Anda di halaman 1dari 14

Suku Minang

Guru pembimbing : Bu Aida


Nama anggota kelompok :
1. Danish Kautsar Temenggu 9.7 (11)
2. Ersa Putra Pratama 9.7 (12)
3. Muhammad Afif Rizky 9.7 (17)
4. Muhammad Alif Nugraha 9.7 (18)
5. Muhammad Rifai 9.7 (19)
6. Sifa Alsakina 9.7 (27)

SMP Negeri 1 Balikpapan


Jl. Kapten Piere Tendean, Gunungsari Ilir,No. 64, Kec.
Balikpapan Tengah, Kota Balikpapan
24 Januari 2023
Kata Pengantar

Pertama-tama kita panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan ridho Allah
SWT. Karena tanpa rahmat dan ridhonya kita tidak dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.

Tidak lupa kita ucapkan terimakasih kepada Bu aida selaku guru pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan yang membimbing kita dalam tugas makalah
ini.

Dalam makalah ini, kita akan sedikit menjelaskan tentang Suku Minang dan hal
yang bersangkutan dengan suku ini.

Mungkin pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum saya ketahui.
Maka dari itu kita mohon saran dan kritik dari yang membaca makalah ini,
demi tercapainya makalah yang sempurna.

Kita harap semoga makalah ini bermanfaat dan menambah wawasan untuk
kita semua yang ada disini.
Daftar Isi

 
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………
………………………………….. i
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………………
…………………….……………… ii
Letak geografis…..
…………………………………………………………………………………………
……………………. 1
Latar belakang…………..
…………………………………………………………………………………………
…………….. 1
Adat kelahiran Suku
Minang…………………………………………………………………………………
………. 2
Adat pernikahan Suku Minang.……….
……………………………………………………………………………..3
Adat kematian Suku
Minang…………………………………………………………………………………
……….. 6
Sejarah rumah adat…………….
…………………………………………………………………………………………
……7
Makanan, alat musik, dan lagu daerah……………..
………………………………………………………..8
Pahlawan dari Minang……………………………………………..
………………………………………………………..10
PENUTUP………………………………………………………………………………
…………………………………………………11
Pembahasan

 
•Letak geografis
Secara geografis, persebaran etnik Minangkabau meliputi seluruh daratan
Sumatra Barat, separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat
Jambi, pantai barat Sumatra Utara, barat daya Aceh dan Negeri Sembilan di
Malaysia. Letak astronomis Minang Kabau (Propinsi Sumatera Barat) terletak
pada 0° 45 Lintang Utara sampai dengan 3° 36 Lintang Selatan dan 98° 36
sampai dengan 101° 53 Bujur Timur. Daerah ini merupakan salah satu propinsi
di Indonesia yang dilewati oleh garis khatulistiwa, tepatnya di Kota Bonjol
(Kabupaten Pasaman).

Daerah propinsi Sumatera Barat terdiri dari delapan kabupaten dan enam kota
madya. Batas-batas propinsi Sumatera Barat (Alam Minang Kabau) sebelah
utara berbatasan dengan propinsi Sumatera Utara; sebelah selatan berbatasan
dengan Propinsi Jambi dan Propinsi Bengkulu; sebelah barat berbatasan
dengan Samudera Hindia dan; sebelah timur berbatasan dengan Riau dan
Jambi. Semua itu pada umumnya berada dalam wilayah budaya Minang Kabau,
kecuali Kepulauan Mentawai.
•Latar Belakang
Dalam sebuah legenda yang beredar, sejarah nama Minangkabau sendiri
berawal dari ekspedisi yang dilakukan oleh kerajaan Majapahit pada abad ke-
16. Untuk mencegah peperangan yang menimbulkan korban jiwa, masyarakat
setempat mengusulkan untuk mengadu kerbau milik mereka dengan kerbau
Jawa milik pasukan Majapahit.

Pada waktu itu, pasukan Majapahit disebut membawa seekor kerbau yang
besar dan agresif. Sedangkan masyarakat setempat hanya mengeluarkan
seekor anak kerbau yang lapar. Namun, mereka memasang sebilah pisau pada
masing-masing tanduk anak kerbau tersebut.

Alhasil, anak kerbau dengan sebilah pisau di tanduknya mampu mengalahkan


kerbau besar milik pasukan Majapahit. Nama Minangkabau kemudian menjadi
terkenal akibat peristiwa kemenangan tersebut. Demikian seperti diceritakan
dalam buku Persamaan di Dalam Perbedaan Budaya oleh Retno Widyastuti.

•Adat Kelahiran Suku Minang


Menurut tradisi Minangkabau. Dalam tradisi minangkabau, penyambutan
kelahiran bayi dilakukan dengan upacara turun mandi. Upacara turun mandi
dilaksanakan untuk mensyukuri nikmat Tuhan atas bayi yang baru lahir.
Upacara turun mandi adalah upacara penyambutan kelahiran yang sudah
dilaksanakan turun temurun. Setelah upacara turun mandi selesai dilakukan,
biasanya dilanjut dengan acara syukuran dengan makan dan doa bersama.

Ada beberapa syarat dalam melakukan upacara turun mandi, diantaranya


adalah;

a. Upacara turun mandi dilaksankan di sungai

b. Batiah bareh badulang, atau beras yang digoreng. Batiah tersebut nantinya
akan diberikan kepada anak-anak yang ikut serta dalam upacara turun mandi
sebagai ucapan terimakasih
c. Sigi Kain Buruak atau membuat obor dari kain robek. Sigi/obor dibakar
dirumah dan nantinya obor tersebut dibawa ke tempat upacara turun mandi

d. Tampang karambia tumbua (bibit kelapa siap tanam). Pada saat upacara
bayi dimandikan, bibit kelapa dihanyutkan lalu ditangkap oleh ibu si bayi saat
kelapa mendekati sang anak. Setelah pulang, kelapa kemudian ditanam yang
nanti akan menjadi bekal hidup si anak kelak

e. Tangguak, merupakan alat untuk menangkap ikan. Melambangkan bekal


ekonomi si anak kelak. Kegunaaan tangguak yaitu untuk meletakkan batu yang
diambil dari sungai sebanyak tujuh buah, kemudian batu dan tampang
karambia dibawa pulang. Batu akan dimasukkan ke dalam lubang tempat
karambia ditanam

f. Palo nasi yaitu nasi yang terletak paling atas. Nantinya nasi tersebut akan
dilumuri dengan arang dan darah ayam. Tujuannya adalah untuk mengusir
setan, yang ingin ikut hadir dalam upacara turun mandi.

•Adat Pernikahan Suku Minang


1. Maresek
Marasek adalah tahapan pertama yang dilakukan dalam pernikahan adat
Minang. Pihak keluarga perempuan akan mendatangi pihak keluarga laki-laki.
Pihak keluarga dari perempuan yang berpengalaman akan mencari tahu
apakah calon laki-laki cocok dengan calon perempuannya. Mereka juga akan
membawa buah tangan ke pihak keluarga laki-laki sebagai simbol sopan
santun.

2. Manimang dan Batimbang Tando


Tahapan ini dilakukan oleh pihak keluarga perempuan untuk meminang calon
laki-laki. Apabila diterima mereka akan melakukan batimbang tando atau
bertukar simbol sebagai pengikat perjanjian dan nggak bisa diputuskan secara
sepihak. Biasanya yang ditukarkan adalah benda pusaka seperti keris, kain
adat, atau benda lainnya yang memiliki nilai sejarah bagi keluarga.

Setelah itu acara selanjutnya adalah berembuk mengenai penjemputan calon


mempelai laki-laki. Adapun tahapannya yaitu keluarga calon mempelai
perempuan mengunjungi kediaman keluarga calon mempelai laki-laki. Pada
acara tersebut akan melibatkan orangtua, ninik mamak, dan para sesepuh dari
kedua belah pihak. Rombongan yang datang akan membawa sirih pinang
lengkap dan disusun dalam carano (tas yang dibuat dari daun pandan).
3. Mahanta Siriah
Selanjutnya adalah Mahanta Siriah, di mana mempelai meminta izin atau
memohon doa restu kepada mamak-mamaknya, saudara ayah, kakak yang
telah berkeluarga dan sesepuh yang dihormati. Calon mempelai perempuan
diwakili oleh kerabat perempuannya yang telah berkeluarga dengan cara
mengantar sirih.

Sedangkan untuk calon mempelai laki-laki membawa selapah yang berisi daun
nipah dan tembakau dengan tujuan untuk memberitahukan dan memohon
doa rencana pernikahannya. Biasanya keluarga yang didatangi akan
memberikan bantuan berupa tenaga dan biaya untuk pernikahan sesuai
kemampuan. Ritual ini memiliki tujuan untuk memohon doa dan
memberitahukan rencana pernikahan.

4. Babako - Babaki
Acara ini akan diadakan beberapa hari sebelum acara akad nikah berlangsung.
Bako berarti pihak keluarga dari ayah calon mempelai perempuan. Dan pihak
keluarga ini ingin menunjukkan kasih sayangnya dengan ikut memikul biaya
sesuai kemampuannya. Acara ini dimulai dengan calon mempelai perempuan
dijemput dan dibawa ke rumah keluarga ayahnya. Di sana para tertua akan
memberikan nasihat. Dan keesokan harinya, calon mempelai perempuan akan
diarak kembali ke rumahnya diiringi keluarga pihak ayah dengan membawa
berbagai macam barang bantuan tadi.

Perlengkapan yang disertakan biasanya berupa sirih lengkap (sebagai kepala


adat), nasi kuning singgang ayam (makanan adat), antaran barang yang
diperlukan calon mempelai perempuan seperti seperangkat busana, perhiasan
emas, lauk pauk baik yang sudah dimasak maupun yang masih mentah, kue-
kue dan sebagainya.

Tradisi sebelum akad nikah

5. Malam Bainai
Acara ini dilakukan pada malam sebelum akad nikah. Bainai menjadi ritual
untuk melekatkan jasil tumbukan daun pacar merah (daun inai) di kuku calon
pengantin. Tradisi ini memiliki makna sebagai ungkapan kasih sayang dan doa
restu para sesepuh keluarga mempelai perempuan. Lalu terdapat juga air yang
berisikan keharuman tujuh bunga, daun inai tumbuk, payung kuning, kain
jajakan kuning, kain simpai, dan kursi bagi calon pengantin.
Calon pengantin perempuan pun dibawa keluar dari kamar diapit teman
sebayanya dengan menggunakan baju tokoh dan bersunting rendah.
Selanjutkan akan berlangsung acara mandi-mandi secara simbolik dengan
memercikkan air harum tujuh kembang oleh para sesepuh dan kedua
orangtua. Selanjutnya kuku-kuku calon pengantin perempuan pun diberi inai.
Saat inai dipasang maka akan diiringi syair tradisi Minang di malam bainai
disertai bunyi seruling.

6. Manjapuik Marapulai
Acara ini menjadi ritual paling penting dalam prosesi pernikahan adat Minang.
Prosesinya bermula dari calon pengantin laki-laki dijemput dan dibawa ke
rumah calon pengantin perempuan untuk melangsungkan akad nikah. Lalu
pada acara ini pun akan dilakukan pemberian gelar pusaka pada calon
pengantin laki-laki sebagai simbol kedewasaan.

Selanjutnya rombongan dari keluarga calon pengantin perempuan akan


menjemput calon pengantin laki-laki dengan membawa perlengkapan berupa
sirih lengkap dalam cerana, pakaian pengantin laki-laki lengkap, nasi kuning
singgang ayam, lauk pauk, dan lainnya. Setelah prosesi sambah mayambah dan
mengutarakan maksud kedatangan, barang-barang pun diserahkan. Lalu calon
pengantin laki-laki beserta rombongan akan diarak menuju kediaman calon
pengantin perempuan.

7. Penyambutan di Rumah Anak Daro


Tradisi menyambut kedatangan calon mempelai laki-laki di rumah calon
mempelai perempuan (penyambutan di rumah anak daro) merupakan momen
meriah dan besar. Dilatari bunyi musik tradisional yang berasal dari talempong,
keluarga mempelai perempuan menyambut kedatangan mempelai laki-laki.
Berikutnya, barisan dara menyambut rombongan dengan persembahan sirih
lengkap.

Para sesepuh perempuan menaburi calon pengantin laki-laki dengan beras


kuning. Sebelum memasuki pintu rumah, kaki calon mempelai laki-laki diperciki
air sebagai lambang mensucikan, lalu berjalan menapaki kain putih menuju ke
tempat berlangsungnya akad.

8. Akad nikah
Akad nikah ini akan dilangsungkan sesuai syariat agama Islam. Diawali dengan
pembacaan ayat suci, ijab kabul, nasihat perkawinan dan doa. Acara ini
umumnya dilakukan pada hari Jumat siang.

9. Bersandiang di pelaminan
Setelah akad nikah berlangsung maka kedua pengantin akan bersanding di
rumah anak dari. Anak daro dan marapulai akan menanti tamu alek salinga
alam dan diwarnai musik dari halaman rumah.

Tradisi Usai Akad Nikah

10. Memulangkan Tando


Usai melaksanakan akad nikah, ada lima acara adat yang lazim dilaksanakan.
Mulai dari memulangkan tando, mengumumkan gelar pengantin laki-laki,
mengadu kening, mengeruk nasi kuning dan bermain coki.

11. Malewakan Gala Marpulai


Acara ini mengumumkan gelar untuk pengantin laki-laki sebagai tanda
kehormatan dan kedewasaan yang disandang sang pengantin laki-laki.

12. Balantuang Kaniang


Acara ini akan dipimpin oleh sesepuh perempuan dan sang pengantin akan
saling menyentuhkan keningnya. Mereka diharuskan duduk berhadapan
dengan wajah dipisahkan kipas, lalu kipas diturunkan perlahan. Maka barulah
boleh saling menyentuhkan kening.

13. Mangaruak Nasi Kuniang


Prosesi ini mengisyaratkan hubungan kerja sama suami istri yang harus
melengkapi satu sama lain. Ritual diawali dengan kedua pengantin berebut
mengambil daging ayam yang tersembunyi di dalam nasi kuning.

14. Bamain Coki


Coki adalah permainan tradisional Ranah Minang. Yakni semacam permainan
catur yang dilakukan oleh dua orang dengan papan permainan menyerupai
halma. Permainan ini bermakna agar kedua mempelai bisa saling meluluhkan
kekakuan dan egonya masing-masing agar tercipta kemesraan. Tari Payung,
tarian ini dipercaya sebagai tarian pengantin baru. Memiliki salah satu syair
berbunyi “Berbendi-bendi ke sungai tanang” yang memilki arti pasangan yang
baru menikah pergi ke kola yang dinamai sungai Tanang dan mencerminkan
bulan madu. Penari akan menggunakan payung yang melambangkan peranan
suami sebagai pelindung istri.

16. Manikam Jajak


Pernikahan adat Minang belum usai walaupun acara pernikahannya sudah
selesai, lho. Manikam jajak adalah prosesi pernikahan adat Minang yang
terakhir. Satu minggu setelah akad nikah, sang pengantin akan pergi ke rumah
orangtua serta ninik mamak pengantin laki-laki dengan membawa makanan.
Tujuannya untuk menghormati dan memuliakan orangtua serta ninik mamak
pengantin laki-laki.

Indonesia dikenal dengan kekayaan budayanya. Begitu pun dalam prosesi


pernikahan adat Minang yang punya makna mendalam. Kamu juga bisa
merundingkan akan seperti apa prosesi pernikahanmu dan menanyakan pada
pihak keluarga yang lebih mengerti.

•Adat Kematian Suku Minang


Upacara kematian masyarakat Minangkabau Kanagarian Paninjauan
merupakan sebuah upacara pasambahan terakhir yang di lakukan dalam adat
Minangkabau kepada sanak saudara yang lebih dulu meninggalkan kita di
dunia ini. Biasanya apabila seorang sanak saudara kita menghadapi kematian,
maka seluruh kelurga baik yang ada di rantau ataupun tidak akan berkumpul
untuk melepas dan memaafkan beliau yang sudah dulu meninggalkan kita.
Kegiatan kematian ini dilakukan dengan dua upara yaitu upacara secara agama
dan secara adat istiadat.

Upacara secara agama


Tahap memandikan, apabila jenazahnya laki-laki yang boleh memandikan
jenazah para sanak saudara laki-laki dan Mahram dari jenazah begitu juga
sebaliknya apabila jenazah perempuan maka yang memandikan sanak saudara
perempuan dan mahramnya, yang disebut mahram seperti Ibu, Ayah, Anak.
Tahap mengafani, biasanya ditahap mengafani dilakukan oleh seorang
peninggi adata yaitu Angku, Pangulu Pucuak, Tuo Kampuang (Panungkek),
Labai, Sutan, Katik. Karena semua galanya sesuai dengan kedudukannya dan
sesuai dengan sukunya.
•Sejarah Rumah Adat
Dahulu kerajaan Majapahit ingin menduduki wilayah Minangkabau. Untuk
berperang melawan rakyat setempat, Majapahit menyiapkan pasukan dalam
jumlah besar. Masyarakat Minangkabau paham betul jika mereka tidak
mungkin bisa menang apabila terjadi perang.

Setelah bernegosiasi, masyarakat Minangkabau menawarkan adu kerbau alih-


alih perang yang menimbulkan pertumpahan darah. Apabila dalam adu kerbau
pihak Majapahit menang, maka mereka berhak menduduki tanah
Minangkabau. Namun, jika kerbau pihak Majapahit kalah, mereka harus pergi
dari Minangkabau.Pihak Majapahit kemudian menyetujuinya dengan
mengirimkan seekor kerbau jantan yang begitu besar dan ganas. Tetapi, rakyat
Minangkabau dari dulu dikenal cerdik. Bukannya mengirimkan kerbau dengan
besar yang setara, mereka justru mengirimkan anak kerbau untuk bertanding.

Begitu anak kerbau dilepaskan, ia langsung berlari ke arah perut kerbau


Majapahit untuk mencari susu. Hal itu karena anak kerbau mengira kerbau
Majapahit adalah induknya. Dalam sekejap mata, perut kerbau Majapahit
sobek akibat pisau yang dipasang diujung mulut anak kerbau.

Dengan demikian, kerbau Majapahit mati dan kemenangan menjadi milik


rakyat Minangkabau. Karena itulah, rumah gadang dibuat mirip seperti tanduk
kerbau sebagai lambang kemenangan masyarakat Minangkabau.

•Makanan, Alat Musik, Lagu Daerah


1. Makanan tradisional

a. Rendang
b. Sate padang

c. Dendeng balado

d. Gulai pakis

e. Sala laulak

2. Alat musik
a. Saluang

b. Talempong

c. Serunai

3. Lagu daerah
a. Ayam den lapeh
b. Dindin badindin
c. Kampuang nan jauh di mato
d. Anak daro

•Pahlawan Dari Minang

a. Mohammad Hatta b. H. Agus Salim


c.Tuanku Imam Bonjol

Penutupan

Terimakasih telah mendengarkan presentasi kali ini semoga ini bermanfaat


bagi kita semua, jika terdapat kesalahan atau ketersinggungan diantara kita
mohon dimaafkan, terimakasih Wassalamualaikum wr.wb

Anda mungkin juga menyukai