

Konsentrasi Ekstrak Daun Cincau (%) Kontrol


100 50 25 12.5 6.25 3.125 1.5625 Positif Negatif
Rerata
Zona
10,1 5,5 5,1 3.2 2.3 2.1 0 25.3 0
Hambat
(mm)

Pada tabel 4.2 diatas menunjukan nilai rerata zona hambatan ekstrak daun
cincau hijau terhadap bakteri Enterococcus faecalis. Pada ekstrak dengan
konsentrasi 100% di dapatkan rerata zona sebesar 10,1 mm. Pada ekstrak dengan
konsentrasi 50% di dapatkan rerata zona sebesar 5,5 mm. Pada ekstrak dengan
konsentrasi 25% di dapatkan rerata zona sebesar 5,1 mm. Pada ekstrak dengan
konsentrasi 12.5% di dapatkan rerata zona sebesar 3.2%. Pada ekstrak dengan
konsentrasi 6.25% di dapatkan rerata zona sebesar 2.3%. Pada ekstrak dengan
konsentrasi 3.125% didapatkan rerata zona sebesar 2.1%. Pada kontrol positif
menggunakan antibiotik ampicillin di dapatkan rerata zona hambat sebesar 25,3
mm dan pada kontrol negatif menggunakan aquadest steril tidak terbentuk zona
hambatan.

29
Gambar 4. 2 Zona hambatan ekstrak daun cincau hijau sebagai penghambat
terhadap bakteri Enterococcus faecalis

Sumber: Dokumen Pribadi

30
4.2 Pembahasan

Penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak daun cincau hijau pada


konsentrasi 3,125%, 6,25%, 12,5%, 25%, 50% dan 100% membentuk zona
hambatan sedangkan pada konsentrasi 1,5625% tidak terbentuk zona hambatan.
Zona hambatan terbesar ditemukan pada ekstrak daun cincau hijau dengan
konsentrasi 100% dan yang terkecil pada konsentrasi 3.125%. Adanya zona
hambatan yang timbul disebabkan adanya kandungan senyawa pada daun cincau
hijau seperti flavonoid, alkaloid, polifenol, tannin, saponin dan steroid memiliki
beberapa mekanisme dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Mekanisme
alkaloid dalam menghambat pertumbuhan bakteri yaitu dengan mengganggu
komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel
tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel. Mekanisme polifenol
dalam menghambat pertumbuhan bakteri yaitu dengan cara mendenaturasi protein
sel bakteri, sehingga aktivitassel terganggu dan menyebabkan kematian sel.
Mekanisme flavonoid dalam menghambat pertumbuhan bakteri yaitu dengan cara
mengganggu kestabilan membran sel, ketidakstabilan terjadi akibat adanya
perubahan sifat hidrofilik dan hidrofobik membran sel sehingga fluiditas membrane
sel berkurang yang berdampak pada pertukaran cairan di dalam sel yang terganggu
sehingga dapat menyebabkan kematian sel bakteri. Mekanisme tannin dan saponin
dalam menghambat pertumbuhan bakteri yaitu dengan cara menurunkan tegangan
permukaan, sehingga permeabilitas bakteri meningkat. Kerusakan akibat
permeabilitas sel menyebabkan pertumbuhan sel terhambat dan dapat
menyebabkan kematian sel. Mekanisme steroid dalam menghambat pertumbuhan
bakteri yaitu dengan cara merusak lapisan membrane sehingga menyebabkan
kebocoran pada dinding sel bakteri terutama liposom. 35

Pada penelitian ini, zona yang dihasilkan berbeda-beda sesuai dengan


besarnya konsentrasi. Semakin tinggi konsentrasi maka memiliki kandungan
senyawa antibakteri yang semakin banyak dan dapat di buktikan dengan semakin
besar zona hambat yang dihasilkan. Berdasarkan kriteria aktivitaszona daya hambat
menurut Davis dan Stout dapat di lihat pada tabel 4.3 di bawah ini,

31
Tabel 4. 3 Kriteria Zona Hambatan Menurut Davis dan Stout

Diameter Zona Hambat (mm) Respon hambat pertumbuhan

>20 Sangat Kuat

10 – 20 Kuat

5 – 10 Sedang

<5 Lemah

Berdasarkan kriteria aktivitaszona daya hambat menurut Davis dan Stout


maka didapatkan bahwa ekstrak daun cincau hijau konsentrasi 100% dengan rata-
rata zona hambat 10,1 mm dinyatakan daya hambat kuat terhadap bakteri
Enterococcus faecalis. Pada ekstrak daun cincau konsentrasi 50% dengan rata-rata
zona hambat 5,5 mm dan konsentrasi 25% dengan rata-rata zona hambat 5,1 mm
dinyatakan daya hambat sedang terhadap bakteri Enterococcus faecalis. Pada
konsentrasi 12,5% dengan rata-rata zona hambat 3,2 mm, konsentrasi 6,25%
dengan rata-rata zona hambat 2,5 mm, konsentrasi 3,125% dengan rata-rata zona
hambat 2,1 mm dinyatakan memiliki daya hambat yang lemah karena diameter
zona hambat yang terbentuk kurang dari 5 mm.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Muchson A, membuktikan


bahwa ekstrak daun cincau hijau memiliki aktifitas antibakteri terhadap bakteri
Staphyloccocus aureus dimulai pada konsentrasi 25%.36 Penelitian yang dilakukan
Ryan F pada ekstrak daun cincau hijau juga memiliki aktifitas antibakteri terhadap
Vibrio parahaemolyticus pada konsentrasi 60% menghasilkan zona hambat sebesar
4,33 mm, pada konsentrasi 40% menghasilkan zona hambat sebesar 3,27 mm, pada
konsentrasi 20% menghasilkan zona hambat sebesar 3,05 mm. 37

32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1) Ekstrak daun cincau hijau dengan pelarut etanol 96% memiliki
efektivitassebagai antibakteri Enterococcus faecalis dengan konsentrasi
minimal mulai dari 3.125%, 6.25%, 12.5%, 25%, 50% dan 100%
2) Semakin besar konsentrasi ekstrak daun cincau hijau maka semakin besar juga
zona hambat yang terbentuk

5.2 Saran
1) Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat bakteri dengan
penggunaan ekstrak daun cincau hijau menggunakan metode ekstraksi yang
berbeda
2) Dapat dilakukan metode uji daya hambat yang berbeda untuk mendapatkan
efek daya hambat yang maksimal
3) Dapat dilakukan uji daya hambat ekstrak daun cincau hijau terhadap bakteri
patogen lain

33
DAFTAR PUSTAKA
1. Darmadi. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya.
Jakarta:salemba medika;2008.
2. Poblete R, Pusateri SL. Nosocomial Transmission of Tuberculosis from
Unsespected Disease. JAMA 1988;84:833-7.
3. Eley, A.R. Microbial Food Poisoning. Chapman and Hall. London. 1992
4. Javidi M, Zarei M, Afkhami F. Antibacterial effect of calcium hydroxide on
intraluminal and intratubular Enterococcus faecalis. Iran Endod J.
2011;6(3):103–6.
5. Mardiastuti HW. Emerging Resistance Pathogen: Situasi Terkini di Eropa,
Amerika Serikat,Timur Tengah dan Indonesia. Vol: 57. Majalah Kedokteran
Indon;2007.
6. Wibowo R dan Supardi S. Kepatuhan Berobat dengan Antibiotika Jangka
Pendek di Poliklinik Umum Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS DR. Cipto
Mangunkusumo. Jakarta (serial on the internet) 2008 (cited 2020 May 30).
Available from: http://saripedati.idai.or.id/pdfile/10.3.5.pdf
7. Bangun A. Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia. Bandung:IPH;2012.
8. Hembing W. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid 2. Jakarta:Pustaka
Kartini;1992.
9. Shodiq, A. Uji AktivitasAntioksidan Ekstrak dan Fraksi Daun Cincau Hijau
Rambat (Cyclea Barbata Miers) dan Identifikasi Golongan Senyawa dari Fraksi
yang Paling Aktif (thesis). Program Sarjana Farmasi. Depok: Universitas
Indonesia. 2012.
10. Ananta E. Pengaruh Ekstrak Cincau Hijau (Cyclea barbata miers) Terhadap
Proliferasi Alur Sel Kanker K-265 dan Hela (skripsi). Bogor:Institur Pertanian
Bogor;2000.
11. Aksara R, Musa WJA, Alio L. Identifikasi Senyawa Alkaloid Dari Ekstrak
Metanol Kulit Batang Mangga ( Mangifera indica L ). J Entropi.
2013;8(1):514–9.

34
12. Stuart C, Schwartz S, Beeson T, Owatz C. Enterococcus faecalis: It’s Role in
Root Canal Treatment Failure and Current Concept in Retreatment. Journal of
Endodontic 2006;32:93-98.
13. Fisher K, Phillips C. The ecology, epidemiology and virulence of
Enterococcus. Microbiology 2009;155: 1749–57.
14. Weckwerth PH, Zapata RO, Vivan RR. In-Vitro alkaline pH Resistance of
Enterococcus faecalis. Brazilian Dental Journal 2013;24(5):474-76.
15. Fiore E, Van Tyne D, Gilmore MS. Pathogenicity of Enterococci. Microbiol
Spectr. 2019;7(4):10.1128/microbiolspec.GPP3-0053-2018.
doi:10.1128/microbiolspec.GPP3-0053-2018
16. Mahendra, Ilham; Istien Wardani dan Linda Rochyani. 2018. Daya
Antibakteri Ekstrak Ikan Teri Jengki ( Stolephorus insularis) terhadap
Enterococcus faecalis. Vol. 12: 106-112.
17. Ilham M, Istien W, Linda R. Daya Antibakteri Ekstrak Ikan Teri Jengki
(Stolephorus Insularis) Terhadap Enterococcus Faecalis. Denta Jurnal
Kedokteran Gigi; 2018: 12(2): 108
18. Kundabala M, Suchitra U. Enterococcus faecalis: An endodontic pathogen. J
Endod 2002; 11-3.
19. Wells CL, Erlandsen SL. Localization of translocating Escherichia coli,
Proteus mirabilis, and Enterococcus faecalis within cecal and colonic tissues
of monoassociated mice. Infect Immun. 1991 Dec;59(12):4693-7.
20. Kayaoglu G, Ørstavik D. Virulence factors of enterococcus faecalis:
relationship of Endodontic Disease. Crit Rev Oral Med 2004; 15(5):308-20.
21. Huycke MM, Sahm DF, Gilmore MS. Multiple-Drug Resistant Enterococci :
The Nature of the Problem and an Agenda for the Future. 1998;4(2):239–49.
22. Heny AH, Dian H. Potensi Cincau hijau (Cyclea barbata Miers) sebagai pangan
fungsional. Jawa Barat:Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2004.
23. Nurlela J. REVIEW : THE EFFECT OF LEAF GREEN GRASS JELLY
EXTRACT (Cyclea L. barbata Miers) TO MOTILITY IN MICE BALB/C
MALE THAT EXPOSED SMOKE. J Major | [Internet]. 2015;4:58–64.

35
24. Farida Y, Vanoria I. Uji AktivitasAntioksidan dari Ekstrak Daun Cincau Hijau
(Cyclea barbata Miers), Cincau Hitam (Mesona palustris B.) dan Cincau Perdu
(Premna parasitica Blume) dengan Metode Peredaman Radikal Bebas DPPH.
Semin Nas Pengemb Pemanfaat Bahan Alam Indones. 2013;(2i).
25. Aksara R, Musa WJA, Alio L. Identifikasi Senyawa Alkaloid Dari Ekstrak
Metanol Kulit Batang Mangga ( Mangifera indica L ). J Entropi.
2013;8(1):514–9.
26. Supriadi. Tumbuhan Obat Indonesia:Penggunaan dan Khasiatnya. Yayasan
obor Indonesia. XI-XXV2. Jakarta. 2001
27. Miftahendarwati. Efek Antibakteri Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix)
terhadap bakteri Streptococcus mutans (in vitro). [Skripsi]. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanudin Makassar.Makassar. 2014
28. Nuria, Maulita C, Faizatun, Arvin, Sumantri. Uji AktivitasAntibakteri Ekstrak
Etanol Daun Jarak Pagar (Jatropha Curcas L) Terhadap Bakteri
Staphylococcus Aureus, Escherichia coli, dan Salmonella typhi. Mediagro.
2009:5(2):26-37.
29. Cushnie T, Andrew J. Antimicrobial Activity of Flavonoid. International
Journal of Antimicrobial Agent. 2005;26:343-356.
30. Loresta S, Murwani S, Trisunawati P. Efek Ekstrak Etanol Daun Kelor
(Moringa oleifera) terhadap Pembentukan Biofilm Staphylococcus aureus
secara In vitro. Malang:Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Brawijaya.2012
31. Mukhriani. Ekstraksi Pemisahan Senyawa dan Indentifikasi Senyawa Aktif.
Jurnal Kesehatan. Volume V2 NO 2.2014.
32. Aditya HT. Ekstraksi Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) dan Daun
Mindi (Melia azedarach) untuk Uji Kandungan azadirachtin Menggunakan
Spektrofotometer (Thesis). Universitas Diponogoro. 2015.
33. Clinical and Laboratory Standards Institute. Performance Standards for
Antimicrobial Susceptibility Testing (30th edition). 2020

36
34. Arrosyid M, Muliana R. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Cincau Hijau
(Cyclea barbata Miers) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus. J Ilmu Farm.
2019;10(2):2089–1458.
35. Malangngi L, Sangi M, Paendong J. Penentuan Kandungan Tanin dan Uji
AktivitasAntioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.). J
MIPA. 2012;1(1):5.
36. Muchson A, Sutaryono, Resia M. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Cincau
Hijau (Cyclea barbata Miers) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal
Ilmu Farmasi. Vol 10:2. 2019
37. Ryan F. Jurnal Skripsi. AktivitasAntibakteri Ekstrak Etanol Daun Cincau Hijau
(Cyclea barbata Miers) terhadap Staphylococcus aureus dan Vibrio
parahaemolyticus. 2017

37
LAMPIRAN I
1 Permohonan Izin Penelitian

38
39
LAMPIRAN II
2 Surat Izin Pembelian Bakteri

40
LAMPIRAN III
3 Sertifikat Analisis Bakteri

41
LAMPIRAN IV
4 Pembuatan Media Nutrient Agar dan Media Mueller Hinton Agar

42
LAMPIRAN V
5 Pembuatan Koloni Bakteri Enterococcus faecalis dan Pemeriksaan Mikroskopis

43
BIODATA MAHASISWA BIMBINGAN SKRIPSI FK UKI
TAHUN AKADEMIK 2019-2020

NAMA MAHASISWA : Kania Puteri Pratama


NIM : 1761050043
TEMPAT / TGL LAHIR : Jakarta, 15 Juni 1999
RIWAYAT PENDIDIKAN :

SD : SDI AL-AZHAR 19
SMP : SMPI AL-AZHAR 22
SMA : SMAN 91 JAKARTA
UNIVERSITAS : UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JUDUL SKRIPSI:
UJI DAYA HAMBAT DAUN CINCAU HIJAU (Cyclea barbata Miers)
TERHADAP PERTUMBUHAN Enterococcus faecalis ATCC 29212

44

Anda mungkin juga menyukai