Sesungguhnya sifat manusia itu adalah salah dan lupa. Kita banyak berbuat salah/dosa
baik yang disengaja atau pun yang tidak disengaja. Setiap dosa yang kita kerjakan akan
terus menumpuk. Balasan dosa adalah siksa dari Allah. Semakin banyak dosa yang kita
kerjakan, semakin besar pula siksa yang akan kita terima.
Untuk mengurangi/menghapus dosa, maka kita harus bertaubat. Memohon ampun kepada
Allah:
Allah Ta’ala berfirman: “Dan bertaubatlah engkau semua kepada Allah, hai sekalian
orang Mu’min, supaya engkau semua memperoleh kebahagiaan.” (an-Nur: 31)
“Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat.” [An
Naml 46]
Allah Ta’ala berfirman lagi: “Mohon ampunlah kepada Tuhanmu semua dan bertaubatlah
kepadaNya.” (Hud: 3)
Jangankan kita yang banyak berbuat dosa. Nabi Muhammad SAW yang maksum dan
dijamin Allah masuk surga saja bertaubat kepada Allah 100 x setiap hari:
Dari Aghar bin Yasar al-Muzani r.a. katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Hai sekalian
manusia, bertaubatlah kepada Allah dan mohonlah pengampunan daripadaNya, karena
sesungguhnya saya ini bertaubat dalam sehari seratus kali.” (Riwayat Muslim)
Jangan takut Allah menolak tobat kita. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha
Penerima Taubat:
Dalam riwayat Muslim disebutkan demikian: “Sesungguhnya Allah itu lebih gembira
dengan taubat hambaNya ketika ia bertaubat kepadaNya daripada gembiranya seorang
dari engkau semua yang berada di atas kendaraannya -yang dimaksud ialah untanya- dan
berada di suatu tanah yang luas, kemudian kehilangan kendaraannya itu dari dirinya,
sedangkan di situ ada makanan dan minumannya. Orang tadi lalu berputus-asa.
Kemudian ia mendatangi sebuah pohon terus tidur berbaring di bawah naungannya,
sedang hatinya sudah berputus-asa sama sekali dari kendaraannya tersebut. Tiba-tiba di
kala ia berkeadaan sebagaimana di atas itu, kendaraannya itu tampak berdiri di sisinya,
lalu ia mengambil ikatnya. Oleh sebab sangat gembiranya maka ia berkata: “Ya Allah,
Engkau adalah hambaku dan aku adalah TuhanMu”. Ia menjadi salah ucapannya karena
amat gembiranya.”
Jadi kegembiraan Allah Ta’ala di kala mengetahui ada hambaNya yang bertaubat itu
adalah lebih sangat dari kegembiraan orang yang tersebut dalam cerita di atas itu.
Taubat akan diterima sebelum orang itu sekarat atau hari kiamat:
Dari Abu Musa Abdullah bin Qais al-Asy’ari r.a., dari Nabi s.a.w., sabdanya:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu membeberkan tanganNya -yakni kerahmatanNya- di
waktu malam untuk menerima taubatnya orang yang berbuat kesalahan di waktu siang
dan juga membeberkan tanganNya di waktu siang untuk menerima taubatnya orang yang
berbuat kesalahan di waktu malam. Demikian ini terus menerus sampai terbitnya
matahari dari arah barat -yakni di saat hampir tibanya hari kiamat, karena setelah ini
terjadi, tidak diterima lagi taubatnya seorang.” (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa bertaubat
sebelum matahari terbit dari arah barat, maka Allah menerima taubatnya orang itu.”
(Riwayat Muslim)
“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan
(yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia
mengatakan : “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” Dan tidak (pula diterima taubat)
orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah
Kami sediakan siksa yang pedih.” [An Nisaa’ 18]
Dari Abu Abdur Rahman yaitu Abdullah bin Umar bin al-Khaththab radhiallahu ‘anhuma
dari Nabi s.a.w., sabdanya: “Sesungguhnya Allah ‘Azzawajalla itu menerima taubatnya
seorang hamba selama ruhnya belum sampai di kerongkongannya -yakni ketika akan
meninggal dunia.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini
adalah hadits hasan.
Sesungguhnya Allah menerima taubat orang yang bertobat termasuk pelaku dosa besar
seperti zina apalagi jika dia rela menerima hukum rajam sebagai hukuman bagi pezina:
Dari Abu Nujaid (dengan dhammahnya nun dan fathahnya jim) yaitu Imran bin Hushain
al-Khuza’i radhiallahu ‘anhuma bahwasanya ada seorang wanita dari suku Juhainah
mendatangi Rasulullah s.a.w. dan ia sedang dalam keadaan hamil karena perbuatan zina.
Kemudian ia berkata: “Ya Rasulullah, saya telah melakukan sesuatu perbuatan yang
harus dikenakan had -hukuman- maka tegakkanlah had itu atas diriku.” Nabiyullah s.a.w.
lalu memanggil wali wanita itu lalu bersabda: “Berbuat baiklah kepada wanita ini dan
apabila telah melahirkan -kandungannya, maka datanglah padaku dengan membawanya.”
Wali tersebut melakukan apa yang diperintahkan. Setelah bayinya lahir -lalu beliau s.a.w.
memerintahkan untuk memberi hukuman, wanita itu diikatlah pada pakaiannya,
kemudian dirajamlah. Selanjutnya beliau s.a.w. menyembahyangi jenazahnya. Umar
berkata pada beliau: “Apakah Tuan menyembahyangi jenazahnya, ya Rasulullah,
sedangkan ia telah berzina?” Beliau s.a.w. bersabda: “Ia telah bertaubat benar-benar,
andaikata taubatnya itu dibagikan kepada tujuhpuluh orang dari penduduk Madinah, pasti
masih mencukupi. Adakah pernah engkau menemukan seorang yang lebih utama dari
orang yang suka mendermakan jiwanya semata-mata karena mencari keridhaan Allah
‘Azzawajalla.” (Riwayat Muslim)
Jika dosa anda begitu banyak dan begitu besar, jangan takut untuk bertobat. Sebab Allah
itu Maha Pengampun. Sifat Pengampun Allah jauh lebih besar daripada dosa anda jika
anda bertobat. Bahkan seandainya dosa itu sebanyak bintang di langit, sebanyak pasir di
pantai, atau sebanyak buih di lautan, niscaya Allah akan mengampuninya jika anda
sungguh bertobat kepada Allah:
“Sesungguhnya seorang yang melakukan ibadah haji waktu keluar dari rumahnya, setiap
langkahnya Allah SWT menulis kebajikan dan menggugurkan dosanya kemudian apabila
mereka wukuf di Arofah, Allah membangga-banggakan kepada malaikat dengan
ungkapan: “Lihatlah kepada hamba-hamba-Ku dia mendatangi-Ku dengan rambut kusut
masai, Saya mempersaksikannya kepadamu sesungguhnya Aku mengampuni segala
dosanya walaupun sebanyak jumlah bintang di langit dan sebanyak butir kerikil padang
pasir. Dan apabila mereka melontar jamarat tidak ada seorangpun yang tahu apa imbalan
baginya sampai ia dibangkitkan Allah SWT di Hari Kiamat. Dan apabila mereka
memotong rambutnya, maka ia memiliki cahaya pada hari kemudian, bagi setiap rambut
yang gugur dari kepalanya. Apabila telah selesai thawafnya di Baitullah, keluarlah ia dari
dosanya seperti halnya bayi yang baru dilahirkan ibunya (bersih dari dosa).” (HR. Ibnu
Habban dari Umar)
Allah Yang Maha Agung dan Maha Mulia berfirman: “Sekiranya dosa-dosamu sebanyak
jumlah bintang-bintang di langit, sebanyak tetesan hujan dan daun-daun pepohonan,
butiran pasir dan sebanyak jumlah hari di dunia, niscaya Dia mengampunimu. Itulah
karunia yang kemuliaan dari Allah setelah kamu berpuasa di bulan Sya’ban.” Hadis ini
bersumber dari Muhammad bin Ahmad Al-Ma’adi, dari Muhammad bin Al-Husein, dari
Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Ali, dari Al-Hasan bin Al-Hasan bin Muhammad
dari ayahnya, dari Yahya bin Abbas, dari Ali bin ‘Ashim Al-Wasithi, dari Atha’ bin Saib,
dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas.(Asyhur Ats-Tsalatsah: 47-49)
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara
mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta
ampun” [Al Anfaal 33]
Cara bertobat yang paling bagus adalah dengan Taubat Nasuha atau Taubat yang
sungguh-sungguh. Ini bukan tobat sambel yang begitu pedas kapok sebentar, tapi besok
diulangi lagi.
Dan lagi firmanNya: “Hai sekalian orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah
dengan taubat yang nashuha -yakni yang sebenar-benarnya.” (at-Tahrim:8)
Taubat nashuha itu wajib dilakukan dengan cara menghentikan perbuatan maksiat/dosa.
Kemudian menyesal sedalam-dalamnya atas dosa yang telah dia kerjakan. Kemudian
berjanji dan berusaha untuk tidak mengulang dosa itu kembali. Meminta ampunan kepada
Allah. Jika dia berdosa kepada manusia, dia harus minta maaf kepada orang yang dia
zhalimi. Jika dia berhutang atau mengambil barang orang lain, hutang harus dibayar dan
barang harus dikembalikan.
Ada bacaan istighfar untuk minta ampun kepada Allah. Paling singkat adalah
astaghfirullah (aku minta ampun kepada Allah). Kemudian “Astaghfirullahal ‘Azhiim”
(aku minta ampun kepada Allah yang Maha Besar).
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana
Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami;
ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami
terhadap kaum yang kafir.” [Al Baqarah 286]
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami
dan peliharalah kami dari siksa neraka,” [Ali Imran 16]
“Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami
kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak
berbakti.” [Ali ‘Imran 193]
“Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan
Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik.” [Al Mu’minuun 109]
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan
beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau
tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.” [Nuh 28]