Anda di halaman 1dari 25

1

MAKALAH
AKUISISI DAN DISPOSISI PROPERTI,PABRIK,DAN PERALATAN

( AKUNTANSI KEUANGAN )

DISUSUN OLEH :

CHYNTIA AGUSDINA

ALDA DEA LARESA

PUTRI NURAISYAH

UNIVERSITAS IBNU SINA

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

D III AKUNTANSI

2020/2021

1
2

DAFTAR ISI

Cover .................................................................................................................................................. 1

Daftar isi ........................................................................................................................................... . 2

Kata Pengantar .................................................................................................................................... 4

I. Pendahuluan .................................................................................................................................... 5

1.1. Latar Belakang ................................................................................................................... 5

1.2. Identifikasi Masalah ...........................................................................................................5

1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 6

1.4. Teknik Penulisan ............................................................................................................... 6

II. Pembahasan ................................................................................................................................... 7

Akuisisi dan Disposisi Properti Bangunan dan Peralatan

2.1. Akuisisi dan Properti Bangunan dan Peralatan ............................................................... 7

a. Cost of Land ( Biaya Tanah ) ...................................................................................... 8

b. Cost of Buildings ( Biaya Bangunan ) ........................................................................ 8

c. Cost of Equipment ( Biaya Peralatan ) ........................................................................ 8

d. Self- Constructed Assets ( Aktiva yang dibangun sendiri )......................................... 9

e. Interest Cost During Construction ( Biaya bunga selama konstruksi ) ....................... 10

f. Observasi ..................................................................................................................... 13

2.2. Valuasi Properti, Bngunan and Peralatan ....................................................................... 13

a. Cash Discount ( Diskon Kas ) .................................................................................... 13

b. Deffered Payment Contract ( Kontak pembayaran yang ditangguhkan ) .................. 14

c. Lum-Sum Purchase ( Pembelian Lum-Sum ) ............................................................ 14

d. Stock Issuance ( Penerbitan saham ) ......................................................................... 15

e. Exchanges of Nonmonetary Assets ( Pertukaran Aktiva Non-Moneter ) ................. 15

f. Accounting Distribution ( Pendekatan Akuntansi ) ................................................... 17

2
3

2.3. Cost Subsequent To Acquisition/Biaya Selanjutnya untuk Akuisisi .................................... 18

a. Penambahan (Additions) ........................................................................................ 18

b. Pengembangan dan Penggantian (Improvement and Replacement) ...................... 19

c. Perbaikan (Repairs) ................................................................................................ 20

d. Ringkasan Biaya Setelah Akuisisi (Summary of Cost Subsequent to Acquisition) 21

2.4 Penghapusan Property, Plant dan Equipment ............................................................... 21

a. Penjualan Aktiva Pabrik (Sale of Plant Assets) ...................................................... 22

b. Perubahan Tanpa Disengaja (Involuntary Conversion) .......................................... 22

c. Konversi Paksa (Miscellaneous problems) ............................................................. 23

III. Penutup .................................................................................................................................... 24

3.1. Kesimpulan .................................................................................................................. 24

3.2. Saran ............................................................................................................................ 24

Daftar Pustaka ................................................................................................................................. 25

3
4

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Batam, 21 November 2020

Penulis

4
5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Perusahaan seperti Hon Hai Precision (Taiwan), Tata Steel (India), dan Royal Dutch Shell (Inggris
dan Belanda) menggunakan aset yang bersifat tahan lama, yaitu aset tetap. Beberapa aset disebut
property, plant, and equipment. Istilah lain yang umum digunakan adalah aset tetap.

Property, plant, and equipment didefinisikan sebagai aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan
dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk sewa kepada orang lain, atau untuk tujuan
administrasi. Itu diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Property, plant, and equipment itu meliputi tanah, struktur bangunan (kantor, pabrik, gudang), dan
peralatan (mesin, furniture, peralatan). Karakteristik utama dari property, plant, and equipment adalah
sebagai berikut.

1. Mereka diperoleh untuk penggunaan dalam operasi dan tidak untuk dijual kembali. Hanya aset
yang digunakan dalam operasi bisnis normal yang diklasifikasikan sebagai property, plant, and
equipment. Sebagai contoh, sebuah bangunan yang sedang tidak digunakan lebih tepat
diklasifikasikan terpisah sebagai investasi. Sebagai tambahan, property, plant, and equipment yang
dimiliki untuk digunakan atau diberikan diklasifikasikan terpisah dan dilaporkan dalam laporan posisi
keuangan. Pengembang lahan atau minority mengklasifikasikan tanah sebagai persediaan.

2. Mereka secara alami bersifat jangka panjang dan biasanya disusutkan. Property, plant, and
equipment menghasilkan jasa selama beberapa tahun. Perusahaan mengalokasikan biaya investasi
dalam aset ini ke periode masa depan melalui beban penyusutan periodik. Terkecuali tanah, dimana
hanya disusutkan jika penurunan nilai material terjadi, seperti kerugian pada kesuburan lahan
pertanian karena rotasi panen yang buruk, kekeringan, atau longsor.

3. Mereka memiliki substansi fisik. Property, plant, and equipment adalah aset berwujud yang
ditandai oleh keberadaan fisik atau substansi. Hal ini membedakan mereka dari asset tak berwujud,
seperti paten atau goodwill. Tidak seperti bahan baku, bagaimanapun juga property, plant, and
equipment tidak secara fisik menjadi bagian dari produk yang dimiliki untuk dijual kembali.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang akan dikaji dalam
makalah ini sebagai berikut:

Adapun masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Deskripsikan property, plant, & equipment.

2. Biaya apa saja yang masuk dalam penilaian property, plant, & equipment?

5
6

3. Masalah apa saja akuntansi yang berhubungan dengan aset yang dibangun sendiri dan yang
terkait dengan kapitalisasi bunga?

4. Apa saja isu-isu akuntansi terkait dengan mendapatkan dan menilai bangunan?

5. Bagaimana perlakuan akuntansi untuk biaya setelah akuisisi?

6. Bagaimana perlakuan akuntansi untuk penghapusan PPE?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan perumusan masalah di atas, peranan etika bagi mahasiswa diharapkan dapat mewujudkan
dan menumbuhkan etika dan tingkah laku yang positif. Namun secara umum karya tulis ilmiah ini
bertujuan untuk:

1. Memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah I.

2. Diharapkan mahasiswa mengetahui, dan dapat memahami akuisisi dan disposisi pada
properti, bangunan, dan peralatan.

1.4 TEKNIK PENULISAN

Metode yang digunakan pemakalah dalam penyusunan makalah ini dengan menggunakan teknik
pengumpulan data dengan menggunakan referensi dan buku-buku dan internet sebagai landasan
teoritis mengenai masalah yang akan diselesaikan.

6
7

BAB II

PEMBAHASAN

AKUISISI DAN DISPOSISI PROPERTI, BANGUNAN, DAN PERALATAN (ACQUISITION


AND DISPOSITION OF PROPERTY, PLANT, AND EQUIPMENT)

2.1 Acquisition of Property, Plant, and Equipment


Menurut buku Intermediate Accounting - Kieso, Weygandt, dan Warfield hal 469-494:

Kebanyakan perusahaan menggunakan nilai historis sebagai basis untuk penghitungan property, plant,
and equipment. Nilai historis mengukur kas atau nilai setara kas dari harga perolehan aset tersebut dan
membawanya ke lokasi dan kondisi yang diperlukan untuk digunakan.

Perusahaan mengakui property, plant, and equipment ketika biaya dari aset dapat diukur secara nyata
dan besar kemungkinan bahwa perusahaan akan mendapatkan manfaat ekonomi masa depan. Sebagai
contoh, ketika Starbucks (Amerika) membeli mesin pembuat kopi untuk operasinya, biaya ini
dilaporkan sebagai aset karena itu dapat diukur secara nyata dan manfaat masa mendatang. Namun,
ketika Starbucks melakukan perbaikan biasa pada mesin pembuat kopinya, Starbucks membebankan
biaya ini karena periode utama dari manfaat hanya pada periode berjalan.

Biasanya perusahaan-perusahaan melaporkan biaya-biaya berikut sebagai bagian dari property, plant,
and equipment:

▪ Harga pembelian, termasuk bea impor, pajak pembelian tidak dapat dikembalikan,
dikurangi potongan penjualan dan rabat. Sebagai contoh british airways (GBR)
Menunjukkan bahwa pesawat dinyatakan sebesar nilai wajar pertimbangan yang
diberikan setelah dikurangi kredit manufaktur.
▪ Biaya terkait untuk membawa aset tersebut ke lokasi dan kondisi yang diperlukan
untuk digunakan dalam cara yang dimaksudkan oleh perusahaan. Misalnya, ketika
Skanska AB (SWE) membeli mesin berat dari Caterpillar (USA), itu
mengkapitalisasikan biaya pembelian, termasuk biaya pengiriman.

Perusahaan menilai properti, pabrik, dan peralatan pada periode berikutnya dengan menggunakan
metode biaya perolehan atau metode nilai wajar (revaluasi) . Perusahaan dapat menerapkan biaya atau
model nilai wajar untuk semua item aset, dan peralatan atau untuk satu kelas (banyak) aset, dan
peralatan. Sebagai contoh, perusahaan mungkin menilai tanah (sekelas aset) setelah akuisisi dengan
menggunakan metode nilai wajar dan pada saat yang sama menilai bangunan dan peralatan (kelas-
kelas lain aset) dengan biaya.

Kebanyakan perusahaan menggunakan metode-biaya ini lebih murah untuk digunakan karena biaya
appraisal tidak diperlukan. Selain itu, metode nilai wajar umumnya mengarah ke nilai aset yang lebih
tinggi, yang berarti bahwa perusahaan melaporkan beban penyusutan yang lebih tinggi dan laba bersih
lebih rendah.

7
8

.A. Cost Of Land


Semua pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh tanah dan siap untuk digunakan dianggap
sebagai bagian dari biaya tanah. Jadi, ketika Group Auchan (FRA) atau AEON (JPN) membeli tanah
untuk membangun sebuah toko baru, biaya tanah biasanya mencakup :

• harga pembelian;
• penutupan biaya, seperti hak atas tanah, biaya pengacara, dan pencatatan biaya;
• biaya yang timbul dalam mendapatkan lahan dalam kondisi untuk digunakan, seperti
penilaian, mengisi, pengeringan, dan membuka tanah;
• asumsi dari setiap hak gadai, hipotek, atau sitaan di properti, dan
• setiap prasarana tambahan yang memiliki kehidupan yang tidak terbatas.

Pada umumnya, Land adalah bagian dari Property, Plant, and Equipment. Bagaimanapun, jika tujuan
utama dari perolehan dan penguasaan Land adalah spekulasi, perusahaan sewajarnya
mengklasifikasikan Land tersebut sebagai Investments. Jika real estate menguasai Land untuk dijual
kembali, maka tanah diklasifikasikan sebagai Inventory.

Beberapa mempercayai bahwa biaya ini seharusnya dikapitalisasi. Alasannya: ini bukanlah
pendapatan umum dari Investment pada saat ini. Perusahaan pada umumnya menggunakan
pendekatan ini kecuali ketika Asset sekarang ini menghasilkan Revenue, (seperti Property sewaan).

B. Cost of Buildings
Biaya gedung seharusnya termasuk semua pembelanjaan terkait secara langsung pada pemerolehan
atau kontruksi. Biaya ini termasuk: (1) Materlal, Labor, and Overhead Costs yang terjadi selama
pembangunan, dan (2) Profesional Fees and Building Permits. Pada umumnya, perusahaan
mengontrak pihak lain untuk membangun gedungnya. Perusahaan menyadari semua biaya yang
terjadi , dari penggalian sampai penyelesaian, sebagai bagian dari biaya building.

Setiap biaya yang secara tidak langsung dapat diatribusikan untuk mendapatkan gedung yang
siap untuk digunakan sesuai dengan tujuannya tidak boleh dikapitalisasi. Sebagai contoh, biaya start-
up, seperti biaya promosi yang berkaitan dengan pembukaan gedung atau kerugian operasional yang
timbul terutama karena penjualan rendah, tidak boleh dikapitalisasi. Juga, biaya administrasi umum
(seperti biaya departemen keuangan) tidak boleh dialokasikan untuk biaya gedung.

C. Cost of Equipment
"Peralatan" dalam akuntansi termasuk peralatan pengiriman, peralatan kantor, mesin, perabot dan
peralatannya, perabotan, peralatan pabrik, dan aktiva tetap serupa. Biaya aktiva tersebut meliputi
harga pembelian, pengiriman dan penanganan yang terjadi, asuransi pada peralatan dalam transit,
biaya dari yayasan khusus jika diperlukan, perakitan dan biaya instalasi, dan biaya pelaksanaan uji
coba.

Setiap hasil dari penjualan setiap barang yang dihasilkan ketika membawa peralatan ke lokasi dan
kondisi yang digunakan sesuai dengan tujuannya (seperti sampel yang dihasilkan ketika alat diuji)
harus mengurangi biaya peralatan. Biaya mencakup semua pengeluaran yang terjadi untuk
memperoleh peralatan dan mempersiapkan untuk digunakan.

8
9

D. Self-Constructed Assets (Aktiva yang Dibangun Sendiri)


Kadang-kadang perusahaan membangun aset mereka sendiri. Menentukan biaya mesin tersebut dan
aktiva tetap lainnya bisa menjadi masalah. Tanpa harga pembelian atau harga kontrak, perusahaan
harus mengalokasikan biaya dan pengeluaran untuk sampai pada biaya asset yang telah dibangun
sendiri. Bahan dan tenaga kerja langsung digunakan dalam konstruksi tidak menimbulkan masalah.
Sebuah perusahaan dapat menelusuri biaya-biaya langsung untuk urutan kerja dan bahan yang terkait
dengan aset tetap yang dibangun.

Tetapi, penyerahan dari biaya tidak langsung perusahaan produksi menciptakan masalahkhusus.Biaya
tidak langsung ini, yang biasa disebut pengeluaran tambahan atau beban, termasuk tenaga,
pemanasan, cahaya, asuransi, pajak property dari bangunan dan peralatan,tenaga kerja supervisor
pabrik, depresiasi dari asset tetap dan perlengkapan.

Perusahaan dapat menangani pengeluaran tambahan dalam satu atau dua cara:

➢ Menetapkan pengeluaran tambahan tidak tetap ke biaya konstruks iaset. Argument utama
untuk perlakuan ini adalah jika fixed in nature; ini tidak menambah hasil dari salah satu
konstruksi dari pemilik gedung atau peralatan. Pendekatan ini menganggap perusahaan akan
mendapat biaya yang sama tanpa memperhatikan apakahk onstruksi ini asset atau bukan. Oleh
karena itu, untuk mengganti bagian dari biaya pengeluaran tambahan untuk peralatan akan
dengan sendirinya berkurang beban sekarang dan sebagai konsekuensinya mengurangi
pendapatan dari periods ekarang. Tetapi, perusahaan akan menetapkan biaya dari asset
konstruksi biaya variable pengeluaran tambahan.
➢ Menetapkan bagian dari semua pengeluaran tambahan ke proses konstruksi. Pendekatan ini,
dikenal juga sebagai pendekatan full-costing, tetap jika salah satu percaya bahwa biaya
lempiran ke semua produk dan asset manufaktur ataukonstruksi. Dalam pendekatan
ini,perusahaan menetapkan bagian dari semua biaya pengeluaran tambahan ke proses
konstruksi, sebagai produksi normal. Para ahli berkata bahwa kegagalan dari mengalokasikan
biaya pengeluaran tambahan lebih rendah dari biaya inisial asset dan menghasilkan alokasi
masa depan yang tidak akurat.

Perusahaan seharusnya menetapkan ke asset a pro rata portion dari pengeluaran tambahan tetap untuk
menentukan biaya. Perusahaan memakai perlakuan ini secara ekstensif karena ada beberapa percaya
bahwa ini menghasilkan pencocokan yang baik antara biaya dengan pendapatan. Jumlah yang tidak
normal dari sisa material, tenaga kerja, atau sumber lain seharusnya tidak dimasukkan ke dalam biaya
aset.

Jika overhead yang di alokasikan mengakibatkan pencatatan biaya konstruksi melebihi biaya
yang merupakan prosedur independen lain yang akan dikenakan biaya, perusahaan harus mencatat
kelebihan overhead sebagai kerugian periode daripada memanfaatkannya.Hal ini untuk menghindari
pemanfaatkan aset melebihi fair value.Dalam kondisi apapun seharusnya sebuah perusaahan
mencatatnya sebagai “profit on self-construction”.

9
10

E. Interest Cost During Construction (Biaya Bunga Selama


Konstruksi)
Tiga pendekatan telah disarankan untuk menghitung bunga yang terjadi dalam pembiayaan
pembangunan aktiva, dan peralatan:

o Kapitalisasi tanpa bunga selama masa konstruksi. Pada pendekatan ini, bunga dianggap
sebagai biaya pembiayaan dan bukan biaya konstruksi.Beberapa berpendapat bahwa jika
sebuah perusahaan telah menggunakan pendanaan ekuitas dan bukan hutang, maka tidak akan
dikenakan biaya ini. Argumen utama terhadap pendekatan ini adalah bahwa penggunaan uang
tunai, apa pun sumbernya, memiliki biaya bunga terkait implisit, yang tidak boleh diabaikan.
o Biaya konstruksi dengan semua biaya dana yang digunakan, apakah dapat di identifikasi atau
tidak. Metode ini berpendapat bahwa biaya konstruksi harus mencakup biaya pembiayaan,
baik secara tunai, utang, atau equity. Pendukung teori ini mengatakan bahwa semua biaya
yang diperlukan untuk mendapatkan aktiva siap untuk digunakan, termasuk bunga, adalah
bagian dari biaya asset Bunga, apakah aktual atau diperhitungkan, adalah biaya, seperti
halnya tenaga kerja dan materials. Sebuah kritik utama dari pendekatan ini adalah bahwa
perhitungan biaya modal ekuitas berfifat subjektif dan di luar kerangka sistem biaya historis.
o IFRS menggunakan istilah biaya pinjaman daripada beban bunga. Biaya pinjaman termasuk
beban bunga dihitung menggunakan metode bunga efektif. Kita menggunakan istilah beban
bunga disini untuk menunjukkan itu adalah biaya pinjaman.

Tetapi pendekatan ini hanya mengkapitalisasi biaya bunga yang timbul melalui sumber pembiayaan-
utang. (Artinya, pendekatan ini tidak membuat ketetapan dalam menentukan biaya jika pembiayaan
dilakukan melalui sumber pembiayaan-ekuitas. Dalam pendekatan ini, perusahaan yang menggunakan
sumber pembiayaan-utang akan memiliki aset dengan biaya yang lebih tinggi daripada perusahaan
yang menggunakan sumber pembiayaan-ekuitas. Beberapa pihak menganggap pendekatan ini tidak
memuaskan karena mereka percaya bahwa biaya perolehan suatu aset harusnya sama apakah itu
dibiayai secara tunai, utang, ataupun ekuitas.

Peningkatan biaya aset

$ 0 $ ?

Tidak mengkapitalisasi Mengkapitalisasi

bunga selama konstruksi semua biaya dari pendanaan

Mengkapitalisasi biaya aktual

yang muncul selama proses kontruksi

GAAP

10
11

IFRS menggunakan pendekatan ketiga-kapitalisasi bunga aktual (dengan modifikasi). Metode ini
mengikuti konsep bahwa biaya historis dalam perolehan aset mencakup semua biaya (termasuk
bunga) yang terjadi untuk membawa aset tersebut pada kondisi dan lokasi yang diperlukan agar dapat
digunakan sesuai rencana. Dasar pemikiran dari pendekatan ini adalah bahwa selama konstruksi, aset
tersebut tidak menghasilkan pendapatan. Oleh karena itu, perusahaan harus menangguhkan
(mengkapitalisasi) biaya bunga. Setelah pembangunannya selesai, aset tersebut siap untuk digunakan
dan perusahaan dapat memperoleh pendapatan.

Pada titik ini, perusahaan harus melaporkan bunga sebagai beban dan menandingkannya dengan
pendapatan tersebut. Oleh karena itu perusahaan harus membebankan setiap biaya bunga yang terjadi
dalam pembelian aset yang siap untuk digunakan.

Dalam mengimplementasikan pendekatan umum ini, perusahaan mempertimbangkan tiga hal:

1. Kualifikasi Aktiva (Qualifying Assets)

Untuk dapat melakukan kapitalisasi bunga, aset harus memenuhi suatu periode waktu yang cukup
panjang agar siap untuk digunakan atau dijual. Perusahaan mengkapitalisasi biaya bunga dimulai
sejak pengeluaran pertama yang berkaitan dengan aset tersebut.

Kapitalisasi terus dilakukan sampai perusahaan secara substansial menyiapkan asset tersebut hingga
siap untuk digunakan.

Aset yang memenuhi syarat untuk melakukan kapitalisasi biaya bunga mencakup aset dalam
konstruksi yang akan digunakan oleh perusahaan itu sendiri (termasuk bangunan, pabrik, dan mesin
besar) dan aset yang dimaksudkan untuk dijual atau disewakan yang sedang dalam pembangunan
ataupun yang dibuat sebagai proyek diskrit (misalnya kapal atau pengembangan real estate ).

Contoh aset yang tidak memenuhi syarat untuk kapitalisasi bunga adalah (1) aset yang sedang
digunakan atau siap untuk digunakan, dan (2) aset yang tidak digunakan oleh perusahaan dalam
kegiatan pemerolehan pendapatan dan yang tidak menjalani aktivitas yang diperlukan untuk membuat
mereka siap untuk digunakan.

2. Periode kapitalisasi (Capitalization Period)

Capitalization period adalah periode waktu dimana perusahaan harus mengkapitalisasi bunga. Ini
dimulai dengan adanya tiga kondisi:

1. Pengeluaran untuk aset sedang terjadi.

2. Aktivitas yang dibutuhkan untuk menyiapkan aset untuk tujuan penggunaan atau penjualan sedang
berlangsung.

3. Interest cost sedang terjadi.

11
12

Kapitalisasi bunga terus terjadi selama tiga kondisi ini ada. Periode kapitalisasi berakhir ketika aset
tersebut secara substansial telah selesai dan siap untuk digunakan.

3. Jumlah yang akan dikapitalisasi (Amount to Capitalize)

Jumlah bunga untuk dikapitalisasi terbatas pada nilai terendah antara interest cost yang terjadi selama
periode atau avoidable interest. Avoidable interest adalah jumlah biaya bunga selama periode sebuah
perusahaan secara teoritis bisa menghindari jika itu tidak membuat pengeluaran untuk aset tersebut.

Jika interest cost aktual untuk periode adalah $ 90.000 dan avoidable interest adalah $ 80.000
perusahaan bermodalkan hanya $ 80.000. Atau, jika interest cost aktual adalah $ 80.000 dan avoidable
interest adalah $ 90.000, masih mengkapitalisasi hanya $ 80.000. Dalam situasi tanpa harus menarik
biaya termasuk biaya capital charge untuk equity.

Untuk menerapkan konsep avoidable interest, perusahaan menentukan jumlah potensi bunga yang
mungkin dikapitalisasi dalam suatu periode akuntansi dengan mengalikan tingkat bunga yang sesuai
dengan weighted-average accumulated expenditures untuk kualifikasi aset selama periode berjalan :

a. Weighted-Average Accumulated Expenditure (WAAE)

Dalam menghitung Pengeluaran Rata rata tertimbang Akumulasi, sebuah perusahaan menimbang
pengeluaran konstruksi dengan jumlah waktu (fraksi tahunan atau periode akuntansi) yang dapat
dikenakan biaya bunga atas pengeluaran.

b. Tingkat suku bunga (Interest rate)

Perusahaan mengikuti prinsip-prinsip dalam memilih tingkat bunga yang sesuai untuk diterapkan
dengan pengeluaran akumulasi rata-rata tertimbang:

1. Untuk bagian akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang yang kurang dari atau sama dengan
jumlah yang dipinjam secara khusus untuk membiayai pembangunan aktiva, gunakan tingkat bunga
yang timbul atas pinjaman khusus.

2. Untuk bagian akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang yang lebih besar dari utang apa pun yang
terjadi secara khusus untuk membiayai pembangunan aktiva, gunakan rata-rata tertimbang suku bunga
atas semua hutang lainnya selama periode berjalan.

Dua isu yang berkaitan dengan kapitalisasi bunga ditujukan pada perhatian khusus:

Pengeluaran Perolehan Tanah. Ketika perusahaan membeli tanah dan bermaksud mengolahnya untuk
tujuan tertentu, biaya bunga yang terkait dengan pengeluaran tersebut dapat dikapitalisasi. Apabila
tanah tersebut dibeli dengan tujuan sebagai lokasi untuk bangunan (seperti lokasi pabrik), biaya bunga
yang dikapitalisasi selama periode pembangunan merupakan bagian dari biaya pabrik, bukan tanah.

Sebaliknya, jika perusahaan mengolah tanah tersebut untuk dijual, biaya bunga yang dikapitalisasi
selama periode pembangunan merupakan bagian dari biaya perolehan tanah. Akan tetapi, perusahaan
tidak seharusnya mengkapitalisasi biaya bunga yang terkait dengan pembelian tanah untuk spekulasi
karena aktiva tersebut telah siap untuk dipergunakan sesuai dengan tujuan perusahaan.

12
13

Pendapatan Bunga. Perusahaan seringkali meminjam dana untuk membiayai pembangunan suatu
aktiva. Mereka menginvestasikan kelebihan atas pinjaman dana pada interest bearing securities untuk
sementara waktu hingga mereka membutuhkan dana untuk membiayai pembangunan. Selama tahap
awal pembangunan, pendapatan bunga, yang diperoleh dapat melebihi biaya bunga yang timbul atas
dana yang dipinjam.

IFRS mengharuskan bahwa pendapatan bunga yang diperoleh atas pinjaman spesifik (specific
borrowings) harus meng-offset biaya bunga yang dikapitalisasi. Alasannya adalah bahwa pendapatan
bunga atas pinjaman spesifik yang diperoleh secara langsung terkait dengan biaya bunga atas
pinjaman tersebut. Contohnya, asumsikan bahwa Shalla Company memperoleh pendapatan bunga
$10,000 pada tahun 2011 yang terkait dengan pijaman spesifik sebesar $750,000. Dalam hal ini,
Shalla mengkapitalisasi biaya bunga sebesar $110,228 ($120,228 - $10,000), bukan $120,228. Seperti
yang ditunjukkan, Shalla hanya menggunakan pendapatan bunga pinjaman spesifik untuk mengurangi
jumlah yang dikapitalisasi. Offsetting pendapatan bunga dari pinjaman umum lainnya tidak tepat
karena itu mengarah pada pengurangan bunga dikapitalisasi yang keliru.

F. Observasi.
Persyaratan untuk pengkapitalisasian bunga masih dalam perdebatan. Dari kacamata konseptual,
baynak yang meyakini bahwa untuk alas an yang disebutakn di awal, perusahaan harus mengadopsi
salah satu dari no interest cost atau all interest cost, actual atau diperitungkan. Persyaratan untuk
mengkapitalisasi interest dapat menyebabkan dampak yang signifikan pada laporan keuangan.

2.2 Valuation Property, Plant and Equipment


Seperti asset lainnya perusahaan harus mencatat property, plant and equipment pada harga pasar saat
diserahkan atau saat aseet diterima, yang lebih nyata. Bagaimanapu, akuisisi aseet terkadang
mengaburkan harga pasar.

A. Cash Discount/Diskon Kas


Saat perusahaan membeli plant assets dan mendapat diskon kas untuk pembayaran yang cepat,
bagaimana melaporkan terjadinya diskon ini? Jika mendapat diskon, maka perusahaan harus
menganggap diskon adalah pengurang dari harga pembelian asset.

Ada dua sudut pandang terhadap permasalahan ini. Yang pertama menganggap diskon (diambil atau
tidak) sebagai pengurangan harga pembelian asset. Rasionalnya, adalah harga yang nyata berlaku
untuk sebuah asset adalah harga kas atau setara kas dari asset tersebut. Ditambah, beberapa pendapat
menyatakan bahwa bentuk diskon kas sangat menarik, dimana kegagalan perusahaan untuk
mendapatkannya menngindikasikan adanya kesalahan dalam management/ ineffisiensi.

Dengan pendekatan kedua, menyatakan bahwa kegagalan mengambil kas diskon tidak selalu harus
dianggap sebagai kerugian. Bentuknya mungkin tidak terlalu menguntungkan atau tidak bijaksana

13
14

untuk perusahaan mengambil diskon tersebut. Saat ini, terdapat perusahaan yang menggunakan kedua
metodde tersebut, meskipun sebagian besar memilih metode yang pertama.

B. Deffered payment contract


Perusahaan secara teratur membeli plant assets dengan perjanjian kredit jangka panjang,
menggunakan wesel, hipotik, obligasi, atau equipment obligations. Untuk mencerminkan biaya (cost)
secara tepat, perusahaan menghitung aset yang dibeli dengan perjanjian kredit jangka panjang pada
nilai sekarang (present value) dengan nilai tukar yang sesuai diantara contracting parties pada tanggal
transaksi.

C. Lum-sum Purchase/Pembelian Lum-sum


Problem spesial dari penilaian fixed aset meningkat ketika perusahaan membeli sekelompok aset
dengan satu harga Lum-sum.

Sebuah masalah khusus yang timbul dalam menilai aktiva tetap ketika perusahaan membeli
sekelompok aktiva pada harga Lump-Sum. Ketika situasi umum ini terjadi, perusahaan
mengalokasikan total biaya antara berbagai asset dengan basis nilai wajar relatifnya. Asumsi ini
adalah biaya-biaya akan berbeda pada proporsi nilai wajar. Ini adalah prinsip yang sama bahwa
perusahaan-perusahaan menambahkan untuk mengalokasikan sebuah biaya lump sump pada berbagai
item yang berbeda.

Untuk menghitung nilai wajar, perusahaan harus menggunakan teknik penilaian yang sesuai dengan
keadaan. Dalam beberapa kasus teknik penilaian tunggal (single valuation) akan sesuai. Dalam kasus
yang lain, penilaian ganda (multiple valuation) mungkin sesuai untuk digunakan.

Untuk menggambarkan:

NoructHomes,Inc. Memutuskan untuk membeli beberapa asset dari perusahaan heating kecil, Comfort
Heating,dengan $80,000. Comfort Heating sedang dalam proses likuidasi. Asset yang terjual adalah :

Book Value Fair Value

Persediaan $ 30,000 $ 25,000

Tanah 20,000 25,000

Bangunan 35,000 50,000

$ 85,000 $ 100,000

14
15

Norduct Homes mengalokasikan $80,000 harga pembelian dengan dasar nilai wajar reelatif (asumsi
identifikasi khusus dari harga-harga impracticable) dengan cara berikut:

Persediaan $25,000/$100,000 x $ 80,000 = $ 20,000

Tanah $25,000/$100,000 x $ 80,000 = $ 20,000

Bangunan $50,000/$100,000 x $ 80,000 = $ 40,000

D. Stock Issuance/Penerbitan Saham


Ketika perusahaan mendapatkan peralatan dengan cara menerbitkan saham,seperti saham biasa,nilai
par atau yang ditetapkan dari saham tersebut tidak bisa secara tepat mengukur biaya perolehan dari
peralatan itu. Jika penjualan saham itu aktif,harga pasar dari saham-daham yang diterbitkan itu adalah
biaya wajar dari peralatan yang diakui.Saham merupakan suatu ukuran yang bagus dari kas ekuivalen
harga kini. 0

Sebagai contoh, Upgrade Living.Co memutuskan untuk membeli tanah yang berlokasi didekatnya
untuk mengembangkan operasi carpet dan lemarinya.Dalam mengganti pembayaran kas dalam
membeli tanah itu, Perusahaan menerbitkan 5000 lembar saham (nilai par $10) kepada Deedland
Company,dimana saham itu memiliki harga pasar $12 per lembar. Upgrade Living Co. Melakukan
pembukuan sebagai berikut:

Land (5,000 X $12) 60,000

Share capital-ordinary 50,000

Share premium-ordinary 10,000

Jika perusahaan tidak bisa menentukan nilai wajar dari saham yang dipertukarkan (berdasarkan harga
pasar), Perusahaan harus mengestimasi nilai wajar dari peralatan tersebut.Kemudian menggunakan
nilai peralatan itu sebagai dasar pencatatan aset dan penerbitan saham tersebut.

E. Exchanges of Nonmonetary Assets/Pertukaran Aktiva Non-


Moneter
Akuntansi yang tepat untuk pertukaran aktiva non-moneter, seperti property pabrik dan peralatan
sangat controversial. Beberapa berpendapat bahwa perusahaan harus mencatat pertukaran berdasarkan
nilai wajar aktiva yang diserahkan atau yang diterima, dengan pengakuan laba atau rugi. Sementara
yang lain percaya bahwa aktiva harus diperhitungkan berdasarkan nilai tercatat (nilai buku) aktiva
yang diserahkan, dengan tidak mengakui laba atau rugi. Dan yang lain masih mendukung pendekatan
pengakuan kerugian dan menangguhkan keuntungan.

Pada umumnya, perusahaan mencatat pertukaran aktiva berdasarkan nilai wajar aktiva yang diterima
atau diberikan, yang lebih jelas. Sehingga, perusahaan sebaiknya mengakui laba atau rugi secara

15
16

langsung dari pertukaran aktiva tersebut. Alasan untuk mengakui secara langsung adalah karena setiap
transaksi memberikan Subtansi komersial dan karena itu rugi dan laba harus diakui.

Seperti yang dinyatakan diatas, nilai wajar adalah dasar untuk mengukur aktiva yang diakuisisi pada
pertukaran non-moneter jika transaksi mempunyai subtansi komersial. Pertukaran memberikan
subtansi komersial apabila dapat mempengaruhi cash flow di masa depan sebagai efek dari transaksi
tersebut. Dengan kata lain, apabila dua pihak mengalami perubahan keadaan ekonomi, maka transaksi
tersebut memberikan subtansi komersial.

Sebagai contoh, Andrew Co. menukarkan peralatannya dengan tanah Roddick Inc. Disni ada
kemungkinan ada perbedaan yg signifikan tentang waktu dan jumlah arus kas yang timbul antara
peralatan dan tanah. Sebagai hasilnya, Andrew Co. dan Roddick Inc. mempunyai keadaan keuangan
yang berbeda. Oleh karena itu, pertukaran aktiva ini memberikan subtansi komersial dan perusahan
mengakui rugi atau laba dalam pertukaran.

- Pertukaran – keadaan jika rugi


Ketika perusahaan menukarkan aset non-moneter dan menghasilkan kerugian, perusahaan mengakui
kerugian dengan segera. Alasan : perusahaan seharusnya tidak menilai aset pada harga yang melebihi
ekivalen kasnya; jika kerugian ditangguhkan, aset akan overstated. Oleh karena itu, perusahaan
mengakui kerugian dengan segera apakah pertukaran itu memiliki substansi komersial atau tidak.

Beberapa individu membayar harga sesuai daftar untuk mobil baru. Beberapa dealer seperti Jerrod
sering menaikkan trade in allowance untuk mobil bekas sehingga harga jual aktualnya jatuh di bawah
harga menurut daftar. Untuk mencatat mobil pada harga yang ditawarkan, harga harus dicatat dalam
selisih jumlah kas yang dibayarkan karena kenaikan harga mobil baru yang ditawarkan.

- Pertukaran-kondisi untung
• Mempunyai substansi komersial

Sekarang, pertimbangkan situasi dimana pertukaran aset non moneter mempunyai substansi komersial
dan menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini, perusahaan biasanya mencatat harga aset non moneter
untuk ditukarkan dengan aset non moneter lainnya pada nilai wajar aset yang dilepas. Dan segera
mengakui keuntungan. Perusahaan seharusnya menggunakan nilai wajar asetr yang diterima hanya
jika lebih jelas dan terbukti dari pada nilai wajar aset yang dilepas.

• Tidak mempunyai substansi komersial

Kita sekarang mengasumsikan bahwa pertukaran yang dilakukan Interstate Transportation Company
tidak mempunyai substansi komersial. Sehingga posisi ekonomi Interstate tidak berubah secara
signifikan akibat pertukaran tersebut. dalam hal ini.

Jika penukaran asset tidak memiliki substansi secara komersil yang cukup , perusahaan mencatat gain
yang direfleksikan dari basis semi-truck saat terjadinya penjualan truck tersebut bukan saat terjadinya
pertukaran.

16
17

Sehingga, tentang pengakuan gain or less terkait pertukaran asset yang dikategorikan non-monetary
assets

1. Hitung total gain or losses dari asset tersebut, selisih dari gain value dan book value

2. Jika pada tahap 1 terjadi loss maka akui seluruh loss tersebut

3. Jika pada tahap 1 terjadi gain maka,

a. Akui gain jika pertukaran tersebut memiliki cukup substansi komersil

b.Tidak ada pengakuan Gain jika pertukaran tersebut lacks of commersial substance

Perusahaan mengungkapkan dalam laporan keuangan mereka pertukaran non-moneter selama suatu
periode. pengungkapan tersebut menunjukkan sifat transaksi , metode akuntansi untuk aktiva yang
dipertukarkan, dan keuntungan atau kerugian yang diakui pada bursa pertukaran.

F. Accounting Distribution/Pendekatan Akuntansi


Ketika perusahaan memperoleh aset seperti properti, pabrik, dan peralatan melalui hibah pemerintah,
konsep biaya ketat menyatakan bahwa penilaian aset harus nol. Namun, berangkat dari prinsip biaya
tampaknya dibenarkan karena biaya yang dikeluarkan (biaya lainnya dan pengeluaran kecil yang
relatif) bukan dasar akuntansi yang memadai untuk aset yang diperoleh.

Untuk merecord ketiadaan adalah dengan mengabaikan realitas ekonomi dari peningkatan kekayaan
dan aset. Oleh karena itu, sebagian besar perusahaan menggunakan nilai wajar aktiva untuk
menetapkan nilainya dalam pembukuan.

Ada dua pendekatan yang disarankan, yaitu pendekatan modal/ekuitas (capital/equity approach) dan
pendekatan pendapatan (income approach).

Para pendukung pendekatan ekuitas percaya bahwa kredit harus pergi langsung ke ekuitas karena
seringkali tidak ada pembayaran kembali hibah yang diharapkan. Selain itu, hibah tersebut merupakan
insentif oleh pemerintah - mereka tidak diperoleh sebagai bagian dari operasi normal dan seharusnya
tidak mengurangi biaya operasi pada laporan laba rugi.

Pendukung pendekatan pendapatan tidak setuju - mereka percaya bahwa kredit harus dilaporkan
sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi. Hibah Pemerintah tidak harus diletakan langsung ke
ekuitas karena pemerintah bukan pemegang saham. Selain itu, Kebanyakan hibah pemerintah yang
memiliki kondisi yang melekat pada mereka yang mungkin mempengaruhi beban masa depan.
Mereka harus dilaporkan sebagai pendapatan hibah (hibah atau pendapatan ditangguhkan) dan
disesuaikan dengan beban terkait yang akan terjadi di masa depan sebagai hasil dari bantuan.

❖ Pendekatan Pendapatan
IFRS memakai pendekatan pendapatan dan menunjukkan bahwa aturan umum adalah hibah harus
diakui dalam pendapatan secara sistematis yang cocok dengan biaya terkait yang mereka
dimaksudkan untuk kompensasi. Hal ini dicapai dalam salah satu dari dua cara untuk aset seperti
property, plant and equipment:

17
18

o Mencatat hibah sebagai pendapatan hibah ditangguhkan, yang diakui sebagai pendapatan
secara sistematis selama masa manfaat suatu aset, atau

o Dikurangi hibah dari nilai tercatat aktiva yang diterima dari hibah, dalam kasus hibah diakui
sebagai pendapatan yang mengurangi beban penyusutan.

2.3 Cost Subsequent To Acquisition/Biaya Selanjutnya untuk


Akuisisi
Setelah memasang plant asset dan membuatnya siap dipakai, perusahaan mengeluarkan biaya
tambahan atas kerusakan mulai dari perbaikan biasa sampai tambahan yang signifikan. Persoalan
utama adalah mengalokasikan biaya tersebut kepada periode waktu yang tepat.

Dalam menentukan bagaimana biaya seharusnya dialokasikan selanjutnya untuk akuisisi, perusahaan
mengikuti kriteria yang sama yang digunakan untuk menetukan biaya permulaan dari PPE. Mereka
mengakui biaya selanjutnya untuk akuisisi sebagai suatu aset ketika biaya dapat diukur dan ini
dimungkinkan bahwa perusahaan akan menemukan keuntungan ekonomi di masa yang akan datang.
Keuntungan ekonomi di masa datang akan termasuk penambahan dalam:

1) usia manfaat/kegunaan

2) jumlah produk yang diproduksi dan

3) kualitas produk yang di produksi.

Umumnya, perusahaan dikenakan empat jenis pengeluaran besar relatif terhadap aset yang ada.

JENIS PENGELUARAN UTAMA PENAMBAHAN, menambah atau memperpanjang aset


yang ada

PENINGKATAN DAN PENGGANTIAN. Pergantian asset untuk asset yang sudah ada.
PENATAAN DAN REORGANISASI. Pemindahan aktiva dari satu lokasi ke lokasi lain.
PERBAIKAN. Pengeluaran yang berguna untuk menjaga aset dalam kondisi untuk operasi.

A. Penambahan (Additions)
Penambahan seharusnya tidak menampilkan permasalahan akuntansi yang besar. Dengan definisi,
perusahaan mengkapitalisasi semua penambahan ke aktiva pabrik karena sebuah aktiva baru telah
diciptakan. Contohnya, penambahan sisi ke samping dari sebuah rumah sakit, atau sebuah sistem
pendingin ruangan di kantor, meningkatkan potensi jasa ke fasilitas tersebut. Perusahaan sebaiknya
mengkapitalisasi pengeluaran tersebut dan menyesuaikannya dengan pendapatan yang akan diperoleh
di periode masa depan.

Salah satu masalah yang dating pada bagian ini adalah akuntansi untuk semua perubahan yang
berhubungan dengan struktur yang telah ada sebagai akibat dari penambahan. Apakah biaya yang
terjadi untuk merobohkan gedung lama, untuk membuat ruangan sebagai penambahan, merupakan

18
19

biaya penambahan atau sebuah pengeluaran atau kerugian periode tersebut? Jawabannya adalah
bergantung kepada tujuan awalnya. Jika perusahaan telah mengantisipasi penambahan gedung, biaya
penghapusan adalah biaya yang sesuai untuk penambahan.

Tetapi, jika perusahaan belum mengantisipasi pembangunan ini, biaya penghapusan tersebut
sebaiknya dilaporkan sebagai kerugian di periode tersebut berdasarkan perencanaan yang kurang
efisien. Secara konsep, perusahaan sebaiknya menghapus dari perobohan gedung lama dan depresiasi
yang berhubungan dan mencatat kerugian. Kemudian, menambahkan biaya dari ruangan baru kepada
biaya dari gedung. Pada situasi ini, kadang-kadang kurang dapat dipraktekkan untuk menentukan nilai
bawaan yang masuk akal untuk gedung lama. Perusahaan mengasumsikan aktiva lama memiliki nilai
bawaan nol dan menambahkan biaya penggantian ke biaya keseluruhan.

B. Pengembangan dan Penggantian (Improvement and


Replacement)
Pengembangan adalah adalah pengganti “better asset(aset baru yg lebih baik)” dengan satu asset yang
di gunakan. (contoh mengganti lantai kayu dengan lantai keramik). Penggantian adalah mengganti
asset dengan asset lain yang sama dan sejenis(contoh : mengganti lantai kayu dengan lantai kayu).

Banyak improvement dan replacement menghasilkan aturan umum untuk rehabilitasi yang moderen
pada bangunan tua atau bagian dari peralatan (equipment). Masalahanya adalah membedakan hal ini
dalam tipe pengeluaran (expenditure) dengan perbaikan normalnya. Perkiraan yang bagus sangat d
butuhkan untuk mengkoreksi klasifikasi jenis expenditure ini.

Jika expenditure meningkatkan service potensial pada asset di masa datang,perusahaan harus
menkapitalisasinya. Perusahaan seharusnya menyingkirkan cost asset yang lama dan mencari
depresiasi dan merecognisi kerugian atau keuntungannya. Dan juga menambahkan cost dari
penggantian dengan asset yang baru.

Untuk menggambarkannya, Instinct Enterprise memutuskan untuk mengganti sistem pipa


pembuangan. Tukang pipa menyarankan perusahaan tersebut untuk mengganti pipa besi dengan pipa
plastik. Pipa yang lama mempunyai book value sebesar $15.000 ( cost $150.000 di kurangi depresiasi
$135.000) dan residual value sebesar $1.000. harga pipa plastik $125.000. jika perusahaan membayar
$124.000 untuk pipa baru setelah menukar tambah dengan pipa lama maka enty nya sebagai berikut

Plumbing system 125.000

Accumulated depreciation 135.000

Loss on disspossal of plant assets 14.000

Plumbing sistem 150.000

Cash(125.000-1000) 124.000

Hal yang penting dalam proses penggantian adalah menghitung cost dan menghitung depresiasi dari
asset lama. Untungnya IFRS menyebutkan setiap komponent yang signiifikan untuk d identifikasi dan

19
20

dasar depresiasi untuk debedakan dan didepresiasi secara terpisah. Pendekatan ini menunjuk pada
komponent depresiasi.

Untuk menggambarkanya Hanoi Company mempunayi traktor yang dibeli seharga $50.000.
component dan nilai guna traktor(nilai residula di anggap nol) adalah sebagai berikut:

Cost useful life depresiasi per tahun

Ban 6.000 2 tahun 3.000

Transmisi 10.000 5 tahun 2.000

Truk 34.000 10 tahun 3.400

Perusahaan harus tetap menjaga dasar pencatatan dari setiap komponen asset. Jika perusahaan tidak
mempunyai informasinya,secara umun metode estimasi dapat digunakan.

C. Perbaikan (Repairs)
• Reparasi biasa
Sebuah perusahaan melakukan reparasi biasa untuk mempertahankan kondisi aset agar bisa terus
beroperasi. Reparasi biasa dibebankan kepada akun beban pada periode berjalan, yaitu periode
dimana perusahaan merasakan manfaat utama dari reparasi tersebut. Reparasi biasa berupa
pemeliharaan berkala termasuk penggatian suku cadang kecil, pemberian pelumas, pengaturan ulang
peralatan, pengecatan ulang, dan pembersihan. Perusahaan memperlakukan aktivitas-aktivitas tersebut
sebagai beban operasi biasa.

Seringkali sulit membedakan antara reparasi biasa dengan Improvement atau replacement. Reparasi
besar seperti overhaul dapat memberikan manfaat dalam beberapa tahun atau periode. Dengan
demikian, perusahaan harus mengakui pengeluaran tersebut sebagai improvement atau replacement.

• Reparasi besar
Beberapa perusahaan penerbangan seperti Ryanair (IRL) atau Lufthansa (DEU), atau perusahaan jasa
kurir seperti A.P. Moller-Maersk (DEN) or CMA CGM Group (FRA), menanggung biaya overhaul
yang besar untuk seluruh pesawat dan kapal. Sebagai contoh, Perusahaan Shipaway membeli kapal
baru seharga $200 juta. Setiap empat tahun, kapal tersebut harus di-overhaul. Biaya overhaul
diestimasikan sebesar $4 juta. Dalam hal ini, nilai overhaul sebesar $4 juta harus diakui sebagai
komponen terpisah dari biaya perolehan kapal dan disusutkan dalam waktu empat tahun ke depan.
Dengan demikian, nilai dari overhaul tersebut harus telah habis disusutkan pada waktu overhaul
selanjutny

20
21

D. Ringkasan Biaya Setelah Akuisisi (Summary of Cost


Subsequent to Acquisition)
Perlakuan Akuntansi normal untuk pengeluaran yang terjadi di masa setelah akuisisi.

Jenis Pengeluaran Perlakuan Akuntansi Normal


Penambahan Kapitalisasi biaya pernambahan kepada akun
aset.

Improvement atau replacement Hapus nilai buku dan akumulasi depresiasi


aset yang lama, akui keuntungan/kerugian
yang terjadi, kapitalisasi nilai dari
pengembangan dan penggantian.

Nilai dari pengaturan dan penyusunan


Perbaikan kembali diakui sebagai beban.
(a) Biasa: Mengakui nilai reparasi sebagai
beban ketika terjadi.
(b) Besar: Hapus nilai buku dan akumulasi
depresiasi aset yang lama, akui
keuntungan/kerugian yang terjadi,
kapitalisasi nilai dari perbaikan besar.

2.4 Penghapusan Property, Plant dan Equipment


Sebuah perusahaan seperti Nokia (FIN), secara sukarela bisa menghapus asetnya dengan cara
dijual, ditukar, involuntary conversion, atau dibuang begitu saja. Terlepas dari cara Nokia
menghapus asetnya, Nokia harus menyusutkan asetnya pada tanggal penghapusan. Kemudian
perusahaan harus menghapus semua akun terkait dengan aset tersebut. Biasanya nilai buku
aset pada tanggal penghapusan berbeda dengan nilai penghapusannya. Peristiwa tersebut
akan menghasilkan keuntungan/kerugian.

Perbedaan ini diakibatkan karena penyusutan merupakan hasil estimasi dan bukan hasil
penilaian. Keuntungan dan kerugian merupakan koreksi dari net income pada tahun dimana
Nokia menggunakan asset tersebut.

Nokia harus melaporkan keuntungan/kerugian tersebut pada penghapusan plant asset di


income statement dengan akun lain dari aktivitas bisnis normal. Namun, jika itu terjual,
dibuang, adanya keuntungan kebetulan, atau sebaliknya penjualan dari “bagian operasi
perusahaan,” kemudian perusahaan sebaiknya melaporkan hasil-hasil itu secara terpisah pada
bagian operasi yang terhenti di laporan laba rugi.

21
22

A. Penjualan Aktiva Pabrik (Sale of Plant Assets)


Perusahaan mencatat depresiasi untuk periode waktu diantara tanggal pencatatan terakhir dan
tanggal penjualan.

Untuk illustrasi, asumsikan bahwa Barret Company mencatat depresiasi pada sebuah mesin
seharga $18.000 untuk sembilan tahun pada tarif $1.200 per tahun. Jika Barret Company
menjual mesin pada tengah tahun ke sepuluh seharga $7.000, Barret mencatat depresiasi pada
tanggal penjualan sebagai berikut:

Depreciation Expense ($1.200 x ½) 600

Accumulated Depreciaton-Machinery 600

Ayat jurnal untuk penjualan aktiva kemudian adalah:

Cash 7.000

Accumulated Depreciation-Machinery 11.400

(($1.200 x 9) + $600)

Machinery 18.000

Gain on Disposal of Machinery 400

Nilai buku mesin pada waktu penjualan adalah $6.600 ($18.000-$11.400). Karena mesin
terjual seharga $7.000, jumlah keuntungan pada penjualan adalah $400 ($7.000-$6.600).

B. Perubahan Tanpa Disengaja (Involuntary Conversion)


Kadang-kadang kegunaan sebuah aktiva berakhir melalui beberapa jenis perubahan tanpa
disengaja seperti kebakaran, banjir, pencurian, atau penghukuman. Perusahaan-perusahaan
melaporkan perbedaan diantara jumlah pemulihan (contoh, dari sebuah pemberian hukuman
atau asuransi pemulihan), jika tersedia dan nilai buku aktiva yang dicatat sebagai keuntungan
atau kerugian. Mereka memperlakukan keuntungan-keuntungan atau kerugian-kerugian
seperti beberapa tipe pengaturan yang lain.

Untuk illustrasi, Camel Transport Corp. harus menjual sebuah pabrik yang diletakkan pada
properti perusahaan yang berdiri secara langsung di bagian jalan raya antar negara bagian.
Selama beberapa tahun, negara telah mencoba untuk membeli tanah dimana pabrik itu

22
23

berdiri, tetapi perusahaan menolak. Negara akhirnya mencoba hak dari keunggulan
kekuasaan, dimana pengadilan membenarkan. Pada penyelesaian, Camel menerima $500.000
yang secara substansi melebihi $200.000 nilai buku pabrik dan tanah (seharga $400.000
dikurangi akumulasi depresiasi $200.000). Camel membuat ayat jurnal seperti berikut.

Cash 500.000

Accumulated Depreciation-Plant Assets 200.000

Plant Asset 400.000

Gain on Disposal of Plant Assets 300.000

Keuntungan pada penjualan sebaiknya dilaporkan di “Other Income and expense” pada
laporan laba rugi dan bukan sebagai pendapatan. Jika ada penundaan dalam pembayaran dari
pemberian hukuman atau asuransi pemulihan, piutang dicatat pada harga setingkat kas.
Beberapa alasan pengakuan dari keuntungan atau kerugian pada perubahan tanpa disengaja
tertentu.

Sebagai contoh, pemerintah sering menetapkan hutan-hutan untuk taman nasional.


Perusahaan-perusahaan kertas yang memiliki hutan-hutan ini harus melaporkan keuntungan
atau kerugian pada penghukuman. Namun, beberapa perusahaan berpendapat bahwa tidak
ada keuntungan atau kerugian yang dilaporkan karena mereka mengganti tanah hutan
terhukum dengan seketika dan menjadi pada posisi ekonomi yang seperti sebelumnya.
Masalah apakah penghukuman dan pembelian sesudah itu sebaiknya dilihat sebagai satu atau
dua transaksi. IFRS menghendaki bahwa keuntungan atau kerugian dilaporkan pada situasi
ini karena perubahan dilihat sebagai dua transaksi-disposal dan subsequent event.

C. Konversi Paksa (Miscellaneous problems)


Kadang-kadang penggunaan aset terhenti karena beberapa jenis konversi paksa seperti
kebakaran, banjir, pencurian, dan pengalihan. Perusahaan melaporkan perbedaan antara
jumlah yang telah dijamin (misalnya kompensasi pengalihan dan asuransi pemulihan), dan
nilai buku (kalau ada) sebagai untung atau rugi. Mereka memperlakukan untung atau rugi
tersebut seperti beberapa jenis disposisi lainnya.

Beberapa menolak untuk mengakui untung atau rugi dalam konversi paksa tertentu. Sebagai
contoh, pemerintah sering mengalihkan hutan menjadi taman nasional. Perusahaan yang
mempunyai hutan tersebut harus mengakui untung atau rugi dari pengalihan tersebut. namun,
beberapa perusahaan beresikeras tidak ada untung atau rugi yang harus dilaporkan karena
mereka harus mengganti hutan yang sudah dialihkan tersebut begitu juga dengan posisi
ekonomi mereka seperti sebelumnya. IFRS mensyaratkan bahwa untung atau rugi harus
dilaporkan dalam situasi seperti ini karena konversi dilihat dari 2 transaksi- pelepasan dan
kejadian yang mengikutinya.

23
24

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Beberapa perusahaan menggunakan aset yang bersifat tahan lama, yaitu aset tetap. Beberapa
aset disebut property, plant, and equipment atau aset tetap dan biasanya untuk digunakan
dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk sewa kepada orang lain, atau untuk
tujuan administrasi. Dan digunakan selama lebih dari satu periode.

3.2 Saran

Dalam penulisan makalah ini penyusun menyimpan harapan dan ingin mengutarakan saran
yang dapat bermanfaat bagi generasi penerus bangsa.

24
25

DAFTAR PUSAKA

Kieso, Weygandt, and Warfield. 2008. Intermediate Accounting: IFRS Edition. Edisi 12. Volume 1.
Jakarta: Erlangga.

http://dc344.4shared.com/download/1DU1xob2/internet_download_manager_614_.rar?tsid=2013091
8-041623-b350f558 (Minggu, 15 September 2013)

http://dc619.4shared.com/download/jT_zMev4/ppt_kieso_ifrs_vol_2.rar?tsid=20130917-074509-
cc3d2795 (Senin, 16 September 2013)

25

Anda mungkin juga menyukai