Anda di halaman 1dari 8

By; Abdul Wahab Ahmad

CONTOH MUJASSIM JUJUR

Dari dulu, tidak banyak ditemukan mujassim jujur ketika berbicara akidah. Biasanya
mereka menyembunyikan akidahnya karena bagaimana pun akan terasa menjijikkan bila
diucapkan. Yang berani berkata bahwa Allah adalah fisik berukuran sekian-sekian
atau punya organ tubuh yang tak sama dengan makhluk, atau ucapan menjijikkan
lainnya hanya sedikit.
Kebanyakan mujassim di masa klasik tidak suka memakai kata yang dengan jelas
menampakkan akidah tajsim. Sebab itu kata jisim mereka plintir maknanya menjadi
macam-macam agar lebih bisa diterima seperti misalnya makna wujud, makna bisa
dicerai-berai, makna mirip makhluk dan sebagainya yang tak punya dasar baik secara
kebahasaan, syariat, atau akal. Padahal makna aslinya adalah badan, tubuh atau
sesuatu yang besar (mempunyai dimensi panjang, lebar dan tinggi).
Mujassim modern juga sama, mereka kebanyakan sebisa mungkin menghindari kata jisim,
fisik, badan, tubuh, ukuran atau dimensi ketika menyifati Dzat Allah. Biasanya
mereka memilih kata yang terdengar lebih syar'i untuk mengarahkan pendengar pada
makna susupan bahwasanya menurut akidah mereka Allah itu adalah sosok fisikal
berukuran besar yang punya berbagai anggota tubuh. Contoh ungkapan plesetan mereka
misalnya "Maha Besar" dalam arti ukuran fisiknya super jumbo atau istilah "Tangan
yang sebenarnya" dalam arti organ tubuh yang bernama tangan. Hanya saja maknanya
jarang sekali diucapkan secara jujur.
Tapi beda ceritanya dengan Mbah Khalid Basalamah ini. Ia jujur dan blak-blakan
ketika menjelaskan akidah tajsimnya tentang Allah. Simak saja videonya berikut yang
menyatakan Allah punya fisik dengan berbagai anggota badan.
Bila anda bertanya apakah Nabi Muhammad pernah menjelaskan seperti itu? Tentu tidak
pernah. Akal-akalan mujassimah saja yang merangkai berbagai hadis yang terpisah
menjadi satu hingga seolah membahas organ-organ Tuhan. Saya sering membahas
kebatilan argumen dan dalil-dalil mereka, bisa dicari di facebook ini bila mau.

I : Ujaran kebencian, gimana kami yang awam ini mau menerima dakwah NU, yang
sikapnya ya yang seperti ini, merendahkan orang lain dan, dari sini saja sudah
kelihatan kualitas si penulis.
Semakin penulis menyudutkan dakwah salafi, maka dakwah tersebut makin besar, cara
memadamkan dakwah salafi adalah ikuti Al-Qur'an dan Sunnah, selagi penulis mencari-
cari memframe salafi dengan negatif, maka semakin kelihatan si penulis sebenarnya
kurang PD. Harusnya sampaikan aja pendapat penulis dengan santun berbahasa yang
baik, sederhana dan logis.

AWB : saya tidak membahas NU. Terserah anda mau NU atau tidak. Saya cuma mau bilang
bahwa sejak masa salafus shalih, mujassimah itu disesatkan dan sepakat bahwa mereka
sesat dan contohnya adalah orang dalam status ini.
Kalau anda mau membela tajsimnya orang ini dan mau membantah saya, maka caranya
bukan dengan memframing seperti ini tapi dengan adu hujjah.

D : Ustadz Mochammad Su'eb Fattah yth,


TS dari penulis (ustadz Abdul Wahab Ahmad) bersifat public artinya bisa
dikomentarai oleh orang lain, ini negara demokrasi saya boleh dong mengomentari
beliau, sehingga saya merasa tidak perlu mengomentari komentar anda, jika anda mau
dikomentari buat saja postingan yang lain, tapi sebenarnya saya tidak terlalu
terkejut dengan sikap anda karena anda mungkin kaum yang suka membubarkan
pengajian, yang suka jaga gereja dan yang suka lapor-lapor (maaf jika salah). Dan
juga suka keroyokan seperti ini, saya sedang mengomentari si penulis dan si penulis
mau menjawab komentar saya, kenapa anda yang baper?
Ada beberapa poin yang saya sampaikan kepada ustadz Mochammad Su'eb Fattah yth,
- Saya sedang tidak membela si Khalid, saya hanya tidak suka dengan cara-cara anda
yang menghakimi seseorang menurut asumsi anda.
- Si Khalid sedang melakukan kajiannya dengan jamaahnya, kenapa anda yang
kepanasan? (apakah ini bagian dari ajaran agama islam juga)
- Stop meremehkan orang lain, bahwa seolah-olah anda saja yang sudah baca kitab,
dan orang lain belum baca kitab, hanya baca 1 kitab atau lain sebagainya.
- Bukannya agama anda menyuruh anda bersikap adil?
- Apakah anda sudah bertanya kepada si Khalid dia mujassimah?
(jika belum bertanya, bukankah anda sedang menfitnah?)
- Atau memang seperti inikah ajaran islam menjelek-jelekan pribadi orang?
Kemudian anda berasumsi pada kalimat anda “Jika Allah punya wajah, apa menurut anda
Allah punya dzat lain selain wajah? Atau Allah hanya terdiri dari wajah saja?” (itu
asumsi anda)
Saya bertanya apakah Tuhan anda ustadz Mochammad Su'eb Fattah yth, punya wajah atau
tidak, punya tangan atau tidak? saya yang awam ini bertanya tidak perlu bertele-
tele dalam menjawabnya?
Karena ustadz Mochammad Su'eb Fattah yth kelihatannya seorang alim (berilmu) boleh
dong saya tambah 1 pertanyaan lagi untuk menambah pengetahuan saya yang awam ini.
1. Allah Maha Kuasa atau tidak?
2. Apakah Allah kuasa membuat wajah-Nya?
Terima kasih atas pencerahannya nanti ya ustadz Mochammad Su'eb Fattah yth.

M : makin aneh anda. si ust khalid sedanh pengajian publik yg isinya ajaran salah
maka wajar kan kyai wahab ini mengkritik dan menyalahkan ust khalid di depan publik
agar yg lain tidak ikut sesat/salah terlebih ust khalid itu berulang2 kali ajarkan
ajaran salah ini di publik. Knp anda yg sewot dgn sikap kyai wahab ini? Klo saya
sewot ke anda itu maklum krn anda yg gak faham tp sok faham dgn pake menyalahkan
sikap beliau dan pura2 gak belo ust kholid tp anak TK pasti faham klo anda itu bela
ust khalid. Tp sayangnya cara bela anda ini gak menunjukkan anda orang yg berilmu
krn menyerang sikap/gaya penyampaian beliau bukan mrnyerang hujjah beliau. Konyol
kan anda ini. Anda pura2 tanya tp pinginnya dijawab sprti yg anda fahami dan
yakini... Krn jika anda langsng menjelaskan pemahaman anda dan i'tiqod anda, anda
kayaknya gak PD dan sadar keilmuan anda gak mumpuni. Jd sekali lagi gk punya
kapasitas mencounter hujjah beliau sebaiknya diam dan intifadah aja.
Anda super aneh, anda bisa seenaknya komen dan kritik serta caci maki orang lain tp
ketika anda sendiri saya kritik dan balas atas apa yg anda lakukan ke kyai wahab
ini anda gk terima. Mbok ya ngaca klo gak mau di semprot dgn ucapan kasar maka jgn
berucap kasar ke pihak lain. Klo mau orang lain berakhlaq pada anda, maka anda juga
harus jaga akhlaq pada orang lain. Masak akhlaq yg begini aja anda gak tahu... ?
Yg bertele tele itu anda krn mau berdebat dgn kyai wahab pake ngomongin akhlaq
beliau dgn nuduh jelek beliau dan ngajarin tabayyun segala. Debat saya pendapat
kyai wahab dgn gentle gak perlu pake pura2 tanya, pura bodoh padahal sprtinya mmg
iya anda ini. Coba beri ibarat/ referensi kitab apa pendapat /i'tiqod anda yg bisa
membantah TS kyai wahab ini.
Saya bisa saja ngeladeni pertanyaan anda yg sok pintar ini soal apa Allah kuasa
menciptakan hal yg bertentangan dgn kewujudan dzatNYA. Krn pertanyaan anda ini
konyol, sprti pertanyaan2 konyol lain. Saya bisa bikin banyak pertanyaan macam anda
tsb, semisal apa Allah kuasa menciptakan tuhan yg sama sprti dirinya? Apa Allah
kuasa menciptakan batu besar yg saking besarnya sehingga Allah gak mampu
mengangkatnya?
Jika anda bertanya semacam itu, maka berarti anda mmg gak ahli dlm bidang ilmu ini.
Dan saya gk mau jadi orang konyol sprti anda dgn menjawab kuasa atau tidak kuasa
Allah melakukan hal tsb. Mustahil Allah punya organ wajah krn itu berarti dzat
allah sama dgn makhluq yg terdiri dr bbrp unsur/struktur/jisim. Dan kuasa Allah itu
tidak berhubungan dgn hal yg mustakhil yg secara akal sehat akan kontradiktif dgn
kesempurnaan dzat Allah.
Skrg silahkan munculkan satu referensi dr kitab ilmu tauhid/kalam yg membantah
subtansi TS dr kyai wahab setelah itu silahkan mendebat beliau.
Dan jgn sok paling ngerti akhlaq ustad/kyai dgn mengajari mereka untuk tabayyun
segala. Ngini deh, saya mau tanya pada antum, apa antum pernah mengingatkan ust
khalid untuk tabayyun pada kyai NU akan dalil amaliah tahlil, maulid yg dia
sesatkan/bid'ahkan? Hehehe baiknya sebelum menasehati orang/pihak lain itu berkaca
dulu sebelumnya.
Ngini loh. Klo antum mmg orang bodoh seperti saya, maka sebaiknya sbg orang bodoh
yg butuh bertanya dan intifadah pada orang alim, seharusnya jgn sok menasehati
orang alim tsb. Tinggalkan saja yg anda merasa yg tidak cocok dr beliaunya ambil
manfaat ilmunya saja. Krn orang alim itu seringkali apa yg beliau lakukan ada dasar
hukum dan pijakannya yg bisa jadi anda tidak tahu dan fahami. Tp jika anda merasa
orang alim juga, maka debat saja dgn gantle dgn hujjah dan dalil yg anda miliki apa
yg disampaikan orang alim tsb.
Jika anda mengangap kyai Wahab ini bukan orang alim maka sebaiknya putus pertemann
facebook aja dan buat apa anda minta berteman segala dgn beliau.
Terakhir saya mau tanya, anda ini betulnya orang alim apa bodoh ya ? Biar jelas
bagi saya.
Afwan jika saya ada salah kata dan maafkan klo ada kata kasar dari saya. Smg kita
sama2 dapat keberkahan orang alim.

A : Penjelasan Tentang Wahabi Oleh Penasehat NU, Rektor UNIDU, Prof. Dr. Kyai H.
Ahmad Zahro. MA, Beliau Adalah Guru Besar Bidang ilmu Fiqih di Universitas Islam
Negri Sunan Ampel Surabaya.

D : Wahabi Sini SekolahNya Lulusan diSono ( Madinah)Dan Guru2Nya Juga Orang di Sono
( Madinah) Nggak Mungkin Ber beda
Pakain Dan Baju di Suatu Negara Tidak Seharus Mau Sama Krn Pakaian Itu Termasuk
Budaya Masing-masing Suatu Negara

K : yg jdi masalb wahabi lokal


Di arab2 sanamh udh jelas baik smua, tdk gmpang mncla amaliah org lain

A : Benar Apa Yg dikatakan Ustadz DR Khalid Basalamah, MA, Mereka Tidak Mengarang
Seperti Sufi, Tp Mereka Berbicara Berdasarkan Dalil Yg Shahih

-----------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------
-

FD : Truntuk Ustadz Salafi dan dedengkot yg tidak suka dngn Penolakan Khalid
Basalamah di Kota Palu
Dr. Khalid Basalamah di Tolak itu Hak dakwah dan Tablig Akbar bukan brrti ia di
tolak ke palu untk Jalan jalan dan safar atau brlibur..
Pertimbangan di usir itu melalui pertimbangan panjang melaui kerja sama NU dan
alkhairaat (Diwakili Asyabalul Khairaat dan HPA)
Srta Ustadz Jangan suka suka menjual Isu Syiah di balik penolakan Khalid Basalamah
atau mngatakan NU dan Alkhairaat di tunggangi Syiah, JIL dan dangdut-Dangdutan krna
Enggak laku Mas..!!😅🙏
Belajar lagi Ustadz, sbb Pertimbangan mngundang seorang penceremah yg brbeda dnggn
Aqidah masyarakat stempat itu atas prtimbangan Ushul Fiqh Saddudz Zhariah
(Penolakan nya lbih mngdepankan Maslahat dripad mmbiarkan ia panggung brceramah tp
mnimbulkan Mafsadah)

Z : Sehat selalu ustad kholid basalamah dan semoga segera mendapat hidayah tuk
bertobat dari kebathilan ajaran Wahhabi

H : Jika perbedaan teman2 salafi dg NU selalu disikapi dg PENGUSIRAN , apa jadi nya
dg cita2 Kita yg menginginkan suasana akur, yg hangat, damai, dan bersahabat.

F : masalahnya, wahabi ceramahnya nyakar2 melulu si bro.. denger ceramah mereka


susah buat akur atau hangat,, malah tambah panas

D : Bertetangga yg baik itu klo lagi main ke rumah tetangganya jgn caci maki dan
bilang jelek istri tetangganya tsb. Dan klo punya tetangga yg gak tahu diri macam
itu, maka lebih baik tolak aja klo mau berkunjung ke rumah kita drpd kita jadi
ribut ama istri kita yg mesti gak terima di bilang jelek/di caci maki dpn muka
begitu atau malah kita yg jadi gak sabar ingin bogem tetangga tsb di depan istri
kita yg terhina oleh ucapan2nya yg urusannya jadi ngak karuan lagi.
Tindakan menolak/mengusir ini ada dasar dalilnya yakni daf'ul mafasid muqoddam...
Atau memilih akhoff dr 2 dhoror. Jgn meminta orang lain mengerti jika tidak bisa
mengerti orang lain.

S : Di tolak karena beda aqidah ?

Z : Karena intoleran.
Kalau beda aqidah tapi toleran in syaaa allah tidak akan diusir

-----------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------

FD : Yang menolak Dr. Khalid Basalamah bukan hanya PWNU Sulteng saja tp Alkhairaat
(Basis Madrasah dan Dakwah Islam di Palu dan trbsar di Indonesia timur) jga
menolak, Maka tahu dirilaaah..!!😅🙏 Palu, Sulteng itu sama sprti Aceh dan Minang
basis Keislaman Masyarakatnya adalah Asyaariyah..
Saya pribadi banyak brbeda dalam penerapan metode Aqidah Mazhab Asyaari dngn bbrap
kawan di Alkhairaat dlm tataran Ilmu dan penerapan bnyk mngikuti tradisi Yamani,
Mesir (Mmakai pendekatan Ghazalian). Tp, saya masih brfikir untuk mmbuat kajian dan
Tablig Akbar (Padhal kota Palu adlah tanah kelahiran saya dan Alumni Alkhairaat).
LAH, Khalid Basalamah adlah Tamu dan Keislaman Dr. Khalid yg ia anut (Wahabiyah
Mujassimah) brbeda dngn Tradisi keislaman Asyaariyah dañ Mayoritas, makanya
Masyarakat Sulteng di wakili oleh Alkhairaat dan NU menolak..😅 pun menolak krna
Argumentasi ilmiah Keislaman Khalid basalamah itu rana di Ushuli seperti :
1. Tawassul
2. Dzat dan Sifat Allah
3. mengingkari Ahli Fatra Orang tua nabi (orang tua nabi berada di neraka. Dll
4. Mengingkari Mazhab Asyaariyah
Anehnya yang koment dan mrah marah krna Khalid Basalamah di tolak bukan Warga Palu
dn sulteng..😅🙏
Yang sabar ya PW IPNU Sulawesi Tengah

AWB : Andai ada seorang Asy'ari yang mau pidato di sarang wahabi dengan materi
kesesatan mujassimah, pasti mereka tolak juga. Itu wajar sekali.

S : sebenarnya Khalid Basalmah ini ahli dibidang apa ya ?.. fiqihkah (kok sering
salah ttg fiqih meski hanya soal wudhu) .. atau ahli ilmu kalamkah ? ...
ada yg bilang ahli sejarah ?.. weh

-----------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------

Antara ibadah dan 'adah

Oleh: Abdul Wahab Ahmad

Banyak orang yang tak bisa membedakan mana ibadah dan mana 'adah (adat
istiadat/kebiasaan/kegiatan non-syariat). Dari situ muncul kesalahpahaman tentang
bid'ah.
Contoh sederhana:
- Menunggu pesawat bukan ibadah. Ketika ada yang menunggu pesawat sambil membaca
qur'an atau berzikir, maka penungguan ini tetap bukan ibadah. Penungguannya adalah
hal mubah, membaca qur'an dan zikirnya adalah sunnah berpahala. Apabila ada yang
setiap menunggu pesawat selalu membaca al-Qur'an dan berzikir, dia tetap tidak
melakukan bid'ah. Tidak bisa juga disebut mengkhususkan waktu ibadah sebab yang
khusus adalah waktu penungguan pesawatnya, bukan ibadahnya.
- Menyelenggarakan acara peringatan apapun yang non-maksiat bukanlah suatu ibadah
dan hukumnya mubah. Ketika peringatan apapun itu diisi oleh kegiatan mubah seperti
ngobrol-ngobrol dan makan-makan, maka kegiatan yang menjadi isinya itu tetaplah
mubah. Peringatannya berstatus mubah, demikian juga isinya. Ketika diisi dengan
kegiatan sunnah seperti dzikir dan sedekah, maka kegiatan zikir dan sedekahnya juga
tetap sunnah. Peringatannya mubah, namun isinya sunnah. Acara peringatan ini
tetaplah bukan bagian dari ibadah ataupun syariat sehingga tidak relevan dengan
status bid'ah, apapun isinya. Demikian pula ketika acara peringatan ini dilakukan
setiap momen tertentu, tetap mubah dan tetap bukan ibadah.
- Ngobrol dengan tetangga di hari tertentu dalam seminggu adalah bukan ibadah dan
hukumnya mubah. Ketika ngobrol-ngobrol ini diisi dengan baca koran, maka ngobrolnya
mubah dan isinya juga mubah. Ketika acara ngobrol ini diisi dengan membaca surat
Yasin bersama, maka pembacaan surat yasinnya tetap sunnah seperti semula. Acara
ngobrolnya mubah sebab bukan ibadah, isinya yang sunnah. Yang seperti ini juga tak
relevan dengan status bid'ah, meskipun terjadwal secara kontinyu.
Orang-orang yang mempermasalahkan kegiatan 'adah seperti di atas bila diisi dengan
ibadah tidaklah paham makna bid'ah. Bagaimana mungkin ketika acara non-ibadah yang
mubah diisi dengan makan, minum, ngobrol, nonton tv, dengerin radio, sosmedan
hukumnya tetap mubah, namun ketika acara tersebut diisi dengan membaca zikir,
membaca surat tertentu dari al-Qur'an atau bersedekah lantas dianggap bid'ah dan
sesat?
Silakan dikiaskan untuk masalah lainnya. Semoga bermanfaat.

A : yai.. bagaimana dengan adat masyarakat misalx baca doa habis panen atau
selamatan masuk rumah baru?

AWB : tak masalah. doa itu kapan saja di mana saja saat apa saja.

-----------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------

POIN PERSAMAAN ASY'ARIYAH DAN PENDAKU SALAFI

Sebenarnya mencari persamaan antara akidah Asy'ariyah dan Wahabi (pendaku salafi)
yang inshaf itu mudah. Sejarahnya dulu, Asy'ariyah pernah dianggap sayap bagian
kalam dari Hanabilah sebagaimana Hanabilah dianggap sayap hadis dari Asy'ariyah.
Selama konsisten mengikuti Hanabilah, seharusnya tidak sulit mencari titik temu
ini.
Misal, keduanya sama-sama meyakini bahwa Allah punya sifat Uluw dan istiwa' atas
Arasy. Keduanya meyakini Allah tak terkait, tak butuh, dan tak menyatu dengan alam
(makhluk). Keduanya bisa sepakat bahwa kalimat "Di atas Arasy" bukan untuk menyebut
bahwa Allah bertempat sebab Arasy adalah batas terakhir makhluk sehingga di atasnya
artinya sudah tidak ada tempat lagi, sudah tak ada hubungannya dengan ruang lagi.
Alhasil, semua sepakat Allah tak bertempat (la fi makan).
Di poin ini keduanya bisa klop bertemu. Dari Imam al-Baqillani al-Asy'ari hingga
al-Albani, ada pernyataan yang maknanya seperti itu. Tinggal masalah redaksional
saja mau disebut apa "di luar Arasy" itu. Pendaku salafi lebih enjoy dengan istilah
"di luar alam", sedangkan Asy'ariyah merasa lebih pas menyebutnya "tidak di dalam
dan tidak di luar" sebab diksi "di luar" masih menyisakan kesan adanya ruang baru
dan jarak fisik. Masalahnya, bagi pendaku salafi, diksi "tidak di dalam dan tidak
di luar" justru mengesankan ketiadaan. Saya tak mau membahas soal ini sekarang,
dulu sudah pernah menulis panjang lebar, tetapi harus disadari bahwa inti
masalahnya hanya masalah redaksional alias diksi saja, bukan masalah esensial yang
akan berat urusannya di akhirat. Clear ya.
Yang repot kalau sudah ketemu pendaku salafi garis keras. Variannya banyak. Ada
varian penggemar hoax yang sejak awal biasanya sudah ngegas dengan sederet fitnah
seperti Asy'ariyah mengatakan Allah di mana-mana, Asy'ariyah menolak sifat Uluw
atau istiwa', Asy'ariyah cuma bertauhid rububiyah dan sebagainya. Ada lagi varian
mujassim yang mengatakan bahwa Dzat Allah punya sisi-sisi; ada sisi bagian sana dan
sisi bagian sini, ukurannya gede banget dengan dalih Allahu Akbar, terbatas dalam
tempat dengan dalih istawa di atas Arasy, lokasinya di tempat tinggi dengan dalih
sifat uluw, dan sebagainya. Untuk di FB, ada juga varian ngakak, komennya tak
berbobot tapi langsung nyerang ngegas dengan berbagai umpatan sambil rajin klik
tombol ngakak berulang kali seolah sedang wiridan. Berbagai varian ini sampai
kiamat takkan bisa nyambung dengan Asy'ariyah atau pun Hanabilah inshaf kecuali
apabila Allah memberi hidayah.
Saya bukannya menafikan perbedaan antara Asy'ariyah dan Hanabilah, ada beberapa
poin perbedaan tetapi bisa juga dicari titik persamaannya kalau mau legowo. Misal
soal "suara" dalam kalamullah. Tapi ini agak panjang. Beberapa terselip dalam
tulisan-tulisan lama saya. Lanjut lain kali saja.

M : Kuncinya, asal salafi gak membid'ahkan tafwid asy'ari, aman berarti. Hanya soal
redaksi kalau itu.
Kalau sudah soal tafwidh pun dibid'ahkan, lah ini masalah besar.

AWB : nah... Cocok.

A : Pak Yai, saya agak tergelitik ketika membaca Al-Ghunyah pada bahasan akidah.
Disitu Syekh 'Abdul Qadir Al Jilani "seperti" mengkritik asy'ariyah, dan aroma
Hanabilahnya sangat terasa. Pertanyaan saya, apakah dalam hal akidah, Syekh Abdul
Qadir Al Jilani berfatwa dengan mazhab Hanabilah, atau ada tahrif dalam kitab tsb?
Mohon pencerahannya Pak Yai

AWB : beliau Hanabilah, wajar saja sebab memang ada perbedaan diksi yabg seringkali
dibesar-besarkan. Tapi secara umum beliau sama saja dengan Asy'ariyah mufawwidh.

-----------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------

Kenapa Banyak Yang Tertarik Belajar Pada Wahabi? Dan Kenapa Pengajian Umum Aswaja
Kurang Berbobot?

Banyak yang bertanya mengapa banyak orang, terutama kaum urban, banyak yang
tertarik untuk belajar di majelis Wahabi daripada di majelis Aswaja? Jawaban paling
sederhana adalah karena ketika belajar pada wahabi, maka seseorang akan mendapat
prestis secara instan.
Ketika ada orang yang begitu awam dalam agama, namun muncul kesadaran untuk belajar
agama, maka dia punya dua opsi: Pertama adalah menempuh jalan instan di mana dia
hanya perlu menghadiri beberapa kali kajian lalu diberi gelar dan label yang
prestisius. Kedua adalah jalan terjal yang mengharuskannya menempuh masa yang
panjang serta kurikulum rumit, itu pun pada akhirnya tetap dibilang bukan-siapa-
siapa.
Jalan pertama tersebut adalah jalan wahabi. Jadi semisal seseorang baru "hijrah" ke
jalan yang benar lalu mengikuti kajian mereka, maka hal pertama yang ditanamkan
adalah agar tampil beda "sesuai sunnah". Dengan tampil beda, maka muncullah
distingsi dari masyarakat dan dari distingsi muncullah rasa bangga dan eksklusif.
Kemudian bila misalnya dia yang masih awam bertanya tentang bid'ah, maka dia akan
diberi nukilan hadis "kullu bid'atin dlalalah" (semua bid'ah sesat) serta 3-4 hadis
tentang celaan terhadap bid'ah yang mungkin ditambah beberapa atsar dari para
sahabat dan beberapa pendapat ulama yang senada. Ini semua hanya memerlukan satu
kali tatap muka, paling lama dua kali tatap muka maka sudah selesai dengan
pendalamannya.
Dari pertemuan 1-2 kali tatap muka itu, dia sudah mendapat gelar sebagai pengikut
sunnah dan merasa siap menyanggah orang luar yang dianggap sebagai ahli bid'ah.
Meskipun dia diberi tahu bahwa Imam Syafi'i membagi bid'ah menjadi dua, yang baik
dan buruk, dia akan merasa sudah melampaui Imam Syafi'i dan menyangka Imam Syafi'i
salah memahami konsep bid'ah sesuai sunnah. Imam Syafi'i hanya manusia yang tidak
makshum, katanya seolah pemahaman ustadznya sendiri sudah makshum. Ketika dia
diberi bukti bahwa para ulama dari empat mazhab, dari satu generasi ke generasi
yang lain membagi bid'ah menjadi dua juga, dia akan mengatakan bahwa mazhab empat
semuanya dalilnya lemah sedangkan yang kuat hanya dalilnya sendiri. Merasa dirinya
elit dan agung melampaui mujtahid, itulah kebanggaan yang ditanamkan secara instan
dalam waktu yang super singkat. Wajar bila banyak yang tertarik.
Berbeda dengan itu, bila seorang awam yang baru tumbuh semangat beragamanya datang
ke majelis kajian Aswaja, maka dia akan dihadapkan dengan kurikulum yang panjang
dan rumit. Bila misalnya dia bertanya tentang konsep bid'ah, maka dia akan diajari
untuk memahami hadis tentang bid'ah dari sudut pandang bahasa, dari sudut pandang
sejarah pemahaman sahabat, tabi'in dan para mujtahid, dia juga harus menguasai
ushul fikih sebelum dia diperbolehkan melakukan istinbat dari hadis sehingga tahu
mana ungkapan yang umum dan yang khusus, dalil mana saja yang mentakhsis hadis
"kullu bid'ah", dan dia harus tahu ilmu alat yang cukup untuk sampai ke sana. Ini
semua memerlukan waktu yang sangat panjang.
Meskipun pada akhirnya si penuntut ilmu tadi sudah memahami bagaimana itu bid'ah
menurut pandangan ulama disertai seluruh perbedaan pendapat di dalamnya, dia tetap
tidak mendapat gelar dan prestis apa pun. Dia hanya tetap disebut penuntut ilmu.
Ketika selesai satu tahap, dia akan disodori tahap berikutnya dan dia akan terus
dianggap biasa saja, bukan siapa pun di depan para mujtahid yang agung itu.
Akhirnya mereka yang belajar dalam kurikulum aswaja jarang yang mengaku alim
meskipun kenyataannya sangat alim, malu untuk mengklaim mengikuti sunnah sebab dia
tahu ada ribuan sunnah yang tidak sempat dia lakukan, dan nyaris mustahil mereka
mengklaim sudah berijtihad dan punya hasil ijtihad yang kualitasnya melampaui para
imam mazhab.
Dengan kata lain, bila digambarkan seperti jenjang pendidikan formal, majelis
Wahabi siap memberikan ijazah S3 bagi muridnya yang masih baru masuk TK. Sedangkan
dalam majelis aswaja, yang baru masuk TK akan diberi tahu bahwa mereka harus lama
di TK baru boleh lalu lanjut ke SD lalu SMP lalu SMA lalu S1 lalu S2 dan barulah
menjadap ijazah S3. Tentu majelis Wahabi lebih menarik sebab yang masih TK merasa
berhak berkomentar dan memberi penilaian dalam obrolan para doktor.
Di sisi lain, persyaratan jenjang yang panjang menimbulkan efek samping dalam
pengajian umum Aswaja yang sifatnya ceremonial. Dalam mimbar ceramah aswaja, jarang
para ulamanya membahas kajian berat sebab mereka tahu audiennya belum levelnya
mendengar pembahasan itu. Akhirnya yang ditampilkan hanya pembahasan ringan yang
diberi bumbu-bumbu candaan dan contoh-contoh lucu. Misalnya membahas bid'ah, maka
kecil kemungkinan akan keluar kajian yang serius tentang itu dari berbagai sudut
pandang sebab baru muqaddimah saja pasti waktunya habis. Dipaksa dengan bahasa yang
singkat pun belum tentu paham. Akhirnya terpaksa yang disajikan hanya definisi yang
mudah dan contoh sederhana yang kadang lucu.
Efeknya, beberapa orang yang kritis akan melihat pengajian di mimbar aswaja kurang
berbobot secara ilmiah. Tapi memang mimbar seremonial bukan tempat belajar serius
sehingga salah tempat bila mengharap kajian serius di sana. Ini seperti Enstein
yang diundang untuk memberi pidato Sains pada wisuda anak SD, pasti yang dibahas
adalah sains sederhana level elementary. Ternyata, ada anak SD yang kritis
menyimpulkan bahwa ternyata Einstein tidak sehebat itu dan kurang berbobot.
Semoga bermanfaat.
=======
Update:
Dari beberapa komen, faktornya ditambah:
3. Pengajian aswaja sering kurang menarik penyajiannya bagi kaum milenial dan urban
4. Di Majelis aswaja kadang ada yang cerita aneh-aneh, ngaku dirinya wali, ketemu
malaikat dsb. Hahaha

P : Walaupun banyak yg tertarik kajian wahabi dan menganggap kajian aswaja kurang
menarik,
Seberapa hebatpun wahabi dalam marketingnya tetap tidak akan pernah bisa
mewahabikan indonesia apalagi dunia
Indonesia tetap mayoritas aswaja.
Dan aswaja tetap mayoritas di dunia

-----------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------
-----------

Denial

Sebenarnya saya kasihan pada kawan- Wahabi yang terus-menerus denial di hadapan
fakta-fakta yang saya sajikan di akun ini.
Faktanya Syaikh Ibnu Taymiyah mujassim sebab menetapkan seluruh ciri jismiyah
bahkan menganggap bahwa itu adalah lazimul haqq (konsekuensi kebenaran), mereka
denial.
Faktanya bahwa sebagian ustadz wahabi seperti Khalid Basalamah terang-terangan
menjisimkan Allah, mereka denial.
Faktanya hampir semua teroris yang ditangkap di Indonesia beraliran wahabi, mereka
denial.
Faktanya ustadz wahabi semisal Badrusalam dan Arifin Badri terbukti berbohong dalam
sebagian bahasannya, mereka denial.
Akhirnya fakta hanya dibalas cemoohan, cibiran, perendahan, membahas hal lain yang
tidak nyambung dan emot ketawa-ketiwi tidak jelas. Andai sikap mereka
dipersonifikasi dalam wujud manusia di alam nyata yang kerjaannya hanya menolak
fakta, bicaranya tidak nyambung, suka mencemooh dan ketawa-ketiwi sendirian di
keramaian, maka kita sebut apa orang semacam itu? Kasihan bukan?
Semoga Allah memberikan kita semua hidayah.

-----------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------
----------------

Anda mungkin juga menyukai