Disusun Oleh:
dr. Fatimah Zahara
Pembimbing:
Dr.dr.Dora Darussalam,Sp.A(K)
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Microbiota-Gut Axis Pada bayi Premature ” karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah
satu tugas menjalani Program Pendidikan Dokter spesialis Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala.
Selama penyelesaian karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan,
dan arahan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terimakasih
kepada Dr.dr.Dora Darussalam Sp.A(K) yang telah meluangkan banyak waktu untuk
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada keluarga, sahabat, dan rekan-rekan yang
telah memberikan motivasi dan doa dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam karya tulis ilmiah ini.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca
sekalian demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Harapan penulis semoga karya tulis
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan umumnya dan profesi
kedokteran khususnya. Semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya
bagi kita semua.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................2
2.1 Microbiota Gut Axis..................................................................................................2
2.1.1 Definisi Gut Axis..................................................................................................2
2.2 Bayi Prematur............................................................................................................3
2.2.1 Definisi.................................................................................................................3
2.2.2 Klasifikasi Bayo Premtur.....................................................................................3
2.2.3 Etiologi dan faktor risiko.....................................................................................5
2.2.4 Tanda dan Gejala.................................................................................................6
2.2.5 Patofisologi..........................................................................................................7
2.2.6 Masalah yang terjadi...........................................................................................8
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................12
2.2.8 Tatalaksana........................................................................................................13
2.3 Microbiota Gut Axis pada Bayi Prematur............................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
v
BAB I
PENDAHULUAN
Insiden kelahiran prematur telah meningkat di seluruh dunia dan merupakan salah
satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Meskipun kemajuan terbaru dalam
perawatan intensif neonatal telah meningkatkan kelangsungan hidup bayi yang sangat
prematur (usia kehamilan <28 minggu), jumlah yang selamat dengan morbiditas parah dan
gangguan perkembangan saraf seumur hidup tetap tinggi. 1
Mikrobiota usus, yang merupakan suatu ekosistem kompleks yang terdiri dari
sejumlah besar mikroorganisme, berperan dalam imunitas, pertumbuhan, dan perkembangan
bayi prematur. Disbiosis atau gangguan mikrobiota usus dapat memperberat berbagai
penyakit, seperti alergi atau penyakit autoimun pada bayi prematur.2
Disbiosis pada saluran cerna dapat menyebabkan gangguan sistem imun yang
membuat bayi prematur lebih rentan mengalami infeksi atau bahkan kejadian menyimpang
yang fatal. Selain itu, pertumbuhan dan perkembangan juga dapat terganggu serta terjadi
berbagai kelainan neurologi dan psikiatri. Air Susu Ibu (ASI) adalah salah satu sumber
prebiotik yang dapat menstimulasi pertumbuhan Bifidobactericeae dan Bacteroidetes.
Apabila ASI tidak adekuat atau tidak dapat diberikan, intervensi yang direkomendasikan
untuk memperbaiki mikrobiota usus pada bayi prematur adalah pemberian suplemen
probiotik, prebiotik, atau keduanya (sinbiotik). Pemberian prebiotik dan probiotik
berhubungan dengan rendahnya morbiditas dan mortalitas pada bayi prematur, serta dengan
lebih singkatnya lama rawat di rumah sakit dan lebih singkatnya waktu hingga pemberian
makanan enteral penuh dapat dilakukan.2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Adanya hubungan antara usus dan otak ditandai dengan triliunan mikroba di dalam
usus yang dapat membuat bahan kimia lain sehingga memengaruhi cara kerja otak. Mikroba
usus ini menghasilkan banyak asam lemak rantai pendek (SCFA), seperti butirat, propionat,
dan asetat. Asam lemak rantai pendek (SCFA) dibuat dengan cara mencerna serat. SCFA ini
dapat memengaruhi fungsi otak dengan berbagai cara atau perilaku. Misalnya, dengan
mengirim sinyal dalam tubuh untuk mengurangi nafsu makan. Mikroba usus juga bertugas
memetabolisme asam empedu dan asam amino untuk menghasilkan bahan kimia lain yang
dapat memengaruhi otak. 2
Bayi prematur terutama yang lahir dengan usia kehamilan <32 minggu, mempunyai
risiko kematian 70 kali lebih tinggi,karena mereka mempunyai kesulitan untuk beradaptasi
dengan kehidupan di luar rahim akibat ketidakmatangan sistem organ tubuhnya seperti paru-
paru, jantung, ginjal, hati dan sistem pencernaannya.5
2
Kata prematur juga sering digunakan untuk menunjukkan imaturitas atau berat badan
lahir rendah (BBLR). Umumnya kehamilan disebut cukup bulan bila berlangsung antara 37-
41 minggu dihitung dari hari pertama siklus haid terakhir pada siklus 28 hari. Sedangkan
persalinan yang terjadi sebelum usia kandungan mencapai 37 minggu disebut dengan
persalinan prematur.6
Bayi prematur atau bayi preterm merupakan bayi dengan berat badan saat lahir kurang
dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan yang ditimbang pada saat bayi baru lahir
sampai dengan 24 jam pertama saat lahir.7
a) Preterm infant (prematur) atau bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan
kurang dari 37 minggu (259) hari.
b) Term infant atau bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37
minggu sampai dengan 42 minggu (259- 293) hari.
c) Post term atau bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 42
minggu atau lebih (294) hari atau lebih. 1
3
2. Bayi prematur sedang
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran prematur dapat
disebabkan oleh beberapa factor yaitu sebagai berikut :
a. Faktor Ibu
Faktor ibu merupakan hal yang dominan dalam mempengaruhi kejadian prematur,
faktor-faktor tersebut di antaranya adalah:
4
5. Ibu yang menderita penyakit seperti penyakit akut dengan gejala panas tinggi
(misal: thypus abdominalis, dan malaria) dan penyakit kronis (misal: TBC,
penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal).
6. Trauma pada masa kehamilan.
7. Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotika, rokok dan alkohol).
8. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
9. Bekerja yang terlalu berat.
10. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
b. Faktor Janin
1. Kehamilan ganda.
2. Hidramnion.
3. Ketuban pecah dini.
4. Cacat bawaan.
5. Kelainan kromosom.
6. Infeksi (misal: rubella, sifilis, toksoplasmosis).
7. Insufensi plasenta.
8. Inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan darah A, B dan
O).
9. Infeksi dalam rahim.
c. Faktor Lain Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu :
5
2.2.4 Tanda dan Gejala Bayi Prematur
Menurut Rukiyah dan Yulianti (2012), ada beberapa tanda dan gejala yang dapat
muncul pada bayi prematur antara lain adalah sebagai berikut :
Penyebab terjadinya kelahiran prematur belum diketahui secara jelas. Data statistik
menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang memiliki sosial ekonomi
rendah. Kejadian ini kurangnya perawatan pada ibu hamil karena tidak melakukan antenatal
care selama kehamilan.5
Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi pada uterus, dan
komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus kelahiran bayi prematur. Ibu hamil
dengan usia yang masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan mengkomsumsi alhohol
juga dapat menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor tersebut juga dapat mengakibatkan
terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa bayi untuk keluar sebelum waktunya.
6
Karena bayi lahir sebelum masa gestasi yang cukup maka organ tubuh bayi belum matur
sehingga bayi lahir prematur memerlukan perawatan yang sangat khusus untuk
memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar.8
Bayi prematur juga relatif kurang mampu untuk bertahan hidup karena struktur
anatomi dan fisiologi yang imatur dan fungsi biokimianya belum bekerja seperti bayi yang
lebih tua. Kekurangan tersebut berpengaruh terhadap kesanggupan bayi untuk mengatur dan
mempertahankan suhu badannya dalam batas normal. Bayi berisiko tinggi lain juga
mengalami kesulitan yang sama karena hambatan atau gangguan pada fungsi anatomi,
fisiologi, dan biokimia berhubungan dengan adanya kelainan atau penyakit yang diderita.
Bayi prematur atau imatur tidak dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
karena pusat pengatur suhu pada otak yang belum matur, kurangnya cadangan glikogen dan
lemak coklat sebagai sumber kalori. Tidak ada atau kurangnya lemak subkutan dan
permukaan tubuh yang relatif lebih luas akan menyebabkan kehilangan panas tubuh yang
lebih banyak.
Respon menggigil bayi kurang atau tidak ada, sehingga bayi tidak dapat
meningkatkan panas tubuh melalui aktivitas. Selain itu kontrol reflek kapiler kulit juga masih
kurang (Tanto, 2014).
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), terdapat beberapa masalah yang dapat
terjadi pada bayi prematur baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Masalah
jangka pendeknya antara lain adalah sebagai berikut :
1. Hipoterm: terjadi karena sedikitnya lemak tubuh pada bayi prematur dan pengaturan
suhu tubuh bayi yang belum matang.
2. Hipoglikemia merupakan kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah
pada bayi yaitu kurang dari 45 mg/dL. Gula darah berfungsi sebagai makanan otak
dan membawa oksigen ke otak. Jika asupan glukosa kurang, maka dapat
menyebabkan sel-sel saraf di otak mati dan dapat mempengaruhi kecerdasan bayi
7
kelak. Oleh karena itu bayi prematur membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah
lahir dan minum sering atau setiap 2 jam.
3. Hiperglikemia sering terjadi pada bayi sangat prematur karena mendapat cairan
glukosa berlebihan secara intravena.
4. Masalah pemberian ASI terjadi karena ukuran tubuh bayi yang kecil, dan keadaan
bayi yang kurang energi, lemah serta lambungnya yang kecil dan tidak dapat
mengisap. 9
1. Gangguan imonologik. Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena kadar
IgG maupun gamma globulin yang rendah. Bayi prematur belum sanggup membentuk
antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi yang belum baik.
2. Kejang saat dilahirkan Kejang dapat terjadi karena infeksi sebelum lahir (prenatal),
perdarahan intrakranial atau akibat vitamin B6 yang dikonsumsi ibu.
3. Ikterus (kadar bilirubin yang tinggi)
4. Bayi prematur menjadi kuning lebih awal dari pada bayi cukup bulan pada umumnya.
5. Gangguan pernafasan, antara lain sebagai berikut :
C. Retrolental fibroplasia Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur yang disebabkan oleh
gangguan oksigen yang berlebihan. Kelainan ini sering terjadi pada bayi prematur dengan
berat badan kurang dari 2000 gram dan telah mendapat oksigen dengan konsentrasi tinggi
atau lebih dari 40%.
8
D. Gangguan sistem peredaran darah, antara lain sebagai berikut Masalah perdarahan
Perdarahan pada bayi yang lahir prematur dapat disebabkan karena kekurangan faktor
pembekuan darah atau karena faktor fungsi pembekuan darah yang abnormal atau
menurun.
E. Anemia pada bayi prematur dapat terjadi lebih dini karena disebabkan oleh supresi
eritropoesis pasca lahir, persediaan zat besi janin yang sedikit, serta bertambah besarnya
volume darah sebagai akibat pertumbuhan yang lebih cepat.
F. Gangguan jantung yang sering ditemui pada bayi prematur adalah patent ductus ateriosus
(PDA) yang menetap sampai bayi berumur 3 hari, terutama pada bayi dengan penyakit
membran hialin. Gangguan jantung lain yang sering terjadi pada bayi prematur adalah
defek septum ventrikel yang sering dialami oleh bayi prematur dengan berat badan
kurang dari 2500 gram dan masa gestasinya kurang dari 34 minggu.
G. Gangguan pada otak yang dapat terjadi pada bayi prematur adalah intraventricular
hemorrhage, yaitu perdarahan intrakranial yang dapat mengakibatkan masalah neurologis,
seperti gangguan mengendalikan otot, keterlambatan perkembangan, dan kejang. Selain
itu, bayi juga dapat mengalami periventricular leukomalacia (PVL) yaitu kerusakan dan
pelunakan materi putih (bagian dalam otak yang mentransmisikan informasi antara sel-sel
saraf dan sumsum tulang belakang, juga dari satu bagian otak ke bagian otak yang lain)
yang biasanya terjadi pada bayi dengan masa gestasi kurang dari 32 minggu.
H. Bayi prematur dengan ikterus. Peningkatan kadar bilirubin dalam darah mengakibatkan
perubahan warna kuning pada kulit, membran mukosa, sklera, dan organ lain pada bayi.
I. Kejang. Suatu kondisi yang terjadi pada bayi prematur yang ditandai dengan adanya
tremor dan disertai penurunan kesadaran, terjadi gerakan yang tidak terkendali pada
mulut, mata, dan anggota gerak lain, serta terjadinya kekakuan seluruh tubuh tanpa
adanya rangsangan.
J. Hipoglikemia. Suatu kondisi dimana kadar gula darah bayi yang rendah dan di bawah
normal, yang dapat mengakibatkan bayi menjadi gelisah dan tremor, apatis, kejang,
lemah, letargis, kesulitan makan, keringat banyak, hipertermi bahkan henti jantung.
K. Gangguan cairan dan elektrolit, antara lain sebagai berikut :
1. Gangguan eliminasi. Pada bayi prematur dapat terjadi edema dan asidosis metabolik
karena ginjal yang imatur baik secara anatomis maupun fisiologis, kerja ginjal yang
masih belum matang, kemampuan membuang sisa metabolisme dan air yang belum
sempurna, serta produksi urine yang sedikit.
9
2. Distensi abdomen. Kelainan ini berkaitan dengan usus bayi akibat dari motilitas usus
yang berkurang, volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung
bertambah, daya untuk mencerna dan mengabsorbsi zat lemak, laktosa, vitamin, yang
larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang. Kerja dari sfingter
kardioesofagus yang belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi
lambung ke esofagus dan mudah terjadi aspirasi.
3. Gangguan pencernaan. Saluran pencernaan pada bayi prematur masih belum
berfungsi dengan sempurna sehingga penyerapan nutrisi masih lemah dan kurang
baik. Aktifitas otot pencernaan masih belum sempurna yang mengakibatkan
pengosongan lambung menjadi berkurang. Bayi prematur mudah kembung karena
stenosis anorektal, atresia ileum, peritonitis meconium, dan mega colon.
4. Gangguan elektrolit. Cairan yang diperlukan tergantung dari masa gestasi, keadaan
lingkungan, dan penyakit bayi. Kebutuhan cairan sesuai dengan kehilangan cairan
insensibel, cairan yang dikeluarkan ginjal dan pengeluaran cairan yang disebabkan
oleh keadaan lain. Pada bayi prematur gangguan elektrolit dipengaruhi oleh kulit bayi
yang tipis, kurangnya jaringan subkutan dan oleh luasnya permukaan tubuh. 10
1. Penyakit paru kronis pada bayi prematur dapat disebabkan oleh infeksi, kebiasaan ibu
yang merokok selama kehamilan dan radiasi udara lingkungan.
2. Gangguan penglihatan (retinopati) dan pendengaran. Gangguan penglihatan sering
dikeluhkan meskipun telah diberikan terapi oksigen terkendali. Retinopathy of
prematury (ROP) biasanya terjadi pada bayi dengan berat lahir kurang dari 1.500
gram dan masa gestasi kurang dari 30 minggu.
3. Kelainan bawaan (kelainan kongenital) adalah kelainan yang terjadi pada struktur,
fungsi maupun metabolisme tubuh bayi saat dilahirkan. Kelainan kongenital lebih
sering ditemukan pada bayi prematur baik SMK maupun KMK, tapi paling tinggi
pada bayi dengan pertumbuhan intrauterin yang terlambat. Kelainan yang sering
ditemukan adalah kelainan celah bibir atau langit-langit mulut (sumbing), defek
tabung saraf, kelainan jantung, cerebral palsy, clubfoot, dislokasi panggul bawaan,
hipotiroidisme kongenital, fibrosis kistik, defek saluran pencernaan, sindroma down,
fenilketonuria, sindroma X yang rapuh, distrofi otot, anemia sel sabit, penyakit tay-
sachs, sindroma alkohol pada janin. 10
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada bayi prematur dan BBLR adalah sebagai berikut:
11
3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl. Kadar hemoglobin yang rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis yang berlebihan.
4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl pada 1-2 hari, dan 12
gr/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata
40-50 mg/dl dan meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : dalam batas normal pada awal kehidupan.
7. Pemeriksaan analisa gas darah.
8. Penatalaksanaan pada Bayi Prematur 7
12
2.3 Mikcobiota Gut Axis pada Bayi Prematur
Microbiota usus adalah ekosistem mikroba yang rumit yang memiliki banyak varian
dalam sistem pencernaan manusia. Diduga, mikrobiota usus berkontribusi terhadap
perkembangan berbagai penyakit misalnya penyakit menular, penyakit alergi, gangguan
autoimun, gangguan metabolisme, atau kanker kolorektal. Disbiosis, atau komponen
mikrobiota yang terganggu, diduga sebagai faktor pencetus atau pemberat penyakit ini.2
Ada enam filum utama yang menyusun mikrobiota usus, yaitu Actinobacteria,
Bacteroidetes, Firmicutes, Fusobacteria, Proteobacteria, dan Tenericutes. Filum dominan
berbeda antara bayi dan orang dewasa. Pada bayi, Actinobacteria adalah filum dominan
dengan yang paling sering diidentifikasi genus Bifidobacterium. Susu manusia adalah sumber
oligosakarida susu manusia (HMO), prebiotik, yang dapat merangsang pertumbuhan
Bifidobacterium dan Bakteroidat. Namun, HMO pada ibu prematur adalah berbeda dengan
istilah ibu karena faktor genetik, tahap laktasi, diet ibu, dan berat badan ibu yang predisposisi
bayi prematur untuk dysbiosis usus.11,12
Bayi prematur, didefinisikan sebagai bayi yang lahir sebelum kehamilan cukup bulan
(37-40 minggu), sering menderita dysbiosis usus atau ketidakseimbangan mikrobioma usus.
Disbiosis ditentukan melalui studi mikrobioma. Namun, gejala klinis tidak jelas. Ini bisa
menjadi penurunan dalam kekebalan, pertumbuhan, atau perkembangan. Graspeuntner dkk.
melaporkan dysbiosis usus pada 29 dari 31 bayi prematur dengan sepsis awitan lambat. Studi
lain oleh Ho et al. melaporkan peningkatan Gammaproteobacteria pada bayi prematur bayi
dengan puncak kelimpahan 75,5% pada minggu ke-4 bakteri dikaitkan dengan dysbiosis usus
pada bayi prematur bayi. Berbagai faktor mempengaruhi dysbiosis usus ini dan itu dapat
menyebabkan gangguan sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan, dan pengembangan. Sistem
kekebalan adalah sistem perlindungan yang berfungsi melalui tindakan kolaboratif bawaan
dan sistem adaptif. Sampai saat ini belum ada prosedur operasi standar untuk pengelolaan
dysbiosis usus karena studi mikrobioma relatif baru di Indonesia.2
Pertumbuhan adalah peningkatan tubuh bayi pengukuran, termasuk berat dan tinggi
badan, yaitu ditentukan oleh grafik pertumbuhan Fenton untuk bayi prematur. Beberapa
patogenesis gangguan pertumbuhan terkait dengan disbiosis usus. Enterobactericeae tingkat
tinggi adalah ditemukan pada bayi prematur dengan gagal throve. Kegagalan pertumbuhan
13
disebabkan oleh gangguan rantai pendek metabolisme asam lemak (Short-Chain Fatty
Acid/SCFA) dan peningkatan insiden intoleransi makan karena gangguan penghalang fungsi
usus.13
Kolonisasi dan diversitas mikrobiota saluran cerna, terutama saat awal kehidupan
memberikan dampak yang besar terhadap sistem imun sebagai mekanisme pertahanan dan
tolerans, sistem digesti dan absorpsi menghasilkan proses metabolisme yang baik, dan sistem
gut-brain axis untuk memberikan rasa nyaman. Komposisi mikrobiota saluran cerna selalu
berubah pada setiap keadaan karena banyak faktor yang memengaruhinya, termasuk faktor
genetik individu. Gangguan komposisi mikrobiota saluran cerna merupakan penyebab
penyakit dan bukan sebaliknya.14
14
makan jenis, penggunaan antibiotik, dan faktor lingkungan. Infeksi intrauterin atau disbiosis
dapat menyebabkan kelahiran prematur. Hal ini didukung oleh temuan mikroba komensal
vagina dalam cairan ketuban prematur bayi yang ibunya mengalami infeksi intraamnion.
Infeksi ascending dari saluran genital bawah adalah penyebab utama penyebab kejadian ini.9
Daerah dorsal kantung kuning telur berkembang menjadi usus sejak 22 hari setelah
pembuahan. Lima minggu setelah pembuahan, perut berkembang. Dalam 20 minggu setelah
pembuahan, usus berkembang dengan baik. Cairan ketuban yang mengelilingi janin ditelan
oleh janin mulai dari 10 minggu setelah pembuahan. Cairan ketuban terdiri dari urin janin,
cairan paru yang disekresikan, cairan transmembran, sekret bukal, pertumbuhan regulator,
hormon, protein modulasi kekebalan, dan konstituen mikroba. Selain itu, mikroba ibu juga
disarankan untuk mempengaruhi ususmikrobiota dengan dipindahkan ke cairan ketuban.13
Aspek ibu misalnya, merokok, obesitas, penggunaan antibiotik, dan diet, akan
mempengaruhi usus mikrobiota bayinya. Diet tinggi lemak terkait dengan kurang beragam
mikrobiota usus sementara diet buah tinggi meningkat kolonisasi Streptococcus dan
Clostridium. Ibu dengan obesitas terkait dengan dysbiosis mikrobiota usus yang tinggi tingkat
Staphylococcus dan Bacteroides diidentifikasi. Demikian pula, ibu dengan diabetes mellitus
menunjukkan tingkat yang tinggi Proteobacteria dan tingkat Firmicutes yang rendah,
Bacteroides, dan Acinetobacter di usus bayi mereka mikrobiota. Hal ini diyakini
mempengaruhi bayi baru lahir, termasuk bayi prematur, sindrom metabolik, dermatitis atopik,
dan alergi di masa kecil mereka. 14
Setelah lahir, ada berbagai faktor empengaruhi mikrobiota usus neonatus yaitu, usia,
genetika, diet, penggunaan antibiotik, cara lahir, makan, dan lingkungan. Faktor lingkungan
termasuk paparan rumah tangga dari hewan berbulu dan saudara kandung sebagai serta lokasi
geografis.13
Cara lahir yang berbeda berbeda dengan bayi yang baru lahir mikrobiota usus.
Kelahiran pervaginam akan mengekspos bayi yang baru lahir untuk mikroorganisme di jalan
lahir, seperti: Lactobacillus. Bacteroides fragilis juga paling sering diidentifikasi pada bayi
yang dilahirkan dengan persalinan pervaginam. Ini mikroorganisme dikaitkan dengan usus
yang lebih beragam mikrobiota dan pematangan yang lebih cepat. operasi caesar bagian (C-
section) bukanlah faktor penentu, tetapi udara, peralatan bedah, bayi lain, dan perawatan
kesehatan pekerja mempengaruhi mikrobiota usus bayi baru lahir. Clostridium difficile,
mikroorganisme umum di rumah sakit, diidentifikasi pada tingkat tinggi pada bayi baru lahir
15
yang lahir dengan C-bagian. Bacteroides diidentifikasi lebih rendah di C-section baru lahir
daripada kelahiran vagina bayi baru lahir karena Bacteroides dikaitkan dengan tinja ibu. Di
Selain itu, operasi caesar juga dikaitkan dengan penundaan kolonisasi dan mikrobiota yang
kurang beragam. Namun, ada adalah mikrobiota usus yang berbeda pada bayi baru lahir yang
lahir dengan C-section elektif dibandingkan dengan C-section darurat, di yang
Bifidobacterium dominan di C-section elektif. Progesteron mempromosikan kolonisasi
Bifidobacterium pada akhir kehamilan sehingga semakin lama bayi dalam kandungan,
semakin pertumbuhan Bifidobacterium yang lebih tinggi.11
Disbiosis pada bayi prematur akan mempengaruhi perkembangan otak awal. Sebagai
mikrobiota usus diketahui memodulasi sistem kekebalan tubuh, dysbiosis dapat
mengakibatkan modifikasi histon dan metilasi DNA bawaan yaitu sel limfoid. Respon imun
yang berubah ini menginduksi peradangan saraf di otak. Selain itu, SCFA dihasilkan oleh
mikroba diduga mempengaruhi perkembangan berbagai kondisi neurologis misalnya,
penyakit Parkinson, penyakit Huntington, dan penyakit Alzheimer. Mikrobiota usus juga
menginduksi produksi neuromodulator dan neurotransmitter, seperti serotonin oleh
Escherichia, Enterococcus, dan Streptokokus. Selain itu, mikrobiota usus mengirimkan sinyal
ke saraf vagal, di mana dysbiosis dapat menyebabkan depresi dan kecemasan. Pada bayi
16
prematur, disbiosis usus mikrobiota bersama dengan penghalang darah-otak prematur (Blood-
Brain Barrier/BBB) mempengaruhi integritas BBB, fungsi, dan perkembangan.15
17
DAFTAR PUSTAKA
19