Anda di halaman 1dari 49

FIKSI

NONFIKSI
Eka Puspita Octavia
Unsur Pembangun
Unsur Pembangun Buku Fiksi dan Nonfiksi

Buku fiksi dan nonfiksi mempunyai unsur pembangun yang


berbeda. Buku fiksi berisi cerita fiksi yang disusun
dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik. Sementara itu,
buku nonfiksi disusun berdasarkan sistematika baku,
mulai dari pendahuluan hingga bagian penutup buku.
Unsur Pembangun Buku Fiksi

Buku fiksi mempunyai unsur pembangun berupa


unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik
merupakan unsur pembangun cerita buku fiksi
dari dalam cerita. Sementara itu, unsur
ekstrinsik merupakan unsur pembangun buku
fiksi yang berkaitan dengan keadaan di luar
cerita buku fiksi tersebut.
Unsur

Intrinsik
Tema
Tema adalah ide pokok cerita. Sebagai dasar
cerita, tema digunakan untuk mengembangkan
jalinan cerita fiksi. Tema jarang dituliskan secara
tersurat oleh pengarangnya. Tema yang biasa
digunakan dalam cerita fiksi biasanya
menyangkut persoalan kehidupan, baik
permasalahan individu maupun sosial, seperti
masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang,
ataupun persahabatan.
Alur
Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan
sebab-akibat. Pola pengembangan cerita fiksi sangat beragam. Berdasarkan
waktu, alur cerita fiksi dibagi menjadi tiga, yakni alur maju, alur mundur, dan
alur campuran.
1) Alur maju adalah serangkaian urutan peristiwa sesuai dengan waktu
kejadian atau waktu bergerak ke depan.
2) Alur mundur adalah rangkaian urutan peristiwa tidak sesuai dengan urutan
kejadian waktu atau cerita bergerak mundur.
3) Alur campuran adalah rangkaian urutan peristiwa merupakan campuran
antara alur maju dan mundur.
Latar
Latar merupakan pijakan dalam sebuah cerita dalam buku fiksi.
Latar dalam sebuah cerita fiksi dibagi menjadi empat, yakni berupa
tempat, waktu, suasana, dan lingkungan sosial budaya.
1) Latar tempat
Latar tempat berkaitan dengan lokasi kejadian pada sebuah cerita
fiksi. Tempat yang dituliskan pada cerita fiksi dapat berupa tempat
faktual ataupun tempat imajiner. Latar tempat kejadian dapat
dituliskan secara langsung ataupun tersirat oleh penulis.
Penggambaran tempat yang menarik menambah kesan pembaca
pada sebuah cerita fiksi.
Latar waktu
2) Latar waktu
Latar waktu berkaitan dengan waktu kejadian peristiwa pada sebuah
cerita fiksi. Latar waktu yang dipakai dalam suatu cerita fiksi dapat
berupa waktu lampau, sekarang, ataupun masa depan. Penggunaan
latar waktu yang imajiner tersebut berkaitan dengan karangan fiksi
yang membebaskan si pengarang untuk mengembangkan ceritanya.
Latar suasana

3) Latar suasana
Latar suasana digunakan untuk menggambarkan suasana
kejadian pada cerita fiksi. Latar suasana dapat diketahui dengan
menganalisis konteks cerita, seperti tindakan tokoh, dialog
tokoh, dan konflik yang dialami tokoh dalam cerita fiksi.
Suasana yang dibentuk dalam sebuah cerita fiksi akan
menghidupkan jalinan cerita sehingga pembaca ikut hanyut
dalam konflik dan permasalahan yang dialami oleh tokoh dalam
cerita fiksi tersebut.
Latar sosial Budaya
4) Latar sosial budaya
Latar sosial menyaran pada unsur-unsur yang berhubungan dengan
perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan
dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial mencakup kebiasaan hidup,
adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan
bersikap. Latar sosial budaya juga berkaitan dengan peristiwa sejarah
yang pernah terjadi di dalam masyarakat pada masa lampau.
Penokohan
Penokohan adalah pelukisan gambaran jelas tentang seseorang dalam sebuah cerita.
Dalam sebuah buku fiksi, tokoh yang ditampilkan berupa tokoh fiksi. Tokoh tersebut
diceritakan dalam situasi yang terjalin dalam alur cerita.
Berdasarkan perwatakannya, tokoh dalam cerita buku fiksi dibagi menjadi dua, yakni
tokoh protagonis dan antagonis.
1) Tokoh protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang mempunyai watak baik. Biasanya, tokoh protagonis
sebagai tokoh utama dalam suatu cerita fiksi.
2) Tokoh antagonis
Tokoh antagonis adalah tokoh dalam cerita fiksi yang mempunyai watak jahat. Biasanya,
tokoh antagonis adalah tokoh yang mempunyai pandangan atau pemikiran yang berbeda
dengan tokoh utama.
Setiap tokoh dalam cerita fiksi mempunyai watak yang berbeda-beda. Watak
tersebut ditampilkan penulis baik secara tersurat maupun tersirat. Ada dua
teknik pengungkapan watak tokoh dalam cerita fiksi, yakni analitik dan dramatik.
1) Teknik analitik
Dalam teknik analitik penulis menjelaskan watak tokoh secara langsung. Pelukisan
tokoh dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan mengenai
watak tokoh secara langsung. Deskripsi tokoh yang biasa ditampilkan penulis
antara lain sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau ciri fisik.
2) Teknik dramatik
Teknik dramatik merupakan pengenalan tokoh yang mirip dengan pengenalan
tokoh pada pentas drama. Pengenalan tokoh dilakukan secara tidak langsung.
Pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat ataupun watak
tokoh. Baik sifat maupun watak tokoh ditunjukkan melalui berbagai macam
aktivitas yang dilakukan tokoh, baik verbal maupun tingkah laku. Jadi,
pembaca perlu menganalisis terlebih dahulu untuk memahami sifat dan watak
tokoh.
Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan salah satu unsur yang digolongkan sebagai sarana cerita. Sudut
pandang adalah cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan
tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita.
1) Sudut pandang orang ketiga
Pengisahan cerita pada umumnya menggunakan sudut pandang orang ketiga. Narator adalah
seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut
nama diri atau kata ganti orang ketiga. Kata ganti tersebut misalnya Randi, Aliyah, ia, dia, dan
mereka.
Sudut Pandang
Sudut pandang orang pertama
Dalam pengisahan cerita yang menggunakan sudut pandang orang pertama, narator
adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ”aku”, tokoh yang
berkisah, dan mengisahkan kesadaran diri sendiri.
Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penulis dalam sebuah
cerita.Amanat disampaikan secara implisit. Amanat dalam sebuah cerita
fiksi dapat disimpulkan dengan menganalisis tindakan, sikap, dan dialog tokoh
dalam cerita.
Unsur

Ekstrinsik
Bahasa
Bahasa mempunyai kaitan yang erat dengan cerita dalam buku
fiksi. Bahasa yang digunakan dalam penulisan buku fiksi
dipengaruhi oleh pengarang. Oleh karena itu, setiap karya sastra
dalam buku fiksi mempunyai ciri kebahasaan yang berbeda-beda.
Ciri tersebut akan memengaruhi tingkat kemenarikan isi buku.
Latar Belakang Pengarang
Latar belakang pengarang membentuk ide
cerita dan tema dalam buku fiksi yang
dihasilkannya. Latar belakang pengarang
dapat dipahami melalui sejarah hidup
pengarang dan karya-karya yang dihasilkan
sebelumnya. Latar belakang pengarang terdiri
atas biografi pengarang, kondisi psikologis,
latar belakang pendidikan, daerah asal, dan
aliran sastra yang dianut pengarang.
Nilai-Nilai dalam Buku

Fiksi
Buku fiksi mempunyai nilai-nilai di dalamnya. Nilai-nilai tersebut disajikan secara
tersirat dalam cerita fiksi. Nilai tersebut dapat diketahui dari tindakan atau
perkataan tokoh dalam cerita.
1) Nilai moral
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, moral merupakan ajaran baik buruk yang
diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Nilai
moral berkaitan dengan akhlak, budi pekerti, dan tindakan susila manusia. Nilai
moral dapat diketahui dengan membaca cerita dalam buku fiksi. Nilai moral
dapat disimpulkan pada narasi, tindakan tokoh, atau dialog tokoh dalam sebuah
cerita fiksi.
Nilai-Nilai dalam Buku

Fiksi
2) Nilai religius
Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan
Tuhan. Nilai religius dalam suatu cerita fiksi dapat dilihat dari dialog, isi, atau
narasi cerita tersebut. Nilai religius biasanya tergambar dalam perbuatan
tokoh ataupun ucapan tokoh.
3) Nilai budaya
Nilai budaya adalah nilai yang berhubungan dengan konsep masalah dasar yang
sangat penting dan bernilai dalam kehidupan manusia, misalnya adat istiadat,
kesenian, kepercayaan, dan upacara adat. Nilai budaya biasanya tergambar
pada peristiwa atau narasi yang terdapat pada cerita fiksi.
Nilai-Nilai dalam Buku

4) Nilai kepahlawanan Fiksi


Nilai kepahlawanan adalah nilai-nilai yang berhubungan dengan perjuangan
dalam memperjuangkan sesuatu. Nilai ini dapat ditemukan pada fiksi bertema
sejarah.
5) Nilai sosial
Nilai sosial adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan tata pergaulan individu di
dalam masyarakat. Nilai sosial dalam cerita fiksi dapat diketahui dengan
membaca isi atau percakapan dalam cerita fiksi.
6) Nilai politik
Nilai politik adalah nilai yang berhubungan dengan pemerintahan dalam suatu
daerah. Nilai politik berhubungan erat dengan latar pada cerita fiksi. Nilai
politik biasa ditampilkan sebagai pendukung latar waktu atau latar tempat
cerita fiksi.
Unsur Pembangun

Buku Nonfiksi
Secara umum, buku nonfiksi tersusun atas bagian
pendahuluan, isi, dan penutup. Bagian pendahuluan
terdiri atas prakata, kata pengantar, daftar isi, dan
juga pendahuluan. Isi berisi pokok-pokok pembahasan
yang terdiri atas bab dan subbab sesuai kedalaman
materi yang dikupas. Sementara itu, bagian penutup
terdiri atas simpulan, glosarium, lampiran, daftar
pustaka, dan indeks.
Unsur Pembangun Buku Nonfiksi
PENGANTAR
PRAKATA
Pengantar berisi paparan singkat
yang berkaitan dengan penyusunan
Prakata berisi alasan penyusunan
buku. Pengantar dibuat oleh orang
buku. Prakata dapat pula berisi
lain, bukan penulis buku yang
gambaran secara umum isi buku.
bersangkutan, misalnya ditulis oleh
Pada bagian ini penulis menjelaskan
dasar pembuatan buku, sedikit pakar tertentu, kritikus, atau dari
gambaran isi pokok buku, dan pihak penerbit buku. Pengantar
ucapan terima kasih kepada pihak- dan prakata serupa. Perbedaan
pihak yang membantu proses yang mencolok terletak pada orang
pembuatan buku tersebut. atau pihak yang membuatnya.
Unsur Pembangun Buku Nonfiksi
PENDAHULUAN
DAFTAR ISI

Bagianpendahuluanmerupakanawa
lansebelummasukdalamisibuku.Pe
Daftar isi adalah lembaran halaman ndahuluanberisiinformasi
yang menjadi petunjuk pokok isi singkat mengenai isi buku. Penulis
buku beserta nomor halaman. juga dapat menyampaikan inti sari
Daftar isi disusun berderet dari atas isi buku dalam pendahuluan. Jadi,
ke bawah. Daftar isi memudahkan pendahuluan dapat menjadi
pembaca menemukan informasi jembatan bagi pembaca sebelum
yang dicari dalam buku. membaca bagian isi buku.
Unsur Pembangun Buku Nonfiksi
PENUTUP ATAU

ISI SIMPULAN
Bagian isi buku merupakan bagian
Bagian penutup atau simpulan
inti buku. Bagian isi memuat
merupakan bagian akhir dalam
berbagai informasi yang akan
sebuah buku. Bagian penutup atau
disampaikan penulis. Bagian isi
simpulan menyajikan inti sari dari
harus membahas masalah sesuai
topik atau tema yang diangkat
isi buku yang telah diuraikan
penulis. Bagian isi terdiri atas sebelumnya. Namun, ada beberapa
beberapa bab dan subbab sesuai buku nonfiksi yang tidak
selera penulis. Banyak sedikitnya menampilkan bagian penutup atau
informasi yang disampaikan penulis simpulan.
tergantung dari kedalaman materi
yang dikupas.
Unsur Pembangun Buku Nonfiksi
GLOSARIUM

Glosarium berisi daftar kata atau


istilah penting yang disusun
alfabetis.
Peta Pikiran,

Rangkuman,

dan Sinopsis

Buku
Peta Konsep
Peta konsep atau garis alur merupakan garis besar informasi atau isi

buku yang disajikan penulis. Isi buku pada umumnya terdiri atas

beberapa bab. Setiap bab terbagi dalam beberapa subbab. Setiap

subbab diperinci dalam beberapa bagian lagi. Pembahasan isi buku

seperti itu akan lebih mudah apabila disajikan dalam suatu pemetaan

yang sering disebut peta konsep.


Rangkuman
Selain peta konsep, pokok-pokok isi buku dapat juga dirangkum.
Rangkuman merupakan ringkasan isi buku sesuai dengan pokok-
pokok isi buku. Rangkuman isi buku fiksi biasa disebut sinopsis.
Sementara itu, rangkuman buku nonfiksi biasa disebut ikhtisar.
Sinopsis dan

Iktisar Buku
Sinopsis
Sinopsis dapat dikatakan sebagai bentuk ringkas
karya sastra. Sinopsis mengungkapkan alur cerita.
Sinopsis biasanya terdapat pada sampul belakang
sebuah karya sastra atau dapat juga pada sampul
belakang CD film. Sinopsis berisi ringkasan cerita.
Jadi, sinopsis dibuat hanya untuk karya sastra
berbentuk novel, cerpen, drama, dan film.
Sinopsis
Sinopsis buku fiksi dibuat dengan mengambil inti sari cerita dalam
sebuah buku fiksi. Sinopsis tersebut mencakup ringkasan cerita dari
awal sampai akhir bagian. Sinopsis dapat disusun dengan
langkah-langkah berikut.
a. Membaca keseluruhan cerita fiksi dengan saksama.
b. Mencatat bagian-bagian penting dalam pengisahan cerita fiksi.
c. Menyusun bagian-bagian penting dalam cerita fiksi menjadi sebuah
paragraf sinopsis.
Sinopsis
Membuat sinopsis juga mempunyai aturan. Berikut beberapa aturan
yang perlu diperhatikan saat
membuat sinopsis buku fiksi.
a. Membaca buku fiksi keseluruhan secara teliti.
b. Memperhatikan gagasan asli pengarang.
c. Isi sinopsis tidak boleh menyimpang dari isi buku.
d. Memperhatikan urutan cerita sinopsis.
e. Menyajikan sinopsis dengan kalimat-kalimat yang efektif.
Penyusunan Ikhtisar Buku Nonfiksi

MMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ikhtisar berarti


pandangan secara ringkas (yang penting-penting saja); ringkasan.
Ringkasan adalah hasil meringkaskan; ikhtisar; singkatan cerita.
Ikhtisar disebut juga rangkuman. Ikhtisar adalah bentuk ringkas
dari suatu bacaan. Merangkum suatu bacaan berarti memendekkan
bacaan.
Penyusunan Ikhtisar Buku Nonfiksi

Merangkum bacaan sama artinya mengambil inti sari bacaan. Membuat


rangkuman dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah berikut.
a. Membaca bacaan dengan cermat dan teliti.
b. Menentukan ide pokok atau gagasan pokok setiap paragraf, lalu
dicatat sebagai informasi penting.
c. Menyusun ide pokok-ide pokok tersebut menjadi inti sari bacaan.
d. Menyelaraskan dan memperbaiki kalimat-kalimat supaya menjadi
paragraf padu dan layak sebagai
ikhtisar bacaan.
Suntingan Rangkuman Buku
Langkah menyunting rangkuman buku nonfiksi sama dengan menyunting sinopsis buku fiksi.
Menyunting berarti memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam ikhtisar atau sinopsis buku.
Ejaan, salah tik, dan kalimat tidak efektif perlu diperhatikan dalam menyunting ikhtisar atau
sinopsis buku. Dengan adanya suntingan, diharapkan rangkuman buku terhindar dari berbagai
macam kesalahan ejaan, pengetikan, dan penggunaan kalimat tidak efektif.
a. Adapun langkah-langkah dalam menyunting rangkuman buku sebagai berikut. Membaca
ikhtisar atau sinopsis buku dengan saksama.
b. Menemukan kesalahan, baik berupa ejaan, salah pengetikan, maupun penggunaan kalimat tidak
efektif.
c. Mencatat, lalu memperbaiki kesalahan-kesalahan bahasa yang ditemukan.
d. Memperbaiki ikhtisar atau sinopsis yang dibaca dengan cermat.
Unsur-Unsur

Hubungan Unsur-Unsur

Fiksi

Pembangun Buku Fiksi

dan Nonfiksi
Hubungan Antara Unsur Buku

Fiksi
Buku fiksi terdiri atas unsur ekstrinsik dan intrinsik.
Kedua unsur tersebut mempunyai keterkaitan dalam
pembuatan buku. Tema cerita dalam sebuah buku fiksi
akan memengaruhi unsur intrinsik lainnya. Penulis akan
membuat latar, baik tempat maupun waktu, yang sesuai
dengan tema yang dibuat. Begitu juga alur cerita dan
penokohan yang ditampilkan penulis, pastilah mengacu
pada tema awal yang dibuat. Dalam alur dan perjalanan
tokoh dalam cerita akan didapat amanat yang sengaja
diselipkan penulis melalui isi cerita.
Hubungan Antara Unsur Buku

Nonfiksi
Buku nonfiksi mempunyai unsur pembangun fisik yang
runtut. Buku non fiksi yang komplit terdiri atas cover
sampai bagian indeks di belakang. Tentu saja, semua
unsur pembangun buku nonfiksi merupakan satu
kesatuan. Unsur-unsur tersebut tidak dapat
dipisahkan. Sebagai contoh, isi dari sebuah buku
nonfiksi tidak akan melenceng dari judul buku pada
cover depan. Begitu pula pada bagian glosarium dan
indeks. Kedua unsur tersebut akan mengacu pada isi
buku nonfiksi yang dibuat.
Tanggapan terhadap Buku Fiksi

dan Nonfiksi

Seseorang dapat memberikan tanggapan


terhadap buku fiksi dan nonfiksi. Tanggapan
dapat dibuat berdasarkan hasil pengamatan, baik
fisik buku, isi buku, maupun unsur grafika
penunjang sebuah buku. Tanggapan terhadap
buku, baik fiksi maupun nonfiksi, dapat disajikan
secara lisan atau visual.
Secara Lisan
Secara lisan, biasanya tanggapan

terhadap isi buku dapat ditemukan dalam

sebuah acara bedah buku. Seseorang

dapat melihat kelebihan, kelemahan,

ataupun hal menarik dari sebuah buku.

Kemudian, hasil pengamatan tersebut

dapat diungkapkan secara lisan dalam

sebuah diskusi.
Secara Tulis atau

Visual
Tanggapan terhadap isi buku dapat disajikan
secara tulis atau visual. Penyajian tanggapan
secara tertulis dapat disajikan dalam bentuk
resensi. Sama seperti halnya menanggapi
buku secara lisan, menanggapi buku secara
tulis juga harus mengamati buku terlebih
dahulu. Kemudian, isi, sinopsis, dan juga
penilaian buku disajikan dalam sebuah tulisan
sederhana. Tulisan tersebut biasa disebut
resensi.
Adapun langkah-langkah menyusun resensi buku sebagai

berikut.
1. Membaca buku yang akan diulas.
2. Menyampaikan atau menyajikan fisik buku yang

diulas, seperti judul, pengarang, nama penerbit,

tahun terbit, dan ketebalan buku.


3. Mencatat aspek-aspek menarik atau penting dari

buku yang diulas. Kegiatan ini dapat dilakukan

dengan menggambarkan secara keseluruhan bab per

bab, termasuk maksud dan tujuan penulisan buku.


1. Menelaah kelebihan dan kekurangan isi buku yang diulas.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan membahas atau
mengkritik fisik karya yang diulas, baik dari segi redaksi,
desain grafis (pemilihan huruf, ukuran huruf, dan poin),
perwajahan atau layout, maupun sampul atau cover. Ulasan
buku fiksi sebaiknya mengupas baik dari unsur intrinsik,
seperti tema, tokoh, penokohan, alur, latar, amanat, serta
bahasa. Ulasan buku fiksi juga dapat mengupas unsur
ekstrinsik seperti nilai sosial, budaya, pendidikan, serta
pandangan hidup pengarang. Sementara itu, ulasan buku
nonfiksi dapat mengupas isi buku, kelebihan, kelemahan,
dan informasi menarik dalam buku.
1. Merumuskan simpulan tentang isi dan kesan-
kesan buku yang diulas secara keseluruhan.
2. Membuat saran atau rekomendasi bagi pembaca.
Bagian ini berisi ajakan atau saran kepada
pembaca untuk membaca buku yang diulas.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai