Disusun Oleh:
Kania Puteri Pratama
2265050006
Pembimbing:
dr. Achnes Pangaribuan, M.Biomed, Sp.PD
Telah disetujui
Pada: April 2022
Disusun oleh:
Kania Puteri Pratama
2265050006
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat-Nya dan memberi segala kebaikan yang tak terbatas sehingga
penulis dapat menyelesaikan Sari Pustaka ini sebagai salah satu pemenuhan tugas
Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Indonesia. Sari Pustaka yang berjudul “Hubungan Disbiosis Terhadap
Gagal Ginjal Kronik” ini diharapkan dapat memiliki manfaat bagi penulis serta
pembaca Sari Pustaka ini.
Penulis menyadari banyak pihak yang telah membimbing dan membantu dalam
menjalani Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Penyakit Dalam dan proses penulisan
Sari Pustaka ini. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada:
Sari Pustaka ini masih jauh dari sempurna dan memiliki kekurangan, oleh
karena itu penulis berterima kasih atas saran kritik dan saran yang membangun
untuk bekal yang baik dalam penulisan berikutnya.
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Mikrobiota 3
2.2 SCFA 3
2.3 Fungsi SCFA 4
2.4 Disbiosis 5
2.4.1 Definisi 5
2.4.2 Klasifikasi 6
2.4.3 Patofisiologi 6
2.5 Diagnosis 9
BAB 3 KESIMPULAN 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pasien gagal ginjal kronik tidak hanya terbatas pada efek menguntungkan pada sel
usus tetapi juga menyediakan spektrum metabolism yang besar, efek anti-diabetes,
anti-inflamasi, dan anti-hipertensi yang menghasilkan hasil ginjal dan jantung yang
menguntungkan.4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mikrobiota
Peran mikrobiota adalah membantu dalam mencerna makanan, mengatur
sistem imun, dan membantu perlindungan terhadap bakteri pathogen. Mikobiota
tersebar di seluruh bagian tubuh seperti kulit, sistem gastrointestinal, saluran napas,
dan saluran urogenital, merupakan saluran yang berhubungan langsung dengan
pajanan dunia luar. Setiap individu memiliki respons berbeda-beda pada
metabolism mikrobiota. Tanpa adanya mikrobiota usus tubuh tidak akan mampu
memanfaatkan karbohidrat yang belum tercerna, mikrobiota usus memiliki enzim
untuk memecah karbohidrat dimana sel tubuh manusia tidak mampu untuk
memecah.5
2.2 SCFA
Short Chain Fatty Acid (SCFA) adalah asam lemak rantai pendek yang
disintesis oleh mikrobiota usus melalui fermentasi sebagian besar karbohidrat serta
sebagian serat yang tidak dapat dicerna tubuh. SCFA merupakan produk akhir
fermentasi dari mikrobiota usus yang memiliki peran terhadap fisiologi manusia.
Produk SCFA yaitu, asam asetat, asam propionat, dan asam butirat. Mikrobiota
Bacteroidetes menyintesis asam asetat dan asam propionat sedangkan Firmicutes
menyintesis asam butirat. Mikrobiota memiliki molekul pengikat karbohidrat
(carbohydrate - binding molecules) dan berbagai enzim termasuk glikosida
hydrolase, glikosil transferase, polisakarida hydrolase, dan esterase karbohidrat
yang dapat melakukan hidrolisis berbagai serat makanan. Enzim pencernaan seperti
amilase, laktase, disakaridase tidak dapat mencerna sebagian besar karbohidrat
kompleks. Sedangkan mikrobiota usus mempunyai enzim aktif seperti propionat
ko-enzim A transferase dan propionataldehida dehidrase yang mampu untuk
memproses karbohidrat agar menghasilkan metabolit seperti SCFA, derivat indol,
asam organik, poliamin dan vitamin. Rasio Konsentrasi SCFA dalam lumen kolon
ialah 60% asetat, 25% propionat, dan 15% asam butirat. Tubuh manusia tidak dapat
3
memproduksi enzim yang mengkatalisis fermentasi karbohidrat sedangkan
mikrobiota usus dapat menghasilkan sejumlah enzim untuk memetabolisir
karbohidrat menjadi SCFA. Short Chain Fatty Acids dapat memodulasi mekanisme
pertahanan melalui imunitas mukosa, antara lain meningkatkan diferensiasi dan
produksi musin oleh sel goblet. Produksi musin berperan sebagai pembatas antara
lingkungan eksternal dengan sel epitel usus. Peran musin oleh SCFA sangat penting
agar dapat meningkatkan kolonisasi bakteri yang bermanfaat sehingga dapat
berkompetisi dengan bakteri patogen.6
dan sistem imun serta sebagai proteksi terhadap bakteri patogen. Selain itu SCFA
4
asma, dan lainnya. Hal tersebut disebabkan karena SCFA mempunyai efek anti
inflamasi pada saluran cerna dan jaringan yang dapat menekan perkembangan
ginjal. Semua manfaat dari SCFA meningkatkan fungsi ginjal dengan menurunkan
kadar kreatinin serum dan nitrogen urea darah pada gangguan ginjal akut dan
Gambar 2. Skema SCFA pada Gagal Ginjal ( Cao C, Zhu H, Yao Y. 2022)
2.4 Disbiosis
2.4.1 Definisi
Disbiosis didefinisikan sebagai ketidakseimbangan komposisi bakteri,
perubahan aktivitas metabolisme bakteri, atau perubahan distribusi bakteri di dalam
usus. Perubahan mikrobiota dapat disebabkan dari berbagai faktor lingkungan,
5
seperti diet, obat-obatan, toxin, dan patogen. Perubahan mikrobiota dikaitkan
dengan perkembangan penyakit tidak menular seperti obesitas, kanker, diabetes,
inflammatory bowel disease, asma, penyakit pada jantung dan ginjal. Pada kondisi
dimana terjadi ketidakseimbangan jumlah mikroorganisme dalam saluran
pencernaan manusia dapat menyebabkan munculnya berbagai gangguan kesehatan,
untuk tetap sehat maka keseimbangan populasi mikroorganisme harus terjaga.8
Mikroorganisme pada gastrointestinal memainkan peran penting dalam sistem
kekebalan tubuh manusia.9
Pada kebanyakan kasus, jenis disbiosis ini terjadi secara bersaman. Penyakit
gagal ginjal kronik adalah penyakit tidak menular.10
6
kronik dianjurkan untuk melakukan diet ketat yang umumnya mengurangi asupan
kalium. Pembatasan konsumsi asupan kalium seperti buah-buahan, sayuran, dan
makanan yang mengandung tinggi serat dapat menurunkan ketersediaan
karbohidrat atau protein yang menyebabkan disbiosis yang merugikan bakteri
penghasil Short Chain Fatty Acid (SCFA). Selain diet pada pasien gagal ginjal
kronik, keadaan seperti asidosis metabolik, edema dinding usus, penggunaan
antibiotik secara terus – menerus mempunyai peran terhadap disbiosis dan
peningkatan jumlah mikroba patogen usus. Beberapa faktor tersebut mempengaruhi
tight junction yang dapat meningkatkan permeabilitas dinding sel sehingga
translokasi bakteri yang melewati lapisan dinding sel memicu terbentuknya respon
imun. Pada mekanisme lain, disbiosis terhadap pasien gagal ginjal kronik dapat
terjadi dengan cara peningkatan sekresi urea. Urea di hidrolisis oleh mikroba usus
sehingga menghasilkan ammonia dalam jumlah besar yang mempengaruhi
pertumbuhan bakteri dan menyebabkan ketidakseimbangan mikrobiota. Perbaikan
disbiosis pada pencernaan sementara ini dapat menggunakan probiotik.11
Mekanisme molekuler disbiosis usus pada penyakit ginjal mempunyai
aspek utama yang salah satunya adalah gangguan metabolisme yang diinduksi oleh
disbiosis usus dengan manifestasi berupa peningkatan metabolit. Gangguan
metabolisme yang diinduksi disbiosis usus, yang dimanifestasikan sebagai
peningkatan metabolit berbahaya seperti TMA dan toksin uremik serta penurunan
metabolit yang bermanfaat seperti SCFA, yang secara langsung meningkatkan
patogenesis dan perkembangan penyakit ginjal. Hal lainnya terkait dengan aktivasi
respon imun. Disbiosis usus dan gangguan metabolisme dapat memperluas atau
mengaktifkan sel-sel kekebalan dengan mengikat reseptor spesifik. Sebagai contoh,
SCFA mengatur makrofag di ginjal dengan cara yang bergantung pada GPR43 dan
GPR109a, dan aktivasi pDC bergantung pada TLR7 untuk menginduksi produksi
IFN pada kondisi disbiosis usus. Selain itu, perspektif baru lainnya telah muncul
baru-baru ini bahwa disbiosis usus yang diinduksi peningkatan produksi ROS
mengakibatkan disfungsi mitokondria, yang menyebabkan perkembangan
perburukan pada CKD.12
7
Gambar 3. Bidirectional Pathogenesis Between Gut Microbiome and Chronic Kidney Disease
(Souhaila & Shatat, 2016)
Gambar 4. Mekanisme disbiosis pada gagal ginjal kronik (Cao C, Zhu H. 2022)
8
2.5 Diagnosis
Uji klinis dan percobaan hewan terkait SCFA pada penyakit ginjal masih
mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang efek potensial mereka pada
penyakit ginjal. Disbiosis juga berkorelasi dengan tingkat keparahan penyakit dan
9
BAB III
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
4. Iraporda, Carolina, et al. Lactate and short chain fatty acids produced by
1161-1169.
5. Dietert RR, Dietert JM. 2015. Review: the microbiome and sustainable
Med. 2019;2(2):110-9.
7. Li, L. Z., Tao, S. B., Ma, L., & Fu, P. (2019). Roles of short-chain fatty
acids in kidney diseases. Chinese medical journal, 132(10), 1228–1232.
11
8. Rolfe RD. The Role of Probiotic Cultures in the Control of Gastrointestinal
Health. Journal Nutrition. 130:396-420.
9. Hooper, L.V., Littman, DR., Macpherson, A.J. 2012. Interactions between
10. DeGruttola, A. K., Low, D., Mizoguchi, A., & Mizoguchi, E. (2016).
11. Wang X, Yang S, Li S, Zhao L, Hao YL, Qin JJ, et al. Aberrant gut
microbiota alters host metabolome and impacts renal failure in humans and
12. Cao C, Zhu H, Yao Y, Zeng R. Gut Dysbiosis and Kidney Diseases. Front
13. Coresh, J., Levey, A., Levin, A. and Stevens, P. A stable definition of
chronic kidney disease improves knowledge and patient care. BMJ, 347.
2013
12