Anda di halaman 1dari 12

Presentasi Pend.

Agama
Kelompok 3
MUROQOBAH & TAUBAT
Materi Pembahasan
1. Muraqabah
2. Taubat
1. Muraqabah
Muraqabah atau perasaan diawasi adalah upaya menghadirkan kesadaran adanya
muraqabatullah (pengawasan Allah). Bila hal tersebut tertanam secara baik dalam diri
seorang Muslim maka dalam dirinya terdapat 'waskat' (pengawasan melekat atau built in
control) yakni sebuah mekanisme yang sudah inheren, dalam dirinya. Artinya ia akan
aktif mengawasi dan mengontrol dirinya sendiri karena ia sadar senantiasa berada di
bawah pengawasan Allah seperti dalam untaian ayat-ayat Allah berikut ini:

“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan”.(QS. 57:4).

Kemudian dalam HR. Ahmad, Nabi SAW bersabda, “Jangan engkau mengatakan engkau
sendiri, sesungguhnya Allah bersamamu. Dan jangan pula mengatakan tak ada yang
mengetahui isi hatimu, sesungguhnya Allah mengetahui”.
Kesadaran akan pengawasan Allah SWT akan mendorong seorang muslim untuk
melakukan muhasabah (perhitungan, evaluasi) terhadap amal perbuatan, tingkah laku
dan sikap hatinya sendiri. Muhasabah sesudah amal ada tiga macam :
a. Muhasabah hak Allah SWT yaitu keikhlasan beramal karena allah, kesesuaian
amalnya dengan petunjuk rasul, sikap ihsannya dalam beramal dll.
b. Muhasabah amalan yang akan lebih baik tidak dilakukan dari pada
melakukannya.
c. Muhasabah amalan mubah atau kebiasaannya yaitu kenapa dia melakukannya?
Apakah ia melakukannya karena mengingin ridha Allah dan akhirat. Jika memang
mencari ridha Allah tentu dia beruntung, jika tidak dia akan merugi.
Video mengenai Muraqabah
2. Taubat
Taubat berakar dari kata taba yang berarti kembali. Jadi orang yang bertaubat
kepada Allah SWT berarti orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu,
kembali dari sifat-sifat tercela menuju sifat-sifat yang terpuji, kembali dari
larangan Allah menuju perintah-Nya, kembali dari maksiat menuju taat. Selain
itu searti dengan taba adalah anaba dan aba. Orang yang takut azab Allah disebut
taib (isim fa’il dari taba), bila karena malu disebut munib (isim fa’il anaba) dan
bila dikarenakan menganggungkan Allah SWT disebut awwab.
Sebagai seorang muslim, kita harus segera bertaubat apabila melakukan kesalahan
atau kemaksiatan dan jangan menunda-nunda melakukan taubat. Bahkan seorang
muslim dianjurkan untuk selalu bertaubat kepada Allah sekalipun dia tidak
mengetahui kesalahannya.Disamping memerintahkan kepada umatnya untuk
bertaubat, Rasullah saw menyatakan bertaubat sampai seratus kali sehari, beliau
bersabda :
“ Hai manusia, bertaubat dan minta ampunlah kamu kepada Allah, karena
sesungguhnya saya bertaubat seratus kali dalam sehari. “ (HR. Muslim)
Bahwa kita tahu Rasullah saw adalah sebaik-baik manusia yang diciptakan oleh
Allah SWT. Rasullah tidak pernah meninggalkan perintah dan tidak pula melanggar
larangan-Nya. Manusia tentunya tidak luput dari kesalahan. Tapi sebaik-baik orang
yang berbuat salah adalah yang bertaubat.
Rasullah saw bersabda :
“ Setiap manusia (dapat berbuat) salah. Dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah
yang bertaubat. “ (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim)
Taubat yang sempurna harus memenuhi lima dimensi yaitu:
a. Menyadari kesalahan
Seseorang tidak akan bertaubat kalau dia tidak menyadari kesalahannya. Di
sinilah perlunya seorang muslim mempelajari ajaran Islam, terutama tentang
perintah-perintah yang wajib diikuti dan larangan-larangan yang wajib
ditinggalkannya.Dan disinilah pentingnya saling mengingatkan antar muslim. (wa
tawashau bi al-haq).
b. Menyesali kesalahan
Sekalipun orang tahu dia bersalah tetapi tidak menyesal telah melakukannya
maka orang tadi belumlah dikatakan bertaubat. Rasullah saw bersabda :
“Menyesal itu adalah taubat. ” (HR. Abu Daud dan Hakim)
c. Memohon ampun kepada Allah SWT (istighfar)
Dengan keyakinan atau husn azh-zhan bahwa Allah SWT akan mengampuninya.
Semakin banyak dan sering orang mengucapkan istighfar kepada Allah SWT
semakin baik. Rasullah saw bersabda :
“Tidak ada dosa yang besar dengan istighfar, dan tidak ada dosa yang kecil kalau
diulang-ulang. ” (HR. Thabrani)
d. Berjanji tidak akan mengulanginya
Janji itu harus keluar dari hati nuraninya dengan sejujurnya, tidak hanya dimulut,
sementara di dalam hati masih tersimpan niat untuk kembali mengerjakannya.
Taubat inilah yang dinamakan taubat sambal, waktu kepedesan menyatakan
“kapok”, tapi besok-besoknya dimakan lagi.
e. Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal shaleh
Untuk membuktikan bahwa dia benar-benar telah bertaubat, Allah SWT berfirman :
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat,
beriman dan beramal shaleh, kemudian tetap di jalan yang benar. “ (QS. Thaha
20:82)
Kebaikan yang dilakukan setelah bertaubat akan menghapus keburukannya pada
masa yang lalu. Rasullah saw bersabda :
“ Bertaqwalah kamu kepada Allah di manapun kamu berada, dan iringilah perbuatan
jahat dengan perbuatan baik, maka kebaikan itu akan menghapuskannya, dan
pergaulillah manusia dengan akhlaq yang baik. “ (HR. Tirmidzi)
Video Mengenai Tobat

i
i sin
i kD
Kl

Anda mungkin juga menyukai