FARMAKOTERAPI
PNEMONIA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK A
1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Hernia Scrotalesini tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas kelompok dari ibu Apt.Nurul Kusuma Wardani, M. Farm., . Pada mata kuliah
Farmakoterapi II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
PPOK bagi para pembaca dan juga bagi penulisan. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Apt. Nurul Kusuma Wardani,M. Farm., yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah kelompok yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami perlu kritik dan saran yang membangun untuk kami sehingga kami dapat
menyempurnakan makalah kami nantinya.
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG…………………………………..
PERUMUSAN MASALAH..........................
DEFINISI PENYAKIT…………………………………..
PATOGENESIS......................................
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT…………………………..
ETIOLOGI PENYAKIT..........................
A. CONTOH KASUS………………………………………
BAB IV………………………………………………………….
4
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penelitian sebelumnya (Kamal and Cholisoh, 2015) yang menggunakan metode purposive
(10,71%). Selanjutnya dilakukan analisis tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, dan tepat
dosis
berdasarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003, diperoleh ketepatan indikasi
sebesar
100%, ketepatan pasien 100%, ketepatan obat 100%, ketepatan obat sebesar 100%, dan
ketepatan
dosis sebesar 78,571%. Kemudian dari evaluasi tersebut didapatkan hasil penggunaan
antibiotik
yang rasional sebesar 22 pasien (78,571%). Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu
pneumonia (CAP) rawat inap sebagai tanggung jawab farmasis dalam rangka
mempromosikan
penggunaan antibiotik yang rasional dan efektif agar tidak merugikan pasien.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Apakah
tahun 2016 sudah rasional jika dilihat dari parameter tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat,
dan
tepatdosis ?
C. Tujuan Penelitian
6
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan penelitian yang dilakukan
adalah : Untuk
rawat inap RSUD Dr. Moewardi tahun 2016 yang dilihat dari parameter tepat indikasi,
tepat pasien,
BAB II
Tinjauan Pustaka
a. Definisi penyakit
paru yang didapatkan oleh masyarakat didefinisikan sebagai suatu penyakit yang dimulai
di luar
disebabkan CAP adalah Streotococcus pneumoniae. Dan bakteri lain yang menyebabkan
CAP
b. Patogenesis
Pada kondisi tubuh sehat di paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme. Oleh
kerana dalam tubuh ada mekanisme
pertahanan paru. Dalam keadaan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh menyebabkan
mikroorganisme ini dapat hidup
1. inokulasi langsung,
2. penyebaran melalui,
Cara untuk mencapai permukaan epitel saluran napas tersebut sangat mempengaruhi besar
kecilnya resiko infeksi pada paru-paru
(PDPI, 2003).
C.Etiologi
(aspirasi dan radiasi) (Supriyatno, 2006). Tercatat 70% penyebab pneumonia adalah infeksi
bakteri yang terutama terjadi pada
aspirasi makanan, kerosen (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing,
pnneumonia hipostatik, dan sindrom Loeffer (Anwar
8
c. Gejala
1. Anamnesis
dari 40°C, sesak napas dan nyeri dada, dan batuk dengan dahak mukoid atau purulen
kadang-kadang disertai darah (PDPI, 2003).
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas dengan
suara napas bronchial kadang-kadang
melemah. Didapatkan ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada
stadium resolusi.
3. Gambaran radiologik
Foto toraks, merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat penting. Foto toraks saja tidak
dapat secara khas menentukan
yang disebabkan kuman klebsiela sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus
atas kanan,
kadang-kadang dapat mengenai beberapa lobus. Gambaran lainnya dapat berupa bercak-
bercak dan kaviti. Kelainan radiologis lain
yang khas yaitu penebalan (“bulging”) fisura interlobar. Pneumonia yang disebabkan
kuman pseudomonas
d. Penatalaksaan
Penatalaksanaan kasus CAP pada umumnya dengan terapi suportif / simptomatik. Terapi
suportif
/ simptomatik yaitu pemberian oksigen, hidrasi, nutrisi yang baik dan elektrolit, pemberian
9
obat
simptomatik seperti antipiretik, mukolitik maupun ekspektoran dan terapi kuratif sebagai
2. Antibiotik
disebabkan oleh bakteri sama seperti infeksi pada umumnya yaitu dengan pemberian
antibiotika
yang dimulai secara empiris dengan antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil
kultur.
Setelah bakteri patogen diketahui, antibiotika diubah menjadi antibiotika yang berspektrum
sempit
sesuai patogen (Departemen Kesehatan RI D.B.F.K & K, 2005). Proses kultur dari mikroba
penginfeksi membutuhkan waktu yang lama menyebabkan terapi antibiotik secara empiris
BAB III
KASUS
1
Pasien atas nama Ny. SGT usia 58 tahun merupakan pasien BPJS0
masuk rumah sakit pada tanggal 31 Maret 2021 dengan keluhan sesak nafas
yang berat dan tidak dipengaruhi oleh aktivitasnya, batuk berdahak sudah
sejak 2 bulan yang lalu (dahak bewarna putih kekuningan dengan volume
dahak sekali batuk ± 2 sendok makan), keringat dingin pada malam hari,
batuk TBC (-), ±4 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan
sesak nafas memberat dan nafsu makan menurun.
Pasien telah melakukan pengobatan ke Respira dan dilakukan RO
Thorax pada tanggal 31/03/2021:
tanggal 31/03/2021:
Cor : Besar dan bentuk kesan normal
Pulmo : Tampak hiperaerated paru pada kedua paru, tampak infiltrat
pada paracardial kanan Sinus pleura kanan dan kiri tajam, Diafragma kanan
kiri mendatar Tulang-tulang tidak tampak kelainan
Pemeriksaan fisik paru
Ditemukan tanda konsolidasi atau perubahan bunyi napas
Dignosa MRS (Masuk Rumah Sakit) 31/03/2021:
Dignosa MRS (Masuk Rumah Sakit) 31/03/2021:
Community Aquired Pneumonia (CAP) PSI class IV
Hasil pemeriksaan tanda vital pasien:
Pemeriksaan Nilai Normal 31/03/2021
TD 120/80 mmHg 120/90 mmHg
Nadi 60–100x/menit 100x/menit
RR 12-20x/menit 32x/menit
Suhu 36,5 – 37,50C 39,50C
SpO 2
>95% 60%
GCS 14-15 14
Kesadaran ComposMentis (CM) Lemah,CM
Objektif
Pemeriksaan fisik paru
Ditemukan tanda konsolidasi atau perubahan bunyi napas
Hasil kultur sputum (Mikrobiologi Sputum) 31/03/2021
Direct smear: Dijumpai bakteri batang gram negatif (+), tidak dijumpai struktur
jamur, BTA 3x: -/-/-
Sensitive Antibiotic:
Amikasin (S)
Ciprofloxacin (S)
Cotrimoxazole
Levofloxacin (S)
Meropenem (S)
Netilmicin (S)
Piperacillin-tazobactam (S)
Pengobatan :
Terapi non farmakologi
1.Istirahat yang cukup
2.konsumsi air putih yang cukup
3.Tidak Merokok
4.Tidak mengonsumsi minuman beralkohol
5.Menerapkan pola hidup sehat dengan Pemenuhan asupan nutrisi dengan
makanan yang bergizi,menjaga kebersihan dan melakukan aktifitas fisik yang
cukup.
Terapi farmakologi
◦ Pemberian antibiotik,diamana dalam memilih antibiotik harus
mempertimbangkan faktor sensivitas bakteri terhadap antibiotik,Adapun
antibiotik yang dapat diberikan pada pasien adalah antibiotik fluroquinolon +
makrolid atau dengan pemberian β lactam(misalnya seftriakson 2gr I.V tiap
hari ; ampisillin 1-2gr I.V tiap 4-6jam serta sefotaxime 1-2gr I.V tiap 8 jam) +
makrolid (misalnya azithromycin 500mg/hari atau clarithromycin
2x500mg/hari )
◦ Pengobatan supportif : Dengan pemberian oksigen, Pemberian sangobion atau
transfuse darah untuk meningkatkan kadar hemoglobin, antipiretik
(paracetamol 500mg 3x1 tab)
◦ Pemberian Kortikosteroid, untuk meredakan pembengkakan di paru-paru
◦ Bronkodilator, untuk melegakan saluran pernapasan
1
DAFTAR PUSTAKA 3
Anwar, A., & Dharmayanti, I. (2014). Pneumonia pada Anak Balita di
Indonesia.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 8(8), 359–365.
Departemen Kesehatan RI D.B.F.K. dan K., 2005, Pharmaceutical
Care Untuk
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan, , 86.
Kamal A.M. and Cholisoh Z., 2015, Evaluasi penggunaan antibiotik
pada pasien
pneumonia di RSUD Sukoharjo tahun 2014,. Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.
Mahalastri N.N.D., 2014, Hubungan Antara Pencemaran Udara dalam
Ruang
dengan Kejadian Pneumonia Balita, Jurnal Berkala Epidemiologi, 2
(3),
392–403.
Musher D.M. and Thorner A.R., 2014, Community-Acquired
Pneumonia, New
England Journal of Medicine, 371 (17), 1619–1628. Terdapat di:
http://www.nejm.org/doi/abs/10.1056/NEJMra1312885.
Nurmala, Virgiandhy IGN, Adriani, Delima F, Liana, 2015, Resistensi
dan
Sensitivitas Bakteri terhadap Antibiotik di RSU dr. Soedarso
Pontianak tahun
2011-2013, Resistensi dan Sensitivitas Bakteri, Vol. 3, No. 1, halaman
21-27.
Supriyanto, Acmad Sani dan Masyhuri Machfudz. 2010. Metodelogi
Riset
Manajemen Sumber Daya Manusia. Malang: UIN Maliki Pres
Anwar, A., & Dharmayanti, I. (2014). Pneumonia pada Anak Balita di
Indonesia.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 8(8), 359–365.