Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

FARMAKOTERAPI 2
"SERANGAN ASMA AKUT”

OLEH:
KELOMPOK A
Risma Sindi AntikaSari(190500247)
Sabilah Nurul Hidayah(190500248)
Safridjal Nara Pratama(190500249)
Santika Wulandari(190500250)
Selly Utami(190500251)

LABORATORIUMFARMASI
FAKULTASILMUILMUKESEHATAN
UNIVERSITAALMAATA
YOGYAKARTA
2020
Kasus 1.
An. Handy (12 th), tiba-tibasajamengalamibatuk-batuk yang
kerapdisertaisesaknafassetelahbermainsepak bola bersamateman-
temannyasampaimenjelangmagribketikalibur di rumahneneknya.
IasegeradibawakePuskesmasterdekatdanmendapatobat. Padasaatpemeriksaan,
dianampakkelelahandenganpernafasan yang cepatsertatakikardi (140/menit) danbunyimengi
yang terdengarjelas.Pagiharinya, neneknyamembawanyake RS
untukpemeriksaanlebihlanjut.Skin test menunjukkanbahwadiaalergibeberapamacam
allergen.Selainitu, neneknyamenceritakanbahwadiajugapunyariwayat rhinitis
alergidanpernahmengalamioperasipengambilan tonsil ketikaiaberumur 5 tahun.
PengembanganKasus :
Rhinitis alergididerita Handy sejakusia 3 tahun, keadaan rhinitis inilah yang memicu tonsillitis.
Rhinitis yang dideritatermasuk rhinitis karenaalergidebu.
Asma yang munculdipicuoleholahraga.Asma yang diderita Handy
termasukasmaseranganakut.Setelahdibawakepuskesmas, Handy mendapatoksigendan salbutamol
inhaler 2-4 puff dengan MDI interval 20 menit, namunmalamketikatidurnafasnyakembalimengi.
Diagnosa : Seranganasmaakut
Riwayatobat : Obat rhinitis dahulu :KlorfeniraminMaleat (CTM) selama 1 bulan
Hasilpemeriksaan di RumahSakit :
- FEV1 : 70 %
- FEV1/FVC : 85 %
- HR : 120 x/menit
- RR : 40 x/menit
- TD : 120 / 80 mmHg
- Suhu : 36,80C
- O2saturasi % : 80 %
PEMBAHASAN
Asma merupakan penyakit heterogen yang umumnya dicirikan dengan adanya
inflamasi kronis jalan napasyangditegaskan lebih lanjut dengan adanyariwayat gejalapernapasan
sepertimengi, sesak napas, sesak dada,dan batukyang berbeda-bedaintensitasnya serta terjadidari
waktu ke waktu,bersamaan denganvariabelketerbatasanaliran udaraekspirasi(Global Initiative for
Asthma, 2014). Gejala dan keterbatasan aliran udara ini bersifat reversibel(Global Initiative for
Asthma, 2014; Kelly and Sorkness, 2008).
Asma biasanya berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan napas terhadap
rangsangan langsung maupun tak langsung serta inflamasi kronis jalan napas (Kelly and
Sorkness, 2008).Faktor yang dapat mempengaruhi asma secara umum adalah faktor host/inang
dan faktor lingkungan(Global Initiative for Asthma, 2014). Faktor inang yang mempengaruhi
perkembangan asma meliputi genetikasma, alergi,hiperresponsivitas jalan napas, obesitas, ras,
dan jenis kelamin(Global Initiative for Asthma, 2012; Graham and Gordon, 2008). Faktor
lingkungan berupaalergen yang berasal dari dalam maupun luar ruangan, infeksi, asap rokok,
polusi udara, dan diet turut mempengaruhi perkembangan asma (Global Initiative for Asthma,
2012; Graham and Gordon, 2008; Kelly and Sorkness, 2008).

Tujuan utama terapi asma adalah meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup
pasien asma sehingga pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa adanya hambatan
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinis, 2007).
Sasaran terapi asma yaitu gejala asma, bronkokonstriksi, inflamasi saluran napas,
obstruksi jalan napas, serta frekuensi dan keparahan asma (Bollmeier and Prosser, 2009; Jansen
and Killian, 2006).
Terapi non farmakologi utama yang harus diberikan pada pasien asma adalah edukasi
disertai dengan melatih pasien untuk melakukan manajemen asma (Global Initiative for Asthma,
2012; Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).Pada umumnyaterapi asma secara
farmakologidibagi menjadi 2kategori berdasarkan tujuan terapinya,yaitu:

1. Controller medications, yaitu obat-obatan yang digunakan untuk pemeliharan. Obat pada
kategori ini bekerja dengan mengurangi inflamasi pada jalan napas, mengurangi gejala,
serta mengurangi risikoterjadinya serangan. Kortikosteroid inhalasi, metilsantin, agonis
beta-2 kerja lama, dan antihistamin generasi kedua merupakan contoh obat kategori ini.
2. Reliever medications, yaitu obat-obatan yang digunakan untuk meredakan gejala,
termasuk perburukan maupun serangan asma. Obat kategori ini juga direkomendasikan
untuk pencegahan bronkokonstriksi karena aktivitas fisik.Contoh obat kategori ini antara
lain agonis beta-2 kerja cepat, kortikosteroid sistemik, antikolinergik, dan aminofilin.
Gambar 4. Algoritma penatalaksanaan asma di rumah sakit (Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2003)
Drug related problems(DRPs) adalah kejadian yang tidak diharapkan terjadi pada
pasien dalam proses terapi dengan menggunakan obat yang secara aktual maupun potensial
menghambat hasil terapi yang diinginkan. DRPaktual adalah masalah yang terjadi berkaitan
dengan terapi obat yang sedang diberikan pada pasien, sedangkan DRP potensial adalah masalah
yang diperkirakan akan terjadi berkaitan dengan terapi obat yang sedang digunakan
pasien(Cipolle, et al.,2004).
Metode SOAP merupakan suatu strategi dalam analisis catatan medis berdasarkan masalah
kesehatan pasien. Metode ini terdiridari 4 elemen, yaitu:subjective(S):berisi informasi subjektif
dalam rekam medis; objective(O): berisi data yang dimasukkan ke dalam catatan kesehatan
seperti beberapa hasil tes, prosedur dan evaluasi; data ini dapat berupa tanda vital, temuan
pemeriksaan fisik, hasil X-ray, ECG, dan lain-lain; obat juga termasuk dalam informasi objektif;
assessment(A): mengacu pada informasi subjektif dan objektif yang harus digunakan untuk
mengembangkan rencana terapi; plan(P): mencakup semua rekomendasi selama analisis,
menetapkan perubahan obat dan strategi yang dipilih, tujuan yang akan dicapai dan parameter
yang harus dipantau(Becerra, Martinez, Bohorquez, Guevara, and Ramirez, 2012).
Subjek penelitian ini adalah kasus pasienanak dengan diagnosisasma di Instalasi
Rawat Inap RS RK Charitas Palembang periode Juli-Desember 2013. Kriteria inklusi penelitian
ini yaitu kasus dengan usia pasien ≤ 12 tahun dengan diagnosisasma yang menjalani perawatan
di Instalasi Rawat Inap RS RK Charitas Palembang periode Juli-Desember 2013 dan menerima
terapi farmakologis. Kriteria eksklusi dari penelitian ini yaitukasuspasien asma anak dengan
penyakit penyerta, seperti TB paru, bronkitis, dan pneumonia,serta rekam medis pasien asma
anak rawatinap yang kurang lengkap dan sulit terbaca.
ANALISIS
1. Subjektif :
 Jenis kelamin : laki- laki
 Usia : 12 th
 Diagnosis : Seranganasmaakut
 Keluhan utama : tibasajamengalamibatuk-batuk yang
kerapdisertaisesaknafassetelahbermainsepak bola
 Status alergi :
 riwayat penyakit :
 penggunaan obat : Obat rhinitis dahulu :KlorfeniraminMaleat (CTM) selama 1
bulan
 tanggal rawat :
 status keluar.:
2. objektif
 pemeriksaan fisik :
 pemeriksaan laboratorium :
 FEV1 : 70 %
 FEV1/FVC : 85 %
 HR : 120 x/menit
 RR : 40 x/menit
 TD : 120 / 80 mmHg
 Suhu : 36,80C
 O2saturasi % : 80 %
 tata laksana obat yang diberikan pada pasien selama perawatan :
3. assessment(A)
 DRPspada pasien :
4. plan(P)/recommendation
 recomendasi :

Anda mungkin juga menyukai