Indartu
Indartu
INPARTU
Oleh :
NIM : 2018.04.014
BANYUWANGI
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
INPARTU
I. PENGERTIAN
a Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik pada
b Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
c Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plesenta, dan membran dari
d Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan
selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partus
verteks (puncak kepala ) dan oksiput pada bagian anterior pelvis, terlaksana tanpa
normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan
(aterm 37-42 minggu), pada janin letak memanjang dan presentasi belakang
kepala, yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran
itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa tindakan atau pertolongan
a Teori penurunan hormon, pada 1-2 minggu sebelum proses persalinan mulai
pembuluh darah sehingga timbul kontraksi otot rahim bila kadar progesterone
menurun.
b Teori placenta menjadi tua, dengan semakin tuanya plasenta akan menyebabkan
c Teori distensi rahim, rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan
frankenhauser), bila ganglion ini di geser dan di tekan misalnya oleh kepala
e Induksi partus, dengan jalan gagang laminaria, aniotomi, oksitosin drip dan sexio
caesarea.
sebagai berikut:
mulai dari berlangsungnya partus antara lain penurunan kadar hormon progesteron
kadar hormon ini terjadi 1-2 minggu sebelum persalinan. Kadar prostaglandin
Perdarahan
Episiotomi
Dx. Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit Dx. Risiko infeksi
VI. TANDA DAN GEJALA PERSALINAN
berikut:
a Untuk primigravida kepala janin telah masuk PAP pada minggu 36 yang disebut
lightening
kandung kemih.
e Pemeriksaan tinggi fundus uteri semakin turun; serviks uteri mulai lunak,
muncul.
- Dengan stripping selaput ketuban akan dapat memicu his semakin frekuen dan
a Fundul dominant
pembukaan
(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.
Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.
d Adanya HIS.
1. Kala 1
1) Fase Laten
serviks.
2) Fase Aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi
dianggap adekuat, memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit
partograf. Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
a Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
b Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga
dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.
a Kesejahteraan janin, meliputi pemeriksaan denyut jantung janin (setiap ½ jam), warna
dalam).
(setiap ½ jam), pembukaan serviks (setiap 4 jam), penurunan kepala (setiap 4 jam).
c Kesejahteraan ibu , meliputi pemeriksaan nadi (setiap ½ jam), tekanan darah dan
temperatur tubuh (setiap 4 jam), prodeksi urin , aseton dan protein ( setiap 2 sampai 4
a Dimulai pada waktu serviks membuka karena his: kontraksi uterus yang teratur,
makin sering, makin nyeri; disertai pengeluaran darah-lendir (tidak lebih banyak dari
darah haid).
b Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa-dalam bibir
porsio tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah pada akhir kala I.
serviks. Akhirnya segmen bawah uterus makin menipis, dan segmen atas uterus
Makin lama makin nyeri dan makin lama. Tidak ada perubahan.
mules.
Pada primigravida retraksi (regangan, penipisan) mendahului pembukaan serviks,
lamanya kala I. Kecepatan pembukaan pada sepertiga pertama lambat, dan pada dua per
e His
- Frekuensi : 1 kali/10 menit pada permulaan persalinan 2-3 kali/10 menit pada akhir
kala I.
- Kontraksi uterus dimulai pada tempat kira-kira batas tuba dengan uterus.
- Akibatnya terhadap janin : setiap kontraksi dapat menghambat aliran darah dari
plasenta ke janin. Kalau tekanannya melebihi 75 mmHg akan menyumbat aliran darah
sama sekali. Kalau his terlampau kuat, terlampau lama, atau terlampau sering dapat
f Darah lendir
- Darah lendir bercampur lendir yang keluar dari uterus akibat pergeseran selaput
2. Kala 2
a Dimulainya, hanya dapat diketahui dengan periksa dalam, dengan menemukan serviks
lainnya ialah nyeri his yang sangat hebat, pasien merasa “ingin mengejan”; “darah-
lendir” bertambah banyak; selaput ketuban pecah; perasaan seperti “mau buang air
d Mengejan, disebab oleh turunnya kepala yang menekan rectum. Berakibat meningkatnya
berlebihan pada ligamentum serviks lateralis dapat menimbulkan prolapsus uteri (turun
e Perineum yang menggembung, terjadi pada waktu kepala janin mencapai introitus
vagina. Bertambah gembung pada setiap kontraksi uterus, yang dapat mengakibatkan
g Mekanisme persalinan.
3. Kala 3
a Terjadinya ketika dimulainya setelah bayi lahir lengkap, dan berakhir dengan lahirnya
plasenta.
c Perlepasan plasenta merupakan akibat dari retraksi otot-otot uterus setelah lahirnya janin
d Tanda lepasnya plasenta, sebagai berikut talipusat menjulur keluar, atau kalau ditarik
4. Kala 4
Persalinan kala 4 terjadi ketika dua jam pertama setalah persalinan merupakan waktu
yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa –
si ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu
ke dunia luar. Petugas/bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi untuk memastikan bahwa
keduanya dalam kondisi yang stabil dan mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan
stabilisasi.
- Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20 - 30 menit selama jam
kedua, jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus
berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan.
Hal ini dapat mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan.
- Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam
- Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi dan tawarkan ibu makanan dan
- Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
- Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi.
- Lakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selain bermanfaat untuk kedekatan bayi dan ibu
- Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu karena masih
dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil
a kontraksi uterus
b tinggi fundus
a demam
b perdarahan aktif
e pusing
g nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa
VIII. MEKANISME PERSALINAN
Biparietal) melalui PAP. Pada primigravida kepala janin mulai turun pada umur kehamilan
kadang baru pada permulaan partus. Engagement lengkap terjadi bila kepala sudah
mencapai Hodge III. Bila engagement sudah terjadi maka kepala tidak dapat berubah
posisi lagi, sehingga posisinya seolah-olah terfixer di dalam panggul, oleh karena itu
engagement sering juga disebut fiksasi. Pada kepala masuk PAP, maka kepala dalam
posisi melintang dengan sutura sagitalis melintang sesuai dengan bentuk yang bulat
lonjong. Seharusnya pada waktu kepala masuk PAP, sutura sagitalis akan tetap berada di
tengah yang disebut Synclitismus. Tetapi kenyataannya, sutura sagitalis dapat bergeser
- Asynclitismus anterior : naegele obliquity yaitu bila sutura sagitalis bergeser mendekati
promontorium.
symphisis.
b Descensus = penurunan
yang mempengaruhi descensus adalah tekanan air ketuban, dorongan langsung fundus
uteri pada bokong janin, kontraksi otot-otot abdomen, ekstensi badan janin.
c Fleksi
pada waktu kepala terdorong His kebawah kemudian menemui jalan lahir. Pada waktu
kepala tertahan jalan lahir, sedangkan dari atas mendapat dorongan, maka kepala bergerak
menekan kebawah.
perubahan arah bidang PAP dan PBP, bentuk jalan lahir yang melengkung, kepala yang
bulatdan lonjong.
e Defleksi
menyebabkan terjadinya hal ini ialah : lengkungan panggul sebelah depan lebih pendek
dari pada yang belakang. Pada waktu defleksi, maka kepala akan berputar ke atas dengan
suboksiput sebagai titik putar (hypomochlion) dibawah symphisis sehingga berturut – turut
derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi
dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan
1) Memberikan dorongan emosional, anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain
membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh berdiri, berjalan-jalan, duduk, jongkok,
berbaring miring, merangkak dapat membantu turunnya kepala bayi dan sering juga
3) Memberikan cairan atau nutrisi, makanan ringan dan cairan yang cukup selama
dehidrasi terjadi dapat memperlambat atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur
jam atau lebih sering jika ibu ingin berkemih. Jika kandung kemih penuh dapat
mengakibatkan :
partus macet
uteri
5) Pencegahan infeksi, sangat penting dalam penurunan kesakitan dan kematian ibu dan
bayi baru lahir. Upaya dan ketrampilan menjelaskan prosedur pencegahan infeksi yang
6) Pantau kesejahteraan ibu dan janin serta kemajuan persalinan sesuai partograf
b Kala II
6) Ibu dibimbing mengedan selama his dan anjurkan ibu untuk mengambil nafas diantara
kontraksi
9) Letakkan satu tangan dikepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
11) Jika kepala telah lahir, usap dengan kasa dari lendir dan darah
13) Biarkan kepala bayi mengadakan putaran paksi luar dengan sendirinya
14) Tempatkan kedua tangan pada posisi biperietal bayi
15) Lakukan tarikan lembut kepala bayi kebawah untuk melahirkan bahu anterior lalu keatas
16) Sangga kepala dan leher bayi dengan satu tangan kemudian dengan tangan yang lain
menyusuri badan bayi sampai seluruhnya lahir. Lakakukan penilaian selintas meliputi:
apakah bayi menangis/ bernafas tanpa kesulitan, warna kulit dan bergerak aktif atau
tidak.
17) Letakkan bayi diatas perut ibu, keringkan sambil nilai pernafasannya APGAR) dalam
menit pertama
c Kala III
3) Lalukan penegangan tali pusat terkendali, tangan kanan menegangkan tali pusat sementara
4) Jika plasenta telah lepas dari insersinya, tangan kanan menarik tali pusat kebawah lalu
keatas sesuai dengan kurve jalan lahir sampai plasenta nampak divulva lalu tangan kanan
menerima plasenta kemudian memutar kesatu arah dengan hati-hati sehingga tidak ada
5) Segera setelah plasenta lahir tangan kiri melakukan massase fundus uteri untuk
menimbulkan kontraksi
7) Periksa jalan lahir dengan seksama, mulai dari servik, vagina hingga perineum.
d Kala IV
4) Periksa kontraksi uterus dan tanda vital ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap
1. Saat kepala didasar panggul dan membuka pintu dengan crowning sebesar 5 sampai 6 cm
peritoneum tipis pada primi atau multi dengan perineum yang kaku dapat dilakukan
2. Episotomi dilakukan pada saat his dan mengejan untuk mengurangi sakit. Tujuan
episiotomi adalah untuk menjamin agar luka teratur sehingga mudah mengait dan
melakukan adaptasi.
3. Persiapan kelahiran kepala, tangan kanan menahan perineum sehingga tidak terjadi
robekan baru sedangkan tangan kiri menahan kepala untuk mengendalikan ekspulsi
4. Setelah kepala lahir dengan suboksiput sebagai hipomoklion muka dan hidung dibersihkan
dari lender kepala dibiarkan untuk melakukan putar paksi dalam guna menyesuaikan os
5. Kepala dipegang sedemikian rupa dengan kedua tangan menarik curam kebawah untuk
melahirkan bahu depan, ditarik keatas untuk melahirkan bahu belakang setelah kedua
6. Setelah bayi lahir seluruhnya jalan nafas dibersihkan dengan menghisap lendir sehingga
bayi dapat bernafas dan menangis dengan nyaring pertanda jalan nafas bebas dari
hambatan
a) Setelah bayi menangis dengan nyaring artinya paru-paru bayi telah berkembang dengan
sempurna
b) Setelah tali pusat tidak berdenyut lagi keduanya dilakukan pada bayi yang aterm
c) Pada bayi prematur pemotongan tali pusat dilakukan segera sehingga darah yang
masuk ke sirkulasi darah bayi tidak terlalu besar untuk mengurangi terjadi ikterus
XI. KOMPLIKASI
berikut:
a. Infeksi.
b. Retensi plasenta.
d. Ruptur uteri.
f. Ruptur perineum .
waktunya adalah :
- Riwayat kehamilan, riwayat medik, riwayat sosial, masalah kesehatan ibu dan
b Pemeriksaan Umum meliputi tanda vital, BB, TB, oedema, kondisi puting susu,
kandung kemih
c Pemeriksaan Abdomen meliputi bekas luka operasi, Tinggi Fundus Uteri (TFU),
kontraksi, penurunan kepala, letak janin, besar janin, denyut jantung janin (DJJ)
A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan
8) Riwayat medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing atau nyeri
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya
serta kenyamanan fisik ibu bersalin, meliputi; pemeriksaan abdomen. Pemeriksaan abdomen
digunakan untuk :
menilai:
3) Kapasitas panggul
5) Sifat fluor albus dan apakah ada alat yang sakit umpamanya bartholmitis, urethritis,
10) Apakah partus telah mulai atau sampai dimanakah partus telah berlangsung.
informasi tentang ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, jam dan waktu, kontraksi uterus,
obat-obatan dan cairan yang diberikan, kondisi ibu dan asuhan serta pengamatan klinik,
mencatat dan mengkaji hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik (Waspodo, 2007)
2. DIAGNOSA
Herdman (2010), kemungkinan diagnosa yang muncul pada klien dengan persalinan normal
adalah
Kala I :
1) Nyeri akut berhubungan agen cedera biologi (tekanan mekanik pada bagian
Kala II :
1) Nyeri akut b.d agen cedera biologi (tekanan mekanik pada presentasi, dialatasi/peregangan
Kala III :
1) Nyeri akut b.d agen cedera biologi trauma jaringan , respons fisiologis setelah melahirkan
Kala IV :
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC: Pain Management 1. Mengetahui kualitas nyeri pasien
cedera biologi 1x24 jam diharapkan pasien dapat 2. Dapat mengurangi rasa cemas dan
1. Melakukan pengkajian secara komprehensif
mengontrol nyerinya, nyeri berkurang takut sehingga mampu mengurangi
mengenai lokasi, karakteristik, lamanya,
dengan kriteria hasil: rasa sakit
frekuensi, kualitas nyeri dan faktor presipitasi
3. Menurunkan nyeri
Indikator Awal Target 2. Mengobservasi penyebab ketidaknyamanan
4. Komunikasi terapeutik mampu
klien secara verbal dan nonverbal
menurunkan kecemasan
1. Pasien mampu 3 5 3. Menyakinkan klien akan pemberian analgesik
5. Mengetahui kondisi ketidaknyamanan
mengenali faktor 4. Menggunakan komunikasi teraupetik untuk
klien yang kemungkinan mampu
penyebab nyeri mengetahui pengalaman nyeri pasien
mengagnggu kualitas hidupnya
2. Mengenali onset 3 5 5. Mengkaji dampak dari pengalaman nyeri (ggg
6. Meminimalkan nyeri dengan
nyeri tidur, ggg hubungan)
menciptakan lingkungan nyaman
3. Memberikan 3 5 6. Mengontrol faktor lingkungan yang
7. Meningkatkan relaksasi
menyebabkan klien merasa tidak nyaman
analgesik (ruangan, temperatur, cahaya)
4. Melaporkan 3 5 dalam
kontrol nyeri
5. Pasien mampu 3 5
melaporkan
nyerinya
6. Klien mengetahui 3 5
frekuensi nyeri
Keterangan:
2: jarang menunjukan
3: kadang-kadang menunjukan
4: sering menunjukan
5: konsisten menunjukan
5. Menunjukkan 3 5 9. Ajarkan pada keluarga tentang luka dan 9. Mempercepat granulasi luka
Keterangan:
2: jarang menunjukan
3: kadang-kadang menunjukan
4: sering menunjukan
5: konsisten menunjukan
Kecemasan b.d Setelah Dilakukan Tindakan Keperawatan 1. Jelaskan semua prosedur dan apa yang 1. Mengurangi kecemasan selama
perubahan peran 1x24 Jam Diharapkan kecemasan menurun dirasakan selama prosedur tindakan untuk kesehatan klien
dan status kesehatan dengan kriteria hasil sebagai berikut: 2. Temani pasien untuk memberikan keamanan 2. Mengalihkan perhatian dengan
mengungkapkan 5. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan 5. Untuk meningkatkan kenyamanan dan
batas normal
4. Postur tubuh, 3 5
ekspresi wajah,
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
Keterangan:
2: jarang menunjukan
3: kadang-kadang menunjukan
4: sering menunjukan
5: konsisten menunjukan
Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah a. Mencegah terjadinya infeksi melalui
kerusakan jaringan selama 1x24 jam risiko infeksi dapat teratasi melakukan tindakan tangan
dengan kriteria hasil : b. Menyediakan lingkungan yang bersih dan b. Mencegah infeksi
Batasan karakteristik Awal Target kenyamanan tempat tidur c. Mencegah kontak klien dengan dunia
Tidak terdapat demam, 3 5 d. Petugas kesehatan memakai sarung tangan d. Mencegah infeksi demi kesehatan
kemerahan, cairan sebagai bentuk universal precaution klien dan petugas kesehatan
disekitar luka f. Menggunakan peralatan steril dalam f. Peralatan steril dapat mencegah
Asupan nutrisi 3 5 g. Bersihkan dan sterilkan alat yang telah dipakai sebagai bentuk pencegahan infeksi
Luasnya tepi luka i. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam memberikan h. Mengetahui luka sebelum dilakukan
Keterangan: diet tindakan dan sesudah
1= tidak ada pengetahuan j. Membantu dan mengajari kliren dalam i. Meningkatkan stamina klien
4=pengetahuan baik
Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan keperawatan a Timbang pembalut a Untuk mengetahui perdarahan
cairan b.d kegagalan selama 1x24 jam diharapkan terjadi b Pertahankan catatan intake dan output b Untuk mengetahuk keseimbangan
dalam regulasi keseimbangan cairan dengan batasan c Monitor status hidrasi (kelembapan mukosa, cairan
Batasan karakteristik Awal Akhir d Monitor vital sign d Memberikan masukan cairan
seimbang
Tidak pusing 3 3
Membran mukosa 3 3
lembab
Keterangan:
1=keluhan ekstrim
2=keluhan berat
3=keluhan sedang
4=keluhan ringan
Arif, Mansjoer. (2002). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3. Media Aesculapius. Jakarta.
Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. (2000). Nursing Outcame Clasification. Mosby.
Philadelphia.
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
McCloskey & Gloria M Bulechek. (1996). Nursing Intervention Clasification. Mosby. USA.
Prawirohardjo, Sarwono. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.