Anda di halaman 1dari 25

CASE REPORT

Stroke Iskemik pada Anak

Disusun oleh :
Kania Puteri Pratama
2265050006

Pembimbing :
dr.Dina Siti Daliyanti, Sp.A (K)

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD DR. CHASBULLAH ABDULMADJID KOTA BEKASI
PERIODE 08 AGUSTUS – 15 OKTOBER 2022
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
BEKASI
LEMBAR PENGESAHAN 

Dengan hormat,
Presentasi kasus pada Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Anak RSUD
dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi periode 08 Agustus – 15 Oktober
2022 dengan judul “Stroke Iskemik pada Anak” yang disusun oleh :
Nama : Kania Puteri Pratama
NIM : 2265050006
Telah disetujui dan diterima hasil penyusuannnya oleh Yth. :
Pembimbing : dr. Dina Siti Daliyanti , Sp.A(K)

Menyetujui, 

(dr. Dina Siti Daliyanti, Sp.A(K))


BAB I
ILUSTRASI KASUS

I.1 IDENTITAS
DATA PASIEN AYAH IBU
Nama An. B Tn. I Ny. s
Umur 12 tahun 45 tahun 40 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-Laki Perempuan
Alamat Pondok Sani Putra, Bekasi
Agama Islam
Suku Bangsa Jawa
Pendidikan - SLTA/sederajat SLTA/sederajat
Pekerjaan - Wiraswasta Karyawan Swasta
Tanggal Masuk 02 September 2022 - -
RS

I.2 ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara allo - anamnesis dan auto - anamnesis pada hari Sabtu, 03
September 2022, pukul 13:00 WIB. Pasien anak laki – laki dibawa oleh orangtuanya ke
RSUD Kota Bekasi atas rujukan RS Cibitung Medika dengan keluhan pasien lemas pada sisi
kanan tubuh
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien anak laki – laki usia 12 tahun dibawa orang tua nya ke RSUD CAM Kota
Bekasi atas rujukan RS Cibitung Medika dengan keluhan lemas pada sisi kanan tubuh disertai
bicara pelo, lidah miring ke arah kiri, dan sakit kepala hebat hingga pasien mengalami
muntah. Keluhan dirasakan setelah pasien bangun tidur. Keluhan muntah berupa cairan
berwarna kuning sebanyak 1 kali. Pasien sempat dirawat di RSUD Cibitung Medika selama 4
hari. Selama pasien dirawat di RSUD Cibitung Medika pasien melakukan fisioterapi dan
mengalami perbaikan secara bertahap. Perbaikan dirasakan kurang lebih 1 minggu dari mulai
dilakukan fisioterapi. Pasien datang ke poli anak RSUD CAM atas rujukan dan kembali di
rawat di RSUD CAM karena pemeriksaan lab didapati laju endap darah 54 mm, ASTO (+)
1/1600, . Keluhan seperti lemas sebelah sisi tubuh, bicara pelo, sakit kepala hebat, muntah
sudah tidak dirasakan.
Keluhan nyeri perut, penurunan kesadaran disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu 


 Pasien sebelumnya tidak pernah seperti ini
 Pasien pada saat lari pernah tersandung lalu kepala terbentur
 Riwayat alergi, hipertensi disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


 Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa.
 Riwayat stroke di keluarga disangkal
 Riwayat alergi, hipertensi disangkal.
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :

Morbiditas -
Kehamilan
Tempat Dokter Spesialis
pemeriksaan 
KEHAMILAN
Komplikasi Tidak ada 
kehamilan
Perawatan Ibu pasien rutin kontrol ke puskesmas selama masa
Antenatal kehamilan. Rutin konsumsi tablet besi dan vitamin
Tempat Di rumah sakit
Kelahiran
Penolong Dokter spesialis obsgyn
Kelahiran
Cara Persalinan Spontan
Keadaan pertama Menangis kuat
kali
KELAHIRAN Kelainan Tidak ada
Bawaan
-Penyulit  Tidak ada
-Ketuban -
Masa Gestasi 37 minggu
Keadaan Bayi BBL 3000 gram
PBL 49 cm
APGAR tidak ingat
Kesan : Riwayat kehamilan dan persalinan baik

Riwayat Imunisasi :

Vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)


0 3 9
1 bulan 2 bulan 4 bulan  18 bulan
bulan bulan bulan

BCG √ √
√ √ √ √
DPT
√ √ √ √
POLIO
√ √
CAMPAK
HEPATITIS B √ √ √ √ √

Pemeriksaan Fisik 

Keadaan umum : Pasien tampak sakit sedang


Tanda Vital
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah : 100/60 mmHg 
 Frekuensi Nadi :  98x/menit  (ecret, kuat angkat, isi cukup) 
 Frekuensi Pernafasan : 24 x/menit 
 Suhu tubuh : 36.7 C 
0

 SpO2 : 98% on room air


Data Antropometri
Berat Badan : 30 kg
Tinggi Badan :  145 cm
Kepala
 Kepala  : normocephalic, hematom (-)
 Rambut : hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
 Wajah : pucat (-), edema (-), sianosis (-)
 Mata. : Konjungtiva anemis -/-, sklera  ikterik -/-, pupil isokor, simetris, 
   RCL +/+, RCTL +/+, cekung -/-, perdarahan subkonjungtiva -/-
 Telinga : normotia, liang telinga lapang, secret (-) timpani intak, serumen -/-
 Hidung : bentuk normal, lapang, sekret (-), septum deviasi (-)
   pernafasan cuping hidung (-), epistaksis (-)
 Mulut : mukosa mulut kering (-), faring hiperemis (-), T1/T1

Nervus Cranialis

N.5 (trigeminus) : DBN


N.7 (facialis) : DBN
N. 10 (vagus) : DBN
N. 11 (accesorius) : DBN
N. 12 (hipoglosus) : DBN

Leher : kelenjar getah bening dan tiroid tidak teraba membesar


Thoraks
 Inspeksi  : pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris, retraksi (-)
 Palpasi : vokal fremitus simetris
 Perkusi : Sonor/sonor
 Auskultasi : bising napas dasar vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/- .
Abdomen 
 Inspeksi : perut datar, tampak bintik bintik kemerahan, tidak tampak massa
dan pelebaran pembuluh darah
 Auskultasi : bising usus (+) normal, 4x/menit 
 Perkusi : timpani, nyeri ketok (-) 
 Palpasi : supel, nyeri tekan (-) 
 Palpasi hepar : hepar tidak teraba
 Palpasi lien : lien tidak teraba
Jantung
 Inspeksi : Pulsasi ictus cordis pada dinding dada tidak tampak
 Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba 1 jari
 Perkusi : Batas kanan dan kiri jantung dalam batas normal
 Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, gallop (-), murmur (-)

Kulit : sawo matang, ikterik (-), turgor kulit baik, 


Ekstremitas Superior: akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-), pucat (-), ptechie -/-
Ekstremitas Inferior: akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-), pucat (-), ptechie -/-
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Lab RS Cibitung Medika (12/08/2022 19:42 WIB)


Test Hematologi Hasil Nilai Rujukan
Lekosit 9,8 ribu/uL 5 – 10  ribu/uL
Hemoglobin 10,6 g/dL 11 – 14.5  g/dL
Hematokrit 32,8 % 40 – 54 %
Trombosit 358 ribu/uL 150 – 400 ribu/uL
Kimia Klinik
Glukosa Darah Sewaktu 94 g/dl 60 – 100 g/dl

Pemeriksaan Radiologi RS Cibitung Medika (12/08/2022 20:19)

4 Slice Head CT Scan tampilan axial, Interval slice 5 mm, tanpa kontras, hasil:
1. Tak tampak soft tissue swelling extracranial
2. Tampak penebalan mukosa sinus ethmoidalis dextra et sinistradan sinus
spenoidalis aspek dextra
3. Gyri tampak mendatar, sulci tampak dangkal, dan fissura sylvii tak prominent
4. Sistema ventrikel dan cisterna tampak menyempit
5. Batas cortex dan medulla tegas
6. Tampak lesi hipodens inhomogen bentuk amorf di lobus frontalis sinistra
(yang menyempitkan cornu anterior ventrikel lateralis sinistra) dan lobus
parieto-occipitalis sinistra
7. Midline ditengah, tak terdeviasi
Kesan:
- Oedema cerebri disertai lesi hipodens inhomogen bentuk amorf di lobus
frontalis sinistra dan lobus parieto – occipitalis sinistra, susp. Infark cerebri
DD proses inflamasi di lobus frontalis sinistra dan lobus parieto – occipitalis
sinistra
- Ethmoiditis dextra et sinistra dan sphenoiditis
Pemeriksaan Lab RSUD CAM (19/08/2022 09.45 WIB)
Darah Lengkap Hasil Nilai Rujukan
Laju Endap 54 mm 0 – 10 mm
Darah 11,9 ribu/uL 5 – 10 ribu/uL
Leukosit 5,17 juta/uL 4 – 5 juta/uL
Eritrosit 12,8 g/dl 12 – 16 g/dl
Hemoglobin 37,8 % 40 – 54 %
Hematokrit
Hitung Jenis 0% <1 %
Basofil 0% 1–3%
Eosinofil 3% 2–6%
Batang 70 % 52 – 70 %
Segment 16 % 20 – 40 %
Limfosit 11 % 2–4%
Monosit
Index Eritrosit 73,1 fl 75 – 87 fl
MCV 24,7 pg 24 – 30 pg
MCH 33,7 g/dl 31 – 37 g/dl
MCHC 384 ribu/uL 150 – 400 ribu/uL
Trombosit
Imunoserologi Positif, titer 1/1600 Non reaktif
ASTO 7.17 mg/L >5.0 mg/L: kemungkinan infeksi inflamasi akut
CRP Kualitatif
Elektrolit 132 mmol/L 134 – 145 mmol/L
Natrium 3,9 mmol/L 3,5 – 5,0 mmol/L
Kalium 93 mmol/L 94 – 111 mmol/L
Clorida

Pemeriksaan Radiologi RSUD CAM BEKASI (25/09/2022 16:01)

MRI Kepala, hasil:


1. Tampak lesi di ganglia basalis kiri, korona radiata kiri dan mesencephalon kiri
yang memberikan sinyal hipointens pada T1WI, hiperitens pada T2WI dan
hipointens dengan tepi hiperintens pada T2 Flair serta memberikan gambaran
facilitated diffusion pada DWI-ADC. Pada T2 GRE lesi tidak memberikan
gambaran blooming artefact
2. Sulci dan gyri corticalis: bentuk, ukuran, posisi danintensitas sinyal normal
3. Ventrikel: bentuk, ukuran, posisi dan intensitas sinyal normal
4. Sisterna: bentuk, ukuran, posisi dan intensitas sinyal normal
5. Hippocampus dan lobus temporalis normal
6. Sela tursika dan jukstasella normal
7. Cerebellopontine angle normal
8. Nervus occulomotor, trigeminal, facial dan vestibulocochlear tidak tampak
kelainan
9. Mastoid air cell normal
10. Tampak lesi pada sinus maksilaris bilateral, sinus ethmoidalis bilateral dan
sinus sphnoidalis bilateral yang memberikan sinyal hipointens pada T1WI,
hiperinten pada T2WI dan T2 FLAIR
11. Konkha nasalis bilateral menebal
12. Bulbus oculi, ruang retrobulbar dan nervus optikus normal
13. Concha nasalis normal
14. Struktur garis tengah tidak tampak pergeseran
Kesan:
- Lesi iskemik di ganglia basalis kiri, korona radiata kiri dan mesencephalon kiri
ec infark serebri
- Sinusitis di sinus maksilaris bilateral, sinus ethmoidalis bilateral dan sinus
sphnoidalis bilateral
- Hipertrofi konkha nasalis bilateral

Resume
Pasien anak dibawa orang tua nya ke RSUD CAM Kota Bekasi atas rujukan RS Cibitung
Medika dengan keluhan lemas pada sisi kanan tubuh disertai bicara pelo, lidah miring ke arah
kiri, dan sakit kepala hebat hingga pasien mengalami muntah. Keluhan muntah berupa cairan
berwarna kuning sebanyak 1 kali. Pasien sempat dirawat di RSUD Cibitung Medika selama 4
hari. Selama pasien dirawat di RSUD Cibitung Medika pasien melakukan fisioterapi dan
mengalami perbaikan secara bertahap. Perbaikan dirasakan kurang lebih 1 minggu dari mulai
dilakukan fisioterapi. Pasien datang ke poli anak RSUD CAM atas rujukan dan kembali di
rawat di RSUD CAM karena pemeriksaan lab didapati laju endap darah 54 mm, ASTO (+)
1/1600, MCV 73,1 fl.
Tijauan Pustaka
I. Definisi

Stroke atau cerebrovascular


accident (CVA) menurut WHO
adalah manifestasi klinis dari
gangguan
fungsi serebral, baik fokal
maupun menyeluruh (global)
yang berlangsung dengan cepat,
berlangsung
lebih dari 24 jam, atau berakhir
dengan kematian, tanpa
ditemukannya penyebab selain
dari gangguan
vascular. Stroke pada anak
didefinisikan sebagai gangguan
serebrovaskular yang terjadi pada
usia antara
30 hari (1 bulan) sampai 18
tahun, berupa manifestasi klinis
dan radiologi stroke, dengan
bukti radiologis
infark atau perdarahan serebral.
Definisi lain menyebutkan stroke
pada anak adalah stroke yang
terjadi
pada usia antara 28 hari setelah
lahir sampai 18 tahun. Stroke
dikelompokkan menjadi 2 yaitu
secara
primer akibat iskemia dan stroke
perdarahan (hemoragic stroke).
Stroke atau cerebrovascular
accident (CVA) menurut WHO
adalah manifestasi klinis dari
gangguan
fungsi serebral, baik fokal
maupun menyeluruh (global)
yang berlangsung dengan cepat,
berlangsung
lebih dari 24 jam, atau berakhir
dengan kematian, tanpa
ditemukannya penyebab selain
dari gangguan
vascular. Stroke pada anak
didefinisikan sebagai gangguan
serebrovaskular yang terjadi pada
usia antara
30 hari (1 bulan) sampai 18
tahun, berupa manifestasi klinis
dan radiologi stroke, dengan
bukti radiologis
infark atau perdarahan serebral.
Definisi lain menyebutkan stroke
pada anak adalah stroke yang
terjadi
pada usia antara 28 hari setelah
lahir sampai 18 tahun. Stroke
dikelompokkan menjadi 2 yaitu
secara
primer akibat iskemia dan stroke
perdarahan (hemoragic stroke).
Stroke atau cerebrovascular
accident (CVA) menurut WHO
adalah manifestasi klinis dari
gangguan
fungsi serebral, baik fokal
maupun menyeluruh (global)
yang berlangsung dengan cepat,
berlangsung
lebih dari 24 jam, atau berakhir
dengan kematian, tanpa
ditemukannya penyebab selain
dari gangguan
vascular. Stroke pada anak
didefinisikan sebagai gangguan
serebrovaskular yang terjadi pada
usia antara
30 hari (1 bulan) sampai 18
tahun, berupa manifestasi klinis
dan radiologi stroke, dengan
bukti radiologis
infark atau perdarahan serebral.
Definisi lain menyebutkan stroke
pada anak adalah stroke yang
terjadi
pada usia antara 28 hari setelah
lahir sampai 18 tahun. Stroke
dikelompokkan menjadi 2 yaitu
secara
primer akibat iskemia dan stroke
perdarahan (hemoragic stroke).
Stroke atau cerebrovascular accident (cva) menurut WHO adalah manifestasi klinis
dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global) yang berlangsung
dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa
ditemukannya penyebab selain dari gangguan vaascular. Stroke pada anak didefinisikan
sebagai gangguan serebrovaskular yang terjadi pada usia antara 1 bulan sampai 18 tahun,
berupa manifestasi klinis dan radiologi stroke, dengan bukti radiologis infark atau perdarahan
serebral.

II. Epidemiologi
Stroke pada anak relative jarang, diperkirakan insiden sebesar 2,5 – 13 per 100.000/tahun.
Walaupun demikian stroke merupakan salah satu penyebab kematian yang umum pada anak-
anak dengan mortalitas sebesar 0,6 per 100.000 kematian per tahun. Sekitar 10 – 25% anak
meninggal akibat komplikasi stroke, lebih dari 25% stroke pada anak akan berulang dan lebih
dari 66% akan menimbulkan kejang atau defisit neurologik yang menetap dan masalah
tumbuh kembang anak. Kejadian perdarahan intraserebral dan subarachnoid adalah sekitar
40-50% dari stroke pada anak. Insiden stroke pada anak usia di atas 28 hari dengan rerata 13
per 100.000 untuk semua jenis stroke yaitu 7,9 per 100.000 untuk stroke iskemik dan 5,1 per
100.000 untuk stroke hemoragik.

III. Klasifikasi Stroke pada Anak


1. Stroke Non – Hemoragik
- Stroke Iskemik Arterial ( Arterial Ischemic Stroke )
- Trombosis Sinovenosus Serebral ( Cerebral Sinovenosus Thrombosis )
2. Stroke Hemoragik

IV. Etiologi dan Faktor Risiko pada Anak


Perbedaan yang paling mendasar dari stroke pada anak dengan stroke pada dewasa
adalah faktor risiko stroke pada anak sangat beragam. Penyebab yang umum ditemukan
adalah penyakit jantung bawaan, penyakit sickle cell, trauma, infeksi, dan gangguan
prothrombin.
IV.1 Penyakit Jantung Bawaan
Penyakit jantung bawaan merupakan penyebab tersering stroke pada anak. Sekitar
19% stroke pada anak ditemukan dengan thrombosis arteri. Anak dengan anomali anatomi
jantung memiliki faktor risiko stroke 2 – 3 kali dari populasi pada umumnya. Sebelas
penyakit jantung kongenital telah diidentifikasi berperan pada 1/3 kasus stroke non
hemoragik pada anak. Penyakit jantung kongenital sianotik dengan right to left shunt
memiliki risiko tertinggi. Hal ini karena derajat hipoksemia yang lebih berat, sianosis, dan
polisitemia sekunder dan anemia yang terjadi akibat kelainan jantung tersebut. Pada pasien
yang menjalani operasi bedah jantung atau kateterisasi jantung, hamper 50% mengalami
stroke dalam 72 jam. Masa perioperasi sangat berisiko untuk serangan stroke, karena makin
besarnya risiko hipoperfusi serebral oleh karena aritmia jantung dan cardiac output yang
rendah, tromboemboli dan infark serebri. Anak dengan penyakit jantung bawaan dan telah
menjalani bedah jantung masih memiliki risiko tinggi stroke walaupun setelah 5 tahun pasca
tindakan, diperkiran sekitar 7% stroke iskemia dan 2% stroke pendarahan.

IV.2 Hematologi
Penyakit sickle cell merupakan salah satu penyebab stroke yang sering pada anak.
Insiden penyakit sickle cell adalah 0,13% pada bayi kurang dari 1 tahun dan meningkat
sampai dengan 1% pada anak 2 – 5 tahun. Insiden penyakit stroke pada penderita sickle cell
lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Stroke pada penyakit sickle cell terjadi karena
vaskulopati pada bagian distal arteri carotis interna, dan bagian proksimal arteri cerebri media
dan arteri cerebri anterior.

IV.3 Infeksi
Infeksi mempunyai peran terjadinya SIA pada anak. 1/3 kasus stroke pada anak
disebabkan oleh infeksi yang penyebabnya belum jelas, sekitar 20% memiliki riwayat infeksi
varicela (cacar air). Infeksi varicela dapat menimbulkan infark pada ganglia basalis. Infeksi
HIV dapat menyebabkan stroke secara sekunder akibat vasculitis dan vaskulopati dengan
aneurisma atau perdarahan akibat trombositopenia. Mikroorganisme yang dihubungkan
dengan stroke pada anak adalah mycoplasma, chlamydia, enterovirus, influenza A, coxsackie,
dll. Sekitar 5 – 12% anak dengan meningitis bakteri, meningitis tuberkulosa dan ensefalitis
virus akan mengalami stroke akibat vasculitis dan thrombosis.

IV.4 Vaskuler
Kelainan vaskuler yang sering sebagai faktor risiko stroke pada anak adalah
malformasi arteri-vena (AVM), fistula arteri-vena dan aneurisma. Angka kejadian faktor
risiko vaskuler diperkirakan sekitar 42 – 90% kasus stroe pada anak. Malformasi arteri-vena
merupakan penyebab stroke perdarahan yang sering terjadi dan dapat juga menimbulkan
stroke thrombosis. AVM sering dihubungkan dengan sindrom neurokutaneus seperti Sturge
Weber Syndrome, neurofibromatosis.
IV.5 Syndrome dan penyakit metabolik
Anak dengan sindrom marfan memiliki risiko komplikasi neurovaskuler berupa
iskemia. Anak dengan tuberosklerosis memiliki risiki tinggi untuk mengalami emboli dan
dapat terjadi stroke hemoragik akibat hipertensi, akibat tumor atau rupture pembuluh darah
abnormal.
IV.6 Vaskulitis
Serebral vasculitis lebih sering terjadi pada anak yang berusia diatas 14 tahun. Beberapa
penyakit vasculitis yang dapat merupakan faktor risiko stroke adalah penyakit Kawasaki,
Henoch-sconlei purpura, sistemik lupus eritematosus dll.
IV.7 Keganasan
Tumor intrakranial dapat menimbulkan komplikasi perdarahan intracranial. Leukimia dan
limfoma dapat menyebabkan status hiperkoagulasi dan hiperviskositas.
IV.8 Trauma
Trauma kepala dan leher juga merupakan risiko terjadinya iskemia

Stroke Non Hemoragik


a. Stroke Iskemik Arterial (SIA)
Terjadinya oklusi pada arteri pada otak yang akan menimbulkan gangguan neurologik yang
disebut sebagai stroke iskemik arterial. SIA sering timbul dalam pola vaskularisai:
1. Oklusi proksimal MI (infark MCA seluruhnya)
2. Distal MI (basal ganglia spare)
3. Anterior dan Posterior trunk / M2 oklusi (frontal atau parietal / temporal)
4. Lentikulostriata (basal ganglia dan deep white matter saja)
Arteri lentikulostriata sebagai end artery, mempunyai kolateral yang kurang dan memiliki
risiko tinggi kejadian infark permanen yang mengenai kapsula interna dan merupakan 50%
kasus SIA anak. Bila SIA merupakan isolated lenticulostriate maka sering disertai
parainfectious atau arteriopathy inflammatory.
Mekanisme Tromboemboli
SIA disebabkan karena oklusi trombotik atau embolik arteri serebral sehingga terjadi iskemik
fokal otak. Trombus bisa terbentuk dari dalam arteri serebral (thrombus lokal) atau bisa
datang dari sumber embolik di luar arteri serebral. Trombus lokal bisa dari penyakit arteri
serebral (inflamasi vaskuler), darah (gangguan protrombotik), aliran darah (stenosis slow-
flow) atau kombinasi faktor – faktor tersebut. Embolisasi non-trombolitik serebral dapat
terjadi termasuk emboli infeksius dalam endokarditis, emboli lemak dan inert material selama
prosedur intravascular.
Mekanisme infark otak tergantung pada:
1. Durasi iskemik dan waktu restorasi perfusi
2. Kemampuan suplai darah arteri kolateral
3. Volume dan komponen fungsional dari struktur otak yang terkena
4. Status maturasi otak
5. Proses penyakit yang menyertai serta status metabolic jaringan otak iskemik

Gambaran klinik

Diagnosis sering terlambat atau terlewatkan karena ketidaktahuan gejala,


ketidakjelasan hasil pemeriksaan imejing otak. Gejala paling sering adalah hemiparesis akut
namun sering keliru dengan migren, epilepsy atau Todd’s paresis, ensefalitis/ meningitis atau
demielinating disease. Sering ada gejala ikutan seperti diplopia, hemianopsia, impaired gaze,
disartria, vertigo, nistagmus, disfasia, ataksia, gejala hemisensorik, sindrom neglect. Sering
ada kejang diawal serangan stroke. Ada juga gejala neurologis nonfokal seperti; sakit kepala,
bingung, gelisah dan perubahan perilaku khusus pada anak yang lebih muda. Deficit
neurologi bisa subtle, khusus pada bayi yang belum bisa bicara. Khusus untuk kejadian TIA
pada anak tak bisa dipelajari namun diperkirakan ada yang mendahului SIA

Diagnosis Stroke
Riwayat penyakit penting ditelusuri dalam menentukan diagnosis stroke pada anak.
Faktor risiko stroke harus digali seperti suku, riwayat keluarga terutama yang berhubungan
dengan penyakit koagulopati, gangguan serebrovaskular, penyakit metabolik maupun
gangguan imunologi. Perhatian khusus terhadap penyakit sickle cell, penyakit jantung ,
riwayat trauma kepala dan leher, adanya infeksi yang mendahului terjadinya gejala,
khususnya infeksi varicela, vasculitis, penggunaan obat – obatan dan penyakit kelainan darah.
Pemeriksaan fisik dan neurologis yang lengkap harus dilakukan, karena terdapat
hubungan antara deficit neurologis dan territorial pembuluh darah yang terlibat. Gejala
penyakit sistemik dan gejala kardiovaskuler yang meningkatkan risiko stroke juga harus
dikenali dan diidentifikasi.
Diagnosis stroke pada anak tidak sederhana dan memerlukan pemeriksaan penunjang
seperti neuro-imaging yang penting sebagai dasar untuk konfirmasi adanya gejala yang
berasal dari gangguan neurovaskuler. Waktu yang dibutuhkan antara onset gejala dan bukti
radiologic stroke adalah berkisar 25 jam dan hanya 1/3 anak yang terkena stroke terdiagnosis
dalam 6 jam.
Diagnosis stroke pada anak sering kali terlambat, demikian juga dalam memutuskan
terapi. Waktu yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis arterial ischemic stroke (AIS)
pada anak rata-rata lebih dari 24 jam dan bahkan pada neonates waktu dibutuhkan lebih lama.
Kurangnya pengenalan terhadap gejala pada anak berkontribusi pada keterlambatan
diagnosis, sehingga terjadi keterlambatan juga pada terapi.
Sekitar 85% pasien stroke pada anak menunjukkan gejala deficit neurologis fokal, dan
lebih dari setengahnya dirawat pada saat onset gejala. Meskipun gejala neurologis non fokal
seperti kejang, gangguan kesadaran, dan iritabilitas terjadi pada anak dengan stroke, tetapi
hemiparesis merupakan presentasi klinis yang paling umum dari AIS pada anak dan
mengenai area middle cerebral artery. Kelemahan motoric fokal merupakan gejala awal pada
sebagian besar pasien AIS pada anak (70 – 80%).
Standar awal pemeriksaan neuroimaging yaitu Computed Tomographic (CT) Scan
pada gejala neurologik akut. Pemeriksaan dilakukan dalam 6 jam sejak onset gejala pada
hanya sebagian kecil pasien anak. Neuroimaging definitive menggunakan magnetic
resonance imaging (MRI) seringkali memerlukan sedasi/anestesi.

Pemeriksaan Penunjang Diagnosis Stroke pada Anak


 Imaging
Pemeriksaan radiologi sering dilakukan sebagai langkah pertama. 2 jenis pemeriksaan
yang dapat digunakan adalah CT-Scan atau MRI. Pemeriksaan imaging harus segera
dilakukan pada anak dengan gejala klinis stroke yang menunjukkan penurunan kesadaran
sejak awal gejala, atau anak dengan gejala klinis yang memburuk. Jika MRI tidak dapat
dilakukan dalam 48 jam maka CT Scan dapat dilakukan sebagai alternative awal dilanjutkan
segera dengan pemeriksaan MRI. Pemeriksaan gold standard stroke pada anak adalah CT
Scan untuk dapat menentukan jenis patologi stroke, lokasi, dan ekstensi lesi, serta
menyingkirkan kemungkinan lesi non vaskuler.
 Laboratorium penunjang lain
Penunjang laboratorium seharusnya dikerjakan dalam 48 jam setelaLh masuk rumah
sakit yaitu darah lengkap dengan LED, PT/APTT, Kadar elektrolit serum, Glukosa darah, tes
fungsi hati, urinalisis, BUN (Blood Urea Nitrogen), kreatinin serum, dan EKG.
Lini kedua, dapat diperiksa dalam minggu pertama setelah masuk rumah sakit, atas
indikasi tertentu berdasarkan etiologic yang diduga mendasari stroke. Echocardiography,
transcranial, Magnetic Resonance Angiogram (MRA), EEG, Evaluasi hiperkoagulobilitas,
faktor rheumatoid, kultur darah, elektroforesis haemoglobin, profil komplemen,
laktat/piruvat, profil lipid.

Diagnosis Stroke Pada Anak


Riwayat penyakit penting
ditelusuri dalam menentukan
diagnosis stroke pada anak.
Faktor risiko
stroke harus digali seperti suku,
riwayat keluarga terutama yang
berhubungan dengan penyakit
koagulopati, gangguan
serebrovaskuler, penyakit
metabolik maupun gangguan
imunologi. Perhatian
khusus terhadap penyakit sickle
cell, penyakit jantung, riwayat
trauma kepala dan leher, adanya
infeksi
yang mendahului terjadinya
gejala, khususnya infeksi
varicela, vaskulitis, pengunaan
obat-obatan dan
penyakit kelainan darah.
Terapi
1. Terapi Emergensi
a. Neuroproteksi
b. Perbaikan kadar gula darah, menjaga tekanan darah ideal
c. Trombolisis
2. Terapi Urgensi
a. Terapi antitrombotik
Target primer terapi SIA anak adalah menghilangkan thrombus intra arterial. Bisa
dengan heparin, LMWH atau warfarin baik juga untuk cardiogenic emboli, paradoxical
venous embolism, slo-flow dengan severe stenosis, major protrombotic disorder, arterial
dissection. Beberapa terapi ini adalah:
- Unfractionated heparin: inhibisi enzim specific coagulation pathway
mencegah thrombosis. Dosis maintenance 28 U/kg/jam pada bayi, 20
U/kg/jam pada anak diatas 12 bulan, dan diatas itu 18 U/kg/jam. Monitor
activated partial tromboplastin times (APTT) dan level heparin. Lama
disesuaikan dengan keparahan dan faktor lain.
- Low molecular weight heparin: keuntungan lebih mudah memberikan dengan
injeksi subkutan. Dosis 1 mg/kg subkutan setiap 12 jam sekali
- Warfarin: untuk pemakaian jangka panjang pada anak dengan gangguan
jantung kongenital. Target INR 2.0 – 3.0
b. Terapi antiplatelet
Kebanyakan kasus SIA anak mekanisme adalah thrombosis dimediasi platelet.
Pemberian ASA disarankan oleh Pediatric Stroke Working Group, 2004. Juga sebagai
prevensi stroke jangka panjang.
- ASA: dosis 2 – 5 mg/kg/hari diberikan sekali sehari
- Obat lain: Clopidogrel dosis 0,5 – 1 mg/kg/hari
Daftar Pustaka
1. Hartman AL, Lunney KM, Serena J. Pediatric stroke: do clinical factors predict delays
in presentation. 2009:154(5):727-32
2. Ciccone S, Cappela M, Borgna-Pignatti C. Ischemic Stroke in Infants and Children:
Practical Management in Emergency. Stroke Research and Treatment. 2011:1-8
3. Lanni G, Catalucci A, Conti L. Pediatric Stroke: Clinical Findings and Radiological
Approacch. Stroke Research and Treatment. 2011:1-11.
4. Rosa M, Lucia DS, Rinaldi VE. Pediatric arterial ischemic stroke: Acute Management,
Recent Advances and Remaining Issues. Italian Journal of Pediatrics. 2015:41:95.
5. Fox CK, Sidney S, Fullerton H. A community-based, case-control study of childhood
stroke risk associated with congenital heart disease.2015:46(2):336-40

dapat bertahan, sedangkan


penderita stroke non hemoragik
85-95%. Gejala sisa pasca-stroke,
baik
hemoragik atau non hemoragik,
dapat berupa paresis, gangguan
motorik, kejang, hemianopsia,
gangguan berbahasa, gangguan
perilaku atau retardasi mental.
Bila terjadi kejang pada saat
mengalami
serangan stroke akut, maka prognosisnya

Daftar Pustaka
1. Tsze DS, Valente JH.
Pediatric stroke: a review.
Emergency Medicine
International, Hindawi
Publishing Corporation, 2011:1-
10. article ID 734506.
2. Hartman AL, Lunney KM,
Serena JE. Pediatric stroke: do
clinical factors predict delays in
presentation?. J Pediatr, 2009;
154(5):727-32.
3. Ciccone S, Cappela M,
Borgna-Pignatti C. Ischemic
stroke in infants and children:
practical
management in emergency.
Stroke Research and Treatment,
SAGE-Hindawi, 2011:1-8.
articleID
736965.
4. Fan CH, Hu CF, Juan CJ,
Chen, SJ. Current procedings of
childhood stroke. SAGE-
Hindawi, 2011:1-10.
Article ID 432839.
5. Lanni G, Catalucci A, Conti
L, Di Sibio A, Paonessa A,
Gallucci M. Pediatric stroke:
clinical findings and
radiological approach. Stroke
Research and Treatment, Sage-
Hindawi, 2011:1-11
6. Murphy S. Pediatric
Neurocritical Care.
Neurotherapeutics, 2012;9

Anda mungkin juga menyukai