Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk melahirkan suatu hubungan yang baik diantara manusia,

maka manusia selalu melakukan komunikasi dua arah, karena adanya aksi

dan reaksi maka dalam kehidupan yang seperti ini akan melahirkan suatu

interaksi melalui komunikasi, karena itu interaksi akan terjadi kalau ada

hubungan antara dua orang atau lebih.

Dengan adanya interaksi maka manusia dari lahir telah

mempengaruhi tingkah laku orang-orang sekitarnya. Agar terciptanya

interaksi dan komunikasi yang baik, maka pendidikan merupakan salah

satu dari bentuk pembangunan interaksi dan komunikasi yang dilakukan

manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu

ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran1. Interaksi edukatif

sebenarnya komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak

yang lain, yang mengandung maksud-maksud tertentu yakni untuk

mencapai tujuan, jika dalam kegiatan pembelajaran berarti untuk mencapai

tujuan belajar.

Interaksi yang dikatakan sebagai interaksi edukatif, apabila secara

sadar mempunyai tujuan untuk mendidik. Kegiatan komunikasi

merupakan bagian yang hakiki dalam kehidupan, kalau dihubungkan


1
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000.Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta :
Rineka Cipta.h20

1
dengan istilah interaksi edukatif, sebenarnya komunikasi timbal balik

antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, yang mengandung maksud

untuk pembelajaran, Tidak semua bentuk dan kegiatan interaksi dalam

suatu kehidupan berlangsung dalam suasana interaksi edukatif, yang

didesain untuk suatu tujuan tertentu. Demikian juga tentunya hubungan

antara guru dan siswa, anak buah dengan pimpinannya, antara buruh

dengan pimpinannya serta lain-lain.2

Proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses

kegiatan interaksi edukatif, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan

guru sebagai pihak yang mengajar. Dalam proses interaksi antara siswa

dengan guru, dibutuhkan komponen-komponen belajar tidak dapat

dipisah-pisahkan. Interaksi edukatif yang secara spesifik merupakan

proses atau interaksi belajar mengajar, memiliki ciri-ciri yang berbeda

dengan bentuk interaksi yang lain.

Kegiatan interaksi banyak sekali disinggung dalam Al-Quran dan

Hadist seperti kisah-kisah para Rasul, Khulafaurrasyidin bahkan para

ulama-ulama yang mengajarkan ilmu-ilmu agama. Al-Qur’an adalah

mu’jizat Islam yang abadi dimana semakin maju ilmu pengetahuan

semakin tanpak validitas kemu’jizatannya. Allah subhanahu wa Ta’ala

menurunkannya kepada Nabi Muhammad shallahu alaihi wassallam, demi

membebaskan manusia dari berbagai kegelapan hidup menuju cahaya

ilahi, dan membimbing mereka kejalan yang lurus.3 Dalam interaksi

2
Ibid.h 25
3
Al Qhaththan, Syaikh Manna.2012. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, penerjemah Mifdol
Abdurrahman. Jakarta.:Pustaka Al kautsar.h.3

2
edukatif ada komponen-komponen yang penting salah satunya adalah

materi, materi pembelajaran yang dijadikan rujukan dan pedoman oleh

umat Islam adalah Al-Qur’an.

Selain itu, Al-Qur’an adalah risalah Allah untuk semua manusia

sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al furqon ayat 1:

       


 
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Qur’an) kepada
hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh
alam.”4

Disamping itu Al qur’an juga di turunkan dengan maksud untuk

mengadakan perubahan masyarakat dari kegelapan (zhulumaat) kepada

cahaya (nuur), sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’aladalam

surat Al hadid ayat 9 :

       


    
     
“Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-
Quran) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya.
dan Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha
Penyayang terhadapmu.”5

Menurut syaikh Mana’ Qaththan, Wahyu di turunkan senantiasa

mengiringi manusia sesuai dengan perkembangan dan kemajuan berpikir

manusia.6 Dengan keistimewaannya itulah Al-Qur’an memecahkan

peresoalan persoalan kemanusiaan di berbagai segi kehidupan, baik yang

berkaitan dengan masalah kejiwaan, jasmani, sosial, ekonomimaupun

politik dengan pemecahan yang penuh bijaksana karena ia diturunkan oleh

4
Departemen Agama RI, 2004, Al-Qur’an Terjemahan, Bandung: Diponegoro, h. 539
5
Ibid h.538
6
Al Qhaththan, Syaikh Manna, op.cit h.11

3
yang Maha Bijaksana dan lagi Maha terpuji. Untuk menjawab setiap

problem yang ada Al qur’an meletakkan dasar dasar umum yang dapat

dijadikan landasan oleh manusia, yang relevan di segala zaman .7

Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah menetapkan dasar-dasar tentang

pendidikan manusia, banyak sekali ayat Al-Qur’an yang menjelaskan

tentang pendidikan baik secara jelas disebutkan (tersurat) maupun yang

tidak (tersirat). Bahkan sangat pentingnya pendidikan wahyu yang

pertama turun (Al-Qur’an surat al-Alaq ayat 1-5) berbicara tentang

pendidikan.

Imam Ash-Shan’ani rahimahullah berkata, “Telah diketahui bahwa

termasuk kepastian agama ini, yaitu semua isi al-Qur’an adalah haq, tidak

ada kebatilan (kesalahan/kepalsuan) di dalamnya, beritanya benar, tidak

ada kedustaan; petunjuk, tidak ada kesesatan; ilmu, tidak ada kebodohan;

keyakinan, tidak ada keraguan, hai ini merupaka sebuah prinsip, keislaman

dan keimanan seseorang, tidak sah kecuali dengan mengakuinya. Ini

merupakan perkara yang disepakati, tidak ada perselisihan padanya”. 8 Dari

pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an telah sangat

sempurna mengatur segala sesuatu dalam aspek kehidupan manusia

sehingga dapat dijadikan pedoman dan petunjuk oleh manusia dalam

menjalankan kehidupan di muka bumi, agar terciptanya

kesejahteraan,kemakmuran dan kedamaian.

7
Ibid h.15
8
Zamroni. 2018. Al-Qur’an Otentik Hingga Akhir Zaman. Tersedia:
https://www.kiblat.net/2018/04/15/bukan-fiksi-al-quran-otentik-hingga-akhir-zaman/
(diunduh 11.48 tanggal 4 september 2018)

4
Namun pada kenyataannya manusia pada saat ini banyak yang

resah gelisah,akhlaqnya rusak,9 banyak terjadi kasus kasus kejahatan yang

dilakukan hampir seluruh kalangan baik yang berjabatan maupun yang

tidak, dari kalangan anak-anak, pemuda dan orang tua, susahnya tercipta

keharmonisan dalam rumah tangga hal ini terjadi karena telah enggan

masyarakat sekarang dalam mempelajari Al-Qur’an, padahal Al-Qur’an

sendiri isinya penuh dengan ilmu dan hikmah-hikmah dalam kehidupan.

Saat ini, kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Hal

ini dapat dilihat dari rendahnya kualitas guru, sarana belajar, dan murid-

muridnya.10 Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia yang pertama,

adalah masalah rendahnya efektifitas pendidikan di Indonesia. Padahal

pendidikan yang efektif dapat memungkinkan peserta didik untuk belajar

dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan

yang diharapkan. Kurangnya mutu mengajar juga menjadi masalah dalam

efisiensi pendidikan. Karena dari kurangnya mutu pengajar inilah yang

menyebabkan peserta didik akhirnya kurang mencapai hasil yang

diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan tambahan yang juga

mengeluarkan banyak biaya. Masalah ini disebabkan karena pengajar yang

mengajar tidak pada kompetensinya.11

Pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar dengan tujuan

mentrasfer ilmu dari seorang guru sebagai pendidik kepada siswa sebagai

9
Al Qhaththan, Syaikh Manna, op.cit h.15
10
Syadiyah. Halimatus. 2013. Kacaunya Pendidikan Di Indonesia, Tersedia:
http://jurnalilmiahtp2013.blogspot.com/2013/12/kacaunya-pendidikan-di-
indonesia_29.html. (diunduh 11.48 tanggal 4 september 2018)
11
ibid

5
peserta didik. Definisi pendidikan menurut Undang- Undang Sistem

Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 Bab I, pasal 1

menggariskan pengertian: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana  belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara”.12

Al-Qur’an sebagai sumber pendidikan Islam, jelas bahwa dalam

Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan dunia pendidikan.

Tidak hanya itu dalam Al-Qur’an juga terdapat kisah-kisah yang mana

banyak menceritakan kisah orang-orang dahulu dari para nabi dan selain

nabi.

Al-Qur’an telah membicarakan kisah-kisah yang disebutkannya. Ia

menjelaskan hikmah dari penyebutannya, manfaat apa yang dapat kita

ambil darinya, episode-episode yang memuat pelajaran hidup, konsep

memahaminya, dan bagaimana cara berinteraksi dengannya.13 Maka

dengan hal tersebut jelas terdapat banyak kisah kisah interaksi edukatif

dalam Al-Qur’an menyampaikan beberapa hikmah dan pembelajaran

untuk manusia.

Metode kisah, mempunyai daya tarik yang dapat menyentuh

perasaan. Menurut Quraish Shihab bahwa Al-Qur’an dalam

mengemukakan kisah-kisah tidak segan-segan untuk menceritakan

12
Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta , Sinar Grafika, h.2
13
Shalah Al-Khalidy, 1999, Kisah-kisah Al-Qur‟an, Jakarta: Gema Insani, h. 21

6
kelemahan manusiawi. Namun hal tersebut digambarkan sebagaimana

adanya, tanpa menonjolkan segi-segi yang mengundang tepuk tangan atau

rangsangan. Kisah tersebut biasanya diakhiri dengan kesadaran manusia

dan kemenangannya mengatasi kelemahan tadi. Misalnya kisah tentang

Qarun dengan hartanya yang diambil hikmahnya.14

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan para pendidik

(pendakwah) untuk berkisah agar terbuka wawasan dengannya dalam Al-

Qur’an surat: Al A’raf ayat: 176

    


”15Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir “

Al-Qur’an lebih banyak berbicara tentang kisah ketimbang ayat-

ayat yang berbicara tentang hukum hal ini memberikan isyarat bahwa Al-

Qur’an sangat perhatian terhadap masalah kisah yang mengandung banyak

ibrah (pelajaran). Allah SWT. Berfirman dalam surat Yusuf ayat 111:

          
 
        
  
Artinya: ”Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu
bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab)
yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk
dan rahmat bagi orang yang beriman”.16
Dalam metode kisah, seseorang tidak hanya berhenti pada kisah itu

saja, tetapi ia harus menjelaskan hikmah, ajaran atau nilai-nilai luhur yang

14
Quraish Shihab.1982.Membumikan al-Qur’an,Bandung:Mizan. h.175
15
Departemen Agama RI, op.cit.,h.174
16
Ibid, h.248

7
dapat dan harus dikembangkan dari kisah itu. Keefektifan dalam

memberikan kisah kisah sebagai pembelajaran di ungkapkan oleh Syaikh

Mana’ Qaththan dalam bukunya bahwa, suatu nasihat dengan tutur kata

yang disampaikan secara monoton, tidak variatif tidak akan mampu

menarik perhatian akal, bahkan semua isinnya pun tidak bisa dipahami.

Akan tetapi bila nasehat itu dituangkan dalam bentuk kisah yang

menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan, maka akan

dapat meraih apa yang dituju. Orang pun tidak akan bosan mendengar dan

memperhatikannya, dia akan merasa rindu dan ingin tahu apa yang

dikandungnya. Akhirnya kisah itu akan menjelma mencadi suatu nasihat

yang mampu mempengaruhinya.17

Dari pendapat di tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

berkisah adalah metode yang efektif digunakan dalam menyampaikan

pembelajaran atau nasihat, biasanya sebagian orang tidak suka dan mudah

tersinggung apabila diberikan nasehat atau kritikan tentang kesalahannya,

tapi dengan berkisah hal tersebut menjadi lebih mudah di terima, oleh

semua kalangan, tidak hanya anak anak orang dewasa pun menyukai

metode ini.

Syaikh Mana’ Qaththan  juga mendifinisikan kisah Al-Qur’an

adalah pemberitaaan Al-Qur’an tentang hal ikhwal umat-umat dulu dan

nubuwat(kenabian)yang terdahulu, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Al-Qur’an banyak mengandung keterangan tentang kejadian masa lalu,

sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejek

17
Al Qhaththan, Syaikh Manna, op.cit h.386

8
setiap ummat. Ia menceritakan semuanya dengan menarik an

mempesona.18 Bercerita seolah-olah pembaca kisah tersebut menjadi

pelaku sendiri yang menyaksikan peristiwa itu, hal ini menjadi kelebihan

Al-Quran dari kitab kitab yang lain.

Al-Qur’an pun banyak mengabadikan kisah-kisah penting dan

bermanfaat yang terjadi dalam sejarah dengan menghidupkan dalam

firmanNya untuk memberanikan hati manusia dalam kehidupan,

meningkatkan semangat perjuangan, motivasi belajar, dan menumbuhkan

sikap optimistis. Metode bercerita ini tampaknya efektif dipergunakan

dalam pengajaran pendidikan agama Islam karena dapat merangsang

perasaan peserta didik dengan bercermin pada sejarah sehingga mereka

dapat memposisikan siapa dirinya dan apa yang telah diperbuat.19

Pendapat diatas di perkuat juga dengan fakta bahwa sebagian besar

wahyu yang turun di awal mula dakwah Islam adalah dengan kisah kisah

umat umat terdahulu yang di binasakan ayat ayat ini biasanya di sebut ayat

Makkiyah seperti kisah kaum nabi Nuh, Hud, Sholeh, Luth dan Syu’aib hal

ini menjadi bukti bagi penulis bahwa awal mula pendidikan Islam

(dakwah) di mulai dengan pemberian nasehat nasehat dengan

menggunakan kisah kisah interaksi, yang banyak nilai pembelajaran dan

hikmah didalamnya.

18
Ibid h.387
19
Tambak.Syahraini. Metode Bercerita dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Tersedia: https://media.neliti.com/media/publications/195161-ID-metode-bercerita-dalam-
pembelajaran-pend.pdf (di unduh selasa 23.11 4 september 2018)

9
Kurikulum Makkiyyah adalah fase pembentukan pondasi umat,

yakni penanaman akidah dan akhlak. Dan kisah adalah metode yang efektif

untuk menanamkan akidah dan akhlak. Itulah mengapa sepertiga Al-

Qur’an berisi kisah-kisah, karena metode berkisah pengaruhnya sangat

dalam bagi jiwa, nasihat dan inspirasi yang mudah dikenang, pelajaran

yang mudah diingat, teguran yang tidak menyakiti, dan bisa menjadi

motivasi yang mudah dihadirkan kapanpun.20

Berdasarkan pemaparan tersebut, melihat saat ini kwalitas

masyarakat Indonesia yang semakin buruk, hal ini dapat dilihat dari akhlaq

akhlaq yang rusak dan kasus kasus kejahatan yang sering terjadi, solusi

yang paling tepat untuk menyelesaikannnya adalah dengan kembali ke

sumber pedoman kita sebagai seorang muslim yakni Al-Qur’an nul kariim

yang disana diatur segala urusan manusia yang relevan hingga akhir

zaman. Isi Al-Qur’an sepertiganya adalah kisah kisah yang sangat banyak

manfaat dalam pembelajaran. untuk memperbaiki kehidupan manusia.

Maka dari itu penulis akan membahasnya dalam sebuah karya tulis yang

berjudul “ Analisis Kisah-Kisah Interaksi Edukatif dalam Perspektif

Al-Qur’an”.

B. Rumusan Masalah Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di jelaskan, maka dapat

dirumuskan masalah pokok penelitian ini adalah “ Bagaimana

20
Ashari. Budi, Ilham sembodo. 2012. Modul Kuttab Satu. Depok:Al faith . h.173

10
Analisis Kisah-Kisah Interaksi Edukatif dalam Perspektif Al-

Qur’an ”.

2. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah di

jelaskan, maka batasan masalah pada penelitian ini adalah analisis

kisah interaksi edukatif Nabi Musa A.S dalam Al-Qur’an surat Al-

Kahfi ayat: 60-82

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan dan batasan masalah

maka tujuan dari penelitian ini sebagai sarana memperkaya

khazanah ilmu tentang kisah interaksi edukatif Nabi Musa pada

Al-Qur’an surat Al kahfi ayat: 60-82 di dalam Al-Qur’an dan

menganalisisnya sebagai bahan pembelajaran yang bisa di jadikan

pedoman dalam pendidikan

2. Kegunaan Penelitian

a. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd ) pada Sekolah Tinggi Ilmu

Tarbiyah ( STIT ) Payakumbuh.

b. Memberikan pencerahan kepada penulis, para guru dan para

pendakwah dalam memperbaiki cara dalam menyampaikan

bembelajaran dengan kisah kisah.

c. Menambah literatur bagi kepustakaan STIT payakumbuh.

11
d. Menjadi pedoman bagi para pendidik dan penulis dalam

pemilihan materi yang hendak menggunakan kisah kisah dalan

Al-Qur’an sebagai bahan pembelajaran.

e. Menjadi pedoman bagi penulis dalam sebagai sarana unuk

mengembangkan ilmu pengetahuan memperluas wawasan dan

pengalaman, khususnya tentang kisah kisah yang penuh dengan

pembelajaran pada Al-Qur’an.

D. Defenisi Operasional dan Pengertian Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dan penafsiran terhadap judul

skripsi yang ditulis ini, maka penulis perlu menguraikan penjelasan

terhadap kata-kata yang terdapat pada judul proposal ini, antara lain :

Analisis :Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,

perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui

keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk

perkaranya, dan sebagainya); penguraian suatu

pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan

bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk

memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman

arti keseluruhan21

Kisah-kisah :Secara etimologi kisah berasal dari kata al-qoshshu

yang berarti mencari atau mengikuti jejak 22 Dalam

Al-Qur’an lafaz qashash mempunyai makna yaitu

kisah atau cerita. Qashash artinya berita Al-Qur’an

21
https://kbbi.web.id/analisis diunduh jam 18. 34 6 september 2018
22
Al Qhaththan, Syaikh Manna, op.cit h.386

12
tentang umat terdahulu 23
Metode bercerita ini oleh

Nur Uhbiyati disebut yaitu dengan mengisahkan

peristiwa sejarah hidup manusia di masa lampau

yang menyangkut ketaatannya atau

kemungkarannya dalam hidup terhadap perintah

Tuhan yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW

atau Rasul yang hadir di tengah mereka. 24

Sementara Samsul Nizar dan Zaenal Efendi

Hasibuan menyebutkan metode bercerita ini dengan

metode kisah yang digambarkan sebagai metode

dengan menggunakan cerita-cerita yang dapat

menghubungkan materi pelajaran dengan kajian

masa lampau agar lebih dapat dan mudah dipahami

oleh peserta didik dalam alam lebih nyata25

Interaksi Edukatif :Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan

intraksi adalah hal yang saling melakukan aksi,

berhubungan, mempengaruhi antar hubungan,26

sedangkan edukatif adalah Interaksi Edukatif adalah

interaksi yang dengan sadar meletakkan tujuan

untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan

seseorang. Atau dapat juga dikatakan interaksi


23
Abdullah, Abdurrahman Saleh. 1994. Teori-Teori Pendidikan Berdasar-kan al-Qur’an,
cet. 2. Jakarta: Rineka Cipta.
24
Tambak.Syahraini. Metode Bercerita dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
tersedia: https://media.neliti.com/media/publications/195161-ID-metode-bercerita-dalam-
pembelajaran-pend.pdf di unduh (selasa 23.11 4 september 2018)
25
Ibid
26
https://kbbi.web.id/interaksi diunduh jam 18. 34 6 september 2018

13
edukatif yakni interaksi yang secara sadar memiliki

tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak

didik ke arah kedewasaannya.27

Perspektif : Perspektif dalam kamus besar bahasa Indonesia

dijelaskan sebagai cara melukiskan suatu benda

pada permukaan yang mendatar sebagaimana

terlihat oleh mata dengan tiga dimensi atau sudut

pandang atau pandangan28

Al-Qur’an : Al-Qur’an merupakan firman Allah yang

agung,yang dijadikan pedoman hidup bagi seluruh

kaum muslimin. Membacanya bernilai ibadah dan

mengamalkannya merupakan kewajiban yang di

perintahkan dalam agama.29Sedangkan menurut

Hartanto Al-Qur’an adalah firman Allah yang

diturunkan kepada nabi Muhammad shallahu

‘Alaihi wa Sallam, tertulis diantara dua sampul

mushaf sampai kepada manusia secara mutawattir,

membacanya bernilai ibadah, menjadi mu’jizat

meski dengan surat yang paling pendek sekalipun,

dimulai dengan surt Al-fatihah, dan ditutup dengan

surat An-nas.30

27
Sardiman .2016. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers h. 8
28
https://kbbi.web.id/interaksi diunduh jam 18. 34 6 september 2018
29
Abdurrohim. Acep lim. 2012.IlmuTajwid lengkap. Bandung: Penerbit Diponegoro h. 5
30
Saryono. Hartanto. 2014.Tajwid Al-qur’an riwayat Hafs dari ‘Asim. Depok: Yayasan
Rumah Tajwid Indonesia h.1

14
Jadi maksud judul keseluruhan diatas adalah bagaimana kisah

kisah yang ada di dalam Al-Qur’an dapat di analisis sehingga pengetahuan

tesebut dapat berguna sebagai pedoman dalam pelaksanaan interaksi

edukatif antara pendidik dan peserta didik.

E. Sistematika Penulisan

A. Bab I Pendahuluan yang terdiri dari: A) Latar Belakang

Masalah; B) Rumusan Dan Batasan Masalah. C) Tujuan dan Kegunaan

Penelitian; D) Defenisi Operasional dan Pengertian Istilah. Bab II A)

Landasan Teori. Bab III Metodologi Penelitian yang terdiri dari: A) Jenis

Penelitian; B) Metodologi Penelitian; C) Sumber Data Penelitian; D)

Teknik Pengolahan dan Analisis Data. BAB IV Hasil penelitian dan

pembahasan mengenai: A) analisis kisah interaksi edukatif Nabi Musa A.S

dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat: 60-64 perjalanan Musa A.S dalam

mencari Ilmu; B) analisis kisah interaksi edukatif Nabi Musa A.S dalam

Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat:65-82 pembelajaran besama Khidhir A.S

15

Anda mungkin juga menyukai