Anda di halaman 1dari 2

Syeikul Islam Ibnu Hadjar Al Haitami menegaskan bahwa janganlah kalian mendekati kitab kitab

Ibnu Taimiyah serta murid nya yakni Ibnul Qayyim beserta orang-orang yang mengikuti mereka yang
menjadikan hawa nafsu nya sebagai Tuhan mereka, Allah SWT telah menutup mata, telinga dan hati
mereka. Mereka sesat dalam lautan dalil. Tidak ada yang bisa memberikan petunjuk kepada mereka
kecuali Allah (Al Fatawa Al hadithiyah : 203) Islam adalah mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah disertai
ilmu alat dan bukan hanya terjemahan belaka adapun bermetode berfiqih mengikuti 4 madzhab
Hanafi Maliki Syafi'i Hambali atau salah satunya, beraqidah ahlussunah waljamaah Asy'ari dan
maturidi, ALLAH ADA TANPA TEMPAT dengan sifat sifat wajib Allah yakni wujud, qidam, baqa,
mukhalafatu Lil hawadist, qiyamu binafsihi, wahdaniah, qudrat, iradat, ilmu, hayat, sama', Bashar,
qalam. bertasawwuf semisal Al-Ghazali dan Abul Qosim aljunaidi 2. Ada pula yang di luar itu yakni
Kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah tanpa ilmu alat Dan hanya terjemahan, Anti madzhab dalil nya
addurarussaniah juz 3 halaman 56 yg ditahkiq oleh Abdurrahman bin Muhammad bin Qosim berkata
Muhammad bin Abdul Wahhab ilmu fiqih yang diajarkan pada kitab kitab 4 madzhab adalah ilmu
syirik dan ke empat imam madzhab adalah setan setan manusia dan jin. Beraqidah mengikuti
aqidah Yahudi kitab taurat yang dipalsukan trilogi tauhid mujassim dan musyabbih Ibnu Taimiyah.
Tauhid rububiah, tauhid uluhiyah, tauhid asma wassifa Sifat zaatiyah seperti Allah mempunyai dua
tangan, dua mata dan wajah secara hakikat bertempat di atas Arsy menetap tinggi di atas langit
secara hakikat turun pada sepertiga malam dari atas Arsy ke langit dunia tanpa menyebabkan atas
Arsy menjadi kosong dll. Anti sufi/tasawuf, dalilnya kata imam Syafi'i jika pagi pagi jadi sufi siangnya
jadi dungu. Padahal masih banyak sambungannya. 3. Adapula aqidah imamah Syi'ah. Mereka juga
meyakini bahwa Allah bersemayam di atas Arsy, punya tangan kaki mata dan wajah tetapi anggota
badannya tidak terbuat dari daging dan darah atau berbeda dengan makhluk hidup. Kesemuanya
bersyahadat, sholat lima waktu puasa Ramadhan zakat dan haji tetapi penyimpangan penyimpangan
pada urutan dua Dan tiga banyak, terutama masalah aqidah Yang mengikuti aqidah Yahudi yang
mujassim dan musyabbih Ibnu Taimiyah serta Syi'ah imamah

Saya tau kok itu pertanyaan filsafat, Kalau anda tanya ke saya buktinya, saya cukup mengatakan
saya sudah percaya dan tak perlu bukti lagi, tentu jawaban saya ini tidak akan memuaskan anda,
makanya kenapa saya balik bertanya "maunya dibuktikan dengan apa?" karena saya ingin tahu,
bagaimana sesuatu itu eksis menurut anda, apakah harus selalu terbukti secara empiris? Harus
tercium baunya, warnanya, wujudnya, suhunya dan materinya? Kalau iya, hrs secara empiris,
anda menuntut bukti eksistensi Tuhan secara sains maka ini kesalahan berfikir, kita harus tahu
ranah sains, sains hanya mempelajari hal yang bersifat materialis, membutuhkan pengamatan,
penelitian dan percobaan. Mencari eksistensi Tuhan dengan sains sama saja memaksa penggaris
mistar untuk mengukur suhu, padahal penggaris untuk mengukur panjang atau tinggi, bukan
suhu. Sama saja seperti matematika untuk menghitung kandungan unsur besi dari nada C=Do
dalam seni musik? Meletakkan atau menugaskan sesuatu yang bukan pada tugas dan ranahnya,
bukan pada tempatnya. Sekilas nampak berintelektial dan cerdas tapi itu murni kesalahan
berpikir yang fatal dari mayoritas kaum atheis. Tuhan itu di luar ranah sains, dia diluar nalar kita.
bagaimana mungkin kita bisa sebut "ikan itu bodoh karena tidak dapat memanjat pohon"? justru
cara berpikir kita yang harus dibenarkan. bukan salah ikan dan pohonnya. Sesuatu itu wujud/ ada
tidak selalu harus dibuktikan secara sains/ butuh bukti empiris, kita tau adanya akal pikiran kita
yang bisa menemukan ide, menganalisa, menyimpulkan, menghitung, dsb, sedangkan sampe
sekarang kita tidak tahu unsur akal itu apa. apa bentuknya, apa warnanya apa aromanya, apa
materinya, brp beratnya, dll. tapi kita tahu akal pikiran itu ada dan eksis. Kita bisa merasakan
nada musik ini pas atau fals tidak dengan sains, kita bisa melihat komposisi warna lukisan tsb
indah atau tidak bukan dengan sains, begitu juga kita merasakan masakan ini gagal total atau
lezat tdk dengan sains, tidak semuanya harus dengan sains. Aneh ketika kita memberi pertanyaan
kunci G minor dibagi warna merah menjadi suhu berapa derajat celsius? Ini pertanyaannya yang
salah. Sampai disini bisa dipahami dulu gak kira2? Ntr kita lanjut lagi, pembahasan awal ini
berupa pembuktian eksistensi Tuhan (pembahasan ini tidak diperlukan untuk orang yg sudah
percaya akan adanya Tuhan), setelah itu ntr baru masuk ke "apa itu kebenaran?", "apakah agama
itu benar semua? ataukah salah semua? atau hanya satu yang benar?" "Apakah kebenaran suatau
agama (baca: Islam) itu objektif atau subjektif?" nah ini nanti setelah bahasan pertama clear dlu.
Kalau bahasan selanjutnya tentang kebenaran itu clear, otomatis pertanyaan "Apakah agama
sekedar doktrin dan dogma?" akan terjawab dengan mudah. Insya Allah. Selain pertanyaan
filsafat yang anda ajukan, soal sikap beberapa agamawan yang saling bermusuhan itu beda lagi
ya topiknya itu harus dicek di agama tsb secara langsung, utk mengantisipasi antara fitnah dan
kenyataan atau oknum dan bukan oknum. Itu bahsannya ke ranah prinsip aqidah (keyakinan) dan
fikih & adab bermuamalah (bersosial), ringkasnya keduanya tidak saling bertentangan atau
berbenturan justru saling menguatkan, kalau ada kelompok yang membenturkan maka perlu
ditinjau lagi perihal kelompok itu, apakah seudah sesuai dengan kitab suci agamanya dan
pembawa agamanya atau bukan. Gitu. moga dipahami.
Lebih sedikit
BALAS

Sekarang kita bahas tingkat kemustahilan. Kemustahilan eksistensi Tuhan bagi kaum atheis itu
bukan kemustahilan yang bertentangan dengan akal, dalam artian itu mustahil hanya berdasarkan
kebiasaan saja bukan pada hakikatnya. Sebagai contoh, mustahil ada orang kepalanya 2 jalan2 di
pasar. mustahil dalam kasus ini adalah mustahil hanya berdasarkan kebiasaan, krn biasanya gk
ada manusia berkepala dua berjalan2 di pasar, tp masih bisa terjadi, misl manusia kembar siam
berkepala dua yang hidup hingga dewasa, krn biasanya meninggal di saat bayi, ini mustahil
berdasarkan kebiasaan. Sedangkan kemustahilan yang bertentangan dengan akal itu bahkan di
negri dongeng pun sulit di gambarkan, misal seorang anak yang lahir 2 tahun lebih dulu dari
ayah dan ibu kandungnya, kalo kasus ini bukan permainan kata, alias hakikatnya, maka ini
bertentagan dengan akal, mustahilnya lebih tinggi tingkatnya dari kemustahilan manusia
berkepala dua tadi, termasuk kemustahilan yang tidak bisa diterima akal, bahkan di gambarkan
di negri dongeng pun tidak bisa, misal lingkaran (lingkaran dalam makna yang sudah ktia
pahami definisinya) yang bersudut (sudut yang sudah kita pahami definisinya), lingkaran yang
bersudut ini mustahil yg akal pun tak bisa mencernanya. Sampai sini paham? Soal Tuhan, Surga
Neraka, Alam Barzakh, Akhirat, Malaikat Jin dst, itu kemustahilannya bagi orang atheis hanya
sperti kemustahilan manusia berkepala dua tadi. Andai manjadi cerita dinegri dongeng itu masih
bisa digambarkan. Sampai sini bisa dipahami dan dirasakan?
Lebih sedikit

Anda mungkin juga menyukai