Anda di halaman 1dari 22

Karya Tulis Ilmiah

Microbiota-Gut Axis Pada bayi Prematur

Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unsyiah RSUDZA


Banda Aceh

Disusun Oleh:
dr. Fatimah Zahara

Pembimbing:
Dr.dr.Dora Darussalam,Sp.A(K)

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK


FK UNSYIAH/RSUD ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2022

iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Microbiota-Gut Axis Pada bayi Premature ” karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah
satu tugas menjalani Program Pendidikan Dokter spesialis Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala.

Selama penyelesaian karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan,
dan arahan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terimakasih
kepada Dr.dr.Dora Darussalam Sp.A(K) yang telah meluangkan banyak waktu untuk
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada keluarga, sahabat, dan rekan-rekan yang
telah memberikan motivasi dan doa dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam karya tulis ilmiah ini.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca
sekalian demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Harapan penulis semoga karya tulis
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan umumnya dan profesi
kedokteran khususnya. Semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya
bagi kita semua.

Banda Aceh, 15 September 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................2
2.1 Microbiota Gut Axis..................................................................................................2
2.1.1 Definisi Gut Axis..................................................................................................2
2.2 Bayi Prematur............................................................................................................3
2.2.1 Definisi.................................................................................................................3
2.2.2 Klasifikasi Bayo Premtur.....................................................................................3
2.2.3 Etiologi dan faktor risiko.....................................................................................5
2.2.4 Tanda dan Gejala.................................................................................................6
2.2.5 Patofisologi..........................................................................................................7
2.2.6 Masalah yang terjadi...........................................................................................8
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................12
2.2.8 Tatalaksana........................................................................................................13
2.3 Microbiota Gut Axis pada Bayi Prematur............................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Insiden kelahiran prematur telah meningkat di seluruh dunia dan merupakan salah
satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Meskipun kemajuan terbaru dalam
perawatan intensif neonatal telah meningkatkan kelangsungan hidup bayi yang sangat
prematur (usia kehamilan <28 minggu), jumlah yang selamat dengan morbiditas parah dan
gangguan perkembangan saraf seumur hidup tetap tinggi. 1

Mikrobiota usus, yang merupakan suatu ekosistem kompleks yang terdiri dari
sejumlah besar mikroorganisme, berperan dalam imunitas, pertumbuhan, dan perkembangan
bayi prematur. Disbiosis atau gangguan mikrobiota usus dapat memperberat berbagai
penyakit, seperti alergi atau penyakit autoimun pada bayi prematur.2

Bifidobactericeae adalah mikrobiota paling dominan dalam saluran pencernaan bayi


prematur. Namun, ada berbagai faktor yang dapat memengaruhi mikrobiota usus, seperti
genetik, gaya hidup ibu (merokok, diet, penggunaan antibiotik, obesitas), jenis persalinan,
cara pemberian ASI, dan faktor lingkungan.2

Disbiosis pada saluran cerna dapat menyebabkan gangguan sistem imun yang
membuat bayi prematur lebih rentan mengalami infeksi atau bahkan kejadian menyimpang
yang fatal. Selain itu, pertumbuhan dan perkembangan juga dapat terganggu serta terjadi
berbagai kelainan neurologi dan psikiatri. Air Susu Ibu (ASI) adalah salah satu sumber
prebiotik yang dapat menstimulasi pertumbuhan Bifidobactericeae dan Bacteroidetes.
Apabila ASI tidak adekuat atau tidak dapat diberikan, intervensi yang direkomendasikan
untuk memperbaiki mikrobiota usus pada bayi prematur adalah pemberian suplemen
probiotik, prebiotik, atau keduanya (sinbiotik). Pemberian prebiotik dan probiotik
berhubungan dengan rendahnya morbiditas dan mortalitas pada bayi prematur, serta dengan
lebih singkatnya lama rawat di rumah sakit dan lebih singkatnya waktu hingga pemberian
makanan enteral penuh dapat dilakukan.2

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Microbiota Gut Axis


2.1.1 Definisi
Gut brain axis adalah kondisi bahwa terhubungnya usus dengan bagian otak
seseorang. Keduanya memiliki kaitan yang terhubung secara fisik dan biokimia dalam
beberapa cara berbeda.3

Adanya hubungan antara usus dan otak ditandai dengan triliunan mikroba di dalam
usus yang dapat membuat bahan kimia lain sehingga memengaruhi cara kerja otak. Mikroba
usus ini menghasilkan banyak asam lemak rantai pendek (SCFA), seperti butirat, propionat,
dan asetat. Asam lemak rantai pendek (SCFA) dibuat dengan cara mencerna serat. SCFA ini
dapat memengaruhi fungsi otak dengan berbagai cara atau perilaku. Misalnya, dengan
mengirim sinyal dalam tubuh untuk mengurangi nafsu makan. Mikroba usus juga bertugas
memetabolisme asam empedu dan asam amino untuk menghasilkan bahan kimia lain yang
dapat memengaruhi otak. 2

microbiota-gut-brain-axis (MGBA) adalah jaringan komunikasi dua arah antara


mikroba usus dan inangnya. Banyak faktor lingkungan dan terkait inang mempengaruhi
mikrobiota usus. Disbiosis didefinisikan sebagai perubahan komposisi dan fungsional
mikrobiota usus yang berkontribusi pada patogenesis, perkembangan, dan respons
pengobatan terhadap penyakit. Disbiosis terjadi ketika gangguan komposisi dan fungsi
mikrobiota melebihi kemampuan mikrobiota dan inangnya untuk memulihkan keadaan
simbiosis.4

2.2 Bayi Prematur


2.2.1 Definisi

Bayi prematur terutama yang lahir dengan usia kehamilan <32 minggu, mempunyai
risiko kematian 70 kali lebih tinggi,karena mereka mempunyai kesulitan untuk beradaptasi
dengan kehidupan di luar rahim akibat ketidakmatangan sistem organ tubuhnya seperti paru-
paru, jantung, ginjal, hati dan sistem pencernaannya.5

2
Kata prematur juga sering digunakan untuk menunjukkan imaturitas atau berat badan
lahir rendah (BBLR). Umumnya kehamilan disebut cukup bulan bila berlangsung antara 37-
41 minggu dihitung dari hari pertama siklus haid terakhir pada siklus 28 hari. Sedangkan
persalinan yang terjadi sebelum usia kandungan mencapai 37 minggu disebut dengan
persalinan prematur.6

Bayi prematur atau bayi preterm merupakan bayi dengan berat badan saat lahir kurang
dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan yang ditimbang pada saat bayi baru lahir
sampai dengan 24 jam pertama saat lahir.7

Definisi dan kategori bayi menurut Pantiawati (2012) sebagai berikut:

a) Preterm infant (prematur) atau bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan
kurang dari 37 minggu (259) hari.
b) Term infant atau bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37
minggu sampai dengan 42 minggu (259- 293) hari.
c) Post term atau bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 42
minggu atau lebih (294) hari atau lebih. 1

2.2.2 Klasifikasi Bayi Prematur

Menurut Tanto (2014), kelahiran prematur dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Bayi prematur digaris batas

a) Bayi dengan kelahiran 37 minggu, masa gestasi.


b) 6% seluruh kelahiran hidup.
c) Berat bayi sekitar 2.500-3.250 gr.
d) Biasanya normal.
e) Masalah yang sering terjadi biasanya : ketidak stabilan, kesulitan menyusu,
ikterik, RDS mungkin muncul.
f) Penampilan : lipatan pada kaki sedikit, payudara lebih kecil, lanugo banyak,
genetalia kurang berkembang.

3
2. Bayi prematur sedang

a) Bayi dengan kelahiran 31-36 minggu, masa gestasi.


b) Berat badan bayi sekitar 1.500-2.500 gr.
c) 6-7% seluruh kelahiran hidup
d) Masalah : ketidakstabilan, pengaturan glukosa, RDS, ikterik, anemia, infeksi,
kesulitan menyusu.
e) Penampilan : seperti pada bayi prematur digaris batas tetapi lebih parah, kulit
lebih tipis,lebih banyak pembuluh darah yang nampak.

3. Bayi sangat prematur

a) Bayi dengan kelahiran 20 -30 minggu, masa gestasi.


b) Berat bayi sekitar 500-1.400 gr.
c) 0,8% seluruh kelahiran hidup.
d) Masalah : semua
e) Penampilan : kecil tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis, kedua mata
mungkin berdempetan. 7,6

2.2.3 Etiologi Bayi Prematur

Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran prematur dapat
disebabkan oleh beberapa factor yaitu sebagai berikut :

a. Faktor Ibu

Faktor ibu merupakan hal yang dominan dalam mempengaruhi kejadian prematur,
faktor-faktor tersebut di antaranya adalah:

1. Toksemia gravidarum (preeklampsia dan eklampsia).


2. Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi
dan anemia sel sabit.
3. Kelainan bentuk uterus (misal: uterus bikurnis, inkompeten serviks).
4. Tumor (misal: mioma uteri, eistoma).

4
5. Ibu yang menderita penyakit seperti penyakit akut dengan gejala panas tinggi
(misal: thypus abdominalis, dan malaria) dan penyakit kronis (misal: TBC,
penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal).
6. Trauma pada masa kehamilan.
7. Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotika, rokok dan alkohol).
8. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
9. Bekerja yang terlalu berat.
10. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.

b. Faktor Janin

Beberapa faktor janin dapat mempengaruhi kejadian prematur antara lain:

1. Kehamilan ganda.
2. Hidramnion.
3. Ketuban pecah dini.
4. Cacat bawaan.
5. Kelainan kromosom.
6. Infeksi (misal: rubella, sifilis, toksoplasmosis).
7. Insufensi plasenta.
8. Inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan darah A, B dan
O).
9. Infeksi dalam rahim.

c. Faktor Lain Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu :

1. Faktor plasenta, seperti plasenta previa dan solusio plasenta.


2. Faktor lingkungan, radiasi atau zat-zat beracun, keadaan sosial ekonomi yang
rendah, kebiasaan, pekerjaan yang melelahkan dan merokok.

5
2.2.4 Tanda dan Gejala Bayi Prematur

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2012), ada beberapa tanda dan gejala yang dapat
muncul pada bayi prematur antara lain adalah sebagai berikut :

1. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.


2. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram.
3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.
4. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
5. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
6. Rambut lanugo masih banyak.
7. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
8. Tulang rawan daun telinga belum sempuna pertumbuhannya.
9. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
10. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora dan
klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam skrotum,
pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki).
11. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.
12. Fungsi saraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah.
13. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang.
14. Vernix caseosa tidak ada atau sedikit bila ada. 6

2.2.5 Patofisiologi Bayi Prematur

Penyebab terjadinya kelahiran prematur belum diketahui secara jelas. Data statistik
menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang memiliki sosial ekonomi
rendah. Kejadian ini kurangnya perawatan pada ibu hamil karena tidak melakukan antenatal
care selama kehamilan.5

Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi pada uterus, dan
komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus kelahiran bayi prematur. Ibu hamil
dengan usia yang masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan mengkomsumsi alhohol
juga dapat menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor tersebut juga dapat mengakibatkan
terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa bayi untuk keluar sebelum waktunya.

6
Karena bayi lahir sebelum masa gestasi yang cukup maka organ tubuh bayi belum matur
sehingga bayi lahir prematur memerlukan perawatan yang sangat khusus untuk
memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar.8

Bayi prematur juga relatif kurang mampu untuk bertahan hidup karena struktur
anatomi dan fisiologi yang imatur dan fungsi biokimianya belum bekerja seperti bayi yang
lebih tua. Kekurangan tersebut berpengaruh terhadap kesanggupan bayi untuk mengatur dan
mempertahankan suhu badannya dalam batas normal. Bayi berisiko tinggi lain juga
mengalami kesulitan yang sama karena hambatan atau gangguan pada fungsi anatomi,
fisiologi, dan biokimia berhubungan dengan adanya kelainan atau penyakit yang diderita.
Bayi prematur atau imatur tidak dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
karena pusat pengatur suhu pada otak yang belum matur, kurangnya cadangan glikogen dan
lemak coklat sebagai sumber kalori. Tidak ada atau kurangnya lemak subkutan dan
permukaan tubuh yang relatif lebih luas akan menyebabkan kehilangan panas tubuh yang
lebih banyak.

Respon menggigil bayi kurang atau tidak ada, sehingga bayi tidak dapat
meningkatkan panas tubuh melalui aktivitas. Selain itu kontrol reflek kapiler kulit juga masih
kurang (Tanto, 2014).

2.2.6 Masalah yang Terjadi pada Bayi Prematur

Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), terdapat beberapa masalah yang dapat
terjadi pada bayi prematur baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Masalah
jangka pendeknya antara lain adalah sebagai berikut :

A. Gangguan metabolik, antara lain sebagai berikut :

1. Hipoterm: terjadi karena sedikitnya lemak tubuh pada bayi prematur dan pengaturan
suhu tubuh bayi yang belum matang.
2. Hipoglikemia merupakan kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah
pada bayi yaitu kurang dari 45 mg/dL. Gula darah berfungsi sebagai makanan otak
dan membawa oksigen ke otak. Jika asupan glukosa kurang, maka dapat
menyebabkan sel-sel saraf di otak mati dan dapat mempengaruhi kecerdasan bayi

7
kelak. Oleh karena itu bayi prematur membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah
lahir dan minum sering atau setiap 2 jam.
3. Hiperglikemia sering terjadi pada bayi sangat prematur karena mendapat cairan
glukosa berlebihan secara intravena.
4. Masalah pemberian ASI terjadi karena ukuran tubuh bayi yang kecil, dan keadaan
bayi yang kurang energi, lemah serta lambungnya yang kecil dan tidak dapat
mengisap. 9

B. Gangguan imunitas, antara lain sebagai berikut :

1. Gangguan imonologik. Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena kadar
IgG maupun gamma globulin yang rendah. Bayi prematur belum sanggup membentuk
antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi yang belum baik.
2. Kejang saat dilahirkan Kejang dapat terjadi karena infeksi sebelum lahir (prenatal),
perdarahan intrakranial atau akibat vitamin B6 yang dikonsumsi ibu.
3. Ikterus (kadar bilirubin yang tinggi)
4. Bayi prematur menjadi kuning lebih awal dari pada bayi cukup bulan pada umumnya.
5. Gangguan pernafasan, antara lain sebagai berikut :

a) Sindroma gangguan pernapasan Sindroma gangguan pernapasan pada bayi


prematur adalah perkembangan imatur pada sistem pernafasan atau tidak
adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru.
b) Asfiksia. Dampak kelahiran prematur adalah proses adaptasi bayi terhadap
pernapasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia waktu lahir dan membutuhan
resusitasi.
c) Apneu periodik (henti napas). Organ paru-paru dan susunan saraf pusat yang
belum sempurna menyebabkan bayi dengan kelahiran prematur berhenti bernapas.
d) Paru-paru belum berkembang Organ paru-paru yang belum berkembang
menyebabkan bayi mengalami sesak napas (asfiksia) dan membutuhkan resusitasi
dengan cepat. 9

C. Retrolental fibroplasia Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur yang disebabkan oleh
gangguan oksigen yang berlebihan. Kelainan ini sering terjadi pada bayi prematur dengan
berat badan kurang dari 2000 gram dan telah mendapat oksigen dengan konsentrasi tinggi
atau lebih dari 40%.

8
D. Gangguan sistem peredaran darah, antara lain sebagai berikut Masalah perdarahan
Perdarahan pada bayi yang lahir prematur dapat disebabkan karena kekurangan faktor
pembekuan darah atau karena faktor fungsi pembekuan darah yang abnormal atau
menurun.
E. Anemia pada bayi prematur dapat terjadi lebih dini karena disebabkan oleh supresi
eritropoesis pasca lahir, persediaan zat besi janin yang sedikit, serta bertambah besarnya
volume darah sebagai akibat pertumbuhan yang lebih cepat.
F. Gangguan jantung yang sering ditemui pada bayi prematur adalah patent ductus ateriosus
(PDA) yang menetap sampai bayi berumur 3 hari, terutama pada bayi dengan penyakit
membran hialin. Gangguan jantung lain yang sering terjadi pada bayi prematur adalah
defek septum ventrikel yang sering dialami oleh bayi prematur dengan berat badan
kurang dari 2500 gram dan masa gestasinya kurang dari 34 minggu.
G. Gangguan pada otak yang dapat terjadi pada bayi prematur adalah intraventricular
hemorrhage, yaitu perdarahan intrakranial yang dapat mengakibatkan masalah neurologis,
seperti gangguan mengendalikan otot, keterlambatan perkembangan, dan kejang. Selain
itu, bayi juga dapat mengalami periventricular leukomalacia (PVL) yaitu kerusakan dan
pelunakan materi putih (bagian dalam otak yang mentransmisikan informasi antara sel-sel
saraf dan sumsum tulang belakang, juga dari satu bagian otak ke bagian otak yang lain)
yang biasanya terjadi pada bayi dengan masa gestasi kurang dari 32 minggu.
H. Bayi prematur dengan ikterus. Peningkatan kadar bilirubin dalam darah mengakibatkan
perubahan warna kuning pada kulit, membran mukosa, sklera, dan organ lain pada bayi.
I. Kejang. Suatu kondisi yang terjadi pada bayi prematur yang ditandai dengan adanya
tremor dan disertai penurunan kesadaran, terjadi gerakan yang tidak terkendali pada
mulut, mata, dan anggota gerak lain, serta terjadinya kekakuan seluruh tubuh tanpa
adanya rangsangan.
J. Hipoglikemia. Suatu kondisi dimana kadar gula darah bayi yang rendah dan di bawah
normal, yang dapat mengakibatkan bayi menjadi gelisah dan tremor, apatis, kejang,
lemah, letargis, kesulitan makan, keringat banyak, hipertermi bahkan henti jantung.
K. Gangguan cairan dan elektrolit, antara lain sebagai berikut :

1. Gangguan eliminasi. Pada bayi prematur dapat terjadi edema dan asidosis metabolik
karena ginjal yang imatur baik secara anatomis maupun fisiologis, kerja ginjal yang
masih belum matang, kemampuan membuang sisa metabolisme dan air yang belum
sempurna, serta produksi urine yang sedikit.

9
2. Distensi abdomen. Kelainan ini berkaitan dengan usus bayi akibat dari motilitas usus
yang berkurang, volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung
bertambah, daya untuk mencerna dan mengabsorbsi zat lemak, laktosa, vitamin, yang
larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang. Kerja dari sfingter
kardioesofagus yang belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi
lambung ke esofagus dan mudah terjadi aspirasi.
3. Gangguan pencernaan. Saluran pencernaan pada bayi prematur masih belum
berfungsi dengan sempurna sehingga penyerapan nutrisi masih lemah dan kurang
baik. Aktifitas otot pencernaan masih belum sempurna yang mengakibatkan
pengosongan lambung menjadi berkurang. Bayi prematur mudah kembung karena
stenosis anorektal, atresia ileum, peritonitis meconium, dan mega colon.
4. Gangguan elektrolit. Cairan yang diperlukan tergantung dari masa gestasi, keadaan
lingkungan, dan penyakit bayi. Kebutuhan cairan sesuai dengan kehilangan cairan
insensibel, cairan yang dikeluarkan ginjal dan pengeluaran cairan yang disebabkan
oleh keadaan lain. Pada bayi prematur gangguan elektrolit dipengaruhi oleh kulit bayi
yang tipis, kurangnya jaringan subkutan dan oleh luasnya permukaan tubuh. 10

Masalah jangka panjang yang dapat terjadi pada bayi prematur


menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), antara lain adalah sebagai berikut :

A. Masalah psikis, antara lain adalah sebagai berikut :

1. Gangguan perkembangan dan pertumbuhan Pada bayi prematur pertumbuhan dan


perkembangan berlangsung lebih lambat karena berkaitan dengan maturitas otak bayi.
2. Gangguan bicara dan komunikasi. Penelitian longitudinal menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan dalam hal kecepatan berbicara antara bayi prematur dan BBLR
dengan bayi cukup bulan dan berat lahir normal (BLN). Pada bayi prematur dan BBLR
kemampuan bicaranya akan terlambat dibandingkan bayi cukup bulan dengan berat
lahir normal sampai usia 6,5 tahun.
3. Gangguan neurologi dan kognisi. Gangguan neurologis yang sering dialami adalah
cerebral palsy. Makin kecil usia kehamilan bayi, maka semakin tinggi resikonya.
Gangguan neurologi lain adalah retardasi mental, MMR (motor mental retardasi) dan
kelainan EEG (dengan atau tanpa epilepsi).
4. Gangguan belajar atau masalah pendidikan. Suatu penelitian longitudinal di negara
maju (UK dan Eropa) menunjukkan bahwa lebih banyak anak dengan riwayat
10
kelahiran prematur dan BBLR dimasukkan di sekolah khusus. Namun di negara
berkembang sulit untuk menilainya karena faktor kemiskinan juga dapat
mempengaruhi. Gangguan atensi dan hiperaktif, gangguan ini sekarang dikenal dengan
ADD dan ADHD yang termasuk dalam gangguan neurologi. Penelitian menunjukkan
bahwa gangguan ini lebih banyak terjadi pada bayi prematur dengan berat badan lahir
kurang dari 2041 gram.

B. Masalah fisik antara lain adalah sebagai berikut :

1. Penyakit paru kronis pada bayi prematur dapat disebabkan oleh infeksi, kebiasaan ibu
yang merokok selama kehamilan dan radiasi udara lingkungan.
2. Gangguan penglihatan (retinopati) dan pendengaran. Gangguan penglihatan sering
dikeluhkan meskipun telah diberikan terapi oksigen terkendali. Retinopathy of
prematury (ROP) biasanya terjadi pada bayi dengan berat lahir kurang dari 1.500
gram dan masa gestasi kurang dari 30 minggu.
3. Kelainan bawaan (kelainan kongenital) adalah kelainan yang terjadi pada struktur,
fungsi maupun metabolisme tubuh bayi saat dilahirkan. Kelainan kongenital lebih
sering ditemukan pada bayi prematur baik SMK maupun KMK, tapi paling tinggi
pada bayi dengan pertumbuhan intrauterin yang terlambat. Kelainan yang sering
ditemukan adalah kelainan celah bibir atau langit-langit mulut (sumbing), defek
tabung saraf, kelainan jantung, cerebral palsy, clubfoot, dislokasi panggul bawaan,
hipotiroidisme kongenital, fibrosis kistik, defek saluran pencernaan, sindroma down,
fenilketonuria, sindroma X yang rapuh, distrofi otot, anemia sel sabit, penyakit tay-
sachs, sindroma alkohol pada janin. 10

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang pada Bayi Prematur

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada bayi prematur dan BBLR adalah sebagai berikut:

1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3. Neutrofil meningkat hingga 23.000-


24.000/mm3 hari pertama setelah lahir dan menurun bila ada sepsis.
2. Hematokrit (Ht) : 43%-61%. Peningkatan hingga 65% atau lebih menandakan
polisitemia, sedangkan penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic
prenatal/perinatal.

11
3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl. Kadar hemoglobin yang rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis yang berlebihan.
4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl pada 1-2 hari, dan 12
gr/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata
40-50 mg/dl dan meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : dalam batas normal pada awal kehidupan.
7. Pemeriksaan analisa gas darah.
8. Penatalaksanaan pada Bayi Prematur 7

2.2.8 Tatalaksana pada Bayi Prematur

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2012), beberapa penatalaksanaan atau penanganan


yang dapat diberikan pada bayi prematur adalah sebagai berikut:

1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. Bayi prematur mudah mengalami


hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
2. Mencegah infeksi dengan ketat. Bayi prematur sangat rentan dengan infeksi,
perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum
memegang bayi.
3. Pengawasan nutrisi. Reflek menelan bayi prematur belum sempurna, oleh sebab itu
pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
4. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.
5. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih serta
pertahankan suhu tetap hangat.
6. Kepala bayi ditutup topi dan beri oksigen bila perlu.
7. Tali pusat dalam keadaan bersih.
8. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI. 9

12
2.3 Mikcobiota Gut Axis pada Bayi Prematur

Microbiota usus adalah ekosistem mikroba yang rumit yang memiliki banyak varian
dalam sistem pencernaan manusia. Diduga, mikrobiota usus berkontribusi terhadap
perkembangan berbagai penyakit misalnya penyakit menular, penyakit alergi, gangguan
autoimun, gangguan metabolisme, atau kanker kolorektal. Disbiosis, atau komponen
mikrobiota yang terganggu, diduga sebagai faktor pencetus atau pemberat penyakit ini.2

Ada enam filum utama yang menyusun mikrobiota usus, yaitu Actinobacteria,
Bacteroidetes, Firmicutes, Fusobacteria, Proteobacteria, dan Tenericutes. Filum dominan
berbeda antara bayi dan orang dewasa. Pada bayi, Actinobacteria adalah filum dominan
dengan yang paling sering diidentifikasi genus Bifidobacterium. Susu manusia adalah sumber
oligosakarida susu manusia (HMO), prebiotik, yang dapat merangsang pertumbuhan
Bifidobacterium dan Bakteroidat. Namun, HMO pada ibu prematur adalah berbeda dengan
istilah ibu karena faktor genetik, tahap laktasi, diet ibu, dan berat badan ibu yang predisposisi
bayi prematur untuk dysbiosis usus.11,12

Bayi prematur, didefinisikan sebagai bayi yang lahir sebelum kehamilan cukup bulan
(37-40 minggu), sering menderita dysbiosis usus atau ketidakseimbangan mikrobioma usus.
Disbiosis ditentukan melalui studi mikrobioma. Namun, gejala klinis tidak jelas. Ini bisa
menjadi penurunan dalam kekebalan, pertumbuhan, atau perkembangan. Graspeuntner dkk.
melaporkan dysbiosis usus pada 29 dari 31 bayi prematur dengan sepsis awitan lambat. Studi
lain oleh Ho et al. melaporkan peningkatan Gammaproteobacteria pada bayi prematur bayi
dengan puncak kelimpahan 75,5% pada minggu ke-4 bakteri dikaitkan dengan dysbiosis usus
pada bayi prematur bayi. Berbagai faktor mempengaruhi dysbiosis usus ini dan itu dapat
menyebabkan gangguan sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan, dan pengembangan. Sistem
kekebalan adalah sistem perlindungan yang berfungsi melalui tindakan kolaboratif bawaan
dan sistem adaptif. Sampai saat ini belum ada prosedur operasi standar untuk pengelolaan
dysbiosis usus karena studi mikrobioma relatif baru di Indonesia.2

Pertumbuhan adalah peningkatan tubuh bayi pengukuran, termasuk berat dan tinggi
badan, yaitu ditentukan oleh grafik pertumbuhan Fenton untuk bayi prematur. Beberapa
patogenesis gangguan pertumbuhan terkait dengan disbiosis usus. Enterobactericeae tingkat
tinggi adalah ditemukan pada bayi prematur dengan gagal throve. Kegagalan pertumbuhan

13
disebabkan oleh gangguan rantai pendek metabolisme asam lemak (Short-Chain Fatty
Acid/SCFA) dan peningkatan insiden intoleransi makan karena gangguan penghalang fungsi
usus.13

Perkembangan adalah proses bayi mendapatkan kemampuan, seperti kognitif, bahasa,


sosial, emosi, dan perilaku. Disbiosis usus terkait dengan gangguan perkembangan saraf
karena mengubah kekebalan tubuh respon yang menginduksi peradangan saraf dari otak.
Metabolisme SCFA juga terganggu karena usus dysbiosis yang dapat mengganggu integritas,
fungsi, dan perkembangan sawar darah otak. 4

1. Komposisi mikrobiota usus pada bayi prematur


Bayi prematur mungkin menjalani kehidupan awal kondisi yang dapat mengubah
proses perolehan mikrobiota biasa. Pada awal kehidupan ini, dysbiosis dapat terjadi, yang
dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan bayi prematur. Sebelumnya, saluran
pencernaan bayi baru lahir diyakini steril; Namun, intrauterin kondisi tampaknya dapat
mempengaruhi mikrobiota usus. Tauchi dkk. melaporkan bahwa di unit perawatan intensif
neonatal (NICU), bayi prematur didominasi oleh Bifidobactericeae (30,5%),
Enterobacteriaceae (21,2%), dan Staphylococcaceae (15,1%). Beberapa faktor dapat menjadi
diperhitungkan untuk dysbiosis usus pada bayi prematur bayi, yang meliputi kadar oksigen
rendah, dilahirkan dengan seksio C, jumlah dan jenis HMO. Penggunaan antibiotik, dan
rawat inap di unit perawatan intensif neonatus.3

Kolonisasi dan diversitas mikrobiota saluran cerna, terutama saat awal kehidupan
memberikan dampak yang besar terhadap sistem imun sebagai mekanisme pertahanan dan
tolerans, sistem digesti dan absorpsi menghasilkan proses metabolisme yang baik, dan sistem
gut-brain axis untuk memberikan rasa nyaman. Komposisi mikrobiota saluran cerna selalu
berubah pada setiap keadaan karena banyak faktor yang memengaruhinya, termasuk faktor
genetik individu. Gangguan komposisi mikrobiota saluran cerna merupakan penyebab
penyakit dan bukan sebaliknya.14

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi mikrobiota usus pada bayi prematur


Berbagai aspek mempengaruhi perluasan usus mikrobiota pada bayi prematur, dari
kehamilan sampai sesudah lahir. Sejak janin dalam kandungan, perkembangan usus
mikrobiota dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pengaruh
genetik sedangkan faktor eksternal faktor termasuk faktor ibu, cara kelahiran, pemberian

14
makan jenis, penggunaan antibiotik, dan faktor lingkungan. Infeksi intrauterin atau disbiosis
dapat menyebabkan kelahiran prematur. Hal ini didukung oleh temuan mikroba komensal
vagina dalam cairan ketuban prematur bayi yang ibunya mengalami infeksi intraamnion.
Infeksi ascending dari saluran genital bawah adalah penyebab utama penyebab kejadian ini.9

Daerah dorsal kantung kuning telur berkembang menjadi usus sejak 22 hari setelah
pembuahan. Lima minggu setelah pembuahan, perut berkembang. Dalam 20 minggu setelah
pembuahan, usus berkembang dengan baik. Cairan ketuban yang mengelilingi janin ditelan
oleh janin mulai dari 10 minggu setelah pembuahan. Cairan ketuban terdiri dari urin janin,
cairan paru yang disekresikan, cairan transmembran, sekret bukal, pertumbuhan regulator,
hormon, protein modulasi kekebalan, dan konstituen mikroba. Selain itu, mikroba ibu juga
disarankan untuk mempengaruhi ususmikrobiota dengan dipindahkan ke cairan ketuban.13

Aspek ibu misalnya, merokok, obesitas, penggunaan antibiotik, dan diet, akan
mempengaruhi usus mikrobiota bayinya. Diet tinggi lemak terkait dengan kurang beragam
mikrobiota usus sementara diet buah tinggi meningkat kolonisasi Streptococcus dan
Clostridium. Ibu dengan obesitas terkait dengan dysbiosis mikrobiota usus yang tinggi tingkat
Staphylococcus dan Bacteroides diidentifikasi. Demikian pula, ibu dengan diabetes mellitus
menunjukkan tingkat yang tinggi Proteobacteria dan tingkat Firmicutes yang rendah,
Bacteroides, dan Acinetobacter di usus bayi mereka mikrobiota. Hal ini diyakini
mempengaruhi bayi baru lahir, termasuk bayi prematur, sindrom metabolik, dermatitis atopik,
dan alergi di masa kecil mereka. 14

Setelah lahir, ada berbagai faktor empengaruhi mikrobiota usus neonatus yaitu, usia,
genetika, diet, penggunaan antibiotik, cara lahir, makan, dan lingkungan. Faktor lingkungan
termasuk paparan rumah tangga dari hewan berbulu dan saudara kandung sebagai serta lokasi
geografis.13

Cara lahir yang berbeda berbeda dengan bayi yang baru lahir mikrobiota usus.
Kelahiran pervaginam akan mengekspos bayi yang baru lahir untuk mikroorganisme di jalan
lahir, seperti: Lactobacillus. Bacteroides fragilis juga paling sering diidentifikasi pada bayi
yang dilahirkan dengan persalinan pervaginam. Ini mikroorganisme dikaitkan dengan usus
yang lebih beragam mikrobiota dan pematangan yang lebih cepat. operasi caesar bagian (C-
section) bukanlah faktor penentu, tetapi udara, peralatan bedah, bayi lain, dan perawatan
kesehatan pekerja mempengaruhi mikrobiota usus bayi baru lahir. Clostridium difficile,
mikroorganisme umum di rumah sakit, diidentifikasi pada tingkat tinggi pada bayi baru lahir

15
yang lahir dengan C-bagian. Bacteroides diidentifikasi lebih rendah di C-section baru lahir
daripada kelahiran vagina bayi baru lahir karena Bacteroides dikaitkan dengan tinja ibu. Di
Selain itu, operasi caesar juga dikaitkan dengan penundaan kolonisasi dan mikrobiota yang
kurang beragam. Namun, ada adalah mikrobiota usus yang berbeda pada bayi baru lahir yang
lahir dengan C-section elektif dibandingkan dengan C-section darurat, di yang
Bifidobacterium dominan di C-section elektif. Progesteron mempromosikan kolonisasi
Bifidobacterium pada akhir kehamilan sehingga semakin lama bayi dalam kandungan,
semakin pertumbuhan Bifidobacterium yang lebih tinggi.11

3. Mikrobiota usus dan perkembangannya


Konsep sumbu mikrobiota-usus-otak telah dikaji dengan otak yang mempengaruhi
fungsi GI dan sebaliknya. Gangguan perkembangan, khususnya gangguan perkembangan
saraf, terkait dengan dysbiosis dari mikrobiota usus. Ada tiga yang paling umum gangguan
perkembangan saraf terkait dengan dysbiosis misalnya, gangguan spektrum skizofrenia,
spektrum autisme gangguan (Autism Spectrum Disorder/ASD), dan perhatian defisit
hiperaktif gangguan (Attention Deficit Hyperactivity Disorder/ADHD). Ada level yang lebih
tinggi dari Actinobacteria dan Bifidobacterium pada pasien ADHD dibandingkan dengan
kontrol yang sehat. Pada bayi prematur dengan ASD, Bifidobacterium, Clostridium,
Bacteroidetes, Firmicutes, dan Proteobacteria diidentifikasi sebagai mikrobiota usus dominan
dengan tingkat yang lebih tinggi secara signifikan SCFA meskipun temuan tidak konsisten
dalam beberapa penelitian. Hasil yang tidak konsisten ini mungkin disebabkan oleh variasi
diet dan penggunaan antibiotik pada pasien ASD. Untuk skizofrenia, kelahiran prematur, dan
disbiosis sangat tinggi berkorelasi dengan gangguan ini. Brucellaceae tingkat tinggi,
Halothiobacillaceae, Lactobacillaceae, dan Micrococcineae diikuti oleh tingkat rendah
Veillonellaceae diamati pada pasien dengan psikosis episode pertama.11

Disbiosis pada bayi prematur akan mempengaruhi perkembangan otak awal. Sebagai
mikrobiota usus diketahui memodulasi sistem kekebalan tubuh, dysbiosis dapat
mengakibatkan modifikasi histon dan metilasi DNA bawaan yaitu sel limfoid. Respon imun
yang berubah ini menginduksi peradangan saraf di otak. Selain itu, SCFA dihasilkan oleh
mikroba diduga mempengaruhi perkembangan berbagai kondisi neurologis misalnya,
penyakit Parkinson, penyakit Huntington, dan penyakit Alzheimer. Mikrobiota usus juga
menginduksi produksi neuromodulator dan neurotransmitter, seperti serotonin oleh
Escherichia, Enterococcus, dan Streptokokus. Selain itu, mikrobiota usus mengirimkan sinyal
ke saraf vagal, di mana dysbiosis dapat menyebabkan depresi dan kecemasan. Pada bayi

16
prematur, disbiosis usus mikrobiota bersama dengan penghalang darah-otak prematur (Blood-
Brain Barrier/BBB) mempengaruhi integritas BBB, fungsi, dan perkembangan.15

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Chawanpaiboon S et al. Global, regional, and national estimates of levels of pretern


birth in 2014: a systemic review and modelling analysis. Lancet Glob Heal.
2019;7:e37–46.
2. Widodo AD. How Gut Microbiota Supports Immunity, Growth and Development of
Preterm Infants: A Narrative Review. Amerta Nutr. 2021;14–20.
3. Turroni F et al. The Infant Gut Microbiome as a Microbial Organ Influencing Host
Well-being. Ital J Pediart. 2020;46:16.
4. Tauchi H et al. Gut Microbiota development of Preterm Infants Hospitalised in
intensive care units. Benef Microbes. 2019;10 (6):641–51.
5. Huang Y et al. Neonatal outcome of small for gestational age infants born at 26–33
weeks’ gestation in Chinese neonatal intensive care units. Transl Pediatr.
2021;10:754–64.
6. Tremblay G et al. Body Composition in Very Preterm Infants: Role of Neonatal
Characteristics and Nutrition in Achieving Growth Similar to Term Infants.
Neonatology. 2019;111:214–21.
7. Eshete, A. Alemu, A. and Zerfu TA. Magnitude and Risk of Dying among Low Birth
Weight Neonates in Rural Ethiopia: A Community Based Cross-Sectional Study. Int J
Pediatr. 2019;1–8.
8. Rinawati, Rohsiswatma R. Neonatal outcome of small for gestational age infants born
at 26–33 weeks’ gestation in Chinese neonatal intensive care units. 2019. 21:262–70.
9. Rohsiswatmo R. Nutritional Management and Recommendation for Preterm Infants: A
Narrative Review. Amerta Nutr. 2021;5(1SP):1.
10. Ocviyanti D and W. Neonatal outcome of small for gestational age infants born at 26–
33 weeks’ gestation in Chinese neonatal intensive care units. J Pregnancy. 2018;1–9.
11. Syahniar R, Suri AA. Profil Mikrobiota ASI dan Perannya terhadap Saluran Cerna
Bayi. Muhammadiyah J Nutr Food Sci. 2020;1(1):8.
12. Granger C. et al. Maternal Breastmilk, Infant Gut Microbiome and The Impact on
preterm Infant Health. Acta Peadiart Int J Paediart. 2021;110:450–7.
13. Munasir Z. The Roles of Prebiotics on Impaired Immune System in Preterm Infants: A
Narrative Literature Review. Amerta Nutr. 2021;5(1SP):21.
14. Ranuh R, Hegar B. Bifidobakterium dan Kesehatan Saluran Cerna Anak. Sari Pediatr.
18
2020;22(3):190.
15. Sitorus NL, Dilantika C, Basrowi RW. Perspective of Indonesian Pediatricians on the
Role of Prebiotic- Supplemented Formula towards Immunity, Growth and
Development in Preterm Infants: A Preliminary Data. Amerta Nurt. 2021;34–42.

19

Anda mungkin juga menyukai