Kelompok E
Audrey Regina Valerie 202108510001
Teresa Fiona Fadjaray 202108510011
Finna Huang 202108510041
Kevin Andrean 202108510050
Jessie Sue Liusarany 202108510051
Adinda Caroline Eunika Pinastika 202108510055
DAFTAR GAMBAR
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga makalah probiotik dalam kehidupan sehari-hari sebagai realisasi tugas
Mikrobiologi Industri dapat selesai pada waktu yang ditentukan. Kami ingin berterima kasih
kepada Ibu Tati Barus atas bimbingan dan kesempatannya sehingga makalah ini dapat disusun
dan diinformasikan. Kemudian, kami berterima kasih kepada orang tua dan pembimbing yang
telah mengayomi sejak dini sehingga kami dapat menggenggam pendidikan dan menyusun
makalah probiotik. Selain itu, kami juga berterima kasih kepada teman-teman yang senantiasa
mendukung dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan meminta maaf atas
segala kesalahan penulisan atau informasi. Kami selaku penulis menerima segala kritik, opini,
atau saran yang membangun untuk meningkatkan kualitas makalah.
A. Latar Belakang
Mikrobioma merupakan kumpulan atau serangkaian mikroorganisme yang
bersifat spesifik dan unik terhadap lingkungan tertentu. Populasi mikrobioma dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti nutrisi yang tersedia, substrat yang dapat digunakan, suhu
lingkungan, dan masih banyak lagi (Berg et al. 2020). Salah satu habitat mikrobioma
merupakan tubuh manusia, lebih tepatnya pada usus kecil dan besar dalam sistem
pencernaan. Mikrobioma yang berada pada tubuh dapat dikatakan sangat beragam atau
bervariasi, memiliki dampak baik untuk kesehatan, dan berperan aktif dalam mekanisme
tubuh kita. Salah satu dampak dari mikrobioma merupakan pencernaan yang lebih lancar
akibat pemecahan lanjutan di dalam usus oleh bakteri sehingga menunjang kesehatan
tubuh. Tetapi, tingkat diversitas, produktivitas enzim, ataupun efektivitas degradasi
mikrobioma di dalam tubuh manusia sudah mengalami penurunan akibat penggunaan
antibiotik yang berlebihan, konsumsi nutrisi yang tidak seimbang, akumulasi toksin di
dalam tubuh, dan masih banyak lagi (Langdon et al. 2016; Patangia et al. 2022).
Penurunan tersebut menyebabkan beberapa penyakit, terutama penyakit metabolit
sekunder. Untuk meningkatkan jumlah mikrobioma sehat di dalam tubuh, dapat
dilakukan melalui konsumsi probiotik.
1
Probiotik tidak selalu dikaitkan ke dalam makanan atau minuman, adapun
beberapa produk probiotik seperti kosmetik. Pada industri kosmetik, probiotik
dikembangkan untuk menjadi agen bioaktif dalam peningkatan kesehatan kulit dan juga
fungsi kulit. Biasanya, produk kosmetik digunakan secara topikal atau pada permukaan
dan juga obat cerna (Pratiwi & Susanti 2021). Potensi aplikasi probiotik yang tinggi
menjadikan produk tersebut target yang cocok untuk pengembangan secara komersial dan
industrial. Tetapi, pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah menyebabkan
timbulnya persepsi atau skeptisme keliru mengenai kinerja dan keamanan produk
tersebut. Rendahnya pendidikan dan maraknya hoax mengenai produk Bioteknologi
menyebabkan probiotik susah berkembang di Indonesia walaupun dampak kesehatannya
sudah dibuktikan melalui berbagai penelitian.
B. Tujuan Makalah
Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk memahami definisi probiotik secara umum dan jenis mikroorganisme yang
dapat dimanfaatkan sebagai probiotik.
2. Untuk mengetahui proses produksi produk probiotik yang berasal dari kelompok
bakteri Lactobacillus dan Bifidobacterium.
3. Untuk mengenal masalah yang dapat timbul dalam produksi probiotik dan
mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
4. Untuk memberikan saran inovasi demi perkembangan produk probiotik.
2
C. Manfaat Makalah
Makalah ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Untuk masyarakat umum, dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
mengenai dampak dan manfaat konsumsi probiotik dengan harapan menunjang
kesehatan.
2. Untuk peneliti, dapat menjadi kumpulan informasi mengenai probiotik demi
perkembangan proyek lain di masa depan.
3. Untuk mahasiswa, dapat meningkatkan wawasan mengenai produk probiotik.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Probiotik
Probiotik merupakan sebuah atau kumpulan mikroorganisme hidup yang dapat
memberikan keuntungan untuk manusia dengan adanya suatu modifikasi pada bagian
hubungan dengan manusia ataupun mikroorganisme lainnya. Produk tersebut dapat
berpengaruh untuk memperbaiki sistem pencernaan melalui enzim yang disekresikan
oleh mikroba, melindungi tubuh dari serangan patogen dengan senyawa metabolit, dan
memperbaiki kualitas kesehatan tubuh secara umum dengan membantu penyerapan
(Wardika et al. 2014). Terdapat istilah lain yang memiliki kemiripan dengan probiotik,
yaitu prebiotik berupa sumber nutrisi yang diperlukan dan digunakan oleh
mikroorganisme probiotik untuk hidup dan bertumbuh. Kedua hal ini berbeda namun
saling berkesinambungan, dimana probiotik atau mikroorganisme hidup hanya mampu
menjadi fungsional dalam menstimulasi daya tahan tubuh manusia jika terdapat prebiotik
atau nutrisi mikroorganisme sebagai stimulan untuk pertumbuhan probiotik dalam inang
atau target (Davari et al. 2019).
Dalam dunia probiotik, probiotik dapat terbagi menjadi dua jenis yaitu postbiotik
dan sinbiotik. Keduanya merupakan suatu konsep produk yang berkaitan dengan
kesehatan mikrobiota manusia. Postbiotik didefinisikan sebagai suatu probiotik yang
berada dalam keadaan mati, berupa pecahan sel, atau produk hasil metabolisme yang
bermanfaat bagi kesehatan manusia. Contoh dari postbiotik merupakan eksopolisakarida
dan senyawa bioaktif berupa peptida (Zolkiewicz et al. 2020). Sedangkan, sinbiotik
didefinisikan sebagai produk kombinasi dari probiotik dan prebiotik yang dapat
memberikan manfaat jauh lebih besar jika dibandingkan konsumsi secara terpisah
probiotik dan prebiotik (Quintero et al. 2022). Semua produk tersebut memiliki kelebihan
dan kegunaan khususnya yang berbeda dari individu ke individu sehingga, konsumsi
jenis dan dosis probiotik yang paling cocok harus disesuaikan dengan target atau individu
yang mengonsumsinya.
4
Suatu produk dapat dikatakan sebagai produk probiotik jika memenuhi kriteria
yang diperlukan antara lain, mengandung mikroorganisme yang dapat bertahan hidup
dengan baik ketika berada di saluran pencernaan manusia dan selama masa penyimpanan,
aman untuk dikonsumsi atau tidak bersifat patogen, memberikan manfaat positif bagi
kesehatan manusia terutama kesehatan pencernaan, serta mengandung nutrisi yang cukup
untuk hidup (Binda et al. 2020; Shi et al. 2016). Sifat mampu bertahan hidup penting
karena probiotik bekerja di dalam saluran pencernaan manusia sehingga, apabila
probiotik mati atau tidak aktif saat mencapai usus, maka kegunaan atau manfaat tidak
didapatkan dari probiotik. Selain itu, sifat patogenitas diuji menggunakan target hidup
yang diamati dampak konsumsi probiotiknya.
5
B. Sejarah Probiotik
Sejarah dari bakteri atau produk probiotik dikenal sejak tahun 2000 sebelum
masehi, dimana peradaban di India mengonsumsi susu hasil fermentasi dan
mendokumentasikannya pada Vedic hymn. Selanjutnya 76 tahun sebelum masehi, seorang
ahli sejarah Roma, Plinio, mengatakan bahwa meminum susu yang sudah terfermentasi
dapat membantu mengatasi keracunan dan juga infeksi saluran pencernaan. Kemudian,
terdapat Louis Pasteur yang menemukan atau mengidentifikasi mikroba fermentasi pada
tahun 1900-an sedangkan pada tahun 1907, Metchnikoff menjelaskan secara ilmiah
mengenai bakteri asam laktat pada susu fermentasi atau yoghurt. Berdasarkan penjelasan
Metchnikoff, susu fermentasi mengandung bakteri Lactobacillus sp. yang disebut sebagai
“probios” dan dalam jumlah besar dapat membantu menjaga kesehatan saluran
pencernaan, mencegah terjadinya infeksi saluran kandung kemih akibat mikroba patogen,
serta mencegah sembelit dan diare akibat metabolisme dan degradasi senyawa yang lebih
sempurna (Suseno et al. 2000). Berikut merupakan gambaran lengkap mengenai
tokoh-tokoh penting dalam penemuan dan pengembangan probiotik.
6
C. Aplikasi Probiotik
Aplikasi probiotik yang sudah tidak asing merupakan yoghurt, produk fermentasi
susu oleh bakteri asam laktat seperti Lactobacillus sp. dan Streptococcus thermophilus.
Bakteri asam laktat merupakan bagian fundamental dari produksi yoghurt karena
kemampuannya dalam mendegradasi laktosa menjadi asam laktat (Chen et al. 2017).
Proses tersebut melibatkan degradasi laktosa menjadi glukosa dan galaktosa, yang
kemudian akan masuk ke dalam jalur metabolisme glikolisis untuk menghasilkan asam
piruvat. Asam piruvat kemudian akan diubah menjadi asam laktat yang menurunkan pH
susu sehingga kasein dalam susu terdenaturasi. Molekul kasein yang terdenaturasi akan
membentuk agregat dengan molekul kasein lain pada daerah hidrofobik. Penggumpalan
kasein akan memerangkap molekul-molekul cair pada susu sehingga akan menjadi
yoghurt (Ray & Bhunia 2014).
Yoghurt memiliki kandungan nutrisi yang tinggi yaitu protein, karbohidrat, lemak,
thiamin, riboflavin, niacin, vitamin B6, vitamin B12, folat, karoten, kalsium, dan masih
banyak lagi (Weerathilake et al. 2014). Manfaat kesehatan yang diberikan oleh probiotik
dalam yoghurt berpaku pada kesehatan mikrobiota usus yang membantu memodulasi
fungsi tubuh seperti imunitas tubuh. Selain meningkatkan imunitas non spesifik tubuh
seperti peningkatan jumlah fagosit dan sitokin dalam tubuh, probiotik dalam yoghurt
dapat mencegah kolonisasi bakteri patogen pada usus akibat dominansi populasi,
menetralisir racun yang dihasilkan oleh bakteri patogen tersebut dengan proses metabolit,
dan bahkan membunuh koloni bakteri patogenik yang sudah tumbuh pada usus karena
menghasilkan senyawa yang berbahaya terhadap sesama bakteri (Hadjimbei et al. 2022).
Probiotik ini juga dapat membantu metabolisme kolesterol dan laktosa dalam usus
sehingga mengurangi kadar kolesterol dalam serum darah serta meningkatkan toleransi
laktosa konsumen. Keberadaan bakteri Lactobacillus dan Bifidobacterium yang juga
ditemukan dalam yoghurt mengurangi resiko kanker kolon dengan menginhibisi
pertumbuhan bakteri yang menginduksi pembentukan metabolit karsinogenik pada kolon
(Slavchev et al 2017).
7
D. Produksi Probiotik
Proses produksi probiotik secara skala besar dimulai dari persiapan kultur
mikroorganisme yang akan dimanfaatkan. Inokulum probiotik yang umumnya digunakan
merupakan bagian dari kelompok Bifidobacteria dan bakteri asam laktat seperti
Lactobacillus. Tahapan pertama setelah didapatkan strain kultur mikroorganisme murni
merupakan pemindahan ke dalam media pertumbuhan dalam fermentation vessel
(Agustinah et al. 2019). Media yang digunakan telah melalui proses pemanasan untuk
mencegah adanya kontaminan yang dapat merusak atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Adapun komposisi media terdiri dari air, sumber nitrogen, karbohidrat,
garam, dan mikronutrien seperti vitamin dan mineral yang penting untuk mendukung
pertumbuhan (Fernster et al. 2019).
8
Gambar 2 Skema produksi probiotik (Fernster et al. 2019)
Produk akhir dari proses manufaktur probiotik harus melalui tahap quality control
atau QC untuk memastikan kualitas produk. Hal ini dilakukan agar produk yang
dihasilkan aman untuk konsumsi publik yang seringkali mencakup populasi yang
tergolong rentan seperti wanita hamil, bayi, orang tua, serta populasi dengan reaksi alergi
atau kelainan imun atau immunocompromised. Maka dari itu, perlu dilakukan pengujian
dengan beberapa tahapan. Tahapan pertama berupa uji fisik yang menentukan kualitas
produk sudah memenuhi standar BPOM (Hastuti et al. 2022). Tahapan berikutnya adalah
fungsionalitas, dimana produk probiotik harus tersedia dalam jumlah tertentu dan
memiliki dampak kesehatan. Uji ini dilakukan untuk memastikan produk probiotik sudah
sesuai dengan klaim yang diberikan. Tahap ketiga adalah uji patogen untuk memastikan
produk probiotik bebas dari patogen dan tidak memiliki potensi untuk menjadi patogen.
Berikutnya adalah uji cross contamination untuk memastikan bahwa produk akhir murni
dan tidak terkontaminasi mikroorganisme lain (Yang & Yoon 2022). Tahapan terakhir
adalah identifikasi kultur bakteri yang digunakan untuk membuat produk probiotik. Hal
ini dilakukan untuk memastikan produk akhir mengandung strain bakteri yang tepat
tanpa adanya perubahan genetik. Uji ini dapat dilakukan menggunakan teknik PCR dan
sekuensing (Alexandraki et al. 2017). Produk akhir yang dihasilkan harus melewati
semua tahapan quality control sehingga memenuhi standar produksi.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan Makalah
Berdasarkan pembahasan mengenai probiotik tersebut, dapat disimpulkan bahwa
probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang dapat memberikan manfaat bagi
kesehatan manusia terutama pada kesehatan pencernaan jika dikonsumsi pada jumlah
yang cukup. Mikroorganisme hidup tersebut juga harus memenuhi kriteria tertentu untuk
dapat dikatakan sebagai suatu probiotik. Probiotik dapat ditemukan di berbagai produk
makanan seperti yoghurt. Keberadaan probiotik dalam produk tersebut akan memodulasi
fungsi tubuh manusia seperti meningkatkan imunitas tubuh yang bermanfaat untuk
melindungi diri manusia dari serangan patogen. Dengan demikian, konsumsi probiotik
menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan manusia.
Suatu produk probiotik pun harus melalui beberapa tahapan terlebih dahulu untuk
dapat diedarkan ke masyarakat luas. Dimulai dari pemindahan kultur mikroorganisme ke
dalam fermentation vessel, dilanjutkan dengan proses fermentasi mikroorganisme dan
proses penyaringan untuk memisahkan pengotor dari produk, serta penambahan
krioprotektan dan proses freeze-drying untuk memastikan produk dapat disimpan dalam
jangka waktu yang lama. Quality control pun kerap dilakukan juga untuk memastikan
kualitas produk probiotik tersebut aman untuk dikonsumsi bagi khalayak luas, seperti
anak-anak, ibu hamil, orang tua, lansia, dan orang yang memiliki alergen tertentu.
B. Saran Inovasi
Produk probiotik mengandung mikroorganisme hidup. Beberapa probiotik
memiliki kemampuan alami untuk melakukan transfer gen horizontal yang
memungkinkan probiotik untuk mentransfer materi genetiknya kepada bakteri lain yang
berada di lingkungan mereka. Hal ini dapat menimbulkan permasalahan karena probiotik
berpotensi untuk melakukan transfer gen resistensi antibiotik ke bakteri patogen yang ada
dan dapat menyebabkan terjadinya resistensi antibiotik di saluran pencernaan. Untuk
mencegah hal seperti ini terjadi, yang dilakukan oleh produsen probiotik merupakan
10
mengikuti regulasi ketat yang mengatur produksi, formulasi, dan penjualan probiotik
yang memastikan bahwa produk yang diedarkan sudah sesuai dengan protokol, aman,
efektif, dan memiliki standar kualitas yang baik. Regulasi yang perlu diikuti adalah
sebagai berikut:
1. Bahan mentah harus diperiksa dan dievaluasi untuk memastikan bahan tersebut
merupakan kualitas yang baik.
2. Menentukan batasan kualitas yang baik namun masih dapat dicapai untuk
parameter dan memastikan parameter tersebut dapat dicapai secara konsisten.
3. Sebisa mungkin proses dilakukan secara otomatis agar mengurangi kemungkinan
terjadinya human error namun tetap dikontrol secara manual selama proses
manufaktur.
4. Memastikan bahwa operator sudah terlatih dengan baik.
5. Mengevaluasi data yang sudah didapat dari sampel agar kualitas dapat diperbaiki
dan memastikan bahwa proses produksi dilakukan secara konsisten.
6. Mengevaluasi produk akhir untuk memastikan bahwa produk sudah terhindar dari
kontaminasi dan memiliki kualitas yang baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
Agustinah W, Warjoto RE, Canti M. 2019. Yogurt making as a tool to understand the food
fermentation process for nonscience participants. Journal of Microbiology &
Biology Education. 2(1): 1-3. DOI: 10.1128/jmbe.v2i1.1662.
Binda S, Hill C, Johansen E, Obis D, Pot B, Sanders ME, Tremblay A, Ouwehand AC. 2020.
Criteria to qualify microorganisms “probiotic” in foods and dietary supplements.
Frontiers in Microbiology. 11(1662): 1-9. DOI: 10.3389/fmicb.2020.01662.
Chen C, Zhao S, Hao G, Yu H, Tian H, Zhao G. 2017. Role of lactic acid bacteria on the yogurt
flavour: a review. International Journal of Food Properties. 20(1): 316-330. DOI:
10.1080/10942912.2017.1295988.
Fenster K, Freeburg B, Hollard C, Wong C, Laursen RR, Ouwehand AC. 2019. The production
and delivery of probiotics: a review of a practical approach. Microorganisms. 7(83):
1-16. DOI: 10.3390%2Fmicroorganisms7030083.
Gogineni VK, Morrow LE, Gregory PJ, Malesker MA. 2013. Probiotics: history and evolution.
Journal of Infectious Diseases & Preventive Medicine. 1(2): 1-7. DOI:
10.4172/2329-8731.1000107.
Hastuti A, Lestari TA, Fulazzaky MA. 2022. Assistance of quality control of yoghurt production
process. JUrnal Qardhul Hasan. 8(3): 237-247.
12
Kechagia M, Basoulis D, Konstantopoulou S, Dimitriadi D, Gyftopoulou K, Skarmoutsou N,
Fakiri EM. 2013. Health benefits of probiotics: a review. ISRN Nutrition 2013:
481651. DOI: 10.5402/2013/481651.
Langdon A, Crook N, Dantas G. 2016. The effects of antibiotics on the microbiome throughout
development and alternative approaches for therapeutic modulation. Genome
Medical 8: 39. DOI: 10.1186/s13073-016-0294-z.
McFarland LV. 2015. From yaks to yogurt: the history, development, and current use of
probiotics. Clinical Infectious Diseases. 60(2): 85-90. DOI: 10.1093/cid/civ054.
Ozen M, Dinleyici EC. 2015. The history of probiotics: the untold story. Beneficial Microbes.
6(2): 1-7. DOI: 10.3920/BM2014.0103.
Patangia DV, Ryan CA, Dempsey E, Ross RP, Stanton C. 2022. Impact of antibiotics on the
human microbiome and consequences for host health. MicrobiologyOpen. 11(1):
1260. DOI: 10.1002/mbo3.1260.
Peramiarti IDSAP. 2021. Lactic acid bacteria (Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus
thermophilus in yogurt inhibit the growth of Escherichia coli, Salmonella
typhimurium, and Shigella sp. in vitro. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 31(4):
211-215. DOI: 10.21776/ub.jkb.2021.031.04.2.
Pratiwi ED, Susanti. 2021. Manfaat probiotik dalam perawatan kulit review. Farmasetika. 6(4):
3580374. DOI: 10.24198/mfarmasetika.v6i4.35690.
Quintero DFG, Kok CR, Hutkins R. 2022. The future of synbiotics: rational formulation and
design. Frontiers in Microbiology. 13(919725): 1-9. DOI:
10.3389/fmicb.2022.919725.
Ray B, Bhunia A. 2014. Fundamental food microbiology. Ed ke-5. Boca Raton (US): CRC Press.
Shi LH, Balakrishnan K, Thiagarajah K, Ismail NIM, Yin OS. 2016. Beneficial properties of
probiotics. Tropical Life Sciences Researches. 27(2): 73-90. DOI:
10.21315/tlsr2016.27.2.6.
13
Suseno TIP, Surjoseputro S, Anita K. 2000. Minuman probiotik nira siwalan: kajian lama
penyimpanan terhadap daya anti mikroba Lactobacillus casei pada beberapa bakteri
patogen. Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi. 1(1): 1-13. DOI: 10.33508/jtpg.v1i1.76.
Venir E, Torre MD, Stecchini MI, Maltini E, Nardo PD. 2007. Preparation of freeze-dried
yoghurt as a space food. Journal of Food Engineering. 80(2): 402-407. DOI:
10.1016/j.jfoodeng.2006.02.030.
Wardika AS, Suminto, Sudaryono A. 2014. Pengaruh bakteri probiotik pada pakan dengan dosis
berbeda terhadap efisiensi pemanfaatan pakan, pertumbuhan dan kelulushidupan
lele dumbo (Clarias gariepinus). Journal of Aquaculture Management and
Technology. 3(4): 9-17.
Weerathilake WADV, Rasika DMD, Ruwanmali JKU, Munasinghe MADD. 2014. The evolution,
processing, varieties and health benefits of yogurt. International Journal of
Scientific and Research Publications. 4(4): 1-10.
Widigdo B, Yuhana M, Iswantari A, Madonsa C, Sapitri ID, Wardiatno Y, Hakim AA, Nazar F.
2021. The impact of nitrifying probiotic to population growth of pathogenic
bacteria, Vibrio sp., and toxic nitrogen gasses in marine shrimp culture media under
laboratory condition. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 11(1):
130-140. DOI: 10.29244/jpsl.11.1.130-140.
Widiyangningsih EN. 2011. Peran probiotik untuk kesehatan. Jurnal Kesehatan. 4(1): 14-20.
Yang SY, Yoon KS. 2022. Quantitative microbial risk assessment of Listeria monocytogenes and
enterohemorrhagic Escherichia coli in yogurt. Foods. 11(7): 971. DOI:
10.3390/foods11070971.
Zolkiewicz J, Marzec, Ruszczynski M, Feleszko W. 2020. Postbiotics – a step beyond pre- and
probiotics. MDPI Nutrients. 12(2189): 1-17. DOI: 10.3390/nu12082189.
14