Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN SARANA

PERIBADATAN, PENDIDIKAN, DAN SARANA KESEHATAN


DI KELURAHAN BESUSU BARAT

Disusun Oleh :

Fitrah Nugraha
F 231 19 004

PRODI S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
ABSTRAK

Sarana dan prasarana suatu wilayah merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan
manusia. Dengan adanya sarana dan prasarana suatu wilayah, manusia dapat menjalankan
aktifitas sehari-hari nya dengan lancar. Begitu juga bagi pemerintah, Sarana dan Prasarana
merupakan hal terpenting untuk menjalankan roda ekonomi dan pemerintahan. Sarana
pendidikan berfungsi langsung terhadap proses belajar mengajar, seperti alat pelajaran, alat
peraga dan media pendidikan (Gunawan, 1996:115). Sementara itu, Sarana
kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran
yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat
sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Serta Sarana
Peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu
disediakan di lingkungan perumahan. Dilakukannya penelitian ini dengan studi kasus untuk
melihat perbandingan kebutuhan dengan ketersediaan Sarana Eksisting di Kelurahan Besusu
Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis kuantitatif. Data yang
diperoleh melalui wawancara dan observasi lapangan serta pengambilan dokumentasi untuk
melihat foto fisik pada seluruh wilayah Kelurahan Besusu Barat. Bardasarkan hasil analisis
ditemukan bahwa ketersediaan sarana peribadatan sesuai dengan kondisi eksisting
dikelurahan besusu barat sudah memenuhi kebutuhan rohani bagi masyarakat. keperluan
sarana pendidikan dan pembelajaran dikelurahan besusu barat belum memenuhi standar serta
untuk sarana klinik bersalin dan apotik sudah memenuhi standar keperluan sarana, tetapi
sarana posyandu belum memenuhi standar, dan balai pengobatan warga, puskesmas
pembantu puskesmas, dan tempat praktek dokter dikelurahan besusu barat belum tersedia,
hanya terdapat rumah sakit yakni rumah sakit bhayangkara palu yang sudah dapat memenuhi
kebutuhan kesehatan masyarakat.
Kata kunci : Sarana dan Prasarana, Kelurahan Besusu Barat, ketersediaan sarana eksisting
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Palu adalah ibukota Provinsi Sulawesi Tengah. Kota Palu berbatasan dengan
kecamatan Labuan Kabupaten Donggala di sebelah utara, kecamatan Marawola dan
kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi di sebelah selatan, kecamatan Parigi barat Kabupaten
Parigi Moutong di sebelah timur, dan kecamatan Banawa selatan kabupaten Donggala di
sebelah barat. Kota Palu merupakan Kota lima dimensi yang terdiri atas lembah, lautan,
sungai, pegunungan, dan teluk. Koordinatnya adalah 0,35 – 1,20 LU dan 120 – 122,90 BT.
Penduduk kota Palu berjumlah 374.020 jiwa dengan luas wilayah 395.06 km² (2016).
Kota Palu dibagi menjadi 8 kecamatan yaitu Palu barat, Palu selatan, Palu timur, Palu
utara, Mantikulore, Ulujadi, Tatanga, dan Tawaeli. Kota Palu memiliki 45 kelurahan. Di
kecamatan Palu timur terdapat 5 kelurahan yaitu Besusu barat, Besusu tengah, Besusu timur,
Lolu selatan, dan Lolu utara dengan luas total 7,71 km². Dan jumlah penduduk total yaitu
67.485 jiwa dengan kepadatan penduduk 8.740 jiwa/km².
Berdasarkan posisi geografisnya Palu Timur memiliki batas-batas wilayah mulai dari
Utara sampai Teluk Palu. Kecamatan palu timur terdiri dari 5 kelurahan , yaitu kelurahan
besusu barat, kelurahan besusu tengah, kelurahan besusu timur, kelurahan lolu utara dan
kelurahan lolu selatan. Kecamatan palu timur merupakan Kecamatan Palu Timur merupakan
salah satu kecamatan tertua di Kota Palu dengan luas daratan 7,71 km². Letak Kecamatan
Palu Timur tepat berada di tengah Kota Palu dengan ibukota kecamatan Besusu Barat.
Kelurahan Besusu Barat sebagai Ibu kota Kecamatan, adalah merupakan salah satu
kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Palu Timur, serta merupakan Kelurahan
perkotaan yang memiliki letak yang sangat Strategis, hanya 1 Km jarak tempuh dari Ibu
Kota, dan memiliki Luas Wilayah pemukiman 181.57 Ha/m2.
Pada perkembangannya kota administratif palu, berubah menjadi kotamadya,
berdasarkan Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1994 tentang Pembentukan Kotamadya Palu.
Dan arah perubahan ini membawa pada suatu kebijakan melakukan pemekaran di beberapa
Kelurahan dan Kecamatan, Pemerintah Daerah melalui Surat Keputusan Walikota Palu
Nomor 21 Tahun 1995 tentang Pembentukan, Penggambungan dan Penghapusan Kelurahan
di Kota Palu, dan salah satu kelurahan yang dimekarkan ialah Kelurahan Besusu,
dimekarkan menjadi 3 (tiga) kelurahan sebagai berikut :
1. Kelurahan Besusu Barat
2. Kelurahan Besusu Tengah
3. Kelurahan Besusu Timur
Berdasarkan hasil pemekaran tersebut ditetapkanlah pada tanggal 15 Desember 1995
Kelurahan Besusu Barat sebagai Kelurahan Induk sedangkan Besusu Timur dan Besusu
Tengah merupakan kelurahan Binaan hingga sampai pada tahun 1997 Kelurahan Besusu
Timur dan Besusu Tengah statusnya menjadi Kelurahan Depenitif.
Kelurahan Besusu Barat terletak pada ketinggian antara 0-5 meter, dengan luas wilayah
0,87 Km2 atau 11,28 %. Dan terbagi atas 23 Rukun Tetangga (RT) dan 9 Rukun Warga
(RW). Orbitasi ( jarak antara kelurahan Besusu Barat dengan pusat pemerintahan ) ialah
sebagai berikut :
 Jarak ke ibu kota Kecamatan 0 Km
 Jarak ke ibu kota 1 Km
 Jarak ke ibu kota Provinsi 0 Km
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah yang diangkat dalam Paper ini adalah Bagaimana perbandingan
kebutuhan dengan ketersediaan Sarana Eksisting di Kelurahan Besusu Barat?

1.3 Tujuan
Mengetahui perbandingan kebutuhan dengan ketersediaan Sarana Eksisting di Kelurahan
Besusu Barat

1.4 Sasaran
Sasaran dari Paper ini adalah tersedianya Sarana di Kelurahan Besusu Barat sesuai
dengan kebutuhan.
LANDASAN TEORI

2.1 Sarana Peribadatan


Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang
perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan
yangditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena
itu berbagai macam agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat penghuni yang
bersangkutan maka kepastian tentang jenis dan jumlah fasilitas peribadatan yang akan
dibangun baru dapat dipastikan setelah lingkungan perumahan dihuni selama beberapa
waktu. Pendekatan perencanaan yang diatur adalah dengan memperkirakan populasi danjenis
agama serta kepercayaan dan kemudian merencanakan alokasi tanah dan lokasi bangunan
peribadatan sesuai dengan tuntutan planologis dan religius.
Jenis sarana peribadatan sangat tergantung pada kondisi setempat dengan memperhatikan
struktur penduduk menurut agama yang dianut, dan tata cara atau pola masyarakat setempat
dalam menjalankan ibadah agamanya.
Adapun jenis sarana ibadah untuk agama Islam, direncanakan sebagai berikut;
a) kelompok penduduk 250 jiwa, diperlukan musholla/langgar;
b) kelompok penduduk 2.500 jiwa, disediakan masjid;
c) kelompok penduduk 30.000 jiwa, disediakan masjid kelurahan; dan
d) kelompok penduduk 120.000 jiwa, disediakan masjid kecamatan.
Untuk sarana ibadah agama lain, direncanakan sebagai berikut:
a) katolik mengikuti paroki;
b) hindu mengikuti adat; dan
c) budha dan kristen protestan mengikuti sistem kekerabatan atau hirarki lembaga

Tabel 2.1 Kebutuhan Sarana Peribadatan


2.2 Sarana Pendidikan dan Pembelajaran
Dasar penyediaan sarana pendidikan adalah untuk melayani setiap unit administrasi
pemerintahan baik yang informal (RT, RW) maupun yang formal (Kelurahan, Kecamatan),
dan bukan didasarkan semata-mata pada jumlah penduduk yang akan dilayani oleh sarana
tersebut.
Dasar penyediaan sarana pendidikan ini juga mempertimbangkan pendekatan desain
keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait
dengan bentukan grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya.
Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius
area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada
area tertentu.
Sarana pendidikan yang diuraikan dalam standar ini hanya menyangkut bidang
pendidikan yang bersifat formal / umum, yaitu meliputi tingkat prabelajar (Taman Kanak-
kanak); tingkat dasar (SD/MI); tingkat menengah (SLTP/MTs dan SMU).
Adapun penggolongan jenis sarana pendidikan dan pembelajaran ini meliputi:
a) taman kanak-kanak (TK), yang merupakan penyelenggaraan kegiatan belajar dan
mengajar pada tingkatan pra belajar dengan lebih menekankan pada kegiatan
bermain, yaitu 75%, selebihnya bersifat pengenalan;
b) sekolah dasar (SD), yang merupakan bentuk satuan pendidikan dasar yang
menyelenggarakan program enam tahun;
c) sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), yang merupakan bentuk satuan pendidikan
dasar yang menyelenggarakan proram tiga tahun sesudah sekolah dasar (SD);
d) sekolah menengah umum (SMU), yang merupakan satuan pendidikan yang
menyelenggarakan program pendidikan menengah mengutamakan perluasan
pengetahuan dan peningkatan keterampilan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang pendidikan tinggi;
e) sarana pembelajaran lain yang dapat berupa taman bacaan ataupun perpustakaan
umum lingkungan, yang dibutuhkan di suatu lingkungan perumahan sebagai sarana
untuk meningkatkan minat membaca, menambah ilmu pengetahuan, rekreasi serta
sarana penunjang pendidikan.

Tabel 2.2 Kebutuhan Sarana Pendidikan dan Pembelajaran

Kebutuhan Per
Jumlah Kriteria
Satuan Sarana
Jenis Penduduk Luas Luas Standard
No. Keterangan
Sarana pendukung Lantai Lahan (m2/jiwa) Radius Lokasi dan
(jiwa) Min. Min. pencapaian Penyelesaian
(m2) (m2)
1. Taman 1.250 216 500 0,28 m2/j 500 m’ Di tengah 2 rombongan
Kanak- termasuk kelompok warga. prabelajar @ 60
rumah
kanak penjaga Tidak murid dapat
36 m2 menyeberang bersatu dengan
jalan raya. sarana lain
Bergabung
2. Sekolah 1.600 633 2.000 1,25 1.000 m’ dengan taman Kebutuhan harus
Dasar sehingga terjadi berdasarkan
pengelompokan perhitungan
kegiatan. dengan rumus 2,
3. SLTP 4.800 2.282 9.000 1,88 1.000 m’ Dapat dijangkau 3 dan 4.
4. SMU 4.800 3.835 12.500 2,6 3.000 m’ dengan Dapat digabung
kendaraan umum. dengan sarana
Disatukan dengan pendidikan lain,
lapangan olah mis. SD, SMP,
raga. SMA dalam satu
Tidak selalu harus komplek
di pusat
lingkungan.
5. Taman 2.500 72 150 0,09 1.000 m’ Di tengah
Bacaan kelompok warga
tidak menyebe-
rang jalan
lingkungan.

CATATAN Acuan diambil dari SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan
perumahan kota
2.3 Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kesehatan kepada
masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat
kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Dasar
penyediaan sarana ini adalah didasarkan jumlah penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut.
Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-
unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan
grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan
penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan
terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area
tertentu.
Beberapa jenis sarana yang dibutuhkan adalah :
a) posyandu yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-anak usia
balita;
b) balai pengobatan warga yang berfungsi memberikan pelayanan kepada penduduk
dalam bidang kesehatan dengan titik berat terletak pada penyembuhan (currative)
tanpa perawatan, berobat dan pada waktu-waktu tertentu juga untuk vaksinasi;
c) balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA) / Klinik Bersalin), yang berfungsi melayani
ibu baik sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan serta melayani anak usia sampai
dengan 6 tahun;
d) puskesmas dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai sarana pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang memberikan pelayanan kepada penduduk dalam
penyembuhan penyakit, selain melaksanakan program pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit di wilayah kerjanya;
e) puskesmas pembantu dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai unit pelayanan
kesehatan sederhana yang memberikan pelayanan kesehatan terbatas dan membantu
pelaksanaan kegiatan puskesmas dalam lingkup wilayah yang lebih kecil;
f) tempat praktek dokter, merupakan salah satu sarana yang memberikan pelayanan
kesehatan secara individual dan lebih dititikberatkan pada usaha penyembuhan tanpa
perawatan; dan
g) apotik, berfungsi untuk melayani penduduk dalam pengadaan obat-obatan, baik
untuk
penyembuhan maupun pencegahan.

Tabel 2.3 Kebutuhan Sarana Kesehatan


Kebutuhan Per
Kriteria
Jumlah Satuan Sarana
Jenis Penduduk Luas Luas Standard
No. Keterangan
Sarana pendukung Lantai Lahan (m2/jiwa) Radius Lokasi dan
(jiwa) Min. Min. pencapaian Penyelesaian
(m2) (m2)
1. Posyandu 1.250 36 60 0,048 500 Di tengah ke- Dapat berga-
lompok bung dengan
tetangga tidak balai warga
menyeberang atau sarana
jalan raya. hunian/rumah
2. Balai 2.500 150 300 0,12 1.000 m’ Di tengah Dapat
Pengobatan kelompok bergabung
Warga tetangga tidak dalam lokasi
menyeberang balai warga
jalan raya.
3. BKIA / Klinik 30.000 1.500 3.000 0,1 4.000 m’ Dapat
Bersalin dijangkau
dengan
kendaraan
umum
4. Puskesmas 30.000 150 300 0,006 1.500 m’ -idem- Dapat berg-
Pembantu bung dalam
dan Balai lokasi kantor
Pengobatan Kelurahan
Lingkungan
5. Puskesmas 120.000 420 1.000 0,008 3.000 m’ -idem- Dapat
dan Balai Bergabung
Pengobatan dalam lokasi
Kantor
Kecamatan
6. Tempat 5.000 18 - - 1.500 m’ -idem- Dapat bersatu
Praktek dengan rumah
Dokter tinggal/tempat
7. Apotik / 30.000 120 250 0,025 1.500 m’ -idem- usaha/apotik
Rumah
Obat
METODE PENILITIAN

3.1 Jenis Penilitian

Penilitian ini menggunakan Penilitian Kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif


merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan
terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain
menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan
angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari
hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai
dengan gambar, table, grafik, atau tampilan lainnya.
Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara
random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono,
2012:7).Metode kuantitatif sering juga disebut metode tradisional,positivistik,
ilmiah/scientific dan metode discovery. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional,
karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode
untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada
filsafat positivisme. Metode ini disebut sebagai metode ilmiah (scientific) karena metode ini
telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit, empiris, obyektif, terukur, rasional dan
sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery karena dengan metode ini dapat
ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif
karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai (value
free).Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan prinsip-prinsip
objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui penggunaan instrumen yang telãh
diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti yang melakukan studi kuantitatif mereduksi
sedemikian rupa hal-hal yang dapat membuat bias, misalnya akibat masuknya persepsi dan
nilai-nilai pribadi. Jika dalam penelaahan muncul adanya bias itu maka penelitian kuantitatif
akan jauh dari kaidah-kaidah teknik ilmiah yang sesungguhnya (Sudarwan Danim, 2002: 35).
Selain itu metode penelitian kuantitatif dikatakan sebagai metode yang lebih
menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena sosial. Untuk dapat
melakukan pengukuran, setiap fenomena sosial di jabarkan kedalam beberapa komponen
masalah, variable dan indikator. Setiap variable yang di tentukan di ukur dengan memberikan
simbol-simbol angka yang berbeda–beda sesuai dengan kategori informasi yang berkaitan
dengan variable tersebut. Dengan menggunakan simbol–simbol angka tersebut, teknik
perhitungan secara kuantitatif matematik dapat di lakukan sehingga dapat menghasilkan suatu
kesimpulan yang belaku umum di dalam suatu parameter. Tujuan utama dati metodologi ini
ialah menjelaskan suatu masalah tetapi menghasilkan generalisasi.
Generalisasi ialah suatu kenyataan kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas tentang
suatu masalah yang di perkirakan akan berlaku pada suatu populasi tertentu. Generalisasi
dapat dihasilkan melalui suatu metode perkiraan atau metode estimasi yang umum berlaku
didalam statistika induktif.
3.2 Lokasi Penilitian
Kelurahan Besusu Barat sebagai Ibu kota Kecamatan, adalah merupakan salah satu
kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Palu Timur, serta merupakan Kelurahan
perkotaan yang memiliki letak yang sangat Strategis, hanya 1 Km jarak tempuh dari Ibu
Kota, dan memiliki Luas Wilayah pemukiman 181.57 Ha/m2.
Kelurahan Besusu Barat memiliki batas-batas geografis dan administratif wilayah
sebagai berikut:
 Sebelah Utara berbatasan dengan : Kelurahan Talise
 Sebelah Timur berbatasan dengan : Kelurahan Besusu Tengah
 Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kelurahan Lolu Utara
 Sebelah Barat berbatasan dengan : Sungai Palu
Kelurahan Besusu Barat terletak pada ketinggian antara 0-5 meter, dengan luas wilayah
0,87 Km2 atau 11,28 %. Dan terbagi atas 23 Rukun Tetangga (RT) dan 9 Rukun Warga
(RW). Orbitasi ( jarak antara kelurahan Besusu Barat dengan pusat pemerintahan ) ialah
sebagai berikut :
 Jarak ke ibu kota Kecamatan 0 Km
 Jarak ke ibu kota 1 Km
 Jarak ke ibu kota Provinsi 0 K

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Dalam pengumpulan data,
peranan instansi yang terkait sangat diperlukan sebagai pendukung dalam memperoleh data-
data yang diperlukan di Kelurahan Besusu Barat.Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan
informasi. Sementara itu instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Berupa alat, maka instrumen pengumpulan data dapat berupa kuesioner,
pedoman wawancara, hingga kamera untuk foto atau untuk merekam gambar.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data adalah :
1. Jenis - jenis data
2. Tempat diperolehnya data
3. Jumlah data yang harus dikumpulkan agar diperoleh data yang memadai (cukup,
seimbang, dan tepat atau akurat).
Metode dan teknik pengumpulan data terdiri dari pengumpulan data primer dan
pengumpulan data sekunder.
3.3.1 Data Primer
Teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung ke lapangan/ wilayah studi
untuk melihat kondisi eksisting ketersediaan sarana daerah dengan fokus area di Kelurahan
Besusu Barat. Selain itu dalam teknik ini juga melakukan dokumentasi berupa pengambilan
foto fisik pada seluruh wilayah Kelurahan Besusu Barat. Selain itu survei observasi ini
menggunakan Peta Dasar untuk menentukan titik pengamatan, check list aspek-aspek yang
akan diamati, table rencana kerja untuk mengoptimalkan waktu, kamera, alat tulis, kendaraan,
dan perekam audio dan video.
3.3.2 Data Sekunder
Merupakan kegiatan pengumpulan data melalui pencatatan terhadap dokumen yang
termasuk dalam metode penelitian yang bersifat sekunder yang berguna untuk bahan analisis
tentang berbagai aspek berupa aspek social,ekonomi dan lingkungan wilayah studi maupun
kondisi sarana dan prasarana yang berada di Kelurahan Besusu Barat. Dapat dilakukan
dengan mengkaji literatur,yaitu mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan yang
terdapat di dalam literatur seperti buku, internet, dan media cetak lainnya.
Dalam melakukan telah dokumen yang perlu dilakukan adalah :
1. Menyesuaikan instansi yang akan dituju dengan data yang ingin diperoleh.
2. Memilih instansi yang mudah dalam perizinannya.
3. Menggunakan data terbaru atau time series.

3.4 Teknik Analisis Data


Penilitian ini menggunakan Teknik Analisis Data Statistika dan Deskriptif. Teknik
analisis data statistika adalah teknik analisis data yang igunakan dalam penelitian kuantitatif.
Teknik analisis data statistika merupakan teknik analisis data yang mengolah data yang sudah
dikumpulkan oleh seorang peneliti dengan cara memberikan deskripsi dalam bentuk analisa
bilangan atau analisa angka.Sedangkan teknik analisis data deskriptif adalah teknik analisis
data yang digunakan untuk kegiatan pengolahan data dengan cara memberikan deskripsi dan
memberikan gambaran pada setiap sumber data penelitian yang telah dikumpulkan oleh
seorang peneliti di lapangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sarana Peribadatan


Sarana peribadatan Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi
kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan sesuai
peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang
bersangkutan.Peribadatan adalah tempat dimana umat beragama melaksanakan ibadah sesuai
kepercayaan dan keyakinan masing masing masyarakat . sarana peribadatan digunakan untuk
meningkatkan keimanan masyarakat. Untuk itu dikelurahan besusu barat telah tersedia
tempat tempat ibadah. Hal ini semua bertujuan agar semua lapisan masyarakat melaksanakan
ibadah secara mudah. Berikut ini tabel kebutuhan dan eksisting sarana peribadatan
dikelurahan Besusu Barat :
Tabel 4.1 Kebutuhan dan Eksisting Sarana Peribadatan Dikelurahan Besusu Barat
No Jenis Sarana Jumlah Penduduk Kebutuhan Eksisting
Pendukung (SNI) Sarana
1. Mushola 250 - 2
2. Mesjid Warga 2.500 - -
3. Mesjid 30.000 - 10
Lingkungan(Kelurahan)
4. Mesjid Kecamatan 120.000 - 1
5. Sarana Ibadah Agama Lain Tergantung sitem - 1
kekerabatan
Sumber : Profil Kelurahan Besusu Barat 2016
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa Jenis fasilitas peribadatan pada wilayah
Kelurahan Besusu Barat didominasi oleh sarana peribadatan ummat islam sesuai dengan
kondisi eksisting yakni Mesjid Lingkungan yang berjumlah 10 dan Mushola berjumlah 2
Serta mesjid kecamatan berjumlah 1,Hal ini disebabkan oleh sebagian besar masyarakat
dibesusu barat memeluk agama Islam. Adapun jenis peibadatan agama lain yakni agama
kristen terdapat 1 gereja. Dapat disimpulkan bahwa dengan ketersediaan sarana peribadatan
sesuai dengan kondisi eksisting dikelurahan besusu barat sudah memenuhi kebutuhan rohani
bagi masyarakat .
4.2 Sarana Pendidikan Dan Pembelajaran
Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar
mengajar,baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian
tujuan pendidikan dan berjalan dengan lancar,teratur,efektif dan efisien.Pendidikan
merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting karena pendidikan mempunyai tugas
untuk menyiapkan sumber daya manusia bagi pembangunan bangsa dan negara.Pendidikan
merupakan sarana terpenting dalam rangka mencerdaskan anak bangsa dikelurahan Besusu
Barat.Berikut ini keperluan dan eksisting sarana pendidikan dan pembelajaran dikelurahan
Besusu Barat :
Tabel 4.2 Kebutuhan Dan Eksisting Sarana Pendidikan Dan Pembelajaran
Dikelurahan Besusu Barat
No Jenis Sarana Jumlah Penduduk Kebutuhan Eksisting
Pendukung (SNI) Sarana
1 Taman Kanak- 1.250 15 4
kanak
2 SD 1.600 11 7
3 SLTP 4.800 4 1
4 SMU/SMA 4.800 4 1
5 Taman Bacaan 2.500 7 -
Sumber : Profil Kelurahan Besusu Barat 2016

Dapat dilihat dari tabel diatas untuk keperluan sarana pendidikan dikelurahan besusu
barat mulai dari pendidikan taman kanak-kanak dengan keperluan sarananya sebanyak 15 dan
kondisi eksisting sebanyak 4,sarana pendidikan SD dengan keperluan sarananya sebanyak 11
dan kondisi eksisting sebanyak 7,sarana SLTP/SMP dengan keperluan sarananya sebanyak 4
dan kondisi eksisting sebanyak 1,sarana pendidikan SMA dengan keperluan sarananya
sebanyak 4 dan kondisi eksisting sebanyak 1,dan Taman bacaan dengan keperluan sarananya
sebanyak 7 dan kondisi eksisting belum tersedia. Dari data yang ada pada tabel diatas dapat
disimpulkan bahwa keperluan sarana pendidikan dan pembelajaran dikelurahan besusu barat
belum memenuhi standar standar.

4.3 Sarana Kesehatan


Kesehatan besar artinya bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia
Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakikatnya
adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya khususnya dikelurahan besusu barat dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Kesehatan sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui pembangunan nasional
yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Sarana
kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan dimana
masyarakat bisa berobat dan melakukan pemeriksaan terhadap penyakit. Berikut ini tabel
kebutuhan dan eksisting sarana kesehatan di kelurahan Besusu Barat :
Tabel 4.3 Kebutuhan Dan Eksisting Sarana Kesehatan Dikelurahan Besusu Barat
No Jenis sarana Jumlah penduduk Kebutuhan Eksisting
pendukung ( jiwa ) sarana
1. Posyandu 1.250 14 9
2. Balai Pengobatan 2.500 7 -
Warga
3. BKIA / Klinik 30.000 1 1
Bersalin
4. Puskesmas 30.000 1 -
Pembantu dan Balai
Pengobatan
Lingkungan
5. Puskesmas dan Balai 120.000 - -
Pengobatan
6. Tempat Praktek 5.000 4 -
Dokter
7. Apotik / Rumah 30.000 1 14
Obat
Sumber : Profil Kelurahan Besusu Barat
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa untuk keperluan sarana kesehatan dikelurahan
besusu barat mulai dari sarana posyandu dengan keperluan sarananya yaitu 14 dan kondisi
eksisting 9,sarana klinik bersalin dengan keperluan sarananya 1 dan kondisi eksisting
1,sarana apotik dengan keperluan sarananya sebanyak 1 dan kondisi eksistingnya 14,dari data
pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa untuk sarana klinik bersalin dan apotik sudah
memenuhi standar keperluan sarana,dan untuk sarana posyandu belum memenuhi
standar,serta balai pengobatan warga,puskesmas pembantu,puskesmas, ada tempat praktek
dokter dikelurahan besusu barat belum tersedia, tetapi dikelurahan besusu barat terdapat 1
rumah sakit yakni rumah sakit bhayangkara palu yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan
masyarakat diwilayah besusu barat.
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kelurahan Besusu Barat sebagai Ibu kota Kecamatan, adalah merupakan salah satu
kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Palu Timur, serta merupakan Kelurahan
perkotaan yang memiliki letak yang sangat Strategis, hanya 1 Km jarak tempuh dari Ibu
Kota, dan memiliki Luas Wilayah pemukiman 181.57 Ha/m2.Penilitian ini menggunakan
Penilitian Kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian
yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal
hingga pembuatan desain penelitiannya. Metode dan teknik pengumpulan data terdiri dari
pengumpulan data primer yakni Teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung
ke lapangan/ wilayah studi untuk melihat kondisi eksisting ketersediaan sarana daerah dengan
fokus area di Kelurahan Besusu Barat dan pengumpulan data sekunder Merupakan kegiatan
pengumpulan data melalui pencatatan terhadap dokumen yang termasuk dalam metode
penelitian yang bersifat sekunder yang berguna untuk bahan analisis tentang berbagai aspek
berupa aspek social,ekonomi dan lingkungan wilayah studi maupun kondisi sarana dan
prasarana yang berada di Kelurahan Besusu Barat.
Untuk mendapatkan Hasil dari analisis kebutuhan dan ketersediaan sarana
Peribadatan,sarana Pendidikan dan pembelajaran,serta sarana kesehatan dikelurahan Besusu
barat yakni menggunakan Teknik Analisis Data Statistika dan Deskriptif. Teknik analisis data
statistika adalah teknik analisis data yang di gunakan dalam penelitian kuantitatif. Teknik
analisis data statistika merupakan teknik analisis data yang mengolah data yang sudah
dikumpulkan oleh seorang peneliti dengan cara memberikan deskripsi dalam bentuk analisa
bilangan atau analisa angka. Sedangkan teknik analisis data deskriptif adalah teknik analisis
data yang digunakan untuk kegiatan pengolahan data dengan cara memberikan deskripsi dan
memberikan gambaran pada setiap sumber data penelitian yang telah dikumpulkan oleh
seorang peneliti di lapangan.
5.2 Saran
Bagi masyarakat setempat agar dapat menjaga dan merawat sarana-sarana yang telah
tersedia dikelurahan besusu barat dengan sebaik-baiknya dan bagi pemerintah daerah agar
sekiranya dapat mengadakan penyediaan sarana-sarana lainnya yang belum memenuhi
standar keperluan bagi masyarakat dikelurahan besusu barat.

DAFTAR PUSTAKA

- Profil Kelurahan Besusu Barat


- SNI 03-1733-(2004), Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan Kota.

Anda mungkin juga menyukai