Penyusun :
Kelompok 3/ 2C Gizi
Dosen Pengajar:
Hesti Atasasih, STP, MKM.
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya laporan hasil praktikum yang berjudul Probiotik dan Prebiotik ini dapat
selesai dengan baik dan tepat waktu.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Hesti Atasasih, STP, MKM. selaku dosen
pengampu mata kuliah Teknologi Pangan. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada
pihak yang telah membantu diselesaikannya laporan hasil praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat terbuka untuk perbaikan penulisan
laporan kedepannya.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
Produk probiotik dan prebiotik telah dikenal sebagai salah satu jenis pangan
fungsional yang bermanfaat bagi kesehatan saluran pencernaan. Probiotik mengacu pada
pangan yang mengandung organisme hidup yang diyakini mengandung manfaat bagi yang
mengkonsumsinya (Fooks et al., 1999). Prebiotik didefinisikan sebagai substrat bahan pangan
yang tidak dapat dicerna oleh manusia namun dapat dimanfaatkan secara spesifik oleh
mikroflora kolon dan menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas bakteri yang bermanfaat bagi
kesehatan manusia. Salah satu jenis komoditas pertanian yang mengandung sumber prebiotik
adalah bengkuang.
TINJAUAN PUSTAKA
2. Pengertian Prebiotik
Prebiotik adalah senyawa natural dalam makanan yang tidak dapat dicerna
usus, berfungsi sebagai suplemen untuk mendorong pertumbuhan mikroorganisme
baik dalam sistem pencernaan. Prebiotik bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan
pencernaan dan berpotensi meningkatkan penyerapan kalsium. Yang termasuk
prebiotik adalah fruktooligosakaarida seperti inulin dan galaktooligosakarida. Sumber
prebiotik ada di sekitar kita, yaitu: pisang, bawang merah, bawang putih, daun
bawang, asparagus, artichoke, kedelai dan gandum, buah-buahan, kacang polong-
polongan, serta bawang prei.
3. Antibiotik Alternatif
Antibiotik sudah dilarang penggunaannya di Eropa sejak tahun 2016 karena
efek negatif dari antibiotik baik pada manusia maupun pada ternak yaitu dapat
meningkatkan rersistensi mikroorganisme dalam tubuh terhadap antibiotik. Selain itu
pemakaian antibiotik yang tidak terkontrol dapat meningalkan residu antibiotic pada
produk hasil ternak (susu dan daging) sehingga dapat membahayakan konsumen yang
mengkonsumsinya. Pengurangan penggunaan antibiotik pada ternak hanya dapat
dicapai jika strategi antimikroba alternatif telah tersedia. Pemberian mikroorganisme
hidup/probiotik yang menguntungkan usus dapat menjadi antibiotik alternatif.
4. Probiotik selain memproduksi asam laktat, asam asetat, hidrogen peroksida,
laktoperoksidase, lipopolisakarida, dan beberapa antimikrobial lainnya, juga
menghasilkan bakteriosin. Probiotik dapat memproduksi bakteriosin untuk melawan
bakteri pathogen yang bersifat selektif hanya terhadap beberapa strain patogen.
Bakteriosin merupakan salah satu subjek perhatian yang berpotensi sebagai antibiotik
alternatif atau pengganti antibiotik baik pada ternak maupun manusia dan membunuh
bakteri patogen pada saluran pencernaan, di samping juga dapat dijadikan bahan
pengawet alami pada bahan pangan atau pakan (Tamime dan Marshall, 2002).
Seperti halnya dengan manfaat probiotik yang masih dalam penelitian, efek
samping dari penggunaan probiotik juga masih dalam proses penelitian. Namun
sampai saat ini efek samping probiotik bagi tubuh masih sangat jarang dilaporkan.
Pada orang sehat, dosis tinggi dari probiotik ini tidak memiliki efek samping yang
berarti. Walau demikian ada ditemukan beberapa efek samping dari penggunaan
probiotik. Beberapa efek samping yang mungkin muncul diantaranya adalah:
1. Perut kembung kerena rasa asam yang dihasilkan oleh probiotik
2. Diare
3. Sakit perut
4. Sakit kepala
5. Infeksi
2.3.2 Dampak Dari Pangan Fungsional Probiotik
2. Pemberian 20g FOS kepada 96 pasien penderita IBS (irritable bowel syndrome)
tidak menunjukkan perubahan yang signifikan selama 4-6 minggu. Gejala-gejala yang
dialami adalah abdominal distension, abdominal rumbling, abnormal flatulence dan
abdominal pain. Perawatan dilakukan terus dengan pemberian FOS sebanyak 20 g
secara berkala selama 12 minggu menunjukkan proses penyembuhan secara perlahan,
hal ini dikarenakan tubuh pasien sudah dapat beradaptasi dengan baik terhadap
pengaruh FOS. (Olesen dan Hoyer, 2000)
Tempe merupakan produk hasil fermentasi kedelai yang sudah lama dikenal di
Indonesia. Faktor terpenting dalam pembuatan tempe adalah inokulum atau laru
yang mengandung kapang Rhizopus sp. Jenis kapang yang berperan dalam
fermentasi tempe adalah R. oligosporus dan R. oligopsorus dan kapang lain seperti
R. stolonifer dan R. arrhizus. Inokulum tempe digunakan sebagai agensia pengubah
kedelai yang telah mengalami proses perebusan dan perendaman menjadi tempe
(Hidayat et al. 2009). Tahap pengolahan kedelai menjadi tempe meliputi secara
umum terdiri dari tahap perebusan ke 1, pengupasan, perendaman dan pengasaman,
perebusan ke 2, pematusan air, inokulasi menggunakan ragi tempe, pembungkusan
dan fermentasi. Beberapa faktor dalam proses pengolahan diperkirakan mempunyai
pengaruh yang sangat nyata (signifikan) terhadap kualitas tempe, faktor-faktor
tersebut antara lain perebusan, ruang fermentasi, kadar air kedelai, pematusan air,
kelembaban ruang fermentasi, suhu fermentasi, lama fermentasi, rak fermentasi dan
jenis bahan pembungkus (plastik, pelepah pisang, daun pisang, dan kertas)
(Mujianto, 2013).
Ragi tempe merupakan sediaan fermentasi atau dikenal dengan stater yang
mengandung mikroorganisme yang mempunyai peran penting dalam fermentasi
tempe, mikroorganisme tersebut berasal dari jenis kapang Rhizopus diantaranya
Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzhae, dan Rhizopus stolonifer (Mujianto, 2013).
Inokulum tempe yang telah dikenal oleh masyarakat saat ini adalah usar dan
inokulum bubuk buatan LIPI. Usar merupakan inokulum tempe yang dibuat dari
kedelai yang telah diberi ragi dan diletakkan diantara dua lapis daun waru. Dalam
pembuatan usar, proses pengeringannya dilakukan di tempat terbuka sehingga
jumlah bakteri kontaminan pada usar lebih banyak dibandingkan inokulum bubuk.
Penentu kualitas ragi adalah konsentrasi spora yang aktif karena hal ini dapat
mempengaruhi kemampuan ragi dalam memfermentasi kedelai. Konsentrasi
mikroorganisme pada media fermentasi akan mempengaruhi jumlah sel yang hidup
dan aktif. Oleh karena itu perlu diketahui berapa konsentrasi kultur murni yang
terbaik untuk pembuatan inokulum tempe (Hidayat et al. 2009).
2. Yogurth
Yoghurt adalah satu dari ragam produk kreasi makanan yang tercipta dari susu
melalui cara fermentasi dengan memakai campuran biakan inokulum Lactobacillus
bulgaricus serta Streptococcus thermophilus. Yoghurt memiliki kandungan
komponen seperti vitamin B12, vitamin B6, riboflavin, mineral, lemak dan protein.
Pun yoghurt memiliki unsur nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan susu segar
sebagai komponen utamanya, sebab total padatan yang terdapat didalam yoghurt
melonjak naik sehingga kandungan zat-zat gizi lainnya juga ikut meningkat naik.
Tidak hanya itu, yoghurt juga cocok untuk pengidap Lactoseintolerance (tidak
dapat mengkonsumsi laktosa). Yoghurt ialah minuman yang baik untuk kesehatan
pencernaan, berguna berfungsi menambah bioavailabilitas nutrisi pun berguna
meningkatkan kekebalan dalam tubuh.
Kulit buah naga masih tidak dimaslahatkan menjadi kreasi olahan yang
memiliki nilai ekonomi, disaat kulit buah naga mempunyai berat antara 30- 35%
dari berat keseluruhan buah naga. Minimnya pemanfaatan kulit buah naga ini
begitu disayangkan sebab kulit buah naga mempunyai kandungan nutrisi-nutrisi
seperti serat pangan, protein, lemak dan karbohidrat. Kulit buah naga juga masih
mengandung fruktosa, maltosa serta glukosa. Kandungan gula ini yang selanjutnya
akan dipecah dan diubah oleh bakteri asam laktat membentuk asam laktat melewati
proses hidrolisis glukosa dan berakhir menjadi yoghurt. Fermentasi merupakan
sebuah skema mekanisme perubahan kimiawi, dimulai dari senyawa kompleks
menjadi senyawa lebih sederhana dengan menggunakan bantuan enzim yang
diciptakan melalui mikroorganisme. Mekanisme tersebut nantinya menyebabkan
terciptanya penguraian senyawa-senyawa organik guna menciptakan energi.
Tujuan utama dari fermentasi yaitu guna menambah waktu daya simpan susu sebab
mikroorganisme sukar untuk tumbuh berkembang dalam suasana yang masam dan
kondisi lingkungan yang kental.
3. Sauerkraut
Sauerkraut adalah kubis atau kol asam yang dihasilkan dari fermentasi alami
oleh bakteri dengan adanya 2 sampai 3 persen garam. Penambahan garam
membatasi aktivitas bakteri gram negatif, sedangkan pertumbuhan bakteri asam
laktat akan meningkat. Bakteri asam laktat yang dominan yang terlibat dalam
produksi sauerkraut adalah Leuconostoc mesenteroides, Leuconostoc fallax dan
Lactobacillus plantarum. Aktivitas Leuconostoc berhenti ketika konten asam
meningkat dari 0,7 hingga 1 persen. Keasaman total akhir umumnya 1,6-1,8%
dengan asam laktat pada 1,0-1,3% dan pH dalam kisaran 3,1-3,7. Tahap akhir
produksi sauerkraut dipengaruhi oleh L. plantarum dan L. brevi. Pediococcus
cerevisiae dan Enterococcus faecalis juga dapat berkontribusi untuk
pengembangan produk. Bakteri asam laktat berguna dalam memproduksi makanan
fermentasi seperti yoghurt, acar dan juga digunakan sebagai probiotik. Satu-
satunya bahan dalam sauerkraut adalah kubis atau kol. Kubis dan kol kaya akan
vitamin (C dan K), meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan memiliki efek
menguntungkan lainnya.
2.) Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu sampel kacang kedelai,
ragi, kubis, sawi, lobak, wortel, garam, air, sari buah naga 20 ml, susu 100 ml,
plan yogurt 3 ml
3.1 Tempe
Perebusan kacang
kedelai selama 30 menit
Proses pengeringan
- kacang kedelai
- Pengemasan kacang
kedelai dan pembuatan
lubang udara pada
kemasan sebelum
dilakukan penyimpanan
- Penyimpanan kacang
kedelai selama di dalam
tempat minim cahaya
3.2 Sauerkraut
Proses penimbangan
bahan sauerkraut,
selanjutnya bahan bahan
dibagi ke dalam 3 wadah
percobaan
Percobaan 1 penambahan
- garam sebanyak 0,5%
pada bahan lalu diaduk
hingga merata
- Percobaan 2 penambahan
- garam sebanyak 1% pada
bahan lalu diaduk hingga
merata
Percobaan 3 penambahan
garam sebanyak 1,5%
- pada bahan lalu diaduk
hingga merata
Lalu kemas masing
masing sampel didalam
ketiga wadar yang
berbeda. Lalu, lakukan
penyimpanan selama 24
jam.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Tempe
Proses pembuatan tempe meliputi tahapan sortasi dan pembersihan biji, hidrasi atau
fermentasi asam, penghilangan kulit dapat dilakukan setelah biji mengalami hidrasi,
dengan cara direbus atau direndam, penghilangan kulit biji memudahkan pertumbuhan
jamur. Proses penirisan, tahapan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam biji
dan menurunkan suhu biji sampai sesuai dengan kondisi pertumbuhan jamur, air yang
berlebihan dalam biji dapat menyebabkan penghambatan pertumbuhan jamur dan
menyebabkan pembusukan. Setelah penirisan, dilanjutkan dengan peragian. Lalu
dilanjutkan dengan pengemasan padadaun pisang dan plastic yang diberi lubang atau
ditoreh agar oksigen bisa masuk. Inkubasi dilakukan pada suhu kamar 25-37°C selama
36-48 jam. Selama inkubasi terjadi proses fermentasi yang menyebabkan perubahan
komponen-komponen dalam biji kedelai dengan syarat tempat yang dipergunakan untuk
inkubasi kedelai adalah kelembapan, kebutuhan oksigen dan suhu yang sesuai dengan
pertumbuhan jamur.
Proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur Rhizopus spi menghasilkan energi.
Energi tersebut Sebagian ada yang dilepaskan oleh jamur Rhizopus sp sebagai eenrgi
panas. Energi panas itulah yang menyebabkan perubahan suhu selama proses inkubasi
tempe. Selain terjadi perubahan suhu, selama proses inkubasi tempe juga terjadi
perubahan warna, dan munculnya titik-titik air yang dapat diamati pada permukaan dalam
plastic pembungkus tempe. Pada awal pengamatan, kedelai pada tempe seperti berselimut
kapas yang putih. Tetapi dengan bertambahnya masa inkubasi, mulai muncul warna hitam
pada permukaan.
Perubahan warna ini menunjukkan adanya reaksi kimia pada proses inkubasi. Jamur
Rhizopus sp tergolong makhluk hidup. Oleh karena itu ia juga melakukan repsirasi.
Respirasi merupakan reaksi kimia atau perubahan kimia. Salah satu zat yang dilepaskan
dari peristiwa respirasi adalah gas karbondioksida dan uap air. Uap air itulah yang
menyebabkan permukaan dalam plastik pembungkus tempe basah oelh titik-titik air.
Sebuah reaksi kimia tidak selalu menunjukkan seluruh ciri reaksi tersebut. Selain itu,
pada bagian yang berwarna kehitaman ataupun bagian yang lembek atau tidak memadat,
itu disebabkan oleh pemberian ragi yang tidak merata, penyimpanan kedelai yang
melebihi batas waktu, suhu yang tidak sesuai juga dapat menyebabkan bagian tempe
mengalami pembusukan.
5.2 Sauerkraut
Setelah dilakukan pembuatan sauerkraut dengan metode sesuai dengan penuntun,
maka kelompok kami melakukan uji organoleptik dengan menilai rasa, warna, aroma, dan
tekstur dari sauerkraut. Uji organoleptik dilakukan oleh 4 panelis (anggota kelompok 4)
dengan memberikan penilaian terhadap rasa, warna, aroma, dan tekstur sauerkraut yang
telah disediakan kriteria penilaiannya, yaitu dengan cara memilih satu yang paling sesuai
dengan kriteria.
Adapun hasil dari pengujian organoleptik tersebut menunjukkan bahwa sauerkraut
dengan konsentrasi garam 1,5% memiliki rasa asam yang minim, warna nya tidak terlalu
pucat, dan tekstur lunak, sedangkan aroma nya berbau busuk. Sauerkraut yang
konsentrasi garamnya 2% memiliki rasa asam yang sedikit lebih pekat dibandingkan
konsentrasi 1,5%, warnanya pucat, tekstur lunak, dan aromanya busuk. Untuk sauerkraut
3% konsentrasi garam, memiliki rasa yang sangat masam, warnanya sangat gelap dan
pucat mucncul bakteri serta jamur, tekstur sangat lunak, aromanya busuk.
6.1 Kesimpulan
Probiotik adalah mikroorganisme “baik” yang dimasukkan kedalam tubuh manusia,
dan diharapkan mampu memberikan pengaruh positif terhadap Kesehatan pencernaan
manusia. Prebiotic adalah satu pilihan pangan fungsional yang dapat dikonsumsi
Masyarakat. Prebiotic sendiri adalah makanan yang memiliki kandungan probiotik yang
berguna dalam melancarkan pencernaan.
Tempe merupakan salah satu jenis makanan yang mengandung probiotik. Sauerkraut
merupakan salah satu makanan probiotik yang menyehatkan system pencernaan kita.
Sauerkraut ini adalah menu khas jerman yang terbuat dari fermentasi kubis. Yogurt
adalah produk olahan susu yang dibuat dengan proses fermentasi menggunakan bakteri
asam laktat Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus dengan atau tanpa
penambahan bakteri asam laktat lainnya. Sehingga dapat disimpulkan makanan dengan
bantuan mikro bakteri baik bermanfaat dalam pencernaan dan melancarkan pencernaan.
6.2 Saran
Adapun saran atau masukan yang bisa digunakan untuk pratikum selanjutnya
agar berjalan lancar dari pratikum ini adalah dapat memperhatikan waktu agar dapat
menfaatkan waktu yang ada dan pratikum dapat berjalan dengan tepat waktu. Kemudian
alangkah baiknya jika memperhatikan ketersediaan alat-alat yang menunjang
kegiatan pratikum.
DAFTAR PUSTAKA