Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian Taubat
Secara Bahasa taubat berasal bahasa Arab taaba yatuubu taubatan yang berarti kembali.
Maksudnya, kembali dari segala yang tercela menurut agama Islam , menuju semua hal yang terpuji.
Sedangkan menurut istilah taubat adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah dari segala perbuatan
dosa yang pernah dilakukan, baik secara sengaja atau tidak sengaja, dahulu,sekarang dan yang akan
datang.
Taubat apabila dibahasakan secara ringkas adalah meninggalkan atau menyesali dosa dan berjanji tidak
mengulanginya lagi (penyesalan atas semua perbuatan tercela yang pernah dilakukan).

Dari makna tersebut bisa kita pahami bahwa dengan bertaubat secara sungguh-sungguh dan tidak
akan mengulangi lagi perbuatan dosa, maka segala dosa-dosa yang pernah dilakukan akan hilang
atas ampunan dari Allah swt.
Untuk membersihkan hati dari dosa yang pernah dilakukannya, manusia diperintahkan untuk
bertaubat. Tobat merupakan media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Allah SWT
memerintahkan dalam hal taubat ini berupa taubat yang semurni-murninya sebagaimana firmanNya dalam suart At Tahrim (66) ayat 8 yang artinya: Hai orang-orang yang beriman,
bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya. (Q.S. At Tahrim (66) : 8).
Dosa-dosa kecil bisa dihapus dengan amalan-amalan saleh, sedangkan dosa-dosa besar seperti
syirik, zina, membunuh dan lainnya hanya bisa dihapus dengan taubat, sebagaimana Firman
Allah berikut :

Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukanNya (syirik), dan Dia Mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia
Kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa
yang besar. (An-Nisaa : 48).
Nabi Muhammad SAW, meskipun telah dijamin atau terpelihara dari segala dosa (maksum),
tetap bertaubat dan mohon ampun kepada Allah SWT. Berbicara masalah taubat, ternyata
berkaitan erat dengan istighfar yaitu memohon ampun dari semua dosa kepada Allah SWT
dengan menundukkan hati, jiwa dan pikiran. Istighfar tidak hanya melisankan dengan
astghfirullahal adzim, tetapi harus disertai dengan keseriusan dan harapan untuk memperoleh
ampunan Allah SWT.
Dengan demikian, taubat memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan seorang hamba
dalam perbaikan dirinya untuk menjadi hamba yang lebih baik. Syech al-Nawawi mengatakan
bahwa, jika dosa yang dilakukan itu berada dalam koridor hubungannya dengan Allah swt, maka
ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar taubatnya diterima, yaitu :
1. Meninggalkan perbuatan dosa.
2. Menyesal karena telah melakukan dosa
3. Berjanji untuk tidak mengulangi berbuat dosa lagi.

Selanjutnya beliau mengatakan. jika dosa yang dilakukan itu terhadap sesama manusia, maka
harus ditambah dengan syarat yang ke-empat, yaitu mengembalikan atau memenuhi hak orang
yang disakiti, misalnya dengan cara minta maaf.
Taubat harus dilakukan dengan segera tanpa menunggu ajal menjelang. Taubat yang dilakukan
ketika nyawa sudah dikerongkongan merupakan taubat yang sia-sia, sebagaimana telah Firman
Allah Swt. :


.



.
Artinya : "Sesungguhnya taubat di sisi Allah swt, hanyalah taubat bagi orang-orang yang
mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan
segera. Maka, mereka itulah yang diterima Allah swt, taubatnya; dan Allah swt, Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah swt, dari orangorang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di
antara mereka, (barulah) ia mengatakan, Sesungguhnya saya bertaubat sekarang. Dan
tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedangkan mereka didalam kekafiran.
Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih". (an-Nisaa : 17-18).
Dalam hadis sahih riwayat Muslim, Rasulullah Saw. bersabda : "Wahai manusia, bertaubatlah
kalian kepada Allah Swt. dan mintalah ampunan-Nya, karena aku pun bertaubat kepada-Nya
dalam sehari, seratus kali." (HR. Muslim).
Ketika seseorang telah bertaubat, maka hatinya akan bersih, bersih dari segala sifat-sifat yang
bisa membawanya ke jurang Neraka. Taubat juga merupakan sumber kedamaian dan ketenangan
hati. Dari ketenangan itu diharapkan akan muncul solusi dari segala problematika hidup yang
kita hadapi.

B. Tahapan Taubat
Dalam bertaubat, ada tiga tahapan;
a. Tahap pertama yaitu berpaling dari dosa karena takut kepada Allah SWT. Tahapan seperti ini
merupakan tahapan orang mukmin biasa.

b. Tahap kedua yaitu inabat, yaitu taubat karena ingin mendapat balasan atau pahala dari Allah
SWT, Inabat merupakan tahapan para wali dan yang diridhai Allah SWT.
c. Tahap ketiga yaitu aubat, aubat adalah taubat karena mematuhi perintah allah SWT, bukan
karena menginginkan pahala atau takut kepada Allah SWT. Aubat merupakan tahapan para nabi
dan rasul.

C. KRITERIA TAUBAT
Ada beberapa kriteria orang yang bertaubat.
Orang yang bertaubat sesudah melakukan kesalahan. Orang ini diampuni dosanya.
Artinya :Selain orang-orang yang tobat sesudah berbuat kesalahan dan mengadakan
perbaikan, sesungguhnya Allah maha pengampun dan maha penyayang. (QS Ali Imran : 89)
2. Tobat seseorang ketika hampir mati atau sekarat. Tobat semacam ini sudah tidak dapat diterima.
Artinya : Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan
(yang) hingga apabila datang ajal dan setelah kepada seorang diantara mereka, (barulah) ia
mengatakan : Sesungguhnya saya bertobat sekarang. Dan tidak pula (diterima tobat) orangorang yang mati sedang mereka dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah kami sediakan
siksaan yang pedih. (QS An Nisa : 18)
3. Tobat nasuha atau tobat yang sebenar-benarnya. Tobat nasuha adalah tobat yang dilakukan
dengan sungguh-sungguh atau semurni-murninya. Tobat semacam inilah yang dinilai paling
tinggi (lihat Al Quran aurah At Tahrim : 8)
Tobat nasuha dapat dilakukan degan prose sebagai berikut.
1) Segera mohon ampun dan meminta tolong hanya kepada Allah (QS An Nahl : 53)
2) Meminta perlindungan dari perbuatan setan atau iblisdan ari kejahatan makhluk lainnya. (QS An
Nas : 1-6, Al Falaq : 1-5, dan An Nahl : 98)
3) Bersegera berbuat baik atau mengadakan perbaikan, dengan sungguh-sungguh, sesuai keadaan,
tidak melampaui batas, dan hasilnya tidak boleh diminta segera (QS Al Araf : 35, Hud : 112, Al
Isra : 17-19, Al Anbiya : 90&37, Az Zumar : 39) serta sadar karena tidak semua keinginan dapat
dicapai. (QS An Najm : 24-25)
4) Menggunakan akal dengan sebaik-baiknya agar tak dimurkai Allah (QS Yunus : 100) dan
menggunakan pengetahuan tanpa mengikuti nafsu yang buruk (QS Hud : 46 dan Ar Rum : 29)
serta selalu membaca ayat-ayat alam semesta Al Quran (QS Ali Imran : 190-191),
mendengarkan perkataan lalu memilih yang terbaik (QS Az Zumar : 18), dan bertanya kepada
yang berpengetahuan jika tidak tahu (QS An Nahl : 43)
5) Bersabar (QS Al Baqarah : 155-157) karena kalau tidak sabar orang beriman dan bertakwa tidak
akan mendapat pahala (QS Al Qasas : 30)
6) Melakukan salat untuk mencegah perbuatan keji dan munkar (QS Al Ankabut : 45) dan bertebaran
di muka bumi setelah selesai salat untuk mencari karunia Allah dengan selalu mengingatnya agar
beruntung (QS Al Jumuah : 9-10)
7) Terus menerus berbuat baik agar terus menerus diberi hikmah (QS Yusuf : 22, Al Qasas : 4, Al
Furqan : 69-71, At Taubah : 11 dan Al mukmin : 7)
Untuk bisa dinyatakan sebagai tobat nasuha, seseorang harus memenuhi tiga syarat
sebagai berikut:
1) Harus menghentikan perbuatan dosanya
2) Harus menyesalai perbuatannya
1.

3) Niat bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa itu lagi. Dan mengganti dengan
perbuatan yang baik, dan apabila ada hubungan dengan hak-hak orang lain, maka ia harus
meminta maaf dan mengembalikan hak pada orang tersebut

C. KEPENTINGAN DAN KEUTAMAAN TAUBAT


Pentingnya taubat adalah sebagai sarana untuk memohon ampun kepada Allah atas segala
perintah-Nya yang tidak dikerjakan serta segala larangan-Nya yang dilakukan. Dalam hal ini
adanya nadam(penyesalan) mendalam yang muncul dari diri seseorang, sehingga ia kembali ke
jalan yang benar serta diredhai Allah Swt. dan mengerjakan kembali apa yang diperintahkan
Allah serta manjauhkan diri dari semua yang dilarang oleh Allah Swt.
Orang yang bertaubat akan berusaha dan bahkan berjanji kepada diri sendiri dan kepada Tuhannya, bahwa ia tidak akan mengulangi kembali perbuatan dosa dan kesalahan yang telah
dilakukannya di masa lalu. Seandainya seseorang belum bertaubat dan tidak mau bertaubat tentu
akan selalu menambah dosanya, baik yang berhubungan dengan Allah maupun sesama manusia.
Adapun kepentingan dan keutamaan bertaubat itu adalah :
1. Dengan taubat seseorang akan meraih kecintaan Allah azza wa jalla. Sebagai mana Firman
Allah :


Artinya : Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orangorang yang suka membersihkan diri. (QS. Al Baqarah: 222).
2. Dengan taubat seseorang akan dilapangkan rezki dan dimudahkan segala urusannya oleh
Allah. Dengan demikian orang yang bertaubat beroleh keberuntungan. Allah Swt. berfirman :


Artinya : Dan bertaubatlah kepada Allah wahai semua orang yang beriman, supaya kalian
beruntung.(QS. An Nuur: 31).
3. Dengan taubat seseorang akan disucikan hatinya dari segala dosa-dosa. Dengan demikian
seseorang akan beroleh surga dan selamat dari siksa neraka. Sebagai mana Firman Allah taala :







Artinya : Maka sesudah mereka (nabi-nabi) datanglah suatu generasi yang menyia-nyiakan
shalat dan memperturutkan hawa nafsu, niscaya mereka itu akan dilemparkan ke dalam
kebinasaan. Kecuali orang-orang yang bertaubat di antara mereka, dan beriman serta beramal
saleh maka mereka itulah orang-orang yang akan masuk ke dalam surga dan mereka tidaklah
dianiaya barang sedikit pun. (QS. Maryam: 59 - 60).
4. Taubat menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan atas kesalahankesalahannya. Allah taala berfirman :


Artinya : Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha mengampuni
berbagai kesalahan. (QS. Asy Syuura: 25)
Allah taala juga berfirman :



Artinya : Dan barang siapa yang bertaubat dan beramal saleh maka sesungguhnya Allah akan
menerima taubatnya. (QS. Al Furqaan: 71) artinya taubatnya diterima.
5. Dengan taubat seseorang akan mendapatkan ampunan dan rahmat. Allah taala berfirman :



Artinya : Dan orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa kemudian bertaubat sesudahnya dan
beriman maka sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengampun dan Penyayang. (QS.
Al Araaf : 153).

6. Dengan taubat berbagai kejelekan seseorang akan diganti dengan berbagai kebaikan. Allah
taala berfirman :







Artinya : Dan barang siapa yang melakukan dosa-dosa itu niscaya dia akan menemui
pembalasannya. Akan dilipatgandakan siksa mereka pada hari kiamat dan mereka akan kekal di
dalamnya dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman serta
beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang digantikan oleh Allah keburukankeburukan mereka menjadi berbagai kebaikan. Dan Allah maha pengampun lagi maha
penyayang. (QS. Al Furqaan: 68 -70)
Untuk membersihkan diri dari noda hitam yang ada di hati dilakukan dengan memperbanyak
berbuat kebaikan, karena dengan itu bisa menghapus dosa-dosa yang telah dilakukan di masa
lalu. Dalam berbuata kebaikan itu harus didasari dengan hati yang ikhlas, hanya semata karena
mencari keridhaan Allah Swt.

D. Macam-macam Taubat
Menurut Dzun Nun al-Mishri, taubat dibedakan atas dua macam, yaitu taubat awamdan
taubat khawas. Orang awam bertaubat karena kelalaian (dari mengingat Tuhan). Dalam
ungkapan lain ia mengatakan dosa bagi al-muqarrabin (orang yang dekat kepada Allah)
merupakan kebaikan bagi al-abrar. Pandangan ini mirip dengan pernyataan Al-Junaidi yang
mengatakan bahwa taubat ialah "engkau melupakan dosamu".
Perkataan Al-Junaid mengandung arti bahwa kemanisan tindakan semacam itu sepenuhnya
menjauh dari hati, sehingga di dalam kesadaran tidak ada lagi jejaknya, sampai orang itu merasa
seakan-akan dia tidak pernah mengetahuinya. Ruwaim berkata: "Arti taubat adalah bahwa
engkau harus bertaubat atas taubat itu." Arti ini mirip dengan yang dikatakan oleh Rabi'ah: "Aku
memohon ampun kepada Tuhan karena ketidak-tulusan dalam berbicara; aku mohon ampun
kepada Tuhan." Al-Husain al-Maghazili, ketika ditanya mengenai taubat, berkata: "Apakah yang
engkau tanyakan, mengenai taubat peralihan, atau taubat tanggapan?" Yang lain berkata:
"Apakah arti taubat peralihan itu?" Ruwaim menjawab: "Bahwa engkau harus takut kepada
Tuhan karena kekuasaan-Nya atas dirimu." Yang lain bertanya: "Dan apakah taubat tanggapan
itu?" Ruwaim menyahut: "Bahwa engkau harus malu kepada Tuhan karena Dia ada di
dekatmu."[4]

Dzu'1-Nun Al-Mishri berkata: "Taubat orang awam adalah taubat dari dosanya; taubat orang
terpilih adalah taubat dari kekhilafannya; taubat para nabi adalah taubat dari kesadaran mereka
akan ketidakmampuan mencapai apa yang telah dicapai orang lain." Al-Nuri berkata: "Taubat
berarti bahwa engkau harus berpaling dari segala sesuatu kecuali Tuhan." Ibrahim al-Daqqaq
berkata: "Taubat berarti bahwa engkau harus menghadap Tuhan tanpa berbalik lagi, bahkan jika
sebelumnya engkau telah berbalik dari Tuhan tanpa menghadap kembali.[5]
Pada tahap ini, orang-orang yang mendambakan hakikat tidak lagi mengingat dosa mereka
karena terkalahkan oleh perhatian yang tertuju pada kebesaran Tuhan dan zikir yang
berkesinambungan. Lebih lanjut, Dzun Nun Al-Mishri membedakan taubat atas tiga tingkatan,
yaitu:
1. Orang yang bertaubat dari dosa dan keburukannya.
2. Orang yang bertaubat dari kelalaian dan kealfaan mengingat Allah.
3. Orang yang bertaubat karena memandang kebaikan dan ketaatannya.[6]
Pembagian taubat atas tiga tingkatan agaknya tidak harus dilihat sebagai keterangan yang
bertentangan dengan apa yang telah disebut di atas. Pada pembagian ini, Dzun Nun membagi
lagi orang khawas menjadi dua bagian sehingga jenis taubat dibedakan atas tiga macam.
Perkembangan pemikiran itu boleh juga merupakan salah satu refleksi dari proses pencairan
hakikat oleh seorang sufi yang mengalami tahapan secara gradual. Bagi golongan khawas atau
orang yang telah jadi sufi, yang dipandang dosa adalah ghaflah (terlena mengingat
Tuhan). Ghaflah itulah dosa yang mematikan. Ghaflah adalah sumber munculnya segala dosa.
Dengan demikian taubat merupakan pangkal tolak peralihan dari hidup lama (ghaflah) ke
kehidupan baru secara sufi. Yakni hidup selalu ingat pada Tuhan sepanjang masa, Taubat berarti
mengalami mati di dalam hidup (Jawa: mati sajroning urip). Yakni suatu proses peralihan dengan
mematikan cara hidup lama yang ghaflah, dan membina cara hidup baru, hidup sufi yang selalu
ingat dan rasa dekat pada Tuhan dalam segala keadaan.
Dalam kalangan ahli tarekat proses peralihan atau taubat ini dijalankan dengan upacara inisiasi
atau baiat. Pada upacara ini para calon sufi dimandikan dan diberi pakaian seperti halnya mayat
dikafani. Yakni simbol taubat atau mematikan cara hidup lama dan beralih ke kehidupan tarekat.
Karena taubat menurut sufi terutama taubat dari ghaflah, maka kesempurnaan taubat menurut
ajaran tasawuf adalah apabila telah tercapai maqam ( ) Yakni mentaubati terhadap
kesadaran keberadaan dirinya dan kesadaran akan taubatnya itu sendiri.

A. Pengertian Raja
Pengertian raja secara bahasa, berasal dari bahasa arab, yaitu rojaun yang berarti harapan atau
berharap. Raja adalah perasaan hati yang senang karena menanti sesuatu yang diinginkan dan disenangi.
Secara terminologi, raja diartikan sebagai suatu sikap mental optimis dalam memperoleh karunia dan
nikmat Ilahi yang disediakan bagi hamba-hambaNya yang shaleh.
Imam Qusyairy memberikan pengertian raja sebagai keterpautan hati kepada sesuatu yang diinginkannya
terjadi di masa yang akan datang. Sebagaimana halnya khauf berkaitan dengan apa yang akan terjadi di
masa datang.
Raja termasuk akhlakul karimah terhadap Allah SWT, yang manfaatnya dapat mempertebal iman dan
mendekatkan diri kapada Allah SWT. Muslim yang mengharapkan ampunan Allah, berarti ia mengakui
bahwa Allah itu maha Pengampun. Muslim yang mengharapkan agar Allah melimpahkan kebahagiaan di
dunia dan akhirat, berarti ia meyakini bahwa Allah itu maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Anda mungkin juga menyukai