Anda di halaman 1dari 3

1.

Teori wewenang

Istilah wewenang digunakan dalam bentuk kata benda. Istilah wewenang

pun sering dipersamakan dengan istilah kewenangan yang juga berbentuk kata

benda.1

Istilah wewenang atau kewenangan dalam bahasa Belanda disejajarkan

dengan istilah bevoegdheid.

Menurut Philipus M. Hadjon, ada perbedaan antara wewenang dan


kewenangan dengan istilah bevoegdheid. Perbedaan tersebut terletak dalam
karakter hukumnya. Istilah Belanda bevoegdheid digunakan baik dalam konsep
hukum publik maupun dalam konsep hukum privat. Dalam hukum Indonesia,
istilah kewenangan atau wewenang seharusnya digunakan selalu dalam konsep
hukum publik.2
Sebagai konsep hukum publik, sebagaimana menurut F.A.M. Stroink,

wewenang merupakan suatu konsep inti dalam hukum tata negara dan hukum

administrasi.3

Konsep wewenang setidaknya terdiri dari tiga komponen, yaitu:

a. Pengaruh

b. Dasar hukum

c. Konformitas hukum

Komponen pengaruh adalah bahwa penggunaan wewenang dimaksudkan


untuk mengendalikan perilaku subjek hukum. Komponen dasar hukum
maksudnya wewenang itu selalu harus dapat ditunjuk dasar hukumnya.
Komponen konformitas hukum, yaitu dalam wewenang harus memuat standar
wewenang, yakni standar umum (semua jenis wewenang) dan standar khusus
(untuk jenis wewenang tertentu).4
Adapun cara untuk memperoleh wewenang itu ada tiga macam, yakni

1
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008), hlm. 1621

2
Philipus M. Hadjon, dkk., Hukum Administrasi dan Tindak Pidana Korupsi, Cetakan Kedua,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), hlm. 10.

3
Ibid., hlm. 10.

4
Ibid., hlm. 11.
aribusi, delegasi, dan mandat.5

Selain itu, ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa sumber wewenang

itu ada dua, yakni atribusi dan delegasi.6

Pengertian ketiga sumber wewenang tersebut diberikan oleh para pakar

hukum administrasi, namun dalam hal ini yang akan dikemukan adalah pengertian

yang dikemukakan oleh H.D. Van Wijk/Willem.

Wewenang atribusi adalah attributie: toekenning van een bestuurs-

bevoegdheid door een wetgever aan een bestuursorgaan (atribusi: adalah

pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-undang kepada organ

pemerintahan. Wewenang delegasi adalah delegatie: overdracht van een

bevoegdheid van het ene bestuursorgaan aan een ander (delegasi : adalah

pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan kepada organ

pemerintahan lainnya.

Wewenang mandat adalah mandaat: een bestuursorgaan laat zijn

bevoegdheid namens hem uitoefenen door een ander (mandat: adalah terjadi

ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya dijalankan oleh organ

lain atas namanya).

Wewenang pemerintah menurut sifatnya selalu terikat pada suatu masa

waktu tertentu, tidak berlaku untuk selamanya. Selain itu, baik pemberian

wewenang, maupun sifat serta luasnya wewenang pemerintahan serta

5
Pendapat pakar hukum administrasi yang mengelompokkan atau setuju sumber wewenang ini
menjadi tiga macam, seperti Pendapat dari J.B.J.M. Ten Berge, dikutip dari Ridwan, Diskresi dan
Tanggung Jawab Pemerintah, Cetakan Pertama (Yogyakarta: FH UII Press, 2014), hlm. 114. Pendapat dari
H.D. Van Wijk/Willem Konijnenbelt dikutip dari Ridwan, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2010), hlm. 104. Pendapat dari Irfan Fachruddin dalam Irfan Fachruddin, Pengawasan Peradilan
Administrasi Terhadap Tindakan Pemerintah, Cetakan Kesatu, (Bandung: Alumni, 2004), hlm. 49.

6
Pendapat pakar hukum administrasi yang mengelompokkan atau setuju sumber wewenang ini
menjadi dua macam, seperti F.A.M. Stroink dan J.G. Steenbeek dikutip dari Ridwan, Hukum Administrasi
Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 105.
pelaksanaannya dari suatu wewenang selalu tunduk pada batas-batas yang

diadakan oleh hukum. Mengenai pemberian wewenang maupun pencabutannya,

terdapat batasan-batasan hukum tertulis maupun tidak tertulis. Demikian juga

mengenai pelaksanaan suatu wewenang pemerintahan, ia selalu tunduk pada

batasan-batasan hukum tertulis maupun yang tidak tertulis, dalam hal ini asas-asas

umum pemerintahan yang baik/layak.

Menurut Indroharto, wewenang yang berkaitan dengan penerbitan

keputusan dan penetapan oleh organ pemerintahan terdiri atas tiga macam sifat,

yaitu:7

a. Wewenang bersifat terikat, yakni terjadi apabila peraturan dasarnya


menentukan kapan dan dalam keadaan yang bagaimana wewenang tersebut
dapat digunakan atau peraturan dasarnya sedikit banyak menentukan tentang
isi dari keputusan yang harus diambil. Dengan kata lain, apabila peraturan
dasar yang menentukan isi dari keputusan yang harus diambil secara terinci,
maka wewenang pemerintahan semacam itu merupakan wewenang terikat.
b. Wewenang bersifat fakultatif, yakni wewenang yang terjadi dalam hal badan
atau pejabat tata usaha negara yang bersangkutan tidak wajib menerapkan
wewenangnya atau sedikit banyak masih ada pilihan, sekalipun pilihan itu
hanya dapat dilakukan dalam hal-hal atau keadaan-keadaan tertentu
sebagaimana ditentukan dalam peraturan dasarnya.
c. Wewenang bersifat bebas, yakni wewenang terjadi ketika peraturan dasarnya
memberikan kebebasan kepada badan atau pejabat tata usaha negara untuk
menentukan sendiri mengenai isi dari keputusan yang akan dikeluarkannya
atau peraturan dasarnya memberikan ruang lingkup kebebasan kepada pejabat
tata usaha negara yang bersangkutan.

Wewenang yang pertama ini biasanya dalam peraturan dasarnya terdapat kata wajib atau
harus, sedangkan wewenang yang kedua dapat diketahui dengan adanya kata dapat
dalam peraturan penggunaan wewenang tersebut. Kemudian wewenang yang ketiga
merupakan wewenang yang lahir dari kebebasan pemerintah (freis ermessen).

7
Ibid., hlm.110-111.

Anda mungkin juga menyukai