DESKRIPSI SINGKAT
Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang menghadapi situasi gizi
kompleks, dimana prevalensi masalah kekurangan gizi termasuk stunting dan kekurangan zat
gizi mikro, kelebihan gizi (overweight dan obesitas) serta penyakit tidak menular akibat gizi terjadi
dalam waktu yang bersamaan. Kekurangan gizi pada awal kehidupan atau usia dini akan
berdampak serius terhadap kualitas SDM di masa depan. Anak dapat mengalami kegagalan
pertumbuhan sehingga mengakibatkan berat badan lahir rendah, pendek, kurus, serta daya
tahan tubuh yang rendah. Selain itu anak dengan kurang gizi akan berisiko mengalami hambatan
perkembangan otak/kognitif. Dalam mengatasi masalah ini maka diperlukan kebijakan serta
strategi yang tepat sehingga dapat menunjang percepatan perbaikan gizi masyarakat terutama
pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).
Komitmen Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan salah satu komitmen global (Resolusi WHA
65.6. tahun 2012) terhadap perbaikan masalah gizi, yaitu meningkatkan cakupan ASI eksklusif
pada 6 bulan pertama sampai 50% di tahun 2024, sudah cukup kuat, terbukti dengan
dikeluarkannya berbagai macam peraturan dalam mendukung keberhasilan program pemberian
ASI Eksklusif.
Materi ini membahas tentang kebijakan dukungan menyusui dalam program peningkatan
pemberian ASI dan strateginya dalam mencapai keberhasilan program.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan dukungan menyusui
dalam program peningkatan pemberian ASI di Indonesia.
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat:
a. Menjelaskan Kebijakan dukungan menyusui dalam program peningkatan pemberian
ASI
b. Menjelaskan Strategi dukungan dalam keberhasilan menyusui
MATERI POKOK
Materi pokok pada Mata Pelatihan Dasar ini meliputi:
1. Kebijakan dukungan menyusui dalam program peningkatan pemberian ASI
2. Strategi dukungan dalam keberhasilan menyusui
PENDAHULUAN
Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang menghadapi situasi gizi
kompleks, dimana prevalensi masalah kekurangan gizi termasuk stunting dan kekurangan zat
gizi mikro, kelebihan gizi (overweight dan obesitas) serta penyakit tidak menular akibat gizi terjadi
dalam waktu yang bersamaan. Salah satu upaya penting yand dapat dilakukan dalam mencegah
terjadinya bebera masalah gizi tersebut adalah dengan pemberian ASI. Penting untuk
mengetahui kebijakan dukungan dalam program pemberian ASI di Indonesia.
Kekurangan gizi pada awal kehidupan atau usia dini akan berdampak serius terhadap kualitas
sumber daya manusia di masa depan. Anak dapat mengalami kegagalan pertumbuhan yang
mengakibatkan berat badan lahir rendah, pendek, kurus, serta daya tahan tubuh yang rendah.
Selain itu anak dengan kurang gizi akan berisiko mengalami hambatan perkembangan
otak/kognitif sehingga kesulitan dalam mengikuti pendidikan, yang pada akhirnya berakibat pada
rendahnya produktivitas di masa dewasa. Salah satu masalah kekurangan gizi mikro yang
penting adalah defisiensi zat besi pada remaja putri dan ibu hamil sehingga dapat menyebabkan
anemia pada ibu hamil dan berakibat kurang baik pada janin di dalam kandunganya. Di sisi lain,
masalah kelebihan gizi dan penyakit tidak menular juga perlu mendapat perhatian serius.
Komitmen global terhadap perbaikan masalah gizi sangat tinggi yang ditunjukkan melalui
Resolusi WHA 65.6. pada tahun 2012 yang menetapkan 6 target gizi global yang harus dicapai
pada tahun 2025, meliputi:
a. Menurunkan proporsi balita stunting 40%;
b. Menurunkan proporsi wanita usia subur yang anemia 50%;
c. Menurunkan proporsi BBLR 30%;
d. Tidak ada kenaikan overweight pada balita;
e. Meningkatkan cakupan ASI Eksklusif pada 6 bulan pertama sampai 50%; dan
f. Menurunkan dan mempertahankan proporsi balita wasting menjadi kurang dari 5%.
Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan salah satu komitmen tersebut, yaitu meningkatkan
cakupan ASI eksklusif pada 6 bulan pertama sampai 50% di tahun 2024, cukup kuat. Pada tahun
2012, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu
Ibu Eksklusif. ASI Eksklusif sendiri didefinisikan sebagai ASI yang diberikan kepada bayi sejak
dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan
atau minuman lain. Selain itu, Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan
Penurunan Stunting menetapkan ‘bayi usia kurang dari 6 bulan mendapatkan ASI Eksklusif’
sebagai salah satu indikator intervensi gizi spesifik dalam upaya penurunan stunting untuk
mencapai target 14% di tahun 2024. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia tahun 2021,
proporsi balita yang mendapatkan inisiasi menyusu dini (IMD) sebesar 48,6% sementara
6
PENDAHULUAN
Dukungan dalam keberhasilan menyusui sangat dibutuhkan oleh ibu/pengasuh. Menyusui
memberikan perlindungan terbesar dari kematian bayi dan anak. Untuk itu diperlukan strategi
yang tepat dalam mendukung keberhasilan menyusui. Dukungan ini terutama diberikan oleh
tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
URAIAN MATERI
Anda tentunya telah mengetahui mengenai dukungan dalam keberhasilan menyusui ya.
Tahukah Anda apa strategi dukungan dalam keberhasilan menyusui? Mari kita pelajari bersama
dengan tetap semangat.
Menyusui memberikan perlindungan terbesar dari kematian bayi dan anak. World Health
Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) merekomendasikan bayi
untuk disusui secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan. Menyusui dilanjutkan
hingga usia dua tahun atau lebih. Agar ibu/pengasuh dapat membangun dan mempertahankan
pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, WHO dan UNICEF merekomendasikan:
- Kontak kulit-ke-kulit sejak dini tanpa gangguan dan mulai menyusui dalam satu jam pertama
kehidupan;
- ASI eksklusif - bayi hanya diberi ASI;
- Menyusui secara responsif - yaitu, sesering dan selama yang diinginkan oleh bayi, siang
dan malam;
Dukungan kepada ibu dapat dimulai sejak kehamilan dan seterusnya dengan menggunakan
teknik-teknik konseling yang terdiri dari dua keterampilan konseling. Keterampilan tersebut yaitu
keterampilan mendengarkan dan mempelajari dan keterampilan membangun kepercayaan diri
dan memberi dukungan.
Keterampilan mendengarkan dan mempelajari terdiri dari:
• Menggunakan komunikasi non-verbal yang sesuai
• Mengajukan pertanyaan terbuka
• Menggunakan respon dan gerak tubuh yang menunjukkan minat
• Menyampaikan kembali apa yang dikatakan ibu/pengasuh
• Berempati – menunjukkan bahwa kita memahami perasaan ibu/orangtua/pengasuh
• Menghindari penggunaan kata-kata yang menghakimi
Sedangkan keterampilan membangun percaya diri dan memberi dukungan terdiri dari:
• Menerima apa yang dipikirkan dan dirasakan ibu/pengasuh.
• Mengenali pengalaman baik dan memuji ibu/pengasuh.
• Memberikan bantuan praktis.
• Menyampaikan informasi yang relevan.
• Menggunakan bahasa sederhana.
• Menawarkan satu atau dua saran, bukan perintah
a. Dukungan kepada ibu/pengasuh penting dilakukan dengan teknik komunikasi yang tepat dan
efektif. Dua keterampilan konseling merupakan teknik komunikasi yang dapat digunakan
yaitu keterampilan mendengarkan dan mempelajari serta keterampilan membangun percaya
diri dan memberi dukungan.
b. Salah satu strategi global yang dapat kita implementasikan di fasilitas kesehatan adalah
rintisan rumah sakit sayang bayi (BFHI) dengan menerapkan 10 (Sepuluh) langkah menuju
keberhasilan menyusui.
C. TES FORMATIF
3. Sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui (10 LMKM) revisi 2018 yang
termasuk dalam prosedur manajemen kritis adalah
a. Mematuhi Kode Internasionak pemasaran pengganti ASI dan resolusi WHA yang
relevan.
b. Dukung ibu untuk memulai dan mempertahankan menyusui serta menangani
kesulitan umum.
c. Memungkinkan ibu dan bayinya untuk tetap bersama dan mempraktikkan rawat
gabung selama 24 jam sehari.
d. Dukung ibu mengenali dan menanggapi isyarat bayi menyusu.
e. Beri nasihat kepada ibu tentang penggunaan dan risiko botol-dot dan empeng.
D. KUNCI JAWABAN
1. c
2. d
3. a
E. REFERENSI
• Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
• Peraturan Menteri Kesehatan nomor 15 tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan
Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu.
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2013 tentang Susu Formula Bayi dan
Produk Bayi Lainnya.
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengenaan
Sanksi Administratif bagi Tenaga Kesehatan, Penyelenggara Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, Penyelenggara Satuan Pendidikan Kesehatan, Pengurus Organisasi
Profesi di Bidang Kesehatan, serta Produsen dan Distributor Susu Formula Bayi
dan/atau Produk Bayi Lainnya yang Dapat Menghambat Keberhasilan Program
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
• Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor 1 tahun 2022 tentang
Pengawasan Klaim Pada Label dan Iklan Pangan Olahan.
• Strategi global untuk pemberian makan bayi dan anak kecil. Jenewa: World Health
Organization; 2003 https://apps.who.int/iris/bitstrea/10665/42590/1/9241562218 ,
diakses 18 Maret 2020.
• WHO/ UNICEF. Rintisan rumah sakit sayang bayi: direvisi, diperbarui dan diperluas
untuk perawatan terintegrasi. Jenewa: World Health Organization; 2009
https://apps.who.int/iris/handle/10665/43593
• WHO/ UNICEF. Target nutrisi global 2025: ringkasan kebijakan menyusui
(WHO/NMH/NHD/14.7). Jenewa: World Health Organization; 2014
11
12
DESKRIPSI SINGKAT
Air Susu Ibu (ASI) merupakan cairan dari kelenjar payudara dan merupakan makanan terbaik
yang sesuai dengan kebutuhan anak. Komposisi ASI berbeda dari susu hewan atau susu
formula. Anak yang diberi makanan buatan misalnya susu formula, susu sapi atau susu hewan
lain, akan merugikan dan membahayakan. Kita perlu mengetahui perbedaan antara ASI,
susu hewan, dan susu formula, serta risiko pemberian makanan buatan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui membantu proses perkembangan
intelektual anak. Terdapat perbedaan Intelligence Quotient (IQ) secara signifikan pada bayi yang
diberi ASI dengan bayi yang diberi susu formula. Bayi yang diberi ASI lebih cerdas dan tidak
mudah sakit.
Kita perlu memahami proses dan cara kerja menyusui serta masalah yang mungkin timbul pada
saat menyusui sehingga dapat membantu ibu agar berhasil menyusui. Terdapat penggunaan
beberapa istilah dalam pemberian makan bayi dan anak. Pola pemberian makan bayi memiliki
perbedaan dari satu wilayah ke wilayah lainnya, oleh sebab itu kita perlu mengetahui situasi lokal
menyusui. Pada mata pelatihan ini akan membahas mengenai pentingnya menyusui dan cara
kerja menyusui.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami konsep menyusui
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat:
a. Menjelaskan pentingnya menyusui
b. Menjelaskan cara kerja menyusui
MATERI POKOK
Materi pokok pada Mata Pelatihan Inti ini meliputi:
1. Pentingnya Menyusui
2. Cara Kerja Menyusui
B. KEGIATAN BELAJAR
PENDAHULUAN
Menyusui adalah yang terbaik dibutuhkan oleh bayi. Sebelum membantu ibu/pengasuh, tenaga
kesehatan perlu untuk memahami pentingnya menyusui. Istilah-istilah apa saja yang perlu
diketahui, apa saja manfaat menyusui dan komposisi ASI hingga tahun kedua menyusui. Sesuai
rekomendasi WHO/UNICEF bahwa menyusui eksklusif dimulai sejak bayi lahir hingga usia 6
bulan dan pemberian ASI dilanjutkan hingga uisa bayi 2 tahun atau lebih.
13
WHO dan UNICEF merekomendasikan menyusui eksklusif selama enam bulan pertama sejak
bayi lahir. ASI eksklusif berarti tidak ada makanan atau minuman lain yang boleh diberikan,
bahkan air sekalipun kecuali ASI saja. Tenaga kesehatan perlu memahami manfaat-manfaat
menyusui sehingga dapat membantu ibu yang meragukan nilai dan kecukupan ASI.
Dalam enam bulan pertama kehidupan, ASI eksklusif menyediakan semua kebutuhan gizi dan
cairan yang dibutuhkan oleh bayi. Sejak memasuki usia enam bulan, semua bayi membutuhkan
makanan pendamping selain ASI, namun ASI tetap menjadi sumber energi dan gizi yang
berkualitas tinggi sehingga penting untuk dilanjutkan hingga bayi usia 2 tahun atau lebih.
CATATAN:
Informasi ini dapat diberikan oleh tenaga kesehatan kepada ibu/pengasuh pada periode pra kelahiran. Informasi
diberikan dengan bahasa sederhana agar lebih mudah dipahami.
Nah, Anda telah selesai mempelajari istilah-istilah terkati menyusui, mari kita melanjutkan
pembelajaran pada sub materi pokok berikutnya mengenai manfaat menyusui. Penting bagi
tenaga kesehatan untuk mengetahui apa saja manfaat menyusui sehingga dapat memberikan
informasi yang tepat kepada ibu/pengasuh.
2. Manfaat Menyusui
Penting bagi tenaga kesehatan untuk memahami manfaat-manfaat menyusui. Saat memberikan
pelayanan, tenaga kesehatan dapat membantu ibu yang ragu akan manfaat dan kecukupan ASI.
Dalam enam bulan pertama kehidupan, ASI eksklusif menyediakan semua nutrisi dan air yang
dibutuhkan oleh bayi dan tetap memberikan manfaat hingga bayi 2 tahun atau lebih.
CATATAN:
Informasi tentang manfaat menyusui penting untuk diberikan kepada ibu dan keluarga sejak periode pra kelahiran.
Slide ini merangkum beberapa manfaat ASI dan menyusui. Manfaat ASI tercantum di sebelah
kiri slide dan manfaat menyusui tercantum di sebelah kanan.
15
CATATAN: Seorang bayi sebaiknya tidak dipisahkan dari ibunya ketika ibu mengalami infeksi karena ASI membantu
melindungi keduanya dari infeksi.
Diagram ini menunjukkan bagaimana menyusui melindungi bayi dari diare. Grafik ini
menunjukkan penemuan penting dari suatu penelitian di Filipina. Penelitian tersebut
membandingkan pemberian asupan dengan berbagai cara dan risiko terjadinya diare. Diagram
batang ‘ÁSI eksklusif’ menunjukkan bayi yang disusui secara eksklusif sangat sedikit terserang
diare.
16
Menyusui memiliki manfaat psikologis yang penting bagi ibu dan bayi.
• Saling bersentuhan segera setelah lahir membantu terjalinnya ikatan batin antara ibu dan
bayi dan ibu merasa puas secara emosional.
• Bayi cenderung lebih jarang menangis jika disusui.
• Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui dapat membantu perkembangan
intelektual anak. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) yang diberi ASI pada minggu-
minggu pertama kehidupannya memiliki kinerja yang lebih baik dalam tes kecerdasan di
masa kanak-kanak di kemudian hari dibandingkan anak-anak yang diberi makanan
buatan.
• Jika ibu memutuskan untuk tidak menyusui, penting untuk membantu mereka menjalin
ikatan batin dengan bayinya dengan cara lain selain menyusui.
Kini Anda telah mengetahui apa saja manfaat menyusui, selanjutnya mari mempelajari bersama
komposisi ASI. Banyak sekali kandungan zat gizi yang ada di dalam ASI yang berbeda dengan
susu lainnya.
3. Komposisi ASI
Dengan melihat kandungan zat gizi dalam ASI pada slide berikut, kita dapat melihat bahwa
komposisinya lengkap untuk bayi.
CATATAN: Susu formula terbuat dari berbagai macam bahan, termasuk gula, susu hewani, kedelai, dan minyak
nabati. Diagram formula menunjukkan bahwa meskipun jumlahnya telah disesuaikan agar menjadi seperti ASI,
komposisinya masih belum lengkap untuk bayi dibandingkan semua komponen lain yang terkandung dalam ASI.
Susu formula tidak memiliki banyak kualitas esensial seperti yang ada di dalam ASI, termasuk antibodi khusus dan
zat bioaktif lain yang melindungi bayi dari penyakit.
18
Slide di atas menunjukkan bagaimana protein dalam berbagai susu mungkin bervariasi dalam
hal kualitas dan kuantitas.
• Meskipun kuantitas protein dalam susu sapi dapat dimodifikasi untuk membuat susu formula,
kualitas proteinnya tidak dapat diubah.
• Protein dalam susu sapi adalah kasein. Kasein membentuk gumpalan yang kental dan tidak
bisa dicerna di perut bayi. Sedangkan ASI mengandung jenis kasein yang berbeda karena
membentuk gumpalan yang lembut sehingga mudah dicerna.
• ASI mengandung lebih banyak protein Whey yang mudah larut. Protein Whey mengandung
protein anti infeksi, antara lain Imunoglobulin A (IgA) dan laktoferin yang membantu
melindungi bayi dari infeksi.
CATATAN: Bayi yang diberi makanan buatan dapat mengalami alergi terhadap protein dari susu hewan. Mereka
bisa terkena diare, sakit perut, ruam, dan gejala lain jika diberi makanan buatan yang mengandung berbagai jenis
protein. Faktor anti-infeksi lainnya dalam ASI termasuk faktor bifidus (yang menunjang pertumbuhan Lactobacillus
bifidus yang menghambat pertumbuhan bakteri berbahaya, dan menyebabkan tinja bayi yang diberi ASI berbau
seperti yogurt). ASI juga mengandung faktor anti-virus dan faktor anti-parasit.
19
CATATAN:
Asam Lemak Esensial
Asam lemak esensial yang paling penting dalam ASI adalah lemak rantai panjang tak jenuh DHA dan AA. BBLR
yang disusui memiliki perkembangan saraf dan kecerdasan yang lebih baik, mungkin karena DHA dan AA dalam ASI.
Kadang DHA dan AA ditambahkan dalam susu formula, namun tidak pasti apakah tubuh bayi dapat menggunakannya
seperti DHA dan AA dalam ASI.
20
Dengan memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi kecukupan zat besi akan terpenuhi
dan bayi dapat terlindungi dari anemia sampai sekurangnya bayi berumur 6 bulan atau lebih.
CATATAN:
Bayi yang lahir cukup bulan mendapatkan sebagian besari zat besi yang dibutuhkan melalui plasenta. Pemotongan tali
pusat yang lebih lama (pada waktu 2 menit, atau ketika tali pusat berhenti berdenyut) berdampak lebih banyak zat besi
yang mengalir ke bayi. Zat besi ini, dengan zat besi dalam ASI cukup untuk enam bulan pertama kehidupan. Bayi yang
lahir prematur, dan bayi BBLR, mungkin memerlukan tambahan suplemen zat besi.
Pada beberapa merek susu formula ditambahkan zat besi. Akan tetapi tambahan tersebut tidak diserap dengan baik
sehingga harus ditambah dalam jumlah besar untuk melindungi bayi dari anemia. Penambahan zat besi dapat
mempermudah tumbuhnya beberapa jenis bakteri yang mungkin akan meningkatkan peluang terjadinya infeksi misalnya
meningitis dan sepsis.
21
Perbedaan antara ASI awal (Foremilk) dan ASI akhir (Hindmilk) seperti yang
ditunjukkan dalam gambar ini?
• Foremilk adalah susu yang lebih encer dan diproduksi dalam jumlah yang lebih banyak
pada awal proses menyusui. Kandungan protein, laktosa, air dan nutrisi lainnya. Bayi tidak
membutuhkan air sebelum berusia enam bulan, bahkan di iklim panas.
• Hindmilk adalah susu lebih putih yang diproduksi setelah masa awal menyusui. Jenis ASI
ini mengandung lebih banyak lemak dari pada foremilk.
• Lemak memberikan energi dalam menyusui, jadi penting bagi bayi untuk mendapatkan
kedua jenis ASI tersebut.
CATATAN: Kekhawatiran yang umum dikemukakan adalah ASI yang "terlalu encer" atau "tidak cukup". Ini
merupakan `kesempatan bagi tenaga kesehatan untuk membangun kepercayaan diri ibu dan memberikan informasi
yang relevan. `Ketika bayi mendapatkan foremilk dan hindmilk, mereka mendapatkan “makanan” lengkap, termasuk
semua cairan `yang ia butuhkan.
Kolostrum
• Selama 6 bulan pertama kehidupan bayi, pemberian ASI secara eksklusif dapat memberikan
semua zat gizi dan air yang diperlukan bayi. Mulai usia 6 bulan ASI saja tidak lagi mencukupi
kebutuhan gizi bayi, maka bayi perlu diberi Makanan Pendamping ASI (MP ASI). MP ASI
dapat diberikan dengan sendok, sedangkan pemberian dengan botol tidak dianjurkan.
• Diagram ini menunjukkan berapa jumlah kebutuhan energi bayi dan anak perhari yang dapat
dipenuhi ASI hingga tahun kedua usia anak. Bagian yang berwarna lebih muda dari setiap
batang menunjukkan berapa banyak energi yang didapat bayi dan anak dari ASI pada usia
yang berbeda, dan bagian berwarna lebih tua menunjukkan berapa banyak energi yang
dibutuhkan anak dari sumber lain.
• Kita dapat melihat bahwa ASI mencukupi semua kebutuhan sampai usia 6 bulan, tetapi setelah
usia 6 bulan ada gap energi yang perlu dipenuhi oleh MP ASI.
• Jumlah makanan yang dibutuhkan untuk menutupi gap meningkat seiring bertambahnya usia
anak, dan menurunnya asupan ASI.
• Energi yang dibutuhkan sebagai tambahan ASI adalah sekitar 200 kkal per hari untuk bayi usia
6-8 bulan, 300 kkal per hari untuk bayi usia 9-11 bulan, dan 550 kkal per hari untuk anak usia
12-23 bulan. Akan tetapi, ASI tetap menjadi sumber penting energi, dan dapat menyediakan
23
Diagram ini menunjukkan bahwa ASI juga masih menyediakan protein dan vitamin berkualitas
tinggi, sepertiga atau lebih dari kebutuhan anak, hingga 2 tahun atau lebih.
Dengan melanjutkan menyusui hingga 2 tahun dapat mencegah anak dari kekurangan gizi,
terutama di kalangan anak-anak yang paling berisiko.
CATATAN:
Vitamin A dari ASI di tahun kedua
Ada beberapa referensi yang berbeda mengenai berapa banyak kebutuhan vitamin A anak yang dapat dipenuhi dari
ASI pada tahun kedua, berkisar 38% sampai 75%. Jumlah tersebut tergantung pada status vitamin A ibu, dan volume
ASI yang dikonsumsi bayinya. Menyusui pada tahun kedua memberikan perlindungan yang berguna untuk anak
terhadap kekurangan vitamin A.
b. Menyusui memberikan banyak manfaat kepada bayi maupun ibu. Bayi mendapatkan semua
zat gizi yang dibutuhkan, terlindungi dari infeksi dan manfaat psikologis seperti terdapat
ikatan batin antara bayi dan ibu. Sedangkan ibu, dengan menyusui maka kan menurunkan
risiko terjadinya kanker ovarium dan kanker payudara. Serta banyak manfaat lainnya yang
perlu dipahami.
c. ASI mengandung berbagai zat gizi yang penting untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Kandungan ASI berbeda dengan susu hewan lainnya maupun susu formula. ASI
mengandung berbagai zat untuk kekebalan tubuh bayi dan menjaga bayi dari berbagai
penyakit infeksi. Kolostrum merupakan ASI yang pertama kali keluar, mengandung berbagai
faktor imun, kaya akan vitamin A sehingga berwarna kekuningan dan mengandung efek
pencahar ringan sehingga membantu membersihkan saluran pencernaan bayi.
24
PENDAHULUAN
Proses menyusui didukung oleh hormon-hormon penting sehingga ASI dapat diproduksi dan
mengalir dengan baik untuk kemudian diisap oleh bayi. Untuk mengisap dengan efektif, bayi
perlu melekat dengan baik pada payudara. Tenaga kesehatan perlu memahami cara kerja
menyusui dengan mengetahui anatomi payudara, fisiologi menyusui dan bagaimana payudara
melekat pada payudara ketika proses menyusui.
1. Anatomi Payudara.
Pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana cara kerja menyusui akan memungkinkan
Anda membantu ibu/pengasuh. Dalam materi ini, kita meninjau anatomi payudara, fisiologi
menyusui dan pelekatan saat menyusui. Kita akan membahas produksi ASI dan transfer ASI
dari ibu ke bayi. Tujuan Anda sebagai tenaga kesehatan adalah membantu ibu/pengasuh
memutuskan apa yang terbaik untuk situasi mereka. Jika Anda memahami cara kerja menyusui,
Anda akan memiliki pemahaman yang lebih dalam dan memberikan dukungan yang lebih
spesifik.
Gambar ini menunjukkan anatomi payudara. Mari perhatikan beberapa bagian penting.
1. Puting: Area kecil di tengah payudara yang dikelilingi oleh areola, tempat ASI mengalir keluar.
2. Areola: Kulit gelap di sekitar puting. Bayi perlu memasukkan sebanyak mungkin areola ke
dalam mulutnya untuk dapat menyusu dengan baik.
3. Kelenjar Montgomery: Mengeluarkan cairan berminyak untuk menjaga kulit tetap sehat,
25
Setelah mempelajari anatomi payudara, kita perlu mempertimbangkan poin konseling dengan
ibu. Beberapa ibu mengira payudaranya terlalu kecil untuk menghasilkan cukup banyak ASI. Ini
adalah momen untuk mendukung mereka dengan pengetahuan dan pemahaman.
Payudara kecil dan payudara besar sama-sama mengandung jaringan kelenjar dalam jumlah
yang sama, sehingga keduanya dapat menghasilkan banyak ASI. Payudara kecil mungkin
memiliki kapasitas yang lebih sedikit dibandingkan payudara yang lebih besar, dalam
menyimpan ASI di antara waktu menyusui. Bayi dari ibu dengan payudara kecil mungkin perlu
lebih sering menyusu sehingga jumlah ASI yang diproduksi dalam sehari sama banyaknya
dengan payudara yang lebih besar.
Perbedaan paling signifikan antara payudara besar dan kecil terutama ditentukan oleh jumlah
jaringan lemak dan jaringan penunjang lain yang membentuk payudara.
Anda telah mempelajari mengenai anatomi payudara sehingga telah memahami dimana ASI
diproduksi. Lalu bagaimana proses menyusui berlangsung dan hormon apa saja yang
berperan? Mari kita lanjutkan bersama pembelajaran ini.
2. Fisiologi Menyusui
26
CATATAN:
Pada bulan-bulan pertama setelah melahirkan, produksi ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Agar ibu dapat
meningkatkan pasokan ASI, bayi perlu untuk terus menyusu. Jika bayi tidak cukup menyusu, kadar prolaktin akan
menurun sehingga payudara akan menghasilkan lebih sedikit ASI.
• Prolaktin membuat ibu merasa rileks, dan terkadang mengantuk. Ibu biasanya bisa
beristirahat dengan baik meskipun menyusui di malam hari.
27
• Oksitosin kadang-kadang disebut "hormon cinta" karena perannya dalam membantu ibu
menjalin ikatan dan mencintai bayinya. Karena kadar oksitosin yang lebih rendah, ibu yang
memberi susu botol pada bayinya mungkin tidak memiliki perasaan yang sama.
• Slide ini menunjukkan bagaimana refleks oksitosin dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan
ibu. Perasaan positif seperti perasaan bahagia tentang bayi atau rasa percaya diri dapat
membantu kerja refleks oksitosin. Perasaan lain seperti sakit, khawatir, dan ragu dapat
menghalangi refleks. Selain itu, seorang ibu mungkin mengalami nyeri akibat puting sakit
28
CATATAN: Cara Anda berbicara dengan seorang ibu dapat memengaruhi aliran ASI-nya. Cobalah untuk
membuatnya merasa didukung dan bangun kepercayaan dirinya untuk membantu kelancaran ASI-nya. Berhati-
hatilah untuk tidak mengkritiknya atau mengatakan apa pun yang dapat membuatnya meragukan pasokan ASI-nya.
Anda juga dapat membantu ibu rileks dan merasa nyaman untuk menyusu. Para ibu sering kali menyadari refleks
oksitosin mereka.
Anda mungkin memperhatikan beberapa dari tanda-tanda ini saat Anda mengamati ibu dan
bayi. Tanyakan kepada ibu apakah dia memperhatikannya juga. Jika ada satu atau lebih tanda
atau sensasi, dapat dipastikan bahwa refleks oksitosinnya sedang aktif. Ini berarti ASI
seharusnya mengalir. Namun meski refleksnya aktif, ibu mungkin tidak merasakan sensasi atau
tanda-tandanya tidak terlihat jelas.
Produksi ASI juga dikontrol di dalam payudara itu sendiri. Dalam beberapa kasus, salah satu
payudara berhenti menghasilkan ASI, sedangkan payudara satunya terus memproduksi ASI.
29
ASI mengandung berbagai faktor untuk mengontrol atau menghambat produksi susu. Salah
satu faktor utama disebut Feedback Inhibitor Lactation (FIL). Jika ASI tidak dikeluarkan dan
payudara penuh, inhibitor ini menurunkan produksi ASI. Jika ASI dikeluarkan dari payudara,
maka tingkat inhibitor turun dan produksi ASI meningkat. Jadi, jumlah ASI yang diproduksi
tergantung pada seberapa banyak ASI yang dikeluarkan.
Poin-poin penting
• Jika bayi berhenti menyusu dari satu payudara, payudara itu akan berhenti menghasilkan
ASI.
• Jika bayi menyusu lebih banyak dari satu payudara, payudara itu akan menghasilkan lebih
banyak ASI dan menjadi lebih besar dari payudara satunya.
• Agar payudara terus menghasilkan ASI, ASI harus dikeluarkan.
• Jika bayi tidak dapat menyusu dari salah satu atau kedua payudara, ASI harus dikeluarkan
dengan cara diperah agar produksi dapat terus berlanjut.
• Pengendalian autokrin melalui isapan bayi terhadap produksi ASI ini sangat penting setelah
beberapa minggu pertama, ketika tingkat prolaktin menurun.
• Produksi ASI adalah proses supply and demand: Tubuh ibu menghasilkan ASI sebanyak
yang diminum oleh bayi. Agar ibu dapat menghasilkan cukup banyak ASI, bayi harus sering
menyusu. Payudaranya akan merespons dan menghasilkan ASI sebanyak yang diminum
oleh bayi. Untuk mengeluarkan dan mentransfer ASI secara efisien, bayi perlu menyusu
dengan efektif.
CATATAN: Jika bayi tidak dapat menyusu, ASI harus dikeluarkan dengan cara diperah agar produksi terus berlanjut.
Ini adalah poin penting yang akan kita diskusikan nanti dalam pelatihan ketika kita berbicara tentang memerah ASI.
Nah, Anda telah selesai mempelajari fisiologi menyusui. Untuk membantu proses menyusui,
penting bagi tenaga kesehatan memahami bagaimana pelekatan di payudara. Mari kita
lanjutkan ke materi berikutnya.
3. Pelekatan di Payudara
30
Perhatikan panahnya
• Ini adalah bayi yang sama seperti pada slide sebelumnya. Anda dapat melihat apa yang
terjadi pada lidah bayi saat menyusu. Tanda panah menunjukkan gelombang di sepanjang
lidah bayi dari depan ke belakang. Gelombang tersebut menekan "puting" jaringan payudara
ke langit-langit mulut bayi. Ini akan memerah ASI dari saluran yang lebih besar ke dalam
mulut bayi, yang kemudian ditelan. Jadi, bayi tidak begitu saja menyedot ASI dari payudara,
seperti minum melalui sedotan.
• Namun:
‐ Bayi menggunakan isapan untuk meregangkan jaringan payudara untuk membentuk
"puting" yang memanjang dan menahan jaringan payudara di mulutnya;
‐ Refleks oksitosin membuat ASI mengalir dan mengisi saluran di balik areola;
‐ Gerakan lidah bayi memerah ASI dari saluran ke dalam mulutnya.
31
Gambar ini menunjukkan dua bayi yang sama, tampak dari luar. Anda dapat menentukan baik
atau tidaknya pelekatan bayi dengan mengamati tampak luarnya.
Gambar 1 menunjukkan pelekatan yang baik dan Gambar 2 menunjukkan pelekatan yang
32
Ini adalah tanda-tanda penting pelekatan yang baik. Jika Anda bisa melihat semua tanda ini,
berarti bayi melekat dengan baik.
Dalam Gambar 2 (pelekatan yang tidak baik) kita melihat bahwa:
1. Lebih sedikit areola yang terlihat di atas mulut bayi daripada di bawah (Anda mungkin
melihat jumlah areola yang sama di atas dan di bawah mulut).
2. Mulut tidak terbuka lebar (mecucu).
3. Bibir bawah mengarah ke dalam.
4. Dagu menjauh dari payudara.
Ini adalah tanda-tanda pelekatan yang tidak baik. Jika Anda melihat salah satu dari tanda-tanda
ini, berarti bayi melekat dengan tidak baik dan tidak dapat menyusu dengan efektif.
Banyak atau sedikitnya areola yang terlihat bukanlah tanda pelekatan yang dapat diandalkan.
Beberapa ibu memiliki areola yang luas dan Anda dapat melihat lebih banyak meskipun bayi
telah melekat dengan baik. Beberapa ibu lainnya memiliki areola yang tidak luas dan Anda
hanya melihat sedikit meskipun bayi melekat dengan baik. Anda lebih baik membandingkan
33
Ada perbedaan lain yang dapat Anda lihat ketika melihat bayi, yang akan Anda pelajari di materi
berikutnya mengenai cara menilai proses menyusui.
Slide ini merangkum apa yang mungkin terjadi ketika bayi melekat dengan tidak baik pada
payudara.
Jika bayi melekat dengan tidak baik, dan "mengisap puting", ibu akan merasa sakit. Pelekatan
yang tidak baik adalah penyebab utama nyeri pada puting. Saat bayi mengisap keras untuk
mencoba mendapatkan ASI, ia menarik puting keluar-masuk. Ini membuat kulit puting
bergesekan dengan mulutnya. Jika bayi terus menyusu dengan cara ini, ia dapat merusak kulit
puting dan menyebabkan fisura (juga disebut sebagai retakan).
Agar ini tidak terjadi, semua ibu membutuhkan bantuan yang terampil untuk mengatur
posisi dan pelekatan bayinya.
34
2. Refleks mengisap
Ketika sesuatu menyentuh langit-langit, bayi mulai mengisapnya. Ini adalah refleks mengisap.
Saat ibu mendekatkan bayi dengan mulut terbuka ke payudara sehingga puting menyentuh
langit-langit lunak, hal ini merangsang refleks mengisap bayi.
3. Refleks menelan
Saat mulut bayi terisi ASI, ia akan menelan. Ini adalah refleks menelan.
Sebagian besar bayi cukup bulan yang sehat dapat melekat pada payudara secara naluriah
dalam satu jam pertama setelah lahir. Ibu dan bayi harus selalu bersama dalam lingkungan
yang nyaman dan suportif yang membantu refleks. Ibu perlu belajar bagaimana menghindari
posisi tidak nyaman dan cara menggendong bayi yang menghambat refleksnya. Tenaga
kesehatan tidak perlu ikut campur jika semuanya berjalan dengan baik. Namun, mereka harus
waspada terhadap ibu yang memang membutuhkan bantuan. Beberapa bayi membutuhkan
lebih banyak bantuan daripada yang lain untuk belajar melekat dan menyusu secara efektif.
Perhatikan pada slide bahwa, bayi tidak langsung mencari payudara. Dia mendekat dari bagian
bawah puting. Dagu bayi harus mendekati payudara dan hidungnya menjauh dari payudara. Ini
membantu bayi melekat dengan baik karena:
• Puting susu mengarah ke langit-langit mulut bayi, yang merangsang refleks isap bayi.
• Bibir bawah bayi mengarah ke bawah puting susu.
• Bayi bisa mengatur posisi lidah di bawah puting susu dan saluran yang lebih besar serta
menyusu dengan efektif.
Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam susu. ASI mengandung lebih banyak laktosa dibandingkan susu lainnya.
ASI tidak mengandung karbohidrat kompleks, yaitu pati. Pati adalah nutrisi yang penting bagi anak-anak dan dewasa.
Ini adalah nutrisi utama dalam makanan pokok dan dalam banyak makanan pendamping. Bayi yang masih kecil tidak
dapat mencerna pati dengan mudah, jadi tidak tepat memberi mereka makanan bertepung dalam beberapa bulan
pertama kehidupannya.
Protein
Kasein terdapat dalam ASI, tapi lebih sedikit dari pada susu sapi, dan jenisnya berbeda. Kasein manusia membentuk
dadih yang lebih lembut dan lebih mudah dicerna. Protein whey dalam susu hewan dan manusia berbeda. ASI
mengandung alfa-laktalbumin dan susu sapi mengandung beta-laktoglobulin. Selain itu, protein dalam susu hewan
dan susu formula mengandung keseimbangan asam amino yang berbeda dari ASI, yang mungkin tidak ideal untuk
bayi. Susu hewan dan susu formula mungkin kekurangan asam amino sistin. Susu formula mungkin kekurangan
taurin yang dibutuhkan bayi baru lahir, terutama untuk pertumbuhan otak. Taurin sekarang terkadang ditambahkan
ke susu formula. Protein anti infeksi dalam ASI meliputi: laktoferin (yang mengikat zat besi dan mencegah
pertumbuhan bakteri), lisozim (yang membunuh bakteri), dan antibodi (imunoglobulin, kebanyakan adalah IgA).
35
Vitamin
Jumlah vitamin dalam ASI dan susu hewan berbeda. Susu sapi memiliki jumlah vitamin B yang tinggi tetapi tidak
mengandung vitamin A dan vitamin C sebanyak susu manusia. ASI mengandung vitamin A dalam jumlah tinggi, jika
ibu memiliki cukup banyak vitamin dalam makanannya. ASI dapat memasok banyak vitamin A yang dibutuhkan anak,
bahkan di tahun kedua kehidupannya.
Suplemen vitamin A untuk ibu nifas
Jangan memberikan kapsul vitamin A dosis tinggi kepada ibu (lebih dari 10.000 unit setiap hari) selama lebih dari 4-
6 minggu setelah dia melahirkan. Setelah 6 minggu, ada sedikit kemungkinan dia sedang hamil. Jika vitamin A dosis
tinggi diberikan pada awal kehamilan, janin bisa terluka. Suplemen vitamin A dosis tinggi untuk ibu nifas tidak
lagi direkomendasikan oleh WHO atau disediakan di semua negara.
Vitamin B
Jumlah vitamin B dalam ASI sama dengan atau lebih banyak dari pada susu sapi. Jumlahnya dalam susu sapi 2-3
kali lebih tinggi dibandingkan dengan ASI. Jumlah yang sangat tinggi ini lebih dari yang dibutuhkan bayi. Susu
kambing kekurangan vitamin B asam folat, dan ini bisa menyebabkan anemia.
Vitamin C
Tenaga kesehatan sering merekomendasikan pemberian jus buah kepada bayi sejak usia sangat dini, untuk
memberikan vitamin C. Hal ini tidak perlu untuk bayi yang disusui. Mungkin diperlukan untuk bayi yang diberi
makanan buatan.
Zat besi
Susu yang berbeda mengandung sejumlah kecil zat besi yang serupa. Namun, hanya sekitar 10% zat besi dalam
susu sapi yang diserap, sedangkan 50% zat besi dari ASI diserap oleh tubuh bayi. Bayi yang diberi susu sapi mungkin
tidak mendapatkan cukup zat besi, dan mereka seringkali mengidap anemia.
Beberapa merek susu formula ditambahkan zat besi. Zat besi tambahan ini tidak terserap dengan baik, jadi pe
ditambahkan sejumlah besar zat besi untuk memastikan bayi mendapat cukup zat besi untuk melindungi dari anemia.
Zat besi tambahan dapat mempermudah beberapa jenis bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Ini meningkatkan
risiko beberapa jenis infeksi, seperti meningitis dan septikemia.
36
Edisi khusus Acta Paediatrica: Impact of breastfeeding on maternal and child health (2015)
Makalah yang disajikan di sini dengan jelas menunjukkan bahwa menyusui melindungi dari spektrum hasil kesehatan
yang merugikan, melampaui sudut pandang tradisional ini. Dalam salah satu makalah, penulis mendokumentasikan
angka kematian yang jauh lebih tinggi di antara bayi yang tidak pernah disusui, dibandingkan dengan mereka yang
mendapat ASI eksklusif dalam enam bulan pertama kehidupan dan menerima ASI lanjutan setelahnya. Otitis media
terjadi hampir dua kali lebih sering di antara mereka yang tidak disusui secara eksklusif dalam enam bulan pertama
kehidupannya.
Makalah ini menunjukkan bahwa banyak manfaat menyusui yang dialami jauh melampaui periode menyusu
dihentikan. Anak-anak yang mendapat ASI memiliki risiko obesitas yang lebih rendah, IQ lebih tinggi, dan jarang
mengidap asma. Ibu menyusui juga mendapat manfaat dari menyusui, seperti risiko kanker payudara, kanker
ovarium, diabetes tipe 2 dan depresi pasca melahirkan yang lebih rendah. Berbagai manfaat menyusui ini
menunjukkan kontribusi dan relevansi menyusui sebagai masalah kesehatan masyarakat global.
Mekanisme menyusui yang mempengaruhi kesehatan sangat bervariasi. Misalnya, banyak manfaat ibu menyusui
mungkin terkait dengan efek hormonal dari produksi ASI yang berkepanjangan. Untuk hasilnya pada anak, komposisi
ASI itu sendiri mungkin penting. Asam lemak tak jenuh ganda rantai panjang mungkin penting untuk perkembangan
intelektual; ghrelin dan leptin dalam susu mungkin penting untuk pengaturan nafsu makan; antibodi spesifik patogen
mungki’n penting untuk perlindungan terhadap otitis media; dan faktor kekebalan nonspesifik mungkin penting untuk
asma.’’
Meskipun sebagian besar makanan bayi berasal dari menyusui, sejumlah kecil pengganti ASI dapat secara
substansial mengubah flora usus, dengan hasil kesehatan yang belum sepenuhnya dijelaskan. Praktik menyusui
bersifat responsif terhadap intervensi yang diberikan dalam sistem kesehatan, komunitas dan rumah. Efek terbesar
dicapai ketika intervensi disampaikan dalam kombinasi.
Selamat…Anda telah menyelesaikan pembelajaran materi pokok 2. Kini Anda telah memahami
cara kerja menyusui sebagai bekal untuk melakukan konseling kepada ibu/pengasuh.
C. TES FORMATIF
38
D. KUNCI JAWABAN
1. d
2. e
3. c
4. b
5. a
6. c
E. REFERENSI
• Breastfeeding A guide for the medical profession 9th ed., Ruth Lawrence & Robert
Lawrence, Elsivier, 2022.
• Guideline: protecting, promoting and supporting breastfeeding in facilities providing
maternity and newborn services. Geneva: World Health Organization; 2017
(https://www.who.int/nutrition/publications/infantfeeding/9241561300/en/ diakses 13
Maret 2020).
• Helping mothers to breastfeed (Revised Edition, African Medical and Research
Foundation,1992).
• Kellams A, Harrel C, Omage S, Gregory C, Rosen-Carole C, Academy of Breastfeeding
Medicine. ABM Clinical Protocol #3: supplementary feedings in the healthy term
breastfed neonate, revised 2017. Breastfeed Med.2017;12:188–98.
doi:10.1089/bfm.2017.29038.ajk.
• Protecting, promoting and supporting breastfeeding in facilities providing maternity and
newborn services. Geneva: WHO, 2017.
39
DESKRIPSI SINGKAT
Menyusui merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan bayi dan merupakan hal terbaik bagi
ibu dan bayinya. Kegiatan ini memerlukan dukungan terutama oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan sehingga perlu dilakukan evaluasi. Dengan melakukan evaluasi kegiatan menyusui
akan membantu tenaga kesehatan menentukan apakah ibu memerlukan bantuan atau tidak dan
bagaimana cara membantunya. Melalui pengamatan, dapat dipelajari banyak hal tentang
seberapa baik atau kurang baik kegiatan menyusui berlangsung sebelum mengajukan
pertanyaan.
Setelah melakukan evaluasi kegiatan menyusui, tenaga kesehatan dapat membantu ibu
melakukan pengaturan posisi bayi pada payudara dengan benar sehingga proses menyusui
dapat berjalan dengan lancar dan bayi mendapatkan semua kebutuhan nutrisinya. Mata
Pelatihan ini membahas tentang penilaian proses menyusui dan pengaturan posisi bayi pada
payudara dengan benar.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan evaluasi kegiatan menyusui.
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat:
a. Melakukan penilaian dan pengamatan kegiatan menyusui
b. Melakukan pengaturan posisi bayi pada payudara
MATERI POKOK
Materi pokok pada Mata Pelatihan Inti ini meliputi:
1. Tata cara penilaian proses menyusui
2. Pengaturan posisi bayi pada payudara dengan benar
B. KEGIATAN BELAJAR
PENDAHULUAN
Penilaian proses menyusui memiliki banyak manfaat seperti membantu kita memutuskan
apakah seorang ibu membutuhkan bantuan dan bagaimana cara membantunya. Dengan
menggunakan Lembar Bantuan Pengamatan Menyusui kita dapat menilai banyak hal yang
berkaitan dengan ibu dan bayi serta proses menyusuinya. Pelekatan bayi pada payudara ibu
merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan ketika menilai proses menyusui.
40
Menilai proses menyusui adalah bagian dari praktik yang sama pentingnya dengan jenis
pemeriksaan lainnya, seperti mencari tanda-tanda dehidrasi, atau menghitung frekuensi
pernafasan bayi. Melalui pengamatan, kita dapat mempelajari banyak tentang berlangsungnya
kegiatan menyusui sebelum mengajukan pertanyaan.
Manfaat menilai proses menyusui:
• Membantu kita memutuskan apakah seorang ibu membutuhkan bantuan dan bagaimana
membantunya.
• Membantu kita mengidentifikasi dan memuji apa yang ibu dan bayi lakukan dengan baik
bersama-sama.
• Memberi kita informasi tentang kesulitan menyusui saat ini.
• Mengetahui praktik yang dapat menimbulkan masalah nantinya jika tidak diubah.
CATATAN:
Kolom kiri menunjukkan bahwa proses menyusui berjalan dengan baik. Kolom sebelah kanan menunjukkan
kemungkinan adanya kesulitan. Anda akan membuat tanda centang di kotak berdasarkan pengamatan Anda.
• Jika Anda tidak mengamati salah satu kolom, Anda tidak boleh membuat tanda apapun.
• Setelah mengisi formulir, lihat tanda centang di sisi kiri formulir. Jika mayoritas ada di kolom
ini, proses menyusui kemungkinan besar akan berjalan dengan baik.
• Jika ada beberapa tanda centang di kolom kanan, maka proses menyusui mungkin tidak
berjalan dengan baik. Ibu ini mungkin memiliki tantangan dan membutuhkan bantuan Anda.
41
Ingatlah jika seorang ibu merasa nyaman dengan menyusui, ini akan membantu
kelancaran ASI.
PAYUDARA
▪ Saat ibu bersiap untuk menyusui bayinya, apa yang Anda amati tentang payudaranya?
Bagaimana kondisi payudara dan putingnya?
Contoh deskripsi: sehat, merah, bengkak atau sakit?
CATATAN:
Kita akan berbicara tentang kondisi payudara dan puting secara lebih rinci di materi selanjutnya.
▪ Apakah ibu mengatakan bahwa dia kesakitan atau bersikap seolah-olah takut untuk
menyusui bayinya?
▪ Bagaimana cara ibu memegang payudaranya untuk menyusui? Apakah payudaranya
tertopang dengan baik dengan jari menjauhi puting? Apakah dia memegang areola dengan
jarinya?
POSISI BAYI
Perhatikan posisi bayi di payudara.
CATATAN:
Kita akan mempelajari lebih lanjut tentang posisi bayi di payudara di materi berikutnya.
▪ Amati bagaimana ibu menggendong bayinya. Perhatikan apakah kepala dan tubuh bayi
sejajar dan apakah kepala dan lehernya lurus.
▪ Amati apakah ibu menggendong bayi di dekat payudara.
▪ Amati apakah ibu menopang seluruh tubuh bayi atau hanya menopang kepala dan leher
bayi.
43
PELEKATAN BAYI
Amati empat poin penting dari pelekatan yang benar. Ingatlah kita telah mempelajari materi
sebelumnya.
▪ Empat poin utamanya:
1. Apakah ada lebih banyak areola di atas bibir atas bayi daripada di bawah?
2. Apakah mulut bayi terbuka lebar?
3. Apakah bibir bawah menghadap ke luar?
4. Apakah dagu bayi menyentuh payudara?
MENYUSU
▪ Cara menyusu yang efektif
Ikuti langkah-langkah berikut: Isap kepalan tangan Anda, dengan mulut terbuka lebar, lidah
ke depan, dan bibir bawah melengkung ke belakang. Isap dengan lambat, sekitar satu isapan
per detik.
▪ Proses menyusu yang tidak efektif
Ikuti langkah-langkah berikut: Isap ibu jari Anda, dengan mulut hampir tertutup, bibir Anda
mengarah ke depan, dan biarkan pipi Anda tertarik. Berikan isapan kecil dengan cepat.
▪ Tanda-tanda menyusu yang efektif:
1. Bayi mengisap dengan dalam dan lambat.
2. Bayi berhenti dan menunggu saluran ASI terisi kembali.
3. Bayi akan beberapa kali mengisap cepat untuk memulai aliran ASI.
4. Saat ASI mengalir, isapan menjadi lebih dalam dan lebih lambat lagi.
5. Kita mungkin dapat melihat atau mendengar suara menelan.
6. Pipi bayi membulat.
▪ Tanda-tanda menyusui yang tidak efektif:
Kini Anda telah memahami pentingnya penilaian proses menyusui, lalu bagamana penilaian
proses menyusui itu dilakukan? Mari kita lanjutkan bersama materi berikut ini dengan tetap
semangat…
Berlatih menilai kegiatan menyusui dan mengenali tanda-tanda pengaturan posisi dan
pelekatan dengan menggunakan Lembar Bantuan Pengamatan Menyusui
Amati setiap slide lalu nilai ibu dan bayinya menyusui saat menggunakan Lembar Bantuan
Pengamatan Menyusui. Telusuri setiap bagian formulir.
CATATAN:
Anda mungkin tidak melihat semua tanda di gambar. Misalnya, Anda tidak bisa melihat gerakan atau melihat
bagaimana bayi selesai menyusu. Ketika Anda melihat ibu dan bayi yang sebenarnya, Anda dapat mencari semua
tandanya.
45
UMUM
Ibu:
✓ Ibu terlihat sehat secara keseluruhan.
✓ Dia duduk dengan nyaman, punggungnya ditopang.
✓ Ibu menatap bayinya dengan penuh kasih.
✓ Ibu sedang duduk dengan nyaman.
✓ Tidak ada bantal yang menopangnya.
Kita tidak dapat melihat apakah ada orang yang mendukung atau membantunya.
Bayi:
✓ Bayi terlihat sehat, tenang, dan rileks.
PAYUDARA
✓ Payudaranya terlihat sehat.
✓ Payudaranya tersedia tanpa terhalang pakaian.
POSISI BAYI
✓ Kepala dan tubuh bayi sejajar.
✓ Bayi dipeluk erat.
✓ Bayi disangga dengan baik.
Kita tidak dapat melihat apakah bayi mendekati payudara, hidung hingga puting.
PELEKATAN BAYI
✓ Ada lebih banyak areola terlihat di atas mulut bayi daripada di bawahnya
✓ Mulut bayi terbuka lebar.
Kita TIDAK melihat bibir bawah bayi.
Tidak mungkin mengetahui apakah dagu bayi menyentuh payudara.
MENGISAP
Kita tidak bisa melihat tanda-tanda menyusu dalam gambar.
▪ Apakah bayi melekat dengan baik atau buruk? Apa tanda-tanda yang menunjukkan bahwa
bayi melekat dengan baik atau buruk pada payudara?
Diskusikan apa yang harus dilakukan tentang itu dan apa yang harus dikatakan kepada ibu.
▪ Saat berbicara dengan seorang ibu, ingatlah untuk terlebih dahulu mengatakan sesuatu yang
positif sebelum menyarankan perubahan. Tanda-tanda positif apa yang bisa Anda tunjukkan
kepada ibu?
▪ Anda dapat menyarankan ibu untuk mengatur posisi kembali dan melekatkan bayinya
lagi untuk menyusu dengan lebih efektif. Minta ibu untuk duduk dengan nyaman dan
menggendong bayi. Ini akan membantu memposisikan bayi, sehingga ia mendekati
payudara, hidung hingga puting.
▪ Anda bisa menunjukkan cara menggendong bayi agar ia lebih mudah mendapatkan ASI.
Atur kain supaya ibu dapat menggendong bayi lebih erat dan nyaman.
▪ Mungkin membantu jika ibu melonggarkan BH sehingga payudara tidak tertekan.
PENDAHULUAN
Penting bagi ibu untuk mengatur posisi bayi pada saat menyusui. Terdapat banyak posisi pada
menyusui yang dapat dimanfaatkan oleh ibu. Tenaga kesehatan dapat memberikan bantuan
untuk mengatur posisi ini kepada ibu dengan menggunakan model boneka dan payudara.
Terdapat poin-poin penting pada posisi yang perlu diperhatikan. Dengan demikian penting untuk
mengetahui posisi dan pelekatan pada proses menyusui sehingga bayi dapat menyusu dengan
efektif dan mendapatkan seluruh kebutuhannya.
Membantu ibu untuk mengatur posisi bayinya pada payudara akan memudahkan bayi melekat
dengan baik pada payudara ibu.
Terdapat tiga kondisi yang dimana ibu seringkali membutuhkan bantuan yaitu:
• Ibu baru yang pertama kali menyusui.
• Ibu yang mengalami kesulitan menyusui atau tekniknya yang belum tepat.
• Ibu yang sebelumnya memberi makanan buatan dengan botol namun ingin menyusui.
▪ Pastikan ibu memahami apa yang kita lakukan sehingga ia bisa melakukannya. Tujuan kita
adalah membantu ibu mengatur posisi bayinya. Tidak ada gunanya kita bisa membuat bayi
menyusu, tapi ibu tidak bisa melakukannya.
Anda telah mempelajari pentingnya pengaturan posisi bayi di payudara, lalu bagaimana cara
membantu ibu pada pengaturan posisi bayi ini? Mari kita lanjutkan pembelajaran bersama-sama.
Tenaga kesehatan perlu mengetahui bagaimana cara membantu ibu mengatur posisi bayinya
ketika menyusui. Ketika membantu ibu, gunakan boneka dan model payudara. Sebelum
membantu ibu, amati terlebih dahulu bagaiman proses menyusui berjalan.
Mari kita lihat dan pelajari CARA MEMBANTU IBU MENGATUR POSISI BAYINYA. Terdapat
empat poin penting dalam mengatur posisi bayi ketika menyusui.
EMPAT POIN PENTING POSISI, dapat diperagakan dengan menggunakan boneka dan
model payudara.
• Poin 1: Kepala dan badan bayi dalam satu garis lurus (telinga, bahu dan pinggul dalam
satu garis lurus). Bayi tidak dapat menyusu atau menelan dengan mudah jika kepalanya
berpaling atau menunduk.
• Poin 2: Bayi digendong dekat dengan tubuh ibu: bayi tidak dapat melekat dengan baik
pada payudara jika jaraknya jauh. Seluruh tubuh bayi perlu menghadap tubuh ibunya. Bayi
menghadap ke arah wajah ibu. Ini adalah posisi terbaik bayi untuk menyusu karena puting
mengarah sedikit ke bawah.
• Poin 3: Bayi disangga: Seluruh tubuh harus disangga dengan lengan ibu menopang seluruh
punggung bayi. Ini terutama sangat penting untuk bayi baru lahir dan bayi yang masih kecil.
• Poin 4: Wajah bayi menghadap payudara, hidung bayi berhadapan dengan puting: bayi
harus mendekati puting dengan hidungnya sehingga dapat menjilat, mencari, dan
mengambil payudara. Mensejajarkan hidung bayi dengan puting ibu memungkinkan bayi
melekat dengan erat dan asimetris.
48
Cara-cara memegang payudara yang tidak sesuai berikut ini dapat menyulitkan bayi
untuk melekat dengan baik.
▪ Memegang payudara dengan jari dan ibu jari dekat dengan areola atau puting.
▪ Menjepit puting atau areola di antara ibu jari dan jari Anda dan mencoba mendorong
puting ke dalam mulut bayi.
▪ Pegang payudara dalam genggaman "gunting", yaitu jari telunjuk di atas dan jari tengah
di bawah puting. Hal ini dapat mempersulit bayi untuk memasukkan cukup payudara ke
dalam mulutnya. Ini juga bisa menghalangi aliran ASI.
Perhatikan bagaimana dia merespon dan tanyakan bagaimana rasanya saat bayinya
menyusu.
Tanyakan kepada ibu peraga bagaimana perasaannya. Dia harus mengatakan sesuatu
seperti "Oh, jauh lebih baik, terima kasih." Lalu jelaskan kepada peserta:
▪ Perhatikan bagaimana tanggapan ibu.
▪ Tanya ibu bagaimana rasanya menyusui.
▪ Jika menyusui lebih nyaman bagi ibu dan dia terlihat bahagia, ini berarti bayinya melekat
dengan baik.
Perhatikan tanda-tanda pelekatan yang baik. Jika pelekatan tidak bagus, coba lagi.
▪ Buatlah poin-poin berikut. Carilah semua tanda pelekatan yang baik (yang tidak dapat
Anda lihat dengan boneka). Jika pelekatan tidak bagus, coba lagi.
▪ Seringkali dibutuhkan beberapa kali untuk membuat bayi melekat dengan baik. Anda
51
▪ Slide ini menunjukkan dua posisi berguna yang mungkin ingin Anda perlihatkan
kepada ibu:
• Posisi di bawah lengan (football/underarm).
• Posisi menyilang (cross cradle): menggendong bayi dengan lengan yang
berlawanan dengan payudara.
▪ Posisi ini dapat berguna untuk bayi mana pun, terutama bayi yang mengalami
kesulitan menempel. Namun, sangat berguna untuk situasi berikut:
• Posisi di bawah lengan berguna untuk bayi kembar atau untuk mengeluarkan ASI
dari semua bagian payudara, seperti pada saluran yang tersumbat.
• Kedua posisi yang ditampilkan adalah cara terbaik bagi seorang ibu untuk
menggendong bayinya yang sangat kecil, sakit, atau berat lahir rendah (BBLR).
▪ Pada kedua posisi ini, ibu menopang tubuh bayinya di lengannya dan menopang
kepala bayi dengan tangan di belakang lehernya. BBLR dan bayi yang sakit lebih
52
Bagaimana membantu ibu dengan posisi tidur dan setengah tidur (reclining)
▪ Slide ini menunjukkan seorang ibu yang sedang menyusui sambil berbaring dan
setengah berbaring.
▪ Posisi berbaring ini berguna:
• Ketika seorang ibu lelah atau ingin tidur, sehingga dia dapat menyusui tanpa harus
berhenti berbaring,
• Jika ibu mengalami nyeri setelah melahirkan atau operasi sesar dan berbaring
miring dapat membantunya menyusui dengan lebih nyaman.
▪ Agar lebih rileks, ibu perlu berbaring ke samping dalam posisi di mana dia bisa tidur.
Menyandar pada satu siku tidak membuat rileks bagi kebanyakan ibu.
▪ Jika dia memiliki bantal, bantal di bawah kepalanya dapat membantu.
▪ Empat poin penting yang sama tentang penentuan posisi penting bagi ibu yang
53
▪ Bantu ibu untuk bersandar dengan ditopang, jika perlu menggunakan bantal.
▪ Ibu bersandar cukup jauh agar bayi dapat tengkurap sepenuhnya pada tubuhnya yang
berbaring, dan tidak telentang rata.
▪ Bayi bisa tengkurap telanjang di dada ibunya untuk kontak kulit, Ini sangat berguna
jika bayi mengalami kesulitan melekat pada payudara, atau gelisah dan menangis.
▪ Posisi ini sering kali menenangkan bayi, dan ia mungkin menemukan jalannya sendiri
ke payudara, seperti halnya bayi yang baru lahir.
Ada banyak posisi lain di mana seorang ibu dapat menyusui, misalnya sambil berdiri,
berjalan-jalan atau duduk di lantai dengan memangku bayinya. Dalam posisi apapun, bayi
perlu memasukkan cukup banyak payudara ke dalam mulutnya sehingga dapat menyusu
dengan efektif.
Ada beberapa cara yang dilakukan ibu untuk menggendong bayi sehingga sulit untuk
melekat pada payudara dan menyusu secara efektif.
• Jika seorang ibu menggendong bayinya terlalu tinggi, terlalu rendah, atau terlalu jauh ke
samping, mulutnya tidak berhadapan dengan putingnya. Akan sulit bagi bayi untuk
memasukkan payudara ke dalam mulutnya.
• Ketika seorang ibu menopang tubuh bayi, tidak perlu memegang erat pantatnya
sedemikian sehingga kepalanya menjadi terdorong jauh ke samping. Ibu sebaiknya
meletakkan tangannya di punggung bayi, sehingga kepala bayi bertumpu pada lengan
bawahnya, bukan di siku bagian dalam.
b. Terdapat berbagai macam posisi menyusui yang dapat membantu ibu merasa nyaman
dalam menyusui sesuai kondisinya. Empat poin penting yang perlu dipehatikan dalam posisi
54
C. PENUGASAN
Tujuan:
Peserta mampu melakukan penilaian proses menyusui
Petunjuk:
1. Fasilitator meminta peserta untuk membuka Lembaran Bantuan Pengamatan Menyusui
yang ada di modul peserta.
2. Fasilitator menunjukkan dan meminta peserta memperhatikan satu per satu slide untuk
latihan kasus dan mengisi formulir tersebut.
3. Semua fasilitator mendampingi peserta dalam mengisi formulir.
4. Fasilitator mengajak peserta untuk mendiskusikan satu per satu slide latihan kasus dan
formulir yang telah diisi peserta.
5. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan dan
mendiskusikan jawaban bersama.
Alat Bantu:
1. Bahan tayang latihan kasus
2. Laptop, LCD, dan pointer
3. Lembaran Bantuan Pengamatan Menyusui.
Bahas semua bagian Lembar Bantuan Pengamatan Menyusui dengan mencatat apa
yang Anda lihat dari slide. Apa yang dapat Anda amati? Ingat, sulit untuk melihat semua
tandanya di slide.
55
56
Bahas semua bagian Lembar Bantuan Pengamatan Menyusui dengan mencatat apa
yang Anda lihat dari slide. Apa yang dapat Anda amati? Ingat, sulit untuk melihat semua
tandanya di slide.
57
Panduan Simulasi
Pengaturan Posisi Bayi pada Payudara dengan Benar
Tujuan:
Peserta mampu melakukan pengaturan posisi bayi pada payudara dengan benar.
Petunjuk:
1. Fasilitator membagi kelompok yang terdiri dari 4-5 peserta.
2. Fasilitator mengajak kelompoknya masing-masing ke tempat yang nyaman sehingga setiap
kelompok terdapat jarak satu sama lain.
3. Fasilitator menyiapkan satu boneka dan model payudara untuk masing-masing kelompok.
4. Fasilitator meminta semua peserta membuka kotak “Cara Membantu Ibu Mengatur Posisi
Bayinya”.
5. Masing-masing fasilitator menjelaskan kepada peserta di kelompoknya bahwa peserta akan
berpasangan untuk berlatih membantu ibu mengatur posisi bayinya. Salah satu dari peserta
akan berperan sebagai ibu, dan yang lainnya berperan menjadi tenaga kesehatan. Peserta
yang lain dalam kelompok akan mengamati.
6. Fasilitator menjelaskan bila peserta menjadi ibu:
Duduk dan peganglah bayi, dengan melintang di depan tubuh seperti biasa. Peganglah bayi
dengan posisi yang keliru. Ketika temannya yang berperan menjadi konselor bertanya tentang
menyusui, katakanlah bahwa menyusui itu menyakitkan, dan puting nyeri, atau pikirkan
kesulitan menyusui yang lain.
7. Fasilitator menjelaskan bila peserta menjadi konselor:
Ikuti langkah-langkah dalam kotak “Cara Membantu Ibu Mengatur Posisi Bayinya”.
8. Setelah selesai satu pasang peserta berlatih, Fasilitator memberikan komentar terhadap
peserta dengan memberikan pujian atas hal yang sudah dilakukan dengan baik, ingatkan
bila ada langkah yang terlewat dan diskusikan bila ada kekeliruan.
9. Fasilitator memastikan semua peserta mendapat giliran berlatih menjadi konselor yang
membantu ibu mengatur posisi bayinya.
Alat Bantu:
1. Boneka dan model payudara
2. Kotak “Cara Membantu Ibu Mengatur Posisi Bayinya?
58
D. TES FORMATIF
59
E. KUNCI JAWABAN
1. e
2. c
3. b
4. a
F. REFERENSI
• Breastfeeding A guide for the medical profession 18ed, Ruth Lawrence & Robert
Lawrence, Elsivier, 2016.
• Bu’Lock F, Woolridge MW, Baum JD. Development of co-ordination of sucking,
swallowing and breathing: ultrasound study of term and preterm infants. Dev Med Child
Neurol. 1990;32:669–78.
• Campbell SH, Lauwers J, Mannel R, Spencer B. Core curriculum for interdisciplinary
lactation care. LEAARC.Burlington, MA: Jones & Bartlett; 2018.
• Guideline: protecting, promoting and supporting breastfeeding in facilities providing
maternity and newborn services. Geneva: World Health Organization; 2017.
(http://www.who.int/nutrition/publications/infantfeeding/9241561300/en/ , diakses 13
Marert 2020).
• Helping mothers to breastfeed (Revised Edition, African Medical and Research
Foundation,1992).
• Protecting, promoting and supporting breastfeeding in facilities providing maternity and
newborn services. Geneva: WHO,2017.
• WHO, UNFPA, UNICEF. Pregnancy, childbirth, postpartum and newborn care. A guide
for essential practice, 3rd ed. Geneva: World Health Organization; 2015
(http://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/imcaessential-practice-
guide/en/ , diakses 14 Maret 2020).
60
DESKRIPSI SINGKAT
Menyusui merupakan hak bagi ibu dan bayi. Hampir semua ibu yang baru melahirkan ingin
menyusui bayinya namun tidak sedikit yang menghadapi beberapa tantangan dalam proses
menyusui. Tantangan ini dapat berasal dari ibu maupun dari bayi. Tenaga kesehatan
hendaknya dapat memahami beberapa tantangan tersebut sehingga mampu membantu
proses menyusui ibu.
Tantangan tersebut seringkali muncul pada hari-hari pertama melahirkan namun dapat
juga muncul pada sepanjang usia ketika ibu menyusui bayinya. Mata pelatihan ini akan
membahas tantangan pada ibu dan tantangan pada bayi.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan tantangan menyusui pada ibu dan
bayi.
2. INDIKATOR HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat:
a. Menjelaskan tantangan menyusui pada ibu.
b. Menjelaskan tantangan menyusui pada bayi.
MATERI POKOK
Materi pokok pada Mata Pelatihan Inti ini meliputi:
1. Tantangan menyusui pada ibu
2. Tantangan menyusui pada bayi
B. KEGIATAN BELAJAR
PENDAHULUAN
Tantangan menyusui pada ibu dapat dihadapi pada kondisi payudaranya. Ibu mungkin khawatir
dengan ukuran payudaranya maupun bentuk dan ukuran puting dan areola. Bayi dapat menyusu
dari hampir semua bentuk puting. Kekhawatiran lainnya yang dihadapi ibu adalah pada
kecukupan ASI, apakah ibu menghasilkan cukup ASI dan bayinya mendapatkan semua
kebutuhannya. Perlu dipahami ketika ibu merasa kekurangan ASI atau benar-benar mengalami
kurang ASI. Kesehatan ibu juga merupakan hal yang perlu diperhatikan. Seorang ibu
memerlukan nutrisi dan energi yang cukup untuk dapat merawat bayinya. Jika sakit, ibu perlu
didukung untuk dapat terus menyusui bayinya. Penting bagi tenaga kesehatan untuk memahami
apa saja tantangan ibu yang mungkin dihadapi sehingga dapat memberikan bantuan yang tepat.
61
1. Kondisi Payudara
Sebagai tenaga kesehatan, kita harus mampu mengenali kondisi payudara dan membantu ibu
menanganinya. Dengan pengetahuan dan praktik yang benar, kita dapat membantu tata laksana
penanganan kondisi pada payudara. Diagnosis dan penanganan kondisi payudara penting untuk
meringankan penderitaan ibu dan untuk memungkinkan kegiatan menyusui berlanjut.
▪ Ketika ibu khawatir tentang ukuran payudaranya, konseling apa yang dapat Anda berikan?
▪ Payudara dan puting memiliki berbagai ukuran dan bentuk.
▪ Perbedaan ukuran payudara disebabkan oleh jumlah lemak dan bukan jumlah jaringan yang
menghasilkan ASI. Ibu mungkin perlu diyakinkan bahwa ia dapat menghasilkan ASI yang cukup,
terlepas dari ukuran payudaranya. Kita telah berdiskusi mengapa ukuran payudara tidak
menentukan jumlah ASI yang diproduksi di materi sebelumnya.
▪ Puting dan areola juga memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda. Puting bisa berubah bentuk
saat hamil dan menjadi lebih protaktil atau “lentur”. Selama kehamilan, tidak perlu
“mendiagnosis” atau merawat puting yang terlihat rata atau terbenam.
▪ Seperti halnya ukuran payudara, bayi dapat menyusu dari hampir semua bentuk puting. Penting
untuk meyakinkan ibu untuk dapat menyusui, apapun ukuran atau bentuk putingnya.
CATATAN:
Terkadang ukuran atau bentuk puting membuat bayi sulit melekat pada payudara. Ibu mungkin memerlukan dukungan
pasca melahirkan ekstra untuk memastikan bayinya dapat menyusu dengan efektif.
62
Puting terbenam
▪ Jika ibu ini menguji payudaranya untuk mengetahui tingkat kelenturan, putingnya akan
masuk, bukannya keluar.
▪ Puting yang terbenam tidak selalu menimbulkan masalah. Ingat, bayi melekat pada
payudara, bukan pada puting. Jika menurut Anda putingnya mungkin terbenam, cara terbaik
untuk membantunya adalah dengan membangun kepercayaan dirinya dan memberikan
dukungan yang baik sejak lahir.
63
64
65
Gambar 2
▪ Payudara ibu membengkak.
▪ Engorgement berarti payudara terlalu penuh dan bengkak, sebagian karena ASI dan
sebagian lagi karena peningkatan cairan di jaringan payudara dan pembuluh darah. Ini
menghalangi aliran ASI sehingga ASI tetap berada di dalam dan menumpuk, disebut Stasis.
▪ Payudara pada gambar 2 tampak mengkilat karena edema akibat cairan di jaringan payudara
meningkat.
▪ Payudara terasa nyeri dan ASI tidak mengalir dengan baik.
▪ Puting datar karena kulit meregang hingga kencang.
▪ Ketika puting meregang hingga kencang dan rata, bayi mengalami kesulitan melekat dan
mengisap ASI.
▪ Saat payudara membesar, kulit tampak memerah. Jika wanita tersebut demam, Anda mungkin
mengira dia menderita mastitis. Namun, demam biasanya mereda dalam 24 jam.
66
67
68
▪ Mastitis dapat berkembang dari payudara yang membengkak atau kondisi “saluran ASI
tersumbat”.
▪ Slide ini menunjukkan bagaimana mastitis berkembang dari saluran ASI yang tersumbat.
▪ Saluran ASI yang tersumbat terjadi ketika ASI tidak dikeluarkan dari sebagian payudara.
Terkadang ini terjadi karena saluran yang terhubung ke bagian payudara tersumbat oleh ASI
yang kental.
▪ Gejala saluran ASI tersumbat:
• Benjolan yang lunak.
• Kemerahan pada kulit di atas benjolan.
• Seringkali ibu tidak demam dan merasa sehat.
▪ Ketika ASI tetap berada di bagian payudara karena saluran ASI tersumbat atau
pembengkakan, ini disebut dengan Stasis ASI.
▪ Jika ASI tidak dikeluarkan, dapat terjadi peradangan pada jaringan payudara yang disebut
dengan mastitis non infektif.
▪ Ketika payudara terinfeksi bakteri, ini disebut mastitis infektif.
▪ Gejala mastitis sama untuk mastitis non infektif dan infektif.
▪ Tenaga kesehatan tidak dapat membedakan dari gejalanya saja apakah mastitis itu
disebabkan oleh infeksi atau tidak.
▪ Jika gejalanya parah seperti ditunjukkan di bawah ini:
• Ibu mengalami demam selama 24 jam atau lebih.
• Ada bukti yang mengarah ke infeksi seperti puting lecet atu luka yang terinfeksi.
• Gejala ibu tidak mereda dalam waktu 24 jam setelah menyusui lebih sering dan
efektif dan/atau memerah ASI.
• Kondisi ibu semakin memburuk.
▪ Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan karena kemungkinan besar membutuhkan pengobatan antibiotik.
69
70
71
72
73
▪ Ada garis bergerigi di ujung puting (compression line) karena adanya tekanan pada puting. Ini
adalah tanda-tanda pelekatan yang tidak baik.
▪ Anda mungkin melihat garis seperti ini saat bayi melepaskan payudara. Puting tetap di tempatnya
selama beberapa detik, lalu kembali ke bentuk normalnya. Ibu mungkin tidak merasakan sakit
pada tahap ini. Jika bayi terus menyusu dengan cara ini, garis tersebut akan menjadi lecet yang
menyakitkan.
▪ Anda juga bisa mengamati kemerahan pada kulit di bagian bawah payudara. Ini karena mastitis,
akibat lain dari pelekatan yang tidak baik.
74
▪ Ini bukan kondisi payudara, tapi terkadang bisa menjadi penyebab puting sakit.
▪ Bayi dengan kondisi tongue-tie (ankyloglossia) dapat menyusui tanpa kesulitan. Namun,
terkadang bayi tidak bisa meletakkan lidahnya cukup jauh melampaui gusi bawah untuk
mencapai saluran besar di bawah areola. Hal ini menyebabkan bayi sulit melekat dan menyusu
secara efektif. Bayi mungkin tidak mendapatkan cukup ASI setiap kali menyusu.
▪ Ibu mungkin mengeluh nyeri pada puting karena gesekan yang disebabkan bayi tidak melekat
dengan baik. Anda dapat menilai tongue-tie dengan menggeserkan jari telunjuk di bawah lidah bayi
(Murphy’s Manuver), jika jari pemeriksa tidak dapat bergeser dengan lancar, kemungkinan terdapat
frenulum yang ketat. Namun temuan ini perlu diikuti denganmenghitung skor untuk menentukan
tindakan selanjutnya.
75
1. Cari penyebabnya
▪ Amati bayi menyusu, dan periksa tanda-tanda pelekatan yang tidak baik.
▪ Amati payudara ibu, apakah ada pembengkakan atau puting lecet, dan periksa tanda-tanda
infeksi Candida.
2. Periksa mulut bayi untuk mencari tanda-tanda Candida, tongue-tie dan ruam merah di pantat
bayi. Berikan pengobatan yang tepat
▪ Bangun kepercayaan diri ibu.
▪ Jelaskan bahwa rasa sakit itu hanya sementara, dan menyusui akan segera terasa nyaman.
▪ Bantu ibu agar bayi melekat lebih baik. Seringkali hanya ini yang diperlukan. Ibu dapat terus
menyusui dan tidak perlu mengistirahatkan payudaranya.
▪ Bantu ibu mengurangi pembengkakan, jika perlu. Ibu harus sering menyusui atau memerah
ASI-nya.
▪ Pertimbangkan untuk merujuk jika rasa sakit di payudara berlanjut di antara menyusui, terus
berlanjut setelah pelekatan diperbaiki, atau jika ada rasa gatal (kemungkinan infeksi Candida).
CATATAN:
Pemeriksaan payudara.
Payudara ibu tidak perlu diperiksa secara rutin. Namun, ini mungkin merupakan kebijakan di layanan kesehatan
Anda. Jika demikian, ini memberi Anda kesempatan untuk berbicara dengan ibu tentang menyusui. Selama
periode prakelahiran, petugas kesehatan harus memeriksa payudara wanita untuk membangun kepercayaan
dirinya. Anda hampir selalu bisa meyakinkannya bahwa payudaranya baik untuk menyusui.
Pelindung payudara
Ini adalah setengah bola kaca atau plastik dengan lubang di alasnya untuk membentuk puting. Puting ditekan melalui
lubang, agar lebih menonjol. Tidak ada bukti bahwa cangkang ini membantu, dan dapat menyebabkan edema. Jika
seorang ibu ingin mencoba menggunakannya untuk puting terbenam, biarkan dia melanjutkan. Ini mungkin
membuatnya merasa sedang melakukan sesuatu, dan membantunya untuk merasa percaya diri.
Pelindung puting
Ini adalah puting susu tiruan dengan dasar plastik lebar atau kaca untuk diletakkan di atas puting agar bayi dapat
menyusu. Ibu terkadang menggunakannya jika mereka memiliki kondisi seperti puting susu terbenam atau puting
nyeri. Pelindung puting tidak lagi direkomendasikan karena dapat menyebabkan masalah.
Latihan Hoffman
Ibu pernah mendengar tentang latihan untuk meregangkan puting. Latihan-latihan ini belum terbukti membantu selama
pra kelahiran. Mereka tidak mungkin membuat banyak perbedaan pada puting yang sangat terbalik. Latihan puting
terkadang bisa membuat payudara trauma, jadi jangan merekomendasikan hal tersebut.
77
Mastitis non-infektif
• Penyebab utama mastitis noninfektif adalah bendungan ASI yang bocor ke jaringan sekitarnya.
• Jaringan tersebut menganggap ASI sebagai zat "asing".
• Selain itu, ASI juga mengandung zat yang menyebabkan peradangan.
• Akibatnya timbul rasa nyeri, bengkak dan demam, bahkan bila tidak ada infeksi bakteri.
• Trauma yang merusak jaringan payudara juga dapat menyebabkan mastitis. Ini mungkin juga karena susu bocor
kembali ke jaringan yang rusak.
Mastitis infektif
CATATAN: Silakan merujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika antibiotik diperlukan untuk mengobati mastitis.
REKOMENDASI PENGOBATAN ANTIBIOTIK UNTUK MASTITIS INFEKTIF
Bakteri yang paling umum ditemukan pada abses payudara adalah Staphylococcus aureus. Oleh
karena itu, infeksi payudara perlu diobati dengan antibiotik yang resisten terhadap penisilinase
seperti flukloksasilin atau eritromisin
Obat Dosis Instruksi
Flucloxacillin 250 mg setiap 6 jam selama 7-10 hari Dikonsumsi setidaknya 30
secara oral menit sebelum makan
Erythromycin 250-500 mg setiap 6 jam selama 7-10 Dikonsumsi 2 jam setelah
hari secara oral makan
Alternatif jika antibiotik di atas tidak tersedia
Amoxicillin/clavulanate 875 mg dua kali sehari selama 7-10
hari secara oral
Cephalexin 250–500 mg setiap 6 jam secara oral
selama 7-10 hari
Clindamycin 300 mg setiap 6 jam secara oral
selama 7-10 hari
Dicloxacillin 500 mg setiap 6 jam secara oral
selama 7-10 hari
Cloxacillin 250–500 mg setiap 6 jam secara oral
selama 7-10 hari
Peserta mungkin ingin mendiskusikan abses payudara secara lebih terinci.
Abses adalah sekumpulan nanah yang terbentuk di jaringan payudara. Payudara mengalami pembengkakan yang
menyakitkan, dan terasa penuh oleh cairan. Abses membutuhkan sayatan bedah dan drainase. Jika memungkinkan,
biarkan bayi terus menyusu dari payudara. Ini tidak berbahaya bagi bayi. Namun, jika terlalu sakit atau jika ibu tidak
mau, tunjukkan cara memerah ASI. Biarkan bayi menyusu darinya segera setelah rasa sakitnya berkurang, biasanya
dalam dua hingga tiga hari. Sementara itu, lanjutkan menyusui dari payudara lainnya.
CATATAN:
Penatalaksanaan mastitis yang baik harus mencegah pembentukan abses.
Pengobatan puting lecet
Salep untuk puting lecet
Kadang-kadang krim polos, seperti lanolin, dapat membantu menyembuhkan puting lecet setelah cara melekat
bayi dikoreksi. Namun, krim polos seringkali tidak mudah didapat. Ingatlah untuk merekomendasikan ibu
mengoleskan ASI-nya sendiri dan membiarkannya mengering.
Pakaian
Dalam cuaca hangat, BH katun lebih baik untuk puting lecet daripada BH nilon. Namun, katun bukanlah yang paling
penting, dan Anda tidak boleh merekomendasikannya kepada ibu yang tidak mampu membelinya. Jika perlu,
sarankan dia untuk melepaskan BH selama satu atau dua hari.
78
CATATAN:
Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika antibiotik diperlukan untuk Candida.
Nah, saat ini Anda telah menyelesaikan materi mengenai kondisi payudara. Mari kita
melanjutkan ke tantangan menyusui pada ibu berikutnya yaitu mengenai pasokan ASI.
CATATAN:
Karena pelatihan ini berfokus pada SEPULUH LANGKAH, kita tahu bahwa langkah-langkah ini akan semakin
membantu ibu dan bayi dalam mencapai tujuan menyusui mereka. Langkah-langkah ini membantu ibu dan bayi
berhasil dalam inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI eksklusif, yang pada akhirnya mencegah kekurangan ASI.
▪ Slide ini menjelaskan proses normal bayi baru lahir dan pasokan ASI ibu dalam beberapa
minggu pertama setelah kelahiran.
▪ Hari pertama hingga ketiga: Bayi baru lahir mendapat kolostrum dan payudara ibu terasa
lembut.
▪ Hari ketiga hingga keempat: ASI ibu meningkat, dan payudaranya terasa penuh.
▪ Hari keenam hingga ketujuh: Bayi yang baru lahir biasanya mengalami penurunan berat
badan. Namun, kebutuhan cairan dan glukosa dipenuhi oleh pasokan ekstra yang sudah ada
di tubuh bayi baru lahir sejak sebelum lahir. Saat bayi mulai terbiasa menyusu, berat
badannya akan meningkat.
▪ Hari 10-14: Bayi mendapatkan kembali berat lahirnya sekitar 10 hari, dan paling lambat 14
hari.
▪ Setelah dua minggu: bayi harus terus tumbuh dan berat badannya bertambah menurut grafik
pertumbuhan anak.
80
Catatan:
Jika bayi terlihat sehat, merah muda dan hangat dengan nada yang baik tetapi mengantuk, mereka dapat
dibiarkan sampai waktu menyusui berikutnya.
▪ Pada hari kedua hingga ketiga, frekuensi menyusu meningkat dengan variasi. Ini dapat
bertambah menjadi 10 hingga 12 kali dalam 24 jam.
▪ Pada hari ketiga, pasokan ASI biasanya meningkat dan berubah dari kolostrum ke ASI transisi.
Mungkin ada interval yang lebih lama antar menyusui karena jumlah ASI yang diminum menjadi
semakin banyak. Biasanya, pada hari ketiga dan seterusnya, bayi akan menyusu sekitar 8 kali
dalam 24 jam.
▪ Ibu dan bayi harus tetap bersama sehingga ibu dapat mempelajari isyarat bayi mereka dan
menanggapinya.
▪ Bayi yang rawat gabung bersama ibunya yang responsif akan bertambah berat badannya
dalam 7 hari.
81
82
Tanda dan gejala ini penting untuk memahami apakah bayi baru lahir mendapat cukup ASI atau tidak.
Ketika ibu dipulangkan dari fasilitas kesehatan, penting bagi mereka untuk mencatat banyaknya urin
dan tinja yang keluar. Ini dapat membantu mereka mengetahui jika ada masalah dan mencari bantuan
medis jika perlu.
Ada tanda-tanda lain yang mungkin membuat ibu berpikir bahwa dia tidak memiliki cukup ASI untuk
bayinya atau bayinya tidak mendapatkan cukup ASI.
▪ Slide berikut menunjukkan tanda-tanda yang mungkin membuat ibu mengira bayinya tidak
mendapatkan cukup ASI. Bayinya mungkin mendapatkan ASI yang cukup atau tidak. Jika
ibu khawatir dan mengira bayinya tidak mendapatkan cukup ASI, ia harus mengunjungi
tenaga kesehatan untuk evaluasi.
CATATAN:
Salah satu cara seorang ibu dapat "melihat" ia mengeluarkan ASI adalah dengan memerah menggunakan tangan.
Semua ibu harus diajari cara memerah ASI sebelum dipulangkan. Mungkin ada kebutuhan untuk memerah ASI di
kemudian hari, karena pembengkakan atau penyebab lainnya. Kita akan mempelajari lebih lanjut tentang memerah
ASI dengan tangan di materi berikutnya.
83
3. Pelekatan yang buruk dan proses menyusu yang tidak efektif pada bayi adalah dua
penyebab paling umum dari ASI yang tidak mencukupi.
▪ Setelah dua minggu pertama, mungkin ada alasan umum lain mengapa bayi tidak
mendapatkan cukup ASI. Faktor menyusui tersebut adalah:
• Jadwal menyusui: waktu tetap dapat mengganggu asupan ASI bayi baru lahir dan
banyaknya ASI yang diproduksi.
• Menyusui singkat: Jika menyusui terlalu singkat atau terburu-buru, bayi tidak akan
mendapatkan foremilk/hindmilk kaya lemak saat ASI ibu bertambah.
• Makanan pengganti ASI: bayi yang mendapat makanan pengganti ASI (susu
formula buatan, air gula) akan menyusu lebih sedikit pada payudara karena perut
84
▪ Slide ini mencantumkan faktor psikologis seorang ibu yang dapat mempengaruhi asupan ASI
bayi.
▪ Sebagai contoh, rasa kurang percaya diri dapat menyebabkan ibu memberikan susu buatan,
atau rasa letih dapat menyebabkan ibu lebih jarang menyusui bayinya.
CATATAN:
Ada kalanya Anda tidak dapat mengetahui mengapa pasokan ASI tidak baik. Pasokan ASI tidak membaik atau berat
badan bayi baru lahir tidak bertambah, bahkan setelah diberi dukungan dan konseling serta bantuan melekatkan bayi
pada payudara. Sebagian kecil ibu tampaknya memiliki persediaan ASI rendah tanpa sebab yang jelas, biasanya
sekitar 1-2% ibu. Anda mungkin perlu mencari salah satu penyebab yang kurang umum dan membantu atau merujuk
ibu ke spesialis.
▪ Setelah usia dua minggu, kekhawatiran bahwa bayi tidak mendapatkan cukup ASI sering kali
ditanyakan jika asupan ASI rendah atau ibu mengira dia tidak memiliki cukup ASI.
85
Praktik-praktik di bawah ini dapat diterapkan sejak bayi lahir agar mendapatkan asupan ASI
sesuai kebutuhannya.
86
87
Kini Anda telah memahami tantangan pasokan ASI, tahukah Anda apa saja yang perlu
diperhatikan pada kesehatan ibu menyusui? Mari kita lanjutkan ke materi berikutnya.
3. Kesehatan Ibu
▪ Saat membantu menyusui, tenaga kesehatan perlu mengingat kesehatan ibu. Tenaga
kesehatan harus merawat ibu dan bayinya.
▪ Pertimbangkan gizi ibu yang memengaruhi kesehatan, energi dan kesejahteraannya.
▪ Untuk membuat ASI diperlukan 700 kalori sehari. Pada wanita yang berstatus gizi baik,
sekitar 200 kilo kalori berasal dari cadangan lemaknya, dan sekitar 500 kilo kalori diperoleh
dari makanan yang ibu makan selama menyusui. Ibu yang berstatus gizi buruk membentuk
cadangan lemak lebih sedikit. Ibu juga membutuhkan minum 12-14 gelas setiap harinya.
▪ Ibu mungkin memiliki banyak kekhawatiran dan pertanyaan. Jika ia sakit, Anda dapat
mendukungnya agar dapat terus menyusui.
▪ Ibu mungkin khawatir apakah penyakitnya atau obat yang ia minum dapat memengaruhi
bayinya.
▪ Dalam materi ini, kita akan membahas situasi kesehatan ibu sehingga Anda lebih siap untuk
memberi konseling kepada wanita selama waktu ini.
Membantu ibu yang terlalu sakit untuk menyusui
▪ Karena berbagai alasan, ibu mungkin mencoba berhenti menyusui saat sakit.
▪ Ibu mungkin takut bayinya akan terserang penyakit. Seseorang mungkin telah menasihatinya
untuk berhenti, atau ia mungkin dirawat di rumah sakit dan dipisahkan dari bayinya.
▪ Namun, ibu yang sakit jarang perlu berhenti menyusui. Pada infeksi yang paling umum,
menyusui tidak meningkatkan kemungkinan bayi sakit. Antibodi dalam ASI adalah
perlindungan terbaik untuk bayi.
▪ TB atau kusta: Tidak perlu lagi memisahkan ibu dengan tuberkulosis (TB) atau kusta dari
bayinya. Jika perlu, rawat ibu dan bayinya bersama-sama.
▪ Kesulitan utama muncul ketika seorang ibu sakit parah sehingga sulit untuk merawat
bayinya.
Membantu ibu sakit menyusui
88
89
Catatan:
Jika memerlukan informasi tentang obat tertentu yang digunakan saat menyusui, dapat merujuk: Breastfeeding and
maternal medication: recommendation for drugs in the eleventh WHO model list of essential drugs. Ini dapat ditemukan
di situs web WHO.
90
PENDAHULUAN
Dalam banyak kasus, bayi tidak mengalami kesulitan menyusu sejak lahir namun ada sejumlah
bayi yang mungkin mengalami tantangan dalam menyusu seperti bayi dengan berat badan lahir
rendah, bayi prematur dan bayi sakit. Ketika menghadapi ibu yang merasa bayinya enggan
menyusu, perlu dipahami bahwa sebenarnya bayi yang baru lahir dapat menunjukkan perilaku
ini. Ketika bayi menangis, perlu dipahami beberapa alasan mengapa bayi menangis sehingga
dapat membantu ibu untuk menenangkan bayinya. Dalam mengalami kedua tangangan
tersebut baik pada ibu maupun bayi, tenaga kesehatan perlu mebangun kepercayaan diri ibu
dan memberi dukungan sehingga mampu merawat bayi dan menyusui bayinya
Dalam kebanyakan kasus, bayi tidak mengalami kesulitan menyusu setelah lahir.Sejumlah kecil bayi
mungkin tidak dapat menyusu dengan baik sehingga perlu diberi asupan sementara atau secara
permanen dengan menggunakan metode pemberian asupan alternatif.
ASI ibu kandung adalah pilihan terbaik saat menggunakan metode pemberian asupan alternatif. ASI
sangat penting terutama untuk bayi yang lahir prematur, berat badan lahir rendah, atau sakit karena
mereka berisiko terkena infeksi.
Perlunya metode pemberian asupan alternatif dan metode yang paling sesuai harus dinilai secara
individual untuk setiap ibu dan bayi.
Sebagian besar alasan mengapa bayi baru lahir tampak enggan menyusu termasuk
dalam salah satu kategori berikut:
• Bayi baru lahir sakit, lemah atau kecil.
• Bayi baru lahir kesakitan atau dibius. kesakitan atau dibius.
• Ada kesulitan dengan menyusui atau teknik menyusui.
• Bau ibu atau rasa ASI telah berubah.
Biasanya ketika bayi menangis karena alasan ini, dan dihibur oleh ibu atau pengasuh lainnya, mereka
akan menjadi tenang dan tidur sebentar. Namun, beberapa bayi tampaknya lebih sering menangis
daripada yang lain, baik di siang maupun di malam hari, yang dapat menyebabkan stres dan
kelelahan ekstra bagi orang tua mereka, terutama ibu mereka. Ini mungkin membuat keluarga
memutuskan untuk memberikan susu botol kepada bayi.
▪ Sekarang kita akan melihat alasan umum lain bagi seorang ibu untuk berhenti menyusui atau
memulai pemberian asupan tambahan, yaitu bayi yang menangis.
▪ Bayi menangis ketika mereka lapar - tetapi ini adalah tanda lapar tingkat lanjut, yang dapat
menyebabkan stres bagi bayi, dan jauh lebih baik untuk menanggapi isyarat menyusu mereka
sejak dini.
▪ Bayi menangis ketika mereka sedang kesakitan, tidak enak badan, ketakutan, dan menginginkan
kenyamanan, atau ketika popoknya basah atau kotor, terlalu panas atau dingin. Terkadang sulit
untuk mengetahui alasannya.
▪ Seorang ibu dan keluarganya mungkin langsung mengira bahwa bayi menangis karena ASI yang
tidak cukup atau kurang baik. Beberapa ibu mulai memberikan asupan lain atau cairan yang tidak
perlu karena bayi menangis. Makanan dan minuman tambahan ini seringkali tidak membuat bayi
lebih jarang menangis. Terkadang bayi justru menjadi lebih sering menangis. Bayi yang sering
menangis dapat mengganggu hubungan dan ikatan antara bayi dan ibunya. Ibu mungkin
kehilangan kepercayaan diri dan dukungan keluarganya, dan mereka dapat mendesaknya untuk
memberi bayi botol susu dan susu formula. Cara penting untuk membantu ibu menyusui adalah
dengan memberikan konseling dan dukungan tentang mengapa bayi menangis.
World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF)
merekomendasikan agar bayi diberi ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupannya.
Meskipun ini ditujukan untuk semua anak, terkadang asupan tambahan diindikasikan secara medis
dalam kasus tertentu.
▪ Pemberian asupan tambahan dalam bentuk cairan tambahan selain ASI kepada bayi yang
disusui sebelum usia enam bulan. Cairan ini mungkin berupa ASI donor, susu formula bayi,
air gula atau pengganti ASI lainnya.
▪ Contoh asupan tambahan apa saja yang diberikan di komunitas Anda?
Slide ini menunjukkan kemungkinan indikasi medis bayi untuk pemberian asupan tambahan
▪ Bayi mungkin memerlukan asupan tambahan untuk waktu yang terbatas karena suatu kondisi
medis. Ini biasanya hanya sementara, sampai mereka bisa menyusu dari payudara.
▪ Bayi dengan berat lahir sangat rendah <1500 g atau prematur yang lahir sebelum 32 minggu
mungkin memerlukan asupan tambahan. Bayi-bayi ini mungkin lemah dan mudah lelah saat
menyusu. Mereka juga mungkin tidak memiliki kemampuan atau refleks untuk menelan dan
menyusu secara efektif. Ini harus dilakukan, jika memungkinkan, menggunakan ASI perah dari
ibunya sendiri. Jika karena alasan tertentu, ASI tidak dapat diberikan, maka suplementasi
mungkin diperlukan sampai ibu dapat menyusui dari payudara.
▪ Hipoglikemia berarti kadar glukosa darah rendah. Bayi yang lahir prematur atau kecil untuk usia
kehamilan, yang sakit atau ibunya sakit, dapat mengalami hipoglikemia dan harus diberi
suplemen sesuai anjuran medis.
▪ Bayi cukup bulan yang sehat tidak mengalami hipoglikemia hanya karena kurang asupan
sementara. Pemberian asupan tambahan tidak diperlukan untuk mencegah gula darah rendah pada
bayi non prematur yang sehat.
Slide ini menunjukkan kemungkinan indikasi medis ibu untuk pemberian asupan tambahan pada
bayi. Biasanya ini hanya sementara sampai ibu sembuh.
Penyakit ibu
Seorang ibu mungkin menderita penyakit yang parah, seperti sepsis, yang membuatnya tidak
dapat merawat bayinya. Tergantung pada tingkat keparahan penyakitnya, dia mungkin dapat
memerah ASI untuk bayinya. Jika tidak, bayi akan membutuhkan pengganti ASI sampai ibu pulih,
dan suplai ASI menumpuk kembali.
Dalam beberapa kasus, bayi tidak hanya membutuhkan cairan tambahan, tetapi juga membutuhkan
pengganti ASI untuk menggantikan semua ASI.
Contoh situasinya adalah:
• Seorang ibu mungkin berada jauh dari bayinya karena alasan apapun atau ibu meninggal.
• Beberapa pengobatan ibu seperti kemoterapi mengharuskan ibu untuk berhenti menyusui
sementara.
• Jika seorang ibu dengan HIV tidak menyusui secara eksklusif (baik karena kebijakan
otoritas kesehatan nasional atau dia sendiri yang memutuskan untuk tidak menyusui
karena alasan tertentu), ini adalah alasan medis yang dapat diterima untuk memberikan
pengganti ASI.
• Meskipun obat ARV tidak tersedia, ibu harus diberi konseling untuk menyusui secara
eksklusif selama enam bulan pertama kehidupannya dan terus menyusui setelahnya,
kecuali jika otoritas nasional tidak mendukung pemberian ASI bagi perempuan yang
hidup dengan HIV.
▪ Setiap situasi klinis harus dinilai secara individual. Keputusan harus dibuat oleh profesional
kesehatan yang kompeten terlepas dari ada atau tidaknya indikasi asupan tambahan.
▪ Ketika pemberian makanan tambahan diperlukan secara medis, tujuan utamanya adalah memberi
makan bayi dan untuk membangun atau mempertahankan pasokan ASI.
▪ Pemberian asupan tambahan harus dilakukan dengan cara yang sedemikian rupa agar bisa terus
menyusui, termasuk:
• Membatasi volume sesuai kebutuhan.
• Merangsang payudara ibu dengan cara memerah ASI dengan tangan atau pompa.
• Membiarkan bayi terus berlatih menyusu.
▪ Bayi dengan kondisi medis yang tidak memungkinkan pemberian ASI eksklusif perlu diperiksa
dan ditindaklanjuti oleh tenaga kesehatan terlatih. Bayi-bayi ini memerlukan rencana
pemberian makan individual dan ibu serta keluarga harus mengetahui cara memberi makan
bayi mereka dengan jelas.
Modul Pelatihan Konseling Menyusui (Kemenkes RI, 2022) 99
Situasi di mana suplementasi kadang-kadang diberikantetapi tidak diindikasikan secara medis?
▪ Ada situasi klinis umum di mana asupan tambahan sering diberikan, meskipun tidak ada indikasi
medis.
▪ Cluster feeding: bayi menyusu beberapa kali dari payudara dalam waktu yang berdekatan..
Ini adalah perilaku normal pada bayi baru lahir dan tidak memerlukan asupan tambahan.
• Ibu lelah setelah melahirkan: Pemberian asupan tambahan pada bayi untuk
memungkinkan ibu tidur daripada menyusui, menghambat pemberian ASI yang
responsif dan ASI eksklusif.
• Ibu merasa pasokan ASI sedikit: Seorang ibu atau tenaga kesehatan mungkin berpikir
bahwa persediaan ASI ibu tidak mencukupi. Asupan tambahan tidak diperlukan jika
bayi tidak menunjukkan tanda dan gejala asupan ASI buruk. Penilaian lengkap
terhadap ibu, bayi dan cara menyusui harus dilakukan untuk menentukan apakah
asupan tambahan diperlukan.
▪ Tenaga kesehatan harus mendiskusikan berbagai pilihan pemberian makan dengan ibu
dan membantunya membuat keputusan yang paling sesuai.
▪ Ibu yang memilih ASI campuran juga harus diberi konseling tentang cara menyediakan
ASI dan memastikan bayi dapat menyusu dan mengeluarkan ASI dari payudara. Asupan
tambahan juga dapat diberikan di lain waktu sesuai keinginan ibu. Dorong dia untuk terus
menyusui sebanyak mungkin.
C. PENUGASAN
Tujuan:
Peserta mampu menjelaskan tantangan menyusui pada kondisi payudara ibu.
Petunjuk:
1. Fasilitator membagi kelompok yang berisi 4-5 peserta.
2. Fasilitator meminta peserta membuka modul peserta pada latihan kondisi payudara.
3. Fasilitator meminta peserta membaca contoh latihan kondisi payudara.
4. Fasilitator membagi latihan kondisi payudara untuk dikerjakan oleh masing-masing
peserta di dalam kelompoknya.
5. Fasilitator meminta peserta mengerjakan latihan tersebut.
6. Fasilitator mendiskusikan bersama jawaban dari setiap latihan yang telah dikerjakan
tersebut di kelompok masing-masing.
7. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan
dan mendiskusikan jawaban bersama.
Alat Bantu:
1. Latihan kasus kondisi payudara
2. ATK
Contoh
Ibu A berkata bahwa payudaranya sakit. Dia meletakkan bayinya ke payudara untuk
pertama kalinya pada hari ketiga, ketika ASI keluar. Ini hari keenam. Bayinya sedang
menyusu, tapi sekarang terasa agak sakit, jadi dia tidak membiarkan bayinya menyusu terlalu
lama. ASI tidak menetes secepat sebelumnya.
Apa diagnosanya?
(Payudara bengkak)
Untuk dijawab:
1. Bayi Ibu B lahir kemarin. Dia telah mencoba menyusuinya segera setelah persalinan,
tapi bayi tidak menyusu dengan baik. Ibu berkata putingnya terbenam dan ia tidak
dapat menyusui setelah diperiksa payudaranya dan memperhatikan bahwa, puting
tampak datar. Kita minta Ibu B menggunakan jarinya untuk menarik puting dan
areolanya keluar. Dia dapat menarik putingnya keluar sedikit saja, menunjukkan bahwa
puting dan areolanya lentur.
Apa yang dapat dikatakan untuk menerima pendapat Ibu B tentang putingnya?
Apa diagnosanya?
Apa yang bisa dianjurkan untuk mencegah hal tersebut terulang lagi?
3. Ibu E mengatakan bahwa payudara kanannya terasa sakit sejak kemarin dan dia
bisa merasakan ada sebuah gumpalan, yang lunak dan agak perih. Ibu tidak demam
dan merasa sehat. Ibu mulai menggunakan lagi BH lamanya yang ketat karena ingin
mencegah payudaranya menggantung. Bayinya sekarang berusia 10 minggu dan
kadang-kadang tidur 6-7 jam pada malam hari tanpa menyusu. Ketika melihat bayinya
menyusu, Ibu E mendekap bayinya dekat tubuhnya dan dagu bayi menyentuh
payudaranya. Mulut bayi terbuka lebar dan bayi menghisap pelan dengan hisapan
yang dalam.
Apa yang dapat dikatakan untuk berempati dengan kekhawatiran Ibu E terhadap
bentuk tubuhnya?
4. Bayi Ibu F berusia 3 bulan. Dia bilang kedua putingnya lecet. Kedua puting tersebut
berulang kali lecet sejak menderita mastitis beberapa pekan lalu. Mastitisnya sendiri
sudah sembuh setelah diberi antibiotika. Rasa nyeri seperti ada jarum menusuk-nusuk
ke dalam payudaranya setiap bayi menyusu. Rasa sakit berlanjut diantara waktu-
waktu menyusui dan putingnya terkadang terasa gatal.
Kita mengamati bayinya menyusu, banyak areola bagian atas terlihat, yang bawah
tidak. Mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah memutar ke arah luar dan dagu menempel
ke payudara. Bayi menghisap pelan dan dalam serta terlihat meneguk ASI.
5. Ibu G berkata bahwa kedua payudaranya sakit. Bayinya baru berusia 5 hari. Kedua
payudaranya bengkak dan kulitnya tampak mengkilat. Puting seperti tertarik rata
dan ada retakan membelah ujung puting kanan. Kita melihat bayinya menyusu.
Bayinya tidak bisa diam dan membuat bunyi kecapan saat menyusu. Setelah beberapa
hisapan, bayi menarik diri dan menangis.
Tujuan:
Peserta mampu memahami tantangan pasokan ASI
Petunjuk:
1. Fasilitator membagi kelompok yang berisi 4-5 peserta
2. Fasilitator meminta peserta untuk membuka Latihan Tantangan Pasokan ASI di
modul peserta.
3. Fasilitator meminta peserta mengerjakan latihan tersebut
4. Fasilitator mendiskusikan bersama jawaban dari setiap latihan yang telah dikerjakan
tersebut di kelompok masing-masing.
5. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan
dan mendiskusikan jawaban bersama.
Alat bantu:
1. Latihan Kasus tantangan Pasokan ASI
2. ATK
KASUS 1
Ny. M melahirkan bayi laki-laki dua hari lalu. Dia menjalani operasi caesar. Setelah bayi
dilahirkan, bayi tersebut mengalami komplikasi medis dan dibawa ke unit perawatan khusus
bayi. Ny. M telah memerah kolostrum sebelum persalinan, tetapi bayinya tidak menerimanya.
Sebagai gantinya, bayi Ny. M diberi botol susu formula di unit perawatan khusus.
Ketika Ny. M dan bayinya akhirnya bisa bersama hari ini, dia mencoba untuk menyusui. Ny.
M bilang dia menyusu selama beberapa menit, tapi kemudian menangis dan lapar lagi. Saat
bayinya menyusu, putingnya menjadi sangat nyeri.
Saat Anda menilai proses menyusui, Anda melihat: lebih sedikit areola di atas mulut bayi, dan
lebih banyak di bawah, dan dagunya tidak menyentuh payudara. Bayinya tidak sakit atau
abnormal, dan Ny. M sehat
Ny. P berumur 20 tahun. Bayinya lahir kemarin dan sangat sehat. Dia sudah mencoba
menyusui dua kali, tapi payudaranya masih lembut. Dia pikir dia tidak punya susu dan tidak
akan bisa menyusui. Saat bayinya menangis, dia meletakkannya di payudara. Bayi itu menyusu
di payudaranya beberapa kali. Suaminya telah menawarkan untuk membelikannya botol dan
susu formula. Dia juga mengatakan padanya bahwa dot akan menghentikan bayi menangis dan
berencana untuk membawanya hari ini.
1. Apa yang bisa Anda katakan untuk menerima apa yang dikatakan Ny. P tentang
ASInya?
Tujuan:
Peserta mampu memahami kesehatan ibu
Petunjuk:
1. Fasilitator membagi kelompok yang berisi 4-5 peserta
2. Fasilitator meminta peserta untuk mendiskusikan hal-hal penting yang berkaitan
dengan kesehatan ibu dan obat-obatan saat menyusui.
3. Fasilitator meminta setiap kelompok untuk menjelaskan hasil diskusi kepada seluruh
kelompok dan mendiskusikan bersama
4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan
dan mendiskusikan jawaban bersama.
5. Fasilitator membuat rangkuman hasil disksui
Alat bantu:
1. Flipchart/Slide
2. Spidol dan selotip kertas
Tujuan:
Peserta mampu memahami tantangan bayi menangis dan enggan menyusu
Petunjuk:
1. Fasilitator membagi kelompok yang berisi 4-5 peserta
2. Fasilitator meminta peserta untuk membuka Latihan Tantangan bayi menangis dan
enggan menyusu di modul peserta.
3. Fasilitator meminta peserta mengerjakan latihan tersebut
4. Fasilitator mendiskusikan bersama jawaban dari setiap latihan yang telah dikerjakan
tersebut di kelompok masing-masing.
5. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan
dan mendiskusikan jawaban bersama.
Alat bantu:
1. Latihan Kasus tantangan bayi menangis dan enggan menyusu
2. ATK
KASUS 1
Ny. B melahirkan bayi dengan ekstraksi vakum kemarin. Bayinya memar di bagian kepala Ketika
Ny. B mencoba memberinya makan, dia menangis dengan keras dan menarik diri. Ny. B sangat
sedih dan merasa akan terlalu sulit menyusui bayinya. Anda melihat dia mencoba menyusui
bayinya, dan Anda memperhatikan bahwa tangannya
menekan bagian yang memar.
1. Mengapa bayi Ny. B menangis keras dan tidak bisa menyusu langsung dari
payudara?
3. Pujian dan informasi relevan apa yang dapat Anda berikan untuk membangun
kepercayaan diri Ny. B?
Ny. M melahirkan bayi laki-lakinya kemarin. Dia mengatakan bahwa dia telah mencoba sendiri
untuk meletakkan bayinya di payudaranya, tetapi bayi tidak dapat menempel dengan baik, dan
sekarang dia mengalami kesulitan untuk menyusui dari payudara. Dia bilang dia harus
memberi susu botol.
Seorang perawat kini datang untuk membantu Ny. M memasang bayinya. Perawat mengatur
posisi bayi menghadap payudara Ny. M. Perawat kemudian memegang payudara ibu M
dengan satu tangan, dan bagian belakang kepala bayi dengan tangan lainnya. Perawat
kemudian mencoba mendorong bayi ke payudara. Bayi itu mendorong kepalanya ke belakang
dan menangis.
2. Apa yang bisa Anda katakan untuk memuji ibu dan perawat?
Ibu:
Perawat:
4. Tiga hal apakah yang menurut Anda dapat dilakukan oleh Ny. M?
1. Termasuk di bawah ini adalah tatalaksana klinis pada puting datar dan
terbenam yaitu:
a. Berikan alat bantu seperti nipple shield ketika menyusui
b. Bangun rasa percaya diri ibu dan bantu ibu untuk mulai menyusu segera
setelah melahirkan.
c. Tarik-tarik puting sejak masa kehamilan untuk membantu supaya puting
keluar.
d. Bayi harus menyusu di puting saja sehingga puting tertarik keluar.
e. Beri ibu susu formula sebagai tambahan untuk kebutuhan bayinya.
2. Tanda dan gejala bayi baru lahir tidak mendapat cukup ASI di bawah ini
adalah:
a. Penurunan berat badan 8-10% hari kelima dan terdapat bukti klinis dehidrasi.
b. Dalam 24 jam pertama, bayi seringkali mengantuk dan menyusu 5-12 kali.
c. Bayi usia enam hari akan buang air kecil sebanyak minimal 6 kali dalam 24
jam.
d. Penurunan berat badan lebih dari 10% pada bayi usia 5 hari.
e. Bayi menangis dan menyusu pada ibu dengan baik.
1. b
2. a
3. e
4. c
5. d
F. REFERENSI
DESKRIPSI SINGKAT
Keberhasilan menyusui seorang ibu tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Selain
keluarga terdekat seperti suami dan orang-orang yang tinggal satu rumah dengan ibu,
dukungan keberhasilan juga diperlukan dari tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
bahkan hingga kebijakan yang berlaku mengenai dukungan menyusui.
Dukungan dapat diberikan sejak ibu hamil hingga saat melahirkan dan bahkan hingga
ibu telah pulang dari fasilitas kesehatan. Tentunya hal ini membutuhkan tenaga
kesehatan yang memahami bagaimana cara memberikan dukungan sehingga ibu dapat
berhasil menyusui sesuai rekomendasi. Mata pelatihan ini akan membahas Kode
Internasional pemasaran produk pengganti ASI, dukungan persiapan menyusui pada
antenatal dan dukungan menyusui pada saat persalinan dan pasca persalinan.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan dukungan pada keberhasilan
menyusui.
MATERI POKOK
Materi pokok pada Mata Pelatihan Inti ini meliputi:
1. Kode Internasional pemasaran produk pengganti ASI
2. Dukungan persiapan menyusui pada antenatal
3. Dukungan menyusui pada saat persalinan dan pasca persalinan
B. KEGIATAN BELAJAR
PENDAHULUAN
Kode Internasional pemasaran produk pengganti ASI merupakan aturan minimal untuk
melindungi pemberian makan bayi yang diadopsi oleh World Health Assembly (WHA).
Kode mengatur promosi dan pemasaran produk pengganti ASI bukan melarang pengganti
ASI. Kode mencakup semua pengganti ASI termasuk susu formula bayi, susu formula
lanjutan, susu pertumbuhan dan produk susu lainnya yang dipasarkan untuk bayi hingga
usia 36 bulan; makanan lainnya seperti air, teh, makanan sereal jika dipasarkan sebagai
makanan yang cocok untuk bayi di bawah usia 6 bulan; botol susu, dot dan empeng.
1. Mengenal Kode
Cara produsen dan distributor mempromosikan pengganti ASI kepada ibu dan ibu hamil:
▪ Produsen dan distributor menggunakan promosi dan iklan tempat penjualan untuk
mendorong ibu membeli pengganti ASI dan botol susu.
▪ Produsen menggunakan promosi silang (cross promotion) dengan meluncurkan
produk dengan label yang menghubungkan antara formula bayi dan formula
berikutnya. Hal ini mendorong ibu untuk kemudian membeli susu formula lanjutan atau
susu pertumbuhan. Mungkin hal ini juga merupakan strategi untuk memromosikan
susu formula bayi secara tidak langsung jika ada undang-undang nasional yang
melarang promosi secara langsung.
▪ Produsen dan distributor memromosikan penjualan pengganti ASI dan botol susu
kepada para ibu, melalui display khusus dan kupon diskon. Mereka memberikan
sampel pengganti ASI gratis kepada para ibu.
▪ Jika diberikan sampel gratis, bahkan ibu yang berniat menyusui lebih cenderung mulai
menggunakan pengganti ASI. Seperti yang kita pelajari di sesi sebelumnya, makanan
Cara produsen dan distributor mempromosikan pengganti ASI kepada tenaga kesehatan
dan fasilitas kesehatan
▪ Produsen dan distributor memberikan poster dan kalender ke fasilitas kesehatan untuk
dipajang di dinding. Desainnya sangat menarik dan membuat tempat terlihat lebih
bagus, sambil memromosikan brand perusahaan.
▪ Mereka memberikan materi informasi yang menarik ke fasilitas kesehatan untuk
dibagikan kepada keluarganya. Meskipun beberapa informasi mungkin tampak
berguna, hal itu sering kali mengganggu proses menyusui.
▪ Mereka memberikan barang-barang yang berguna, seperti pena atau bagan
pertumbuhan, dengan logo perusahaan di atasnya. Terkadang mereka memberikan
barang yang lebih besar seperti televisi atau inkubator ke fasilitas kesehatan.
▪ Mereka memberikan sampel pengganti ASI gratis kepada bagian maternitas.
▪ Mereka memberikan hadiah gratis kepada tenaga kesehatan.
▪ Mereka beriklan di jurnal medis dan literatur lainnya.
▪ Mereka membayar biaya pertemuan atau konferensi, lokakarya atau perjalanan, atau
menyediakan makan siang gratis di sekolah rumpun ilmu kesehatan, kedokteran, gizi,
atau kebidanan.
▪ Mereka mendanai dan mensponsori layanan kesehatan dengan banyak cara lain dan
memberikan hibah.
▪ Pada tahun 1981, World Health Assembly (WHA) mengadopsi Kode Internasional
Pemasaran Internasional Pengganti ASI, yang bertujuan untuk mengatur promosi dan
pemasaran pengganti ASI.
Kini Anda telah memahami apa itu Kode Internasional pemasaran produk pengganti ASI.
Mari kita lanjutkan ke pembelajaran berikutnya bersama.
PENDAHULUAN
Dukungan pada keberhasilan menyusui dimulai sejak ibu hamil dimana ibu dapat mulai
merencanakan untuk menyusui bayinya. Kegiatan untuk mendukung ibu hamil dapat
dilakukan baik secara kelompok maupun individu dengan topik-topik yang berkaitan dan
menyusui serta sesuai kebutuhan ibu. Penting bagi tenaga kesehatan untuk memahami
dukungan apa saja yang perlu dilakukan pada masa antenatal.
▪ Kehamilan adalah waktu penting untuk berdiskusi tentang pentingnya menyusui dan
manajemen laktasi.
▪ Sebagai tenaga kesehatan, kita harus bertanya kepada ibu tentang rencana mereka
menyusui bayinya. kita harus menunjukkan dukungan kita terhadap menyusui dan
kesediaan untuk membantu.
Anda telah mempelajari pentingnya dukungan persiapan pada masa antenatal. Tahukah
Anda apa saja kegaitan dukungan paa antenatal? Mai kita lanjutkan pembelajran berikut
ini bersama.
Dukungan menyusui antenatal dapat dilakukan dalam beberapa bentuk kegiatan yaitu:
1. Kegiatan kelompok
2. Kegiatan individu
Kegiatan kelompok
Kegiatan ini dapat dilakukan secara rutin dengan membahas topik-topik yang berbeda.
Satu kelompok dapat terdiri dari ibu hamil atau dengan pasangannya.
▪ Tentukan topik-topik penting untuk dibahas dalam kelompok. Beberapa topik
mungkin saja perlu dibahas secara individu.
▪ Jelaskan manfaat menyusui, khususnya ASI Eksklusif.
▪ Kebanyakan ibu memutuskan bagaimana mereka akan menyusui bayi mereka
jauh sebelum mereka memiliki anak - seringkali sebelum mereka hamil. Jika
seorang ibu telah memutuskan untuk menggunakan pengganti ASI, dia
mungkin tidak berubah pikiran. Tapi kita bisa membantu ibu yang bimbang dan
memberi kepercayaan pada orang lain yang berniat menyusui. kita dapat
mendorong ibu untuk menyusui secara eksklusif, bukan parsial.
Kegiatan Individu
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang bersifat personal, dihadiri ibu dan keluarganya saja.
▪ Tanyakan tentang pengalaman menyusui sebelumnya.
▪ Jika ibu berhasil menyusui, kemungkinan besar ia akan melakukannya lagi.
Jika ibu mengalami kesulitan, atau jika bayi diberi susu formula, dengarkan
ceritanya dan berempati dengannya. Beri ibu informasi yang relevan untuk
membantu membangun kepercayaan dirinya dalam menyusui. Jelaskan
bagaimana ibu berhasil menyusui kali ini. Yakinkan ibu bahwa kita akan
membantunya.
▪ Tanyakan apakah ibu memiliki pertanyaan atau kekhawatiran.
▪ Periksa payudaranya hanya jika ibu mengkhawatirkannya. Beri ibu umpan
balik positif jika kita memeriksa payudaranya.
▪ Mulailah diskusi dengan pertanyaan terbuka seperti: “Apa yang ibu ketahui
tentang menyusui?” atau "Bagaimana ibu berencana menyusui bayi Ibu?"
▪ Jenis pertanyaan terbuka ini membuka peluang untuk:
• Memuji ibu tersebut atas pengetahuannya tentang menyusui atau
rencananya untuk menyusui;
PENDAHULUAN
Dukungan pada saat persalinan juga penting diberikan kepada ibu. Tenaga kesehatan
dapat membantu ibu untuk melakukan kontak kulit dan kulit antara ibu dan bayi serta
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Ibu perlu mengetahui isyarat makan bayi dan
mengenal bayinya sehingga perlu dirawat dalam satu ruangan selama 24 jam yang
disebut dengan rawat gabung (rooming in). Dukungan pasca persalinan banyak dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan dari sejak ibu masih di fasilitas kesehatan hingga setelah
pulang.
▪ Ibu dan bayi harus mulai kontak kulit-ke-kulit sesegera mungkin setelah lahir.
Ini harus terjadi terus menerus setidaknya selama 60 menit. Para ibu juga
harus didukung untuk mulai menyusui sesegera mungkin.
▪ Menurut penelitian, bayi yang mulai menyusu dalam satu jam pertama lebih
mungkin bertahan hidup di bulan pertama. Semakin lama menunda, semakin
besar risiko kematiannya.
▪ Berikut adalah dua gambar bayi yang kontak kulit dengan ibu segera setelah
lahir.
▪ Mereka menunjukkan perilaku naluriah dan refleks bayi yang baru lahir pada
satu jam pertama
▪ Bayi sedang istirahat. Kebanyakan bayi melakukan ini antara 10 dan 60 menit.
Ibunya harus membiarkan dia mengambil waktu, sampai bayi siap untuk
menyusu. Ini dapat memakan waktu satu hingga dua jam.
Perhatikan bayi menjadi lebih waspada dan membuka matanya dan mulai merespons
bau payudara ibunya. Pada titik ini, bayi akan mencoba melekat pada payudara
CATATAN:
Jika dia telah meminum obat, bayi mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk merespon.
▪ Ketika ibu dan bayi kontak kulit tanpa gangguan, bayi biasanya akan melalui
serangkaian perilaku naluriah sebelum menyusu yang disebut 9 tahap.
Sembilan tahapan tersebut adalah: menangis saat lahir; relaksasi; bangun;
beraktivitas; merangkak; istirahat; menyesuaikan diri; menyusu; dan tidur. Ini
mungkin membutuhkan waktu beberapa menit hingga satu jam atau lebih.
Sebaiknya ibu dan bayi kontak kulit lebih lama jika bayi belum menyusu satu
jam setelah lahir.
CATATAN:
Pertama kali bayi menyusu pada payudara harus dianggap sebagai pengenalan payudara alih-
alih menyusu. Ini kunci dalam memberikan dorongan dan membangun kepercayaan diri ibu.
Tidak boleh ada tekanan pada ibu atau bayi untuk:
• Seberapa cepat bayi menyusu untuk pertama kalinya.
• Berapa lama bayi menyusu untuk pertama kalinya
• Seberapa baik pelekatan bayi.
• Berapa banyak kolostrum yang dibutuhkan bayi.
▪ Bantuan lebih lanjut untuk menyusui dapat diberikan pada saat menyusui
berikutnya. Setelah pengenalan payudara, seringkali ibu dan bayi akan tidur
selama beberapa jam. Saat bayi terbangun kembali beberapa jam kemudian,
inilah saat yang tepat untuk membantu ibu menyusui.
Bagaimana kita (sebagai tenaga kesehatan) dapat membantu ibu dan bayinya untuk mulai
menyusui?
▪ Peran tenaga kesehatan saat ini adalah:
• Menyediakan waktu dan suasana yang tenang.
• Membantu ibu menemukan posisi yang nyaman.
• Menunjukkan perilaku positif bayi seperti kewaspadaan dan rooting,
• Membangun kepercayaan diri ibu.
• Tidak mendorong bayi ke payudara atau memaksakan payudara ke dalam
mulut bayi.
CATATAN:
Ini saat yang tepat untuk menayangkan video. Saat menonton video, minta peserta untuk:
• Perhatikan bagaimana saling bersentuhan dilakukan
• Kenali perilaku bayi yang membuat bayi bergerak ke arah payudara.
▪ Slide ini menunjukkan seorang ibu yang baru saja melahirkan. Rekannya
berdiri di sampingnya, memberikan dukungan dan jaminan.
▪ Jangan tinggalkan ibu dan bayi sendirian selama satu jam pertama setelah
lahir.
▪ Dukung ibu untuk didampingi selama melahirkan dan bersalin, oleh suami atau
keluarga yang dapat menemani setidaknya sampai setelah menyusui pertama
kali. Seorang pendamping juga dapat membantu ibu dan bayi untuk
menemukan posisi yang nyaman. Pendamping harus diberi kursi atau bangku
untuk duduk.
▪ Tenaga kesehatan harus memantau ibu dan bayinya. Ibu yang mengantuk atau
berada di bawah pengaruh obat-obatan akan membutuhkan pengamatan lebih
intensif. Ini juga untuk menjamin keselamatan bayi.
▪ Terkadang ruang bersalin sangat sibuk, dan tidak mungkin ibu selalu dirawat
di sana. Pindahkan ibu dan bayi ke bangsal pasca persalinan bersama-sama
Kasus khusus: Tidak dapat mulai menyusui dalam satu jam pertama.
▪ Terkadang ibu atau bayi tidak dapat menyusui selama satu jam pertama,
terutama jika proses persalinannya sulit atau melalui operasi. Mereka harus
didukung untuk kontak kulit selama lebih dari satu jam, dan untuk menyusui
sesegera mungkin.
▪ Jika bayi sedang tidak stabil dan membutuhkan perhatian segera, kontak kulit
dapat dilakukan saat bayi dalam keadaan stabil. Jika bayi mengantuk karena
obat dari ibu, lebih penting lagi untuk kontak kulit. Biarkan kontak berlanjut lebih
lama sampai bayi menunjukkan minat untuk menyusu.
▪ Jika bayi harus berada di unit perawatan intensif, dorong ibu untuk
mengunjungi, menyentuh, dan merawat bayinya sesering mungkin. Seringkali
bayi dibungkus erat dalam satu posisi. Dalam keadaan seperti ini, ibu harus
waspada mengenali isyarat menyusu. Kontak kulit dapat mendorong ibu untuk
meletakkan bayinya di payudara.
CATATAN:
Dalam kebanyakan kasus, ibu dan bayi dapat mulai menyusui secara dini dan eksklusif setelah
operasi sesar. Terkadang ini tidak mungkin dilakukan. Untuk bayi cukup bulan yang sehat,
alternatifnya adalah menunggu sampai ibunya siap. Lihat materi Tantangan Menyusui pada
Bayi.
Efek dari operasi sesar pada ibu dan bayinya sehubungan dengan menyusui
Kini Anda telah selesai mempelajari dukungan menyusui pada saat persalinan, lalu
bagaimana dengan dukungan menyusui pasca persalinan? Mari kita lanjutkan ke
pembelajran berikutnya dengan penuh semangat.
CATATAN:
Hindari menyakiti bayi dengan menjentikkan atau mengetuk pipi atau kaki.
▪ Bayi dengan berat lahir rendah atau bayi yang sakit mungkin membutuhkan
waktu menyusui yang lebih lama. Mereka mungkin lebih sering berhenti
untuk beristirahat dan memulihkan tenaga.
▪ Penting untuk menyediakan kondisi yang tenang, hening, tidak terburu-
buru dan cukup lama untuk menyusu (terkadang satu jam atau lebih). Jika
bayi terlihat terlalu mengantuk atau rewel, ibu dapat berhenti memberikan
ASI. Ibu dapat terus membiarkan bayinya di payudara tanpa mencoba
untuk mulai menyusui. Kontak kulit dalam situasi ini akan mendukung
proses menjalin ikatan dan menyusui.
▪ Bayi mungkin tidak mendapatkan ASI sebanyak yang mereka butuhkan.
Berikan tambahan ASI dengan cangkir jika kenaikan berat badan bayi
terlalu lambat.
▪ Oleh karena itu, ibu akan membutuhkan dukungan tambahan selama ini.
Dukungan harus diberikan kepada semua ibu pada waktu-waktu tertentu.
▪ Tenaga kesehatan tidak boleh menunggu sampai tantangan menyusui muncul
atau sampai ibu benar-benar berhenti menyusui.
CATATAN:
Ada bukti bahwa kontak rutin yang dijadwalkan untuk konseling menyusui benar-benar
meningkatkan angka menyusui dan lebih baik daripada menunggu masalah muncul.
CATATAN:
Meskipun informasi mungkin berguna bagi ibu, informasi itu tidak boleh menggantikan
perawatan lanjutan untuk ibu dan bayinya.
Dukungan komunitas
▪ Seorang wanita yang baru menjadi ibu mungkin membutuhkan dorongan dari
tenaga kesehatan untuk mencari bantuan dan menggunakan sumber daya dan
dukungan yang tersedia. Kadang-kadang ibu berpikir bahwa dia harus dapat
melakukan segalanya tanpa membutuhkan bantuan apa pun.
▪ Ibu mungkin berpikir jika ia mencari bantuan, ia akan dianggap sebagai ibu
yang buruk. Dukung semua ibu dan ingatkan mereka bahwa mencari dukungan
sejak awal adalah bagian dari merawat diri sendiri dan bayinya.
Dukungan komunitas
▪ Memberikan dukungan komunitas kepada ibu untuk menyusui sangat
membantu. Setiap ibu harus dikaitkan dengan sumber daya dukungan
menyusui di komunitas mereka. Pusat layanan kesehatan primer dan tenaga
kesehatan komunitas seringkali lebih dekat dengan keluarga dan mungkin
dapat menghabiskan lebih banyak waktu dengan mereka. Perawat komunitas
dan bidan akan melakukan kunjungan rumah untuk tindak lanjut dengan ibu
dan bayinya. Setiap kali tenaga kesehatan yang terlatih membantu menyusui
melakukan layanan kesehatan ibu dan bayi, mereka dapat membantu dan
mendukung ibu menyusui dan merawat bayi.
▪ Jika tenaga kesehatan menilai bahwa situasinya rumit, mereka harus merujuk
ibu ke fasilitas kesehatan yang tepat yang menyediakan dukungan menyusui
yang terampil.
▪ Di beberapa komunitas, dukungan menyusui disediakan oleh berbagai tenaga
kesehatan terlatih (konsultan laktasi/IBCLC, konselor menyusui, motivator
laktasi, dll) yang memberikan dukungan baik melalui kunjungan rumah, tindak
lanjut klinik menyusui, atau kelas menyusui.
▪ Kelompok masyarakat seperti kelompok pendukung ibu-ke-ibu atau kelompok
pendukung menyusui membantu ibu baru.
▪ Tenaga kesehatan dapat mengidentifikasi kelompok yang ada untuk bekerja
dengan atau mendorong para ibu untuk membentuk kelompok di komunitas
mereka.
▪ Telepon juga dapat berguna untuk memberikan informasi kepada ibu atau
menjawab pertanyaan atau kekhawatiran mereka.
CATATAN:
Fasilitas kesehatan harus mengetahui semua kontak tindak lanjut untuk ibu-ibu di komunitas lokal dan
mengembangkan pengaturan kolaboratif dengan mereka. Kemudian mereka dapat mengatur untuk
merujuk ibu baru ke pusat layanan kesehatan primer atau kelompok komunitas yang sesuai untuk kontak
tindak lanjut setelah pulang dari fasilitas kesehatan. Mungkin juga bermanfaat jika ada pengaturan timbal
balik untuk merujuk ibu di komunitas yang bermasalah sehingga perlu dirujuk kembali ke fasilitas
kesehatan.
▪ Perubahan dapat dibuat melalui sekolah dan edukasi serta mobilisasi masyarakat.
Jika kita memiliki kesempatan untuk bekerjasama dengan sektor lain, lakukan
advokasi untuk meningkatkan praktek pemberian makan pada bayi,
mengidentifikasi isu-isu bersama dan apa saja yang bisa dilakukan secara nyata.
▪ Kelompok pendukung ibu memungkinkan para ibu saling mendukung satu sama
lain dan mempertahankan menyusui.
▪ Tenaga kesehatan dapat mengidentifikasi kelompok yang sudah ada untuk
bekerjasama atau mendukung para ibu membentuk kelompok-kelompok.
▪ Tenaga kesehatan harus memastikan bahwa kelompok-kelompok tersebut memilki
informasi, memberikan mereka beberapa pelatihan, dan merujuk ibu ke kelompok
itu dan menerima rujukan dari mereka.
CATATAN:
Bagaimanapun, tenaga kesehatan memiliki peran sangat penting dalam mendukung ibu untuk
menyusui bayi sebagai bagian dari rutinitas kerja mereka berhari-hari. Jika tenaga kesehatan tidak
secara aktif mendukung menyusui, berarti mereka menghalangi proses menyusui dengan sengaja.
Tanyakan:
• Bagaimana menyusuinya? (berapa kali, lamanya, nyaman kondisi payudara)
• Apakah bayi mendapat minuman atau makanan lain, botol, dan kempeng?
• Kesehatan dan perilaku bayi
• Kehamilan, persalinan, dan pemberian makanan awal
• Kondisi ibu dan KB
• Pengalaman pemberian makan bayi sebelumnya
• Situasi keluarga dan sosial – dukungan di rumah, persiapan untuk kembali bekerja
Amati:
• Kondisi ibu
• Kondisi bayi
• Kegiatan menyusui (termasuk kondisi payudara)
• KMS (berat dan panjang badan yang sesuai)
▪ Ibu perlu berlatih sebelum ASI diperah dalam jumlah banyak. Dorong ibu untuk
tidak menyerah jika ia mendapat sedikit ASI atau tidak ada ASI dalam upaya
pertama. Jumlah ASI yang diperoleh akan meningkat seiring dengan latihan.
▪ Ingatkan ibu, kolostrum yang diperah dalam dua hari pertama biasanya lebih
kental dari ASI matang. Karena lebih kental, ibu akan melihat bahwa ASI tidak
"memancar atau menyemprot" dari payudara. Ibu juga akan memperhatikan
bahwa ia mengeluarkan sekitar satu sendok teh kolostrum setiap kali
memerah. Ini normal dan sangat berharga bagi bayi.
▪ Jumlah ASI yang dikeluarkan ibu akan meningkat dengan cepat setelah hari
kedua atau ketiga dan memerah ASI akan lebih mudah. ASI akan lebih cepat
keluar dan memancar.
▪ Memerah ASI seharusnya tidak menyakitkan. Jika terasa sakit, amati dan nilai
cara ibu memerah ASI.
▪ Seorang ibu perlu rileks agar ASI mengalir. Jika ibu tegang, ASI bisa jauh lebih
sulit diperah. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan ibu untuk rileks.
• Kompres hangat payudara (misalnya handuk hangat).
• Memijat payudara.
• Memijat punggung dan leher sebelum memerah ASI.
▪ Jika ASI perah dibutuhkan dalam jumlah yang tepat, tenaga kesehatan harus
menggunakan spuit untuk memasukkan jumlah ASI yang tepat ke dalam
cangkir.
▪ Ibu dapat mengukur ASI dengan menggunakan sendok makan yang
menampung kurang lebih 15 mL cairan.
▪ Jika bayi membutuhkan ASI kira-kira 30 mL, ibu bisa memasukkan dua sendok
penuh ke dalam cangkir setiap dua sampai tiga jam. Ibu bisa memberi sedikit
tambahan ASI setiap harinya.
▪ Bayi cenderung mengasup jumlah yang berbeda setiap kali menyusui.
▪ Untuk bayi prematur, penggunaan botol susu dan dot tidak dianjurkan karena
mengganggu proses belajar menyusu dari payudara. Jika ASI yang diperah atau
makanan lain diindikasikan secara medis, metode pemberian minum seperti
cangkir atau sendok lebih disukai daripada memberi minum dengan botol dan dot.
▪ Untuk bayi prematur yang tidak dapat menyusu secara langsung,”non nutritive
sucking” (seperti dengan dot) mungkin bermanfaat sampai proses menyusui
dilakukan. Jika spuit ditempatkan di tengah mulut bayi, ASI bisa dengan tidak
sengaja muncrat ke tenggorokan saat bayi belum siap menelan. Beberapa bayi
mengisap seperti mereka mengisap dot, jika berada di tengah mulut mereka. Ini
mungkin akan mengeluarkan lebih banyak ASI daripada yang dapat diatasi bayi
dan bayi mungkin merasa lebih sulit untuk belajar menyusu dari payudara.
▪ Ibu perlu diajari bagaimana cara aman memberi minum bayi mereka dengan
cangkir. Jika ibu dan bayi dipisahkan, ajarkan anggota keluarga seperti ayah atau
nenek untuk memberikan ASI perah kepada bayi dengan cangkir.
2.3. Relaktasi
▪ Relaktasi lebih mudah berhasil jika usia bayi masih sangat muda (kurang dari
2 bulan) daripada bayi de n ga n u s ia lebih tua (di atas 6 bulan). Namun, relaktasi
dimungkinkan dilakukan pada umur berapa saja.
▪ Relaktasi lebih mudah bila bayi baru saja berhenti menyusu, dibandingkan jika bayi
sudah lama berhenti menyusu. Namun, relaktasi dimungkinkan dilakukan kapan
saja.
▪ Ibu yang bertahun-tahun tidak menyusui dapat memproduksi ASI kembali, meskipun
ia sudah menopuse. Misalnya, seorang nenek bisa menyusui cucunya.
▪ Alat bantu menyusui adalah sebuah alat untuk memberikan asupan
tambahan kepada bayi sambil ia menyusu di payudara yang tidak
memproduksi cukup ASI.
▪ Bayi yang lapar bisa saja menyusu pada payudara yang ‘kosong’ beberapa
kali; tapi ia bisa menjadi frustasi dan menolak menyusu lagi – apalagi
Ibu mengukur jumlah susu untuk satu kali pemberian dalam cangkir. Ibu meneteskan
susu ke mulut bayi mengunakan pipet seiring saat bayi menyusu di payudara.
Teteskan susu ke payudara dan puting, menggunakan sendok atau cangkir kecil.
Atur posisi bayi pada payudara sehingga ia bisa menjilat tetesan susu. Perlahan-
lahan, masukkan puting ke mulut bayi, dan bantu bayi melekat pada payudara. Cara
ini mungkin perlu diteruskan selama 3-4 hari sampai bayi bisa menyusu dengan kuat.
Tujuan:
Peserta mampu menjelaskan Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI
Petunjuk:
1. Fasilitator membagi kelompok yang berisi 4-5 peserta
2. Fasilitator meminta peserta untuk membuka Latihan Kasus Kode Internasional
Produk Pengganti ASI di modul peserta.
3. Fasilitator meminta peserta mengerjakan latihan tersebut
4. Fasilitator mendiskusikan bersama jawaban dari setiap latihan yang telah dikerjakan
tersebut di kelompok masing-masing.
5. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan
dan mendiskusikan jawaban bersama.
Alat bantu:
1. Latihan Kasus Kode Internasional Produk Pengganti ASI
2. ATK
KASUS 1
Seorang perwakilan perusahaan dari produsen pengganti ASI asing mengunjungi perawat di
fasilitas bersalin.Ia mempromosikan penggunaan formula bayi baru siap makan. Dia
mengatakan produknya sangat berguna untuk bayi yang kekurangan gizi. Ia menawarkan untuk
menyediakan cukup banyak produk sehingga setiap ibu dapat diberikan selusin (12) botol. Ia
juga meninggalkan beberapa pamflet informasi untuk diberikan kepada para ibu, serta pena
berlogo perusahaan untuk staf perawat.
KASUS 2
Maria mengelola sebuah fasilitas persalinan swasta. Temannya bekerja untuk perusahaan
makanan pengganti ASI dan menawarkan untuk mensponsori fasilitas tersebut dengan
beberapa cara:
Apa yang bisa Maria katakan kepada temannya? Buatlah analisis dan poin-poin penting.
Panduan Simulasi
Tujuan:
Peserta mampu melakukan dukungan persiapan menyusui pada antenatal
Petunjuk:
1. Fasilitator membagi kelompok yang terdiri dari 4-5 peserta.
2. Fasilitaor menjelaskan kepada peserta bahwa peserta akan berpasangan untuk
berlatih diskusi dengan ibu hamil dalam mempersiapkan menyusui. Salah satu dari
peserta akan berperan sebagai ibu, dan yang lainnya berperan menjadi petugas
kesehatan. Peserta yang lain dalam kelompok akan mengamati.
3. Fasilitator menjelaskan bila peserta menjadi ibu hamil:
Duduk dan berdiskusi dengan peserta yang menjadi konselor
4. Fasilitator menjelaskan bila peserta menjadi konselor:
Menyapa dan berkenalan, menanyakan kabar ibu, menanyakan kehamilan keberapa
dan usia kehamilan, menanyakan rencana menyusui, memberi pujian, memberi
informasi tentang menyusui, dan mempersilakan ibu untuk tanya jawab
5. Setelah selesai satu pasang peserta berlatih, Fasilitator memberikan komentar
terhadap peserta dengan memberikan pujian atas hal yang sudah dilakukan dengan
baik, ingatkan bila ada langkah yang terlewat dan diskusikan bila ada kekeliruan.
6. Fasilitator memastikan semua peserta mendapat giliran berlatih menjadi konselor
yang membantu ibu mengatur posisi bayinya.
Alat Bantu:
1. Lembar kerja: Daftar diskusi antenatal
2. Boneka dan model payudara
Diskusi
Topik atau Tertanda Tanggal
catatan jika
ibu
Mendengarkan gagasan, pengalaman dan kecemasan ibu menolak
sebelumnya tentang memberi makan bayi Diskusi
Pentingnya ASI Eksklusif untuk bayi
Tidak ada makanan atau minuman lain yang diperlukan untuk
6 bulan pertama – hanya air susu ibu
Pentingnya melanjutkan menyusui setelah 6 bulan sambil
memberi makanan lain (melindungi dari banyak penyakit;
membantu bayi tumbuh dan berkembang dengan baik;
berubah sesuai kebutuhan bayi, bayi yang tidak disusui
terkena risiko penyakit yang lebih tinggi).
Tujuan:
Peserta mampu melakukan dukungan kontak kulit dan Inisisasi Menyusu Dini (IMD) saat
persalinan
Petunjuk:
1. Fasilitator membagi kelompok yang berisi 4-5 peserta
2. Fasilitator menyiapkan peralatan yaitu boneka, model payudara, topi dan selimut untuk
masing-masing kelompok.
3. Fasilitator mengajak peserta dalam kelompoknya masing-masing untuk
mempraktikkan membantu ibu untuk melakukan kontak kulit dan IMD. Setiap peserta
dapat mempraktikkannya secara bergantian
4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan
dan mendiskusikan jawaban bersama.
Alat Bantu:
1. Boneka
2. Model payudara
3. Topi dan selimut
Tujuan:
Peserta mampu melakukan edukasi mempertahankan menyusui.
Petunjuk:
1. Fasilitator membagi kelompok yang terdiri dari 4-5 peserta.
2. Fasilitator meminta peserta membuka Latihan Mempertahankan Menyusui yang ada
di dalam modul peserta.
3. Fasilitator meminta peserta menyiapkan KMS nya masing-masing.
4. Fasilitator meminta peserta membaca contoh Latihan Mempertahankan Menyusui.
5. Fasilitator membagi latihan tersebut untuk dikerjakan oleh masing-masing peserta di
dalam kelompoknya.
6. Fasilitator meminta peserta mengerjakan latihan tersebut.
7. Fasilitator mendiskusikan bersama jawaban dari setiap latihan yang telah dikerjakan
tersebut di kelompok masing-masing.
8. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan
dan mendiskusikan jawaban bersama.
Alat bantu:
1. Latihan Mempertahankan Menyusui
2. ATK
Contoh:
Untuk dijawab:
Tujuan:
Peserta mampu melakukan dukungan menyusui pasca persalinan pada memerah
ASI
Petunjuk:
1. Fasilitator membagi kelompok yang berisi 4-5 peserta
2. Fasilitator meminta peserta membuka modul peserta dan menemukan kotak “Cara
Memerah ASI dengan Tangan”
3. Fasilitator mengajak peserta dalam kelompoknya masing-masing untuk melakukan
pemerahan ASI menggunakan model payudara dan wadah sesuai dengan kotak “Cara
Memerah ASI dengan Tangan”
4. Selanjutnya fasilitator mengajak peserta untuk mempraktikkan cara memberi minum
dengan cangkir bersama-sama.
5. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan
dan mendiskusikan jawaban bersama.
Alat Bantu:
1. Model payudara
2. Cangkir / gelas kecil bersih
3. Kotak “Cara Memerah ASI dengan Tangan”
Ajarkan ibu melakukannya sendiri. Kita jangan memerah ASI-nya. Dengan seizin ibu, sentuh
payudaranya hanya untuk menunjukkan apa yang harus dilakukan, dan lakukan dengan lembut.
Siapkan wadah bersih kering dengan mulut lebar untuk ASI Perah
Ajarkan ibu untuk :
1. Mencuci tangan dengan sabun setiap akan memerah
2. Ibu butuh untuk membersihkan payudaranya hanya sekali sehari. Keseringan membersihkan
khususnya dengan sabun, mengeringkan kulit areola yang sensitif dan memudahkan terjadinya
puting retak
3. Buatlah dirinya nyaman. Duduk atau berdiri dengan nyaman
4. Pegang wadah di bawah areola dan puting, dengan tangan lainnya.
5. Meletakkan ibu jarinya pada payudara di ATAS puting dan areola, dan jari telunjuknya pada
payudara di BAWAH puting dan areola, berseberangan dengan ibu jari. Ibu menopang payudara
dengan jari-jari lainnya.
6. Menekankan dan melepas jaringan payudara diantara ibu jari dan telunjuk beberapa kali.
Kadang pada payudara ibu yang menyusui mungkin merasakan adanya bagian- bagian melebar
dari duktus yang membengkak karena ASI.
7. Jika ASInya tidak keluar, ibu sebaiknya memposisikan ulang ibu jari dan telunjuknya sedikit lebih
dekat ke puting atau ke arah belakang-depan sampai menemukan tempat yang menghasilkan ASI
dapat mengalir. Lalu tekan lepas payudara seperti sebelumnya
8. Menekan dan melepascan, menekan dan melepascan. Ke semua arah mengelilingi payudara.
Jaga agar jari-jari kita jaraknya tetap sama dari puting.
9. Perah satu payudara sampai ASI hanya mengalir perlahan dan menetes. Ini
memungkinkan akan memakan waktu sekitar 2-5 menit dan perah lagi payudara satunya lagi
dengan cara yang sama sampai ASInya hanya menetes
10. Bergantian antara payudara setelah 5 atau 6 kali dengan minimal waktu yang dibutuhkan
untuk satu kali proses pemerahan minimal 20-30 menit
11. Hentikan memerah ketika ASI sudah mengalir lambat
12. Jika memerah kolostrum pada satu hari pertama atau dua hari, tampung ASI dalam spuit 2 ml
atau 5 ml saat mengalir keluar dari puting. Seorang penolong dapat melakukan ini. Ini akan
mencegah terbuangnya ASI yang mana bisa terjadi pada penggunaan wadah besar sedangkan
volume ASI yang keluar sedikit
13. Beberapa ibu memerah dengan agak mendorong kedalam dan keluar dinding payudara pada saat
yang bersamaan untuk meningkatkan pengaliran ASI
Hindarilah hal-hal berikut ini:
14. Hindari memerah pada puting - Hal itu dapat menghambat aliran ASI
15. Hindari mengurut jari-jari kita pada payudara, menggesek dapat membuat payudara lecet
Panduan Simulasi
Relaktasi
Tujuan:
Peserta mampu untuk melakukan relaktasi.
Petunjuk:
1. Fasilitator menyiapkan peralatan untuk demonstrasi.
2. Fasilitator meminta peserta untuk membantu demonstrasi.
3. Fasilitator menunjukkan perlengkapan kepada peserta.
4. Fasilitator melaksanakan demonstrasi relaktasi: Fasilitator menunjukkan cara
memasukkan NGT (bagian yang tumpul dimasukkan melalui sudut bibir boneka
sedangkan bagian ujung lainnya yang berwarna hijau masuk ke dalam wadah berisi
ASI perah atau pengganti ASI). Fasilitator juga menunjukkan cara membersihkan
selang NGT dengan air yang dialirkan melalui spuit yang disambungkan ke NGT
bagian hijau. Pastikan bayi dapat melekat dengan baik pada payudara ibu terlebih
dahulu sebelum memulai relaktasi.
5. Fasilitator mengajak semua peserta bersama-sama untuk mempraktikkan
teknik relaktasi.
6. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan
pertanyaan dan mendiskusikan jawaban bersama.
Alat Bantu:
1. Model payudara
2. Wadah (cangkir, botol kaca atau wadah lain)
3. Nasogastric tube (NGT Fr 5 panjang 40 cm)
4. Spuit 20 cc
1. d
2. e
3. c
4. d
5. b
DESKRIPSI SINGKAT
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan dalam mendukung
menyusui adalah dengan memberikan konseling menyusui pada ibu. Dalam memberikan
konseling menyusui dibutuhkan beberapa keterampilan yaitu keterampilan
mendengarkan dan mempelajari dan keterampilan membangun percaya diri dan
memberikan dukungan.
Pada proses konseling menyusui dilakukan pengkajian riwayat menyusui untuk diketahui
hal-hal yang dapat berhubungan dengan kesulitan menyusui. Untuk melatih keterampilan-
keterampilan konseling menyusui tersebut perlu dilakukan praktik lapangan sehingga
petugas kesehatan lebih terampil dalam melakukan konseling menyusui. Mata pelatihan
inti ini membahas tentang konsep konseling menyusui dan tata cara konseling menyusui.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan konseling menyusui.
2. INDIKATOR HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat:
1. Menjelaskan konsep konseling menyusui
2. Melakukan konseling menyusui
B. KEGIATAN BELAJAR
PENDAHULUAN
Konseling menyusui adalah proses komunikasi antara tenaga terlatih dengan
ibu/pengasuh untuk membantu dalam memahami dirinya, memahami beberapa pilihan
yang ada kemudian memilih sesuai dengan kondisinya. Konseling ini diarahkan pada
perubahan perilaku pemberian makan ibu dan bayi dimana seorang ibu juga
membutuhkan peran ayah di sisinya. Keterampilan konseling yang penting dimiliki oleh
seorang konselor adalah keterampilan mendengarkan dan mempelajari serta
keterampilan membangun kepercayaan diri dan memberi dukungan.
▪ Konseling adalah cara untuk memahami bagaimana perasaan orang dan membantu
mereka memutuskan apa yang terbaik untuk dilakukan dalam situasi mereka.
▪ Konseling menyusui merupakan konseling yang difokuskan dalam hal menyusui.
Konseling ini tidak hanya dilakukan pada ibu saja namun dapat dilakukan juga kepada
pengasuh bayi.
▪ Ibu menyusui dan ibu hamil merupakan sasaran dimana konseling menyusui ini
bermanfaat.
▪ Keterampilan konseling ini juga berguna saat kita berbicara dengan pasien atau klien
dalam situasi lain. Bahkan dalam digunakan pada keluarga, teman atau kolega di
tempat kerja. Cobalah teknik ini dan Anda akan menemukan hasil yang mengejutkan
dan membantu.
▪ Jika ibu pemalu atau tidak mengenal Anda dengan baik, ia mungkin tidak akan mudah
membicarakan perasaannya. Anda membutuhkan keterampilan mendengarkan untuk
menunjukkan padanya bahwa Anda tertarik dengan situasinya. Ini akan
mendorongnya untuk memberi tahu Anda lebih banyak. Dia tidak akan terlalu
“menutup diri” dan tidak mengatakan apa-apa.
▪ Konseling ini membutuhkan 2 keterampilan yaitu keterampilan mendengarkan dan
mempelajari serta keterampilan membangun percaya diri dan memberi dukungan.
▪ Harapan dengan dilakukannya konseling menyusui adalah adanya perubahan
perilaku ibu dalam menyusui bayinya sehingga dapat melakukan rekomendasi yang
ada untuk pemberian makan bayi dan anak.
Nah, sekarang Anda telah mengentahui konsep konseling menyusui. Sekarang mari
bersama kita pelajari keterampilan konseling yang pertama yaitu keterampilan
mendengarkan dan mempelajari lebih detil ya…karena sebetulnya sudah disinggung dari
sejak awal modul ini.
Pada setiap peragaan, ucapkan beberapa kata yang persis sama, dan cobalah
dengan cara yang sama, misalnya:
Selamat pagi, Fatima. Bagaimana proses pemberian makan untuk Anda dan bayi
Anda? “
1. Postur
Membantu: Duduk sehingga kepala Anda sejajar dengan
kepalanya.
Menghambat: Berdiri dengan kepala lebih tinggi dari kepala ibu.
2. Kontak mata
Membantu: Lihat dia dan perhatikan saat dia berbicara.
Menghambat: Memandang sesuatu yang lain, atau melihat catatan,
jam tangan, atau ponsel Anda.
(Catatan: Seperti apa kebiasaan/budaya kontak mata dengan
ibu/orang tua/pengasuh di tempat Anda bekerja?)
Kontak mata mungkin memiliki arti yang berbeda dalam budaya yang
berbeda. Kadang-kadang ketika seseorang berpaling, itu berarti dia
siap untuk mendengarkan. Jika perlu, sesuaikan ini dengan situasi
Anda sendiri.
3. Penghalang
Membantu: Pindahkan barang-barang yang menghalangi pandangan
Menghambat:
• Menulis catatan saat sedang berbicara
• Melihat layar komputer saat sedang berbicara.
4. Luangkan waktu
Membantu: Tunjukkan pada ibu bahwa Anda punya waktu. Duduk
dan sapa ibu tanpa terburu-buru. Tetap diam dan tersenyum
padanya, perhatikan ibu menyusui dan tunggu ia menjawab.
Menghambat:
• Terburu-buru
• Menyapanya terlalu cepat
• Menunjukkan tanda-tanda ketidaksabaran
• Melihat jam tangan atau ponsel Anda.
5. Sentuhan yang wajar
Membantu: Sentuh ibu dengan sopan.
Menghambat: Menyentuh ibu atau bayi dengan cara yang “tidak
sopan”.
(Catatan: Jika Anda tidak dapat memeragakan sentuhan yang tidak sopan, cukup
peragakan tanpa menyentuh.)
Ibu: Ya.
Ibu: Tidak.
Ibu: Ya.
Komentar: Tenaga kesehatan mendapat jawaban “ya” dan “tidak” dan menerima
lebih sedikit informasi. Mungkin sulit untuk mengetahui apa yang harus
dikatakan selanjutnya. Mari kita lihat cara lain untuk melakukan ini.
Tenaga Selamat pagi, (nama). Saya (nama), bidan. Bagaimana (nama bayi)?
kesehatan:
Ibu: Dia ingin minum terlalu banyak saat itu, jadi saya pikir ASI saya tidak
cukup.
▪ Jika Anda ingin seorang ibu terus berbicara, Anda harus menunjukkan bahwa Anda
mendengarkan dan tertarik dengan apa yang dia katakan.
Ibu: Nah, saya agak khawatir tadi malam karena dia banyak menangis.
Ibu: Saya bertanya-tanya apakah itu karena dia kesakitan setelah lahir.
Di berbagai negara dan konteks budaya, orang memberikan tanggapan yang berbeda-
beda. Mari kita diskusikan bersama tentang ini.
Tenaga Selamat pagi, (nama). Bagaimana kabarmu dan (nama bayi) hari
kesehatan: ini?
Ibu: Ya, ibu saya memberitahu bahwa saya harus memberinya susu
botol juga.
PERAGAAN - SIMPATI
Tenaga Selamat pagi, (nama). Bagaimana kabarmu dan (nama bayi) hari ini?
kesehatan:
Ibu: (nama bayi) tidak menyusu dengan baik. Saya khawatir dia sakit.
Tenaga Saya paham perasaan anda. Ketika anak saya sakit, saya sangat
kesehatan: khawatir. Saya tahu persis bagaimana perasaan Anda.
Komentar: Disini fokus berpindah dari ibu ke tenaga kesehatan. Ini simpati,
bukan empati. Mari kita dengarkan kembali dengan berfokus pada
pada ibu dan berempati terhadap perasaannya.
Tenaga Selamat pagi, (nama). Bagaimana kabarmu dan (nama bayi) hari ini?
kesehatan:
Ibu: Dia tidak menyusu dengan baik. Saya khawatir dia sakit.
Tenaga Menurut Anda, apakah Anda memiliki ASI yang cukup untuknya?
kesehatan:
Ibu: Saya tidak tahu ... Saya harap begitu, tapi mungkin tidak ... (dia terlihat
khawatir).
Komentar: Tenaga kesehatan belum mengetahui apa yang diharapkannya tetapi malah
membuat ibu sangat khawatir.
Tenaga Selamat pagi. Bagaimana proses menyusui untuk Anda dan (nama bayi)?
kesehatan:
Ibu: Sangat baik. Saya belum perlu memberinya apa-apa lagi. Bayi saya makan
dan tidur nyenyak. Saya sangat senang.
Komentar: Kali ini tenaga kesehatan mempelajari apa yang perlu dia ketahui tanpa
membuat sang ibu khawatir. Tenaga kesehatan menggunakan pertanyaan
terbuka untuk menghindari penggunaan perkataan yang menghakimi.
Tenaga Selamat pagi. Bagaimana proses pemberian makan menurut Anda? Dia
kesehatan: bayi laki-laki yang mungil, bukan? Bagaimana keadaannya?
(Keterampilan
2: Pertanyaan
terbuka)
Ibu: Dia baik-baik saja. Payudaraku penuh, dan dia sangat sering menyusu.
Saya senang saya memutuskan untuk menyusui dia.
Ibu: Saya khawatir tadi malam karena bayi saya banyak menangis.
Ibu: Rupanya Anda mengerti. Bisakah Anda membantu saya hari ini?
Tenaga Ya, tentu saja. Bolehkah saya mengamati bayi Anda menyusu? Kita
kesehatan: dapat melihat bagaimana ia menyusu, dan melihat payudara Anda, lalu
(Keterampilan kita bisa berdiskusi lebih banyak tentang apa yang mungkin bisa
6) membantu ibu.
Nah, kini Anda telah memahami teknik keterampilan konseling yang pertama, mari kita
lanjutkan dengan keterampilan berikutnya yaitu membangun percaya diri dan memberi
dukungan.
▪ Dalam materi ini, Anda akan mempelajari keterampilan konseling untuk membangun
kepercayaan diri dan memberi dukungan.
▪ Minggu-minggu pertama kehidupan bayi adalah saat yang rentan. Ibu bisa dengan mudah
kehilangan kepercayaan pada dirinya sendiri. Ini mungkin membuat ibu merasa gagal,
terutama jika ia tidak memiliki dukungan keluarga.
▪ Anda akan membutuhkan keterampilan ini untuk membantu ibu merasa percaya diri dan
nyaman dengan dirinya sendiri.
▪ Penting untuk tidak membuat ibu merasa dia melakukan sesuatu yang salah.
▪ Di saat yang rentan ini, ibu mungkin percaya ada yang salah dengan dirinya, cara
menyusui, atau ASInya. Ini mengurangi kepercayaan diri ibu.
▪ Penting untuk tidak memberitahu ibu apa yang harus dilakukan. Membantu setiap ibu
untuk memutuskan sendiri apa yang terbaik untuk dirinya dan bayinya akan meningkatkan
kepercayaan diri ibu.
▪ Saat kita menerima ide dan perasaan ibu, percaya dirinya tumbuh dan ia merasa
didukung. Kita tidak perlu menyatakan tidak setuju dengan ibu atau mengatakan kepada
ibu bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
▪ Jika Anda tidak setuju atau mengkritik ibu, percaya dirinya akan menurun. Anda bisa
kehilangan kepercayaan dari ibu, dan ia mungkin tidak ingin mencari bantuan atau
dukungan dari Anda lagi.
▪ Menunjukkan penerimaan memungkinkan Anda merespons dengan cara yang netral,
bukan “tidak setuju” dan bukan “setuju.” Menerima perkataan seorang ibu membantunya
memercayai Anda dan mendorongnya untuk melanjutkan percakapan walaupun yang
disampaikan hal yang keliru.
▪ Penting untuk tidak menyetujui informasi atau ide yang salah. Anda mungkin ingin
menyarankan sesuatu yang sangat berbeda. Sebaliknya, Anda hanya menerima apa
yang dia pikirkan atau rasakan Berikan contoh menerima apa yang DIPIKIRKAN ibu.
Modul Pelatihan Konseling Menyusui (Kemenkes RI, 2022) 185
PERAGAAN - MENERIMA APA YANG DIKATAKAN IBU
Ibu: Saya ingin memberi bayi saya sebotol susu formula karena saya tidak
punya cukup ASI untuknya.
Tenaga Saya yakin ASI Anda cukup. Bayi Anda tidak membutuhkan susu formula.
kesehatan:
Tanyakan: Apakah tenaga kesehatan setuju, tidak setuju atau menerima perasaan
sang ibu?
Komentar: Tanggapan ini tidak setuju dan menolak apa yang dikatakan sang ibu.
Tenaga kesehatan tidak membangun kepercayaan diri ibu.
Ibu: Saya ingin memberi bayi saya sebotol susu formula karena saya tidak
punya cukup susu untuknya.
▪ Mengulang kembali dan memberi respon sederhana adalah cara yang berguna untuk
menunjukkan penerimaan;
▪ Selanjutnya, Anda dapat memberikan informasi untuk mengoreksi informasi atau gagasan
yang salah;
▪ Berempati dapat menunjukkan penerimaan terhadap perasaan ibu;
▪ Jika seorang ibu khawatir atau kesal, lalu Anda berkata, "Oh, jangan marah, tidak ada
yang perlu dikhawatirkan";
▪ Dalam kasus ini, dia mungkin merasa dia "salah" karena marah;
▪ Ini dapat mengurangi kemampuan ibu untuk membuat keputusan sendiri dengan percaya
diri.
Tenaga Selamat pagi (nama), bagaimana proses menyusui Anda dan (nama bayi)?
kesehatan:
Ibu Buruk sekali. Hidung bayi saya benar-benar tersumbat, dan dia tidak bisa
(menangis): menyusu. Dia hanya menangis, dan saya tidak tahu harus berbuat apa.
Komentar: Tanggapan ini tidak mengatasi perasaan ibu dan membuatnya merasa salah
telah menangis.
Tenaga Selamat pagi (nama), bagaimana proses menyusui Anda dan (nama bayi)?
kesehatan:
Ibu Buruk sekali. Hidung bayi saya benar-benar tersumbat, dan dia tidak bisa
(menangis): menyusu. Dia hanya menangis, dan saya tidak tahu harus berbuat apa.
Tenaga Jangan menangis. Ini bukan masalah yang serius. (Nama bayi) akan segera
kesehatan: merasa lebih baik.
Catatan: Dalam contoh ini, berempati digunakan untuk menunjukkan penerimaan. Ini adalah
contoh menggunakan keterampilan meningkatkan percaya diri dan memberi dukungan untuk
menunjukkan penerimaan.
▪ Ibu perlu mempelajari banyak hal baru selama hari-hari pertama setelah kelahiran bayi;
▪ Sebagai tenaga kesehatan, kita perlu menghargai usahanya.
▪ Sebelum mengoreksi atau mencoba "memperbaiki" praktiknya, berikan pujian dan
dorongan.
▪ Pengakuan dan pujian seperti ini akan membangun kepercayaan dirinya.
▪ Ibu dalam gambar ini harus kembali bekerja segera setelah bayinya lahir. Ibu memerah
ASI di siang hari untuk diberikan kepada bayi saat ia bekerja. Ibu terus menyusui bayinya
di malam hari. Ibu khawatir tidak cukup sering menyusui.
▪ Tanggapan yang paling membantu adalah yang ketiga, di mana tenaga kesehatan
mengenali dan memuji apa yang sedang dilakukan ibu dan bayinya. Ini akan membantu
membangun percaya diri ibu dan mendorongnya untuk terus memerah ASI dan menyusui
bayinya di malam hari.
Setelah bayi lahir, ibu mungkin haus atau lapar, atau ingin beristirahat.
▪ Ibu mungkin membutuhkan orang lain untuk menjaga bayinya saat ia perlu meninggalkan
bayi sebentar;
▪ Jika Anda dapat memberikan bantuan praktis ini, dia akan dapat lebih rileks dan lebih
fokus dalam merawat dan memberi makan bayinya.
▪ Ibu dalam gambar ini sedang berbaring di tempat tidur segera setelah melahirkan. Dia
terlihat sedih dan tertekan. Dia mengatakan kepada pekerja kesehatan: “Tidak, saya
belum menyusui bayi saya. Payudara saya kosong, dan saya masih terlalu sakit untuk
duduk. "
▪ Tanggapan yang paling membantu adalah yang kedua, di mana tenaga kesehatan
menawarkan untuk memberikan bantuan praktis yang akan membuat ibu lebih nyaman,
sebelum membantunya menyusui.
▪ Tentunya, penting bagi bayi untuk segera menyusu. Kemungkinan ibu berhasil menyusui
akan semakin besar jika ia merasa nyaman.
Ibu: Baik-baik saja. Saya akan mulai memberikan susu formula kepada bayi
saya karena saya mendengar bahwa ia akan terlindung dari infeksi.
Tenaga Anda memikirkan tentang apa yang terbaik bagi bayi. Saya senang Anda
kesehatan: datang untuk membicarakannya. ASI akan membantu melindungi bayi
Anda dari infeksi, tetapi susu formula tidak bisa. Jika Anda memberi susu
formula kepada bayi Anda, perlindungannya terhadap penyakit akan
berkurang.
Tanyakan: Apa yang Anda amati kali ini?
▪ Apa istilah-istilah yang mungkin biasa kita gunakan? Berikan beberapa contoh.
▪ Contoh: “Kolostrum dengan khasiat anti infeksi” dapat disampaikan dengan bahasa
sederhana “ASI pertama Anda yang akan melindungi bayi”.
Tenaga Selamat pagi (nama). Bagaimana proses menyusui untuk Anda dan bayi Anda?
kesehatan:
Ibu: Baik-baik saja. Saya akan mulai memberikan susu formula kepada bayi saya
karena saya mendengar bahwa ia akan terlindung dari infeksi.
Tenaga
Kesehatan: ASI berlimpah dengan faktor anti-infeksi dan imunoglobulin yang memberikan
perlindungan bayi Anda dari infeksi virus dan bakteri. Bayi yang diberi susu formula
lebih sering mengalami diare, karena susu formula tidak memiliki faktor anti infeksi.
Susu formula seringkali terkontaminasi bakteri berbahaya. Jika Anda memberikan
ASI kepada bayi Anda, ia akan mendapat manfaat dari sifat anti infeksi dan
imunoglobulin yang dikeluarkan melalui ASI.
▪ Tanggapan pertama adalah perintah. Ini memberitahu ibu apa yang harus ia lakukan.
Ibu mungkin merasa bersalah dan kehilangan percaya diri jika ia tidak bisa
melakukannya.
▪ Tanggapan kedua adalah saran. Ini memungkinkan ibu untuk memutuskan apakah
dia akan menyusui bayi lebih sering atau tidak.
▪ Cara lain untuk memberi saran adalah dengan mengajukan pertanyaan, misalnya,
“Pernahkah Anda berpikir untuk menyusuinya lebih sering? Terkadang itu membantu”.
PENDAHULUAN
Dalam melakukan konseling menyusui, terdapat tata cara yang perlu dipahami oleh tenaga
kesehatan. Langkah-langkah dalam konseling menyusui yang perlu dilakukan adalah
menilai/bertanya, menganalisis/berpikir dan melakukan/bertindak. Pada masing-masing
langkah ini menggunakan keterampilan konseling dengan tujuan perubahan perilaku terhadap
pemberian makan bayi dan anak. Konselor dapat melakukan konseling sesuai dengan
rekomendasi kontak menyusui dimana pada masing-masing waktu terdapat poin-poin diskusi
yang penting untuk didiskusikan dengan ibu/pengasuh.
Langkah 1: Menilai menyusui yang sesuai usia bayi dan kondisi ibu/pengasuh: tanya,
dengarkan dan amati.
Langkah 2: Menganalisis kesulitan menyusui: identifikasi kesulitannya dan jika ada lebih
dari satu, prioritaskan kesulitan tersebut.
Langkah 1: Menilai/Bertanya
Menilai/bertanya merupakan langkah pertama yang penting untuk dilakukan oleh konselor
ketika memulai konseling kepada ibu/pengasuh. Dengan menilai/bertanya,
ibu/ayah/pengasuh dapat berpartisipasi dalam sebuah percakapan dengan mengutarakan
pendapat atau pengalamannya. Konselor perlu menggunakan keterampilan mendengarkan
dan mempelajari sehingga menjadi pendengar yang baik sekaligus dapat menilai/bertanya
berbagai hal untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Langkah 3: Melakukan/Bertindak
Langkah ketiga merupakan langkah terakhir pada konseling menyusui. Pada langkah ini konselor
akan melakukan/bertindak berdasarkan hasil analisis/berpikir pada langkah sebelumnya. Pada
langkah ini hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
• Tergantung dari usia bayi, kondisi ibu/pengasuh dan analisis Anda (di atas), pilih
INFORMASI YANG RELEVAN. (Jika tidak ada kesulitan, berikan pujian pada ibu karena
telah menyusui sesuai anjuran).
• Berikan pujian pada ibu ketika ia telah melakukan hal yang benar.
• Untuk kesulitan yang ditemui, diskusikan dengan ibu/pengasuh bagaimana mengatasi
kesulitan itu.
• Berikan pilihan/perilaku yang mungkin dilakukan dan bantu ibu memilih salah satu yang bisa
ia lakukan untuk mengatasi kesulitan itu.
• Tunjukkan kepada ibu/pengasuh bantuan praktis sesuai prioritas kesulitan.
• Minta ibu untuk mengulangi perilaku baru yang sudah disepakati untuk melihat
pemahamannya.
• Sepakati dengan ibu untuk melakukan evaluasi pada pertemuan berikutnya.
• Beri tahu dimana ibu bisa mendapatkan dukungan tambahan (misalnya; menghadiri
ceramah pendidikan, kelompok pendukung menyusui di masyarakat), pastikan bahwa ibu
tahu bagaimana mengaksesnya.
• Rujuk ibu dan bayi ke fasilitas kesehatan yang sesuai, bila perlu.
• Ucapkan terima kasih atas waktunya.
C. PENUGASAN
Tujuan:
Peserta mampu untuk melakukan Keterampilan Mendengarkan dan Mempelajari
Petunjuk:
1. Fasilitator membagi kelompok yang berisi 4-5 peserta.
2. Fasilitator meminta peserta untuk membuka Latihan Tertulis Keterampilan
Mendengarkan dan Mempelajari di modul peserta.
3. Fasilitator meminta peserta untuk mengerjakan seluruh latihan tertulis sesuai
instruksi pada masing-masing latihan.
4. Fasilitator memberikan umpan balik terhadap jawaban latihan masing-masing
peserta satu per satu.
5. Fasilitator mendiskusikan jawaban latihan tertulis mengenai Menghindari kata-kata
menghakimi di dalam kelompok.
6. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan dan
mendiskusikan jawaban bersama.
Alat bantu:
1. Latihan Kasus Keterampilan Mendengarkan dan Mempelajari
2. ATK
Bapak Yusuf dan Ibu Mia membawa Juned, bayi mereka yang berumur 3 bulan, ke klinik. Mereka
ingin bicara, karena berat badan bayinya tidak bertambah.
Tulislah dua pertanyaan terbuka yang akan kita tanyakan kepada Bapak Yusuf dan Ibu Mia. Kedua
pertanyaan tersebut harus pertanyaan yang tidak bisa mereka jawab dengan “ya” dan “tidak” saja.
1. Bayi saya sering buang air besar kadang 8 kali sehari. a. Tiap hari buang air besarnya
banyak?
b. Buang air besar seperti apa?
c. Apakah ini terjadi setiap hari,
atau hanya beberapa hari?
3. Saya sudah mencoba memberi makan lewat botol, a. Mengapa ibu mencoba memberi
tapi dia memuntahkannya botol?
b. Ia menolak mengisap dari
botol?
c. Apa ibu sudah mencoba
memakai gelas?
Untuk pernyataan 4 dan 5, karanglah sendiri respon yang “mengatakan kembali” apa yang ibu
katakan.
5. Suami saya bilang bayi kami sekarang sudah cukup besar untuk disapih.
Kita bertemu Ibu Cori di pasar bersama bayinya yang berusia 2 bulan. Kita memuji betapa
bayinya tampak sehat, dan menanyakan kabar mereka berdua. Ibu Cori mengatakan “Oh, kami baik-
baik saja. Tapi bayi saya perlu susu botol kalau sore.”
Apa yang dikatakan untuk mengatakan kembali apa yang Ibu Cori katakan?
2. ASI saya kelihatannya encer sekali-saya yakin a. Itu namanya foremilk – selalu
tidak bagus agak encer
b. Ibu kuatir tentang tampilan ASI ibu?
c. Yah, berapa berat bayi ibu? ini tidak
bagus
3. Tidak ada ASI di payudara saya, dan a. Ibu gelisah karena ASI belum
bayi saya sudah satu hari umurnya. keluar?
b. Apa dia sudah mulai menyusu?
c. Biasanya ASI perlu beberapa hari
untuk keluar.
Apa yang akan dikatakan kepada Ibu Eni untuk berempati terhadap perasaannya?
Latihan Kelompok
Minta peserta untuk berkumpul kembali guna mengerjakan Latihan 5 secara berkelompok
▪ Kata-kata yang dicetak tebal di bagian paling atas adalah kata-kata yang paling lazim digunakan.
Ini kata-kata yang akan kita gunakan dalam latihan ini.
▪ Di bawah masing-masing kata yang lazim tadi terdapat daftar kata-kata lain yang maknanya
hampir sama. Misalnya, 'memadai' dan ‘lumayan’ ditaruh di bawah kata 'cukup'. Kata-kata yang
artinya berlawanan berada dalam satu kelompok. Misalnya 'bagus' dan 'jelek'. Semua ini adalah
kata-kata yang menghakimi dan penting sekali menghindarkannya.
Mintalah para peserta melihat tabel ‘MENGGUNAKAN DAN MENGHINDARI KATA KATA
MENGHAKIMI’, di modul peserta.
Untuk tiap kata, bacalah Pertanyaan menghakimi, dan beritahu terjemahannya. Kemudian
mintalah peserta memikirkan Pertanyaan yang tidak menghakimi. Pertanyaan ini sebaiknya sama
dengan pertanyaan yang menghakimi, tapi tanpa memakai kata-kata menghakimi.
Baik
Normal
Cukup
Masalah
menyusuinya
Banyak
Tujuan:
Peserta mampu untuk melakukan Keterampilan Membangun Percaya Diri dan Memberi
Dukungan
Petunjuk:
1. Fasilitator membagi kelompok yang berisi 4-5 peserta.
2. Fasilitator meminta peserta untuk membuka Latihan Tertulis Keterampilan
Membangun Percaya Diri dan Memberi Dukungan di modul peserta.
3. Fasilitator meminta peserta untuk mengerjakan seluruh latihan tertulis sesuai
instruksi pada masing-masing latihan.
4. Fasilitator memberikan umpan balik terhadap jawaban latihan masing-masing
peserta satu per satu.
5. Fasilitator mendiskusikan jawaban latihan tertulis pertama tentang Keterampilan
Menerima apa yang ibu rasakan di dalam kelompok.
6. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan
pertanyaan dan mendiskusikan jawaban bersama.
Alat bantu:
1. Latihan Kasus Keterampilan Membangu Percaya Diri dan Memberi Dukungan
2. ATK
Latihan 1 adalah latihan kelompok tentang menerima apa yang ibu pikirkan.
Latihan 2-7 adalah latihan tertulis perorangan.
Contoh 1-2
Fasilitator membaca: Peserta membaca:
Sekarang lihat Contoh 3-5. Berikut ini ada beberapa pemikiran keliru, yang ditulis sebagai
pernyataan oleh ibu. Di sampingnya ada beberapa respon yang mungkin diberikan untuk
menerima perkataan ibu. Di buku panduan peserta, tidak ada respon tertulis.
Peserta memberi respon yang menerima apa yang ibu katakan, tanpa harus tidak setuju atau
setuju. Peserta tidak perlu “menebak” respon tepat seperti yang disarankan, asal respon mereka
menerima apa yang ibu katakan.
Latihan kasus
Untuk masing-masing latihan, bacalah instruksi Bagaimana mengerjakan latihan dan Contoh
apa yang harus dilakukan.
Kemudian tulis jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan pada bagian Untuk dijawab.
Kalau sudah selesai, diskusikan jawaban-jawaban dengan fasilitator.
Bayi laki-laki Ibu P sedang pilek, hidung tersumbat, dan terlihat kesulitan menyusui. Ketika
menceritakan soal ini, Ibu P menangis.
Beri tanda pada respon yang menunjukkan kita memahami perasaan ibu P.
Untuk dijawab:
Cerita A.
Ibu Mia menangis. Dia mengatakan payudaranya jadi lembek lagi, jadi ASI-nya pasti berkurang,
padahal bayinya baru berumur 3 minggu.
a. Jangan menangis - saya yakin ASI Ibu masih banyak.
b. Saya mengerti, Ibu benar-benar sedih karena ini.
c. Payudara memang sering jadi lembek pada saat ini – tapi itu bukan berarti ASI ibu
berkurang!.
Cerita B.
Ibu Dani terganggu sekali. Bayinya kadang tidak buang air besar (BAB) selama satu atau dua hari.
Saat BAB, bayinya mengangkat lutut dan mengejan sampai wajahnya merah padam. Tinjanya lembek
dan kuning kecoklatan.
a. Ibu tidak usah terganggu – keadaan ini sangat normal untuk bayi.
b. Beberapa bayi tidak BAB selama 4 atau 5 hari.
c. Ibu benar-benar terganggu ya kalau dia tidak BAB?
Cerita C.
Ibu Marta kelihatan sangat cemas. Dia yakin bayinya sakit parah. Lidahnya penuh bintik putih, yang
menurut kita sariawan. Kita tahu ini tidak serius dan mudah mengobatinya.
Tulis apa yang akan dikatakan kepadanya, untuk menunjukkan betapa kita memahami
kecemasannya.
Latihan 3. Memuji apa yang ibu dan bayi kerjakan dengan baik
Contoh:
Seorang ibu menyusui bayinya yang berusia 3 bulan, dan memberinya sari buah. Bayi kena diare
ringan.
Beri tanda pada tanggapan yang memuji apa yang ibu lakukan.
a. Ibu sebaiknya menyetop sari buah – mungkin itu yang menyebabkan diare.
b. Bagus sekali ibu menyusuinya — ASI bisa membantu bayi ibu sembuh
c. Lebih baik tidak memberi bayi apapun kecuali ASI sampai mereka berusia 6 bulan.
a. Salut dengan ibu yang berusaha menyusui kapan saja ibu sampai di rumah setelah
bekerja.
b. Lebih baik ibu memberi susu buatan pakai cangkir, jangan botol.
c. Bayi sering berhenti menyusu apabila ibu mulai memberinya botol.
Cerita E.
Seorang ibu dari bayi berusia 3 bulan mengatakan bahwa bayinya terus menangis di waktu
malam, dan ibu itu berpikir bahwa ASI-nya berkurang. Padahal bayinya bertambah berat dengan
baik bulan lalu.
a. Banyak bayi menangis pada waktu seperti itu – tak perlu dikuatirkan
b. Dia tumbuh dengan baik – dan itu hanya karena ASI saja.
c. Biarkan saja dia menyusu lebih sering – itu akan segera meningkatkan
pasokan ASI ibu.
Cerita F.
Seorang bayi berusia 4 bulan sepenuhnya diberi susu botol, dan kena diare. KMS menunjukkan berat
lahirnya 3,5 kg, dan bayi itu hanya bertambah 200 gram berat badannya selama 2 bulan terakhir.
Botol susunya berbau asam.
Tulis apa yang akan katakan untuk memuji apa yang telah ibu dan bayi lakukan dengan benar:
Untuk dijawab:
Ibu 1 – 4 Informasi :
Ibu 5 :
Seorang ibu yang melahirkan sehari yang lalu dengan kondisi payudara yang lembek dan
khawatir karena ASI-nya belum keluar:
Contoh:
Seorang ibu hamil berkata :
“Saya tidak akan punya cukup ASI, karena payudara saya begitu kecil.”
Untuk dijawab:
1. Seorang ibu berkata: “Saya tidak membiarkannya menyusu lebih dari 10 menit,
karena akan menyebabkan puting saya lecet.”
Terima apa yang ia katakan:
2. Seorang ibu berkata: “Saya akan memberinya sebotol susu formula di malam hari, dan
menghemat ASI untuk malam itu.”
3. Seorang ibu berkata: “Saya beri dia air minum, karena sekarang cuaca panas sekali.”
Contoh:
Informasi: Menyusui eksklusif sudah mencukupi bagi bayi di usia 6 bulan.
Untuk dijawab:
1. Informasi: Foremilk biasanya kelihatan lebih encer dan hindmilk lebih banyak mengandung
lemak
2. Informasi: Untuk menyusu secara efektif, bayi perlu melekat dengan baik pada payudara.
Contoh:
Perintah: Tidurlah bersama bayi supaya bisa menyusui di waktu malam!
Saran:
Mungkin akan lebih mudah menyusui bayi waktu malam kalau dia tidur bersama Ibu.
Beberapa contoh alternatif bagaimana membuat saran: (Dalam jawaban, hanya perlu memberikan
SATU jawaban.)
1. Perintah: Jangan beri bayi ibu air minum apapun sebelum umurnya minimal 6 bulan!
Saran:
2. Perintah: Susui bayi lebih sering, kapanpun ia lapar, nanti pasokan ASI
ibu akan bertambah!
Saran
3. Perintah: Ibu harus mendekap bayi lebih dekat, nanti dia tidak bisa menyusu
dengan baik!
Saran:
Pilihan:
4. Perintah: Ibu sebaiknya memberi susu pakai cangkir. Jangan beri dia botol, nanti
dia akan menjadi diare!
Saran :
Tujuan:
Peserta mampu untuk melakukan Konseling Menyusui.
Petunjuk:
1. Fasilitator membagi kelompok yang berisi 4-5 peserta.
2. Fasilitator menyiapkan skenario untuk simulasi Konseling Menyusui.
3. Fasilitator meminta peserta untuk menyiapkan KMS dan formulir keterampilan konseling dan
formulir pengamatan konseling menyusui
4. Fasilitator memberikan penjelasan cara simulasi kepada peserta bahwa salah satu peserta akan
berperan menjadi “ibu” dan seorang lagi berperan menjadi “konselor”, peserta lain menjadi
“pengamat”.
5. Fasilitator menyampaikan kepada peserta bahwa ketika menjadi “ibu” mainkan bagian ibu sesuai
skenario yang diberikan sedangkan “konselor” akan melakukan konseling menyusui. Peserta akan
mendapat KMS yang baik sudah terisi atau belum, peserta dapat mengisinya dengan pensil bila
KMS belum terisi. Pengamat akan mengamati “konselor” bagaimana konseling menyusuinya
dengan menggunakan formulir pengamatan konseling menyusui.
6. Fasilitator mempersilakan kepada peserta untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti.
7. Fasilitator menyampaikan kepada peserta bahwa saat ini peserta akan berlatih melakukan
konseling menyusui secara keseluruhan dengan 3 langkah konseling menyusui keterampilan
konseling baik keterampilan mendengarkan dan mempelajari maupun keterampilan membangun
percaya diri dan memberikan dukungan.
8. Secara bergantian, tiap peserta memainkan peran sebagai ibu, konselor dan pengamat. Fasilitator
memastikan semua peserta berperan sebagai konselor.
9. Setiap kali selesai satu kali simulasi, fasilitator mempersilakan peserta yang menjadi konselor untuk
menyampaikan apa yang sudah baik dan apa yang perlu ditingkatkan menurut peserta. Kemudian
fasilitator meminta peserta yang menjadi ibu dan pengamat memberikan umpan balik kepada
peserta yang berperan sebagai konselor dan terakhir fasilitator memberikan pujian kepada peserta
dan umpan balik secara keseluruhan.
10. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan dan
mendiskusikan jawaban bersama.
Alat bantu:
1. Formulir Konseling menyusui
2. Formulir pengamatan konseling menyusui
3. Skenario Konseling menyusui
4. Lembar KMS/Buku KIA
5. Boneka, model payudara
6. Cangkir/gelas
Cerita konseling 1.
BB bayi bertambah di bawah 500 gram sebulan, berarti dia tidak mendapat cukup ASI. Ibu terlalu sibuk
untuk merespon bayinya, sehingga tidak cukup sering menyusuinya.
Para peserta berlatih berempati terhadap kesulitan yang dihadapi ibu di rumah, dan mereka harus
mempelajari bahwa ibu berencana memberi botol. Para peserta dapat berlatih membuat saran –
misalnya, ibu membawa bayi bersamanya, atau kakak yang berusia 7 tahun membawakan adik ke
Cerita konseling 2.
Cerita ini menekankan pentingnya mengetahui pengalaman menyusui ibu sebelumnya, selama
kunjungan antenatal. Ibu ini pernah mempunyai pengalaman buruk dan berisiko gagal menyusui, jadi
ia memerlukan dukungan ekstra. Para peserta berlatih memberi ibu informasi, dan membangun
percaya dirinya bahwa kali ini ia dapat menyusui, tanpa membuatnya merasa dikritik.
Cerita konseling 3.
Bayi ini bertambah beratnya dengan baik ketika disusui eksklusif, tapi beratnya tidak lagi bertambah
dengan baik saat mulai diberi botol. Ibu masih sangat muda, dan berisiko tinggi untuk
gagal menyusui, jadi ia membutuhkan bantuan ekstra. Dia juga mendapat tekanan dari ayah bayi
untuk memberi susu botol. Para peserta berlatih memberi saran agar ibu berhenti memberi susu botol,
tanpa membuatnya merasa dikritik. Peserta juga sebaiknya menawarkan untuk mendiskusikan
keadaan ini dengan keluarga. Bicara dengan ibu saja mungkin tidak membantu.
Cerita konseling 4.
Bayi ini “gagal tumbuh” karena menyusui tidak dimantapkan dalam periode pasca persalinan. Ibu
dan bayinya sebenarnya sangat sehat.
Para peserta berlatih mendorong ibu muda yang tidak berpengalaman itu untuk mencoba relaktasi.
Peserta berlatih memberinya percaya diri bahwa ia bisa memproduksi cukup ASI untuk bayinya tanpa
menggunakan susu kaleng.
Cerita konseling 5.
Ini adalah BBLR yang mendapat cukup ASI, dan hal itu berlangsung dengan baik. Menyusunya
yang pelan sebenarnya normal, tapi membuat ibunya kuatir. Ibu kehilangan sebagian percaya
dirinya karena ia punya masalah kesuburan, dan cukup lama untuk menunggu kehadiran bayi ini.
Ibu membutuhkan banyak dukungan ekstra, terutama karena suaminya tidak begitu membantu. Para
peserta berlatih membangun percaya diri ibu bahwa ia mempunyai cukup ASI, dan bayinya tumbuh
dan akan jadi besar dan kuat dalam waktu yang tidak lama. Penting sekali untuk tidak mengatakan
kepada ibu bahwa segalanya baik-baik saja, dan bahwa ibu tidak perlu kuatir. Para peserta harus
menunjukkan empati terhadap kekuatiran ibu.
Cerita konseling 6.
Ini ibu muda lainnya. Bayinya baik-baik saja, tapi ibu berisiko menghadapi tekanan untuk memberi
botol, kali ini datang dari temannya. Ibu merasa tidak aman dalam hubungannya dengan ayah bayi,
dan kuatir tidak bisa lagi “dugem” di malam hari, dan kuatir kehilangan kecantikannya. Para peserta
berlatih memberi dukungan, dan membicarakan masalah sosial ibu. Konselor tidak hanya menjelaskan
manfaat menyusui saja.
Cerita Konseling 7
Cerita ini menggambarkan kebutuhan untuk mendorong para ibu melanjutkan
dan meningkatkan pemberian ASI saat bayinya sakit dan sampai usia bayinya
2 tahun atau lebih. Makanan keluarga ini buruk, dan ASI membantu baik untuk
menyediakan nutrien penting, maupun untuk membantu bayi pulih dari diare.
Para peserta berlatih menerima pendapat ibu mengenai penyakit anaknya, menginformasikan kepada
ibu bahwa menyusui sangat membantu anak yang menderita diare, untuk mendorong ibu meneruskan
kegiatan menyusui.
Cerita Konseling 1 “ASI saya tidak bagus. (Nama bayi) menangis terus.”
Pemberian makanan bayi sekarang: Menyusu eksklusif. Bayi tidur bersama saya di malam hari dan
menyusu kapan saja bayi bisa di siang hari - mungkin 3 kali.
Kesehatan dan perilaku bayi: Ia baik-baik saja. Tampaknya banyak menangis. Kakak
perempuannya yang berusia 7 tahun menggendongnya ke mana-mana, dan bayi mengisap empeng.
Saya tidak tahu berapa kali bayi buang air kecil – Saya tidak bersamanya. Saya mencuci sekitar 3-4
popok atau kain sehari, tapi mungkin bayi tidak selalu diganti pakaiannya tiap ngompol.
Kehamilan, persalinan, pemberian makanan awal: Bayi lahir di rumah. Disusui segera setelah
persalinan.
Kondisi ibu: Saya berusia 32 tahun, dan sehat. Tidak merokok dan minum alkohol. Saya tidak
memakai
KB apa pun. Saya merasa lelah, dan berpikir botol susu bisa membantu.
Pengalaman pemberian makan bayi sebelumnya: 5 bayi, semua disusui. 3 anak saat ini berusia di
bawah
5 tahun.
Situasi keluarga dan sosial: Saya sangat sibuk dengan pekerjaan rumah tangga dan bekerja di
ladang. Mertua perempuan berharap saya mengerjakan segalanya, dan sulit sekali menyisihkan
waktu untuk menyusui bayi.
Cerita Konseling 2 “Saya akan memberi susu botol pada bayi yang
akan lahir ini. Saya tidak bisa menyusui.”
Kunjungan Antenatal.
Kondisi ibu: Saya berusia 28 tahun, dan merasa sehat. Saya sedang hamil 6 bulan. Sebelum punya
bayi pertama dulu, Saya ingin sekali menyusui. Payudara dan puting saya ukurannya sedang-sedang
saja.
Pengalaman pemberian makanan bayi sebelumnya: Saya sudah punya dua anak.
Situasi keluarga dan sosial: Saya seorang perawat di bangsal perawatan anak. Saya akan
mengambil cuti melahirkan, dan telah menyimpan beberapa hari dari cuti terdahulu, sehingga bisa
tinggal di rumah selama
4 bulan setelah melahirkan. Saya tinggal dekat rumah sakit, dan adik perempuan saya tinggal
bersama dan menjaga anak-anak selama saya bekerja.
Pemberian makanan bayi sekarang: Saya menyusui 4-5 kali sehari dan kadang sekali di malam
hari. Saya juga memberi 2 botol susu formula tiap hari. Saya menakar 1-2 sendok susu bubuk untuk
tiap botol. Saya mulai memberi susu botol sejak bayi usia 2 bulan.
Kesehatan dan perilaku bayi: Bayi sering menangis ketika masih kecil. Dia terus menangis, tapi
biasanya agak tenang kalau saya beri botol. Bulan lalu dia diare beberapa hari, tapi sekarang sudah
berhenti.
Sekarang bayi menyusu lebih sedikit daripada dulu.
Kehamilan, persalinan, pemberian makanan awal: Bayi lahir di rumah. Disusui sejak hari pertama.
Kondisi ibu: Saya berusia 17 tahun, dan sehat. Saya memakai IUD sejak usia 6 minggu pasca
persalinan.
Pengalaman pemberian makanan bayi sebelumnya: Ini adalah bayi pertama saya.
Situasi keluarga dan sosial: Saya ibu rumah tangga. Ibu kandung saya tinggal di dekat saya dan
membantu saya. Suami saya mengeluh jika bayi menangis. Suami ingin saya memberi susu botol
supaya bayi diam dan dia bisa tidur di malam hari. Rekan suami saya di kantorlah yang menyarankan.
Pemberian makanan bayi sekarang: Saya memberi bayi susu kaleng dengan botol. Saya membuat
sekitar 3-4 botol sehari. Saya mencampur 2 sendok susu kaleng ke dalam tiap botol. Jika sedang tidak
punya susu kaleng, saya memberi sereal diseduh air. Kadang-kadang saya menyusui, hanya untuk
menenangkan bayi, tapi ASI yang keluar hanya sedikit.
Kehamilan, persalinan, pemberian makanan awal: Normal. Bayi lahir malam hari di rumah sakit.
Saya menyusui bayi keesokan harinya, setelah dokter memeriksanya. Waktu itu ASI belum keluar,
dan bayi tidak tertarik menyusu. Jadi saya mulai memberi susu botol sambil menunggu ASI keluar,
tapi ASI tidak keluar sebagaimana mestinya.
Kondisi ibu: Saya berusia 19, dan sehat. Saya tidak merokok atau minum alkohol. Saya akan mulai
memakai pil KB saat haid sudah mulai lagi.
Pengalaman pemberian makan bayi sebelumnya: Ini adalah bayi pertama saya. .
Situasi keluarga dan sosial: Saya ibu rumah tangga. Suami bekerja sebagai pengemudi dan sering
tidak di rumah. Ibu saya membantu memberi susu botol untuk bayi.
Kesehatan dan perilaku bayi: Bayi menyusu pelan dan membutuhkan waktu lama, dan dia selalu
berhenti untuk beristirahat di tengah-tengah menyusu.
Kehamilan, persalinan, pemberian makanan awal: Bayi lahir prematur, sangat lemah, pada usia
kandungan sekitar 32 minggu, dirawat di unit perawatan khusus selama 2 minggu. Waktu itu bayi
diberi makan dengan selang nasogastric selama 1 minggu, dan kemudian dengan cangkir. Saya
tinggal di rumah sakit dan memerah ASI 3 jam sekali untuk bayi saya. Saya memerah ASI cukup
untuk bayi saat itu. Ia baru mulai menyusu kira-kira seminggu yang lalu.
Kondisi ibu: Usia saya 24 tahun dan baru hamil setelah 3 tahun menikah. Saya mengira tidak punya
cukup
ASI - payudara saya tidak tampak sangat penuh. Saya sangat sedih, dan merasa gagal jadi ibu.
Pengalaman pemberian makanan bayi sebelumnya: Ini bayi saya yang pertama.
Situasi keluarga dan sosial: Suami saya seorang petani, dan menginginkan banyak anak. Suami
kurang memberikan perhatian kepada bayi kecil yang sakit-sakitan ini.
Kesehatan dan perilaku bayi: Sangat sehat. Sekarang tidur di boks. Saya bangun sekali di malam
hari untuk menyusui, bila ia menangis. Bayi buang air kecil paling tidak 6 kali sehari.
Kehamilan, persalinan, pemberian makanan awal: Kehamilan normal. Persalinan di rumah sakit.
Bayi tinggal di kamar bayi. Saya tidak bertemu bayi selama 24 jam. Kemudian bayi dibawa kepada
saya 3 jam sekali untuk menyusu. Mungkin bayi telah mendapat susu botol di ruang perawatan bayi.
Kondisi ibu: Saya berusia 18 tahun. Saya tidak keberatan menyusui, jika mudah. Tapi teman saya
memberi bayinya susu botol dan bilang saya tolol mau repot-repot. Saya sendiri kuatir bila terus
menyusui payudara bisa kendur dan suami saya tidak tertarik lagi pada saya. Saya masih ingin
„dugem‟ di malam hari.
Situasi keluarga dan sosial: Saya tinggal di kota. Suami saya bekerja sebagai buruh, dan ia memberi
saya uang, tapi tidak begitu teratur. Orangtua saya tinggal jauh dari saya, dan saya jarang bertemu
mereka.
Pemberian makanan bayi sekarang: Bayi menyusu sesuai keinginan. Bayi tidur dengan saya dan
menyusu di malam hari. Bayi juga makan nasi dan sayuran 3 kali sehari.
Kesehatan dan perilaku bayi: Beberapa kali bayi diare, dan petugas kesehatan telah mengajarkan
saya cara membuat larutan gula garam (LGG). Petugas itu menganjurkan saya tetap memberi bayi
nasi dan makanan lain. Diarenya sekarang sudah membaik, tapi saya mengira sekarang saatnya
berhenti menyusui. Mungkin menyusu yang menyebabkan diare.
Kehamilan, persalinan, pemberian makanan awal: Bayi lahir di rumah, dan mulai menyusu segera
setelah lahir. Tidak ada masalah apa-apa.
Kondisi ibu: Usia saya 29 tahun dan sehat. Saya ber-KB dengan suntikan depo-provera. Saya tidak
takut hamil lagi.
Pengalaman pemberian makan bayi sebelumnya: 4 anak sebelum ini, semua disusui sampai kira-kira
2 tahun.
Situasi keluarga dan sosial: Suami saya bertani untuk menyambung hidup, dan saya sehari-hari
makan nasi dan sayur-sayuran. Keluarga saya mengambil air dari sungai yang letaknya tidak jauh
Pemberian makanan bayi sekarang: Saya menyusui kapanpun saat saya ada di rumah. Saat saya
bekerja, bayi diberi susu formula dengan botol. Saya mulai memberi botol saat saya kembali bekerja
sebulan yang lalu. Kadang bayi mendapat botol juga di malam hari.
Kesehatan dan perilaku bayi: Saat ini kondisi bayi sangat baik.
Kehamilan, persalinan, pemberian makanan awal: Bayi lahir di rumah sakit, dibantu dengan
forceps. Bayi dirawat di ruang perawatan bayi sekitar 6 jam, tapi kemudian dirawat gabung dengan.
Waktu itu saya membutuhkan bantuan untuk memulai menyusui, tapi setelah itu tidak ada masalah
apa-apa.
Kondisi ibu: Usia saya 23 tahun, dan sehat. Saya merokok sekitar 15 batang sehari. Saya memakai
IUD yang dipasang segera setelah melahirkan. Saya ingin sekali bisa menyusui lebih lama lagi.
Pengalaman pemberian makan bayi sebelumnya: Anak saya yang sebelumnya sekarang berusia
5 tahun. Saya dulu berusaha tetap menyusui sambil bekerja. Tapi ASI saya rembes saat saya sedang
bertugas, dan kemudian bayi saya menolak menyusu. Saya sangat kecewa dan merasa
menggagalkan bayi menyusu, walau bayi tidak menjadi sakit karenanya.
Situasi keluarga dan sosial: Saya kembali bekerja di sebuah kantor saat bayi
berusia 2 bulan. Saudara perempuan saya menjaga anak-anak sementara
saya bekerja.
Langkah Konseling
3 Langkah Konseling Menyusui
Menilai/Bertanya
Menganalisis/Berpikir
Melakukan/Bertindak
Tujuan:
Peserta mampu untuk melakukan Konseling Menyusui.
Petunjuk:
1. Fasilitator membagi kelompok yang berisi 4-5 peserta.
2. Fasilitator mengajak peserta menuju lokasi praktik lapangan.
3. Fasilitator menyiapkan ibu yang akan mendapatkan Konseling Menyusui.
4. Fasilitator meminta peserta untuk menyiapkan KMS dan Formulir keterampilan konseling, formulir
pengamatan konseling menyusui.
5. Fasilitator memberikan penjelasan praktik lapangan kepada peserta bahwa salah satu peserta
akan menjadi “konselor”, peserta lain menjadi “pengamat”.
6. Fasilitator menyampaikan kepada peserta bahwa “konselor” akan melakukan konseling menyusui
langsung kepada ibu. Pengamat akan mengamati “konselor” bagaimana konseling menyusuinya
dengan menggunakan formulir pengamatan konseling menyusui.
7. Fasilitator mempersilakan kepada peserta untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti.
8. Fasilitator menyampaikan kepada peserta bahwa saat ini peserta akan berlatih melakukan
konseling menyusui secara keseluruhan dengan 3 langkah konseling menyusui menggunakan
keterampilan konseling baik keterampilan mendengarkan dan mempelajari maupun membangun
percaya diri dan memberikan dukungan.
9. Secara bergantian, tiap peserta akan bergantian menjadi konselor dan pengamat. Fasilitator
memastikan semua peserta berperan sebagai konselor. Setiap peserta berkesempatan melakukan
2 kali konseling (konseling ibu menyusui dan konseling ibu hamil).
10. Setiap kali selesai satu kali simulasi, fasilitator mengajak peserta untuk diskusi dengan
menggunakan panduan diskusi praktik lapangan. Fasilitator mempersilakan peserta yang menjadi
konselor untuk menyampaikan apa yang sudah baik dan apa yang perlu ditingkatkan menurut
peserta. Kemudian fasilitator meminta peserta yang menjadi pengamat memberikan umpan balik
kepada peserta yang berperan sebagai konselor dan terakhir fasilitator memberikan pujian kepada
peserta dan umpan balik secara keseluruhan.
11. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan dan
mendiskusikan jawaban bersama.
Alat bantu:
1. Formulir Konseling menyusui
2. Formulir pengamatan konseling menyusui
3. Lembar KMS/Buku KIA
4. Panduan diskusi praktik lapangan
5. Boneka dan model payudara
6. Cangkir/gelas
Langkah Konseling
Menilai/Bertanya
Menganalisis/Berpikir
Melakukan/Bertindak
UMUM IBU
Ibu tampak sehat Ibu tampak sakit atau depresi
Ibu tampak rileks dan nyaman Ibu tampak tegang dan tak nyaman
Terlihat tanda bonding ibu- bayi Tidak ada kontak mata ibu-bayi
UMUM BAYI
Bayi tampak sehat Bayi tampak mengantuk atau sakit
Bayi tampak tenang dan rileks Bayi tampak gelisah atau menangis
Bayi mencari payudara (rooting) bila lapar Bayi tidak mencari payudara (rooting)
PAYUDARA
Payudara tampak sehat Payudara tampak merah, bengkak, lecet
Ibu merasa nyaman atau tidak nyeri Ibu merasa payudara atau puting nyeri
Payudara ditopang dg baik oleh jari2 Payudara ditopang dengan jari2 di areola
yang jauh dari puting Puting datar/terbenam, besar/ panjang
Puting keluar dan lentur
POSISI BAYI
Kepala dan badan bayi dlm garis lurus Leher dan kepala bayi terputar
Bayi dipegang dekat badan ibu Bayi tak dipegang dekat badan ibu
Seluruh badan bayi ditopang Hanya leher dan kepala bayi ditopang
Bayi mendekat ke payudara, Bayi mendekat payudara, bibir bawah
hidung berhadapan dg puting berhadapan dg puting
PELEKATAN BAYI
Tampak lebih banyak areola diatas bibir Lebih banyak areola dibawah bibir
Mulut bayi terbuka lebar Mulut bayi tak terbuka lebar
Bibir bawah terputar keluar Bibir bawah terputar kedalam
Dagu bayi menempel pada payudara Dagu bayi tidak menempel payudara
MENGISAP
Isapan lambat, dalam dg istirahat Isapan dangkal dan cepat
Pipi membulat waktu mengisap Pipi tertarik kedalam waktu mengisap
Bayi melepaskan payudara waktu selesai Ibu melepaskan bayi dari payudara
Ibu merasakan tanda2 refleks oksitosin Tidak tampak tanda oksitosin yg jelas
Catatan:
Pertanyaan umum
▪ Bagaimana praktik lapangan berlangsung?
▪ Apa yang telah dikerjakan dengan baik? Kesulitan apa yang dihadapi?
▪ Apakah ibu mau bercerita? Apakah ia senang bercerita?
▪ Apakah ibu mengajukan pertanyaan tertentu? Bagaimana respon
eserta?
▪ Apa hal terpenting yang telah dipelajari dari ibu? Apakah peserta
menghadapi kesulitan atau situasi yang membantu peserta belajar?
Catatan:
223
4. Seorang ibu hamil baru saja mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan
bahwa menyusui memberikan banyak manfaat sehingga ibu kemudian berpikir
untuk menyusui bayinya kelak ketika sudah lahir. Ibu ini berada pada tahapan
perilaku mana:
a. Tidak tahu.
b. Tahu.
c. Termotivasi untuk mencoba sesuati yang baru.
d. Mengadopsi perilaku baru.
e. Melestarikan perilaku baru.
E. KUNCI JAWABAN
1. a
2. c
3. b
4. c
224
225
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan Building Learning Commitment
(BLC) dalam proses Pelatihan.
227
228
229
DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas Dampak Korupsi, Semangat Perlawanan terhadap Korupsi, Cara
Berpikir Kritis terhadap Masalah Korupsi dan Sikap Antikorupsi.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu membangun sikap antikorupsi
B. KEGIATAN BELAJAR
URAIAN MATERI
Materi Pokok 1: Semangat Perlawanan terhadap Korupsi
Semangat perlawanan terhadap korupsi merupakan langkah awal yang harus dimiliki
masyarakat dalam pemberantasan korupsi. Untuk menanamkan semangat anti korupsi
setiap anak pada bangsa, perlu dilihat Visi Indonesia 2045 jika Indonesia tanpa Korupsi.
Tahun 2015, Indeks Persepsi Korupsi Indonesia menurut Transparency International adalah
36 dan masih berada di peringkat 88 dari 168 negara di dunia. Pada kawasan Asia Tenggara,
Indeks Persepsi Korupsi Indonesia di tahun 2015 masih berada di bawah Negara Singapura
(85), Malaysia (50) dan Thailand (38).Jika mengacu kepada nilai IPK tahun 2016, Negara
Indonesia lebih korup dibandingkan Negara Thailand, Malaysia dan Singapura. Tingkat
korupsi Negara Indonesia menyamai kondisi korupsi di Negara Philipina.
Dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2015 terjadi penurunan tingkat korupsi di Indonesia
231
Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 berbunyi “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Pasal ini merupakan petunjuk dari para pendiri bangsa bahwa Indonesia memiliki potensi
kekayaan sebagai modal menjadi negara yang makmur dan sejahtera.
1. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari 134.668 pulau. Luas territorial
Indonesia adalah 5.193.250 km2
2. Terletak diantara Asia dan Australias, serta diantara Samudera Pasifik dan Samuder
Indonesa menjadikan Indonesia sebagai persimpangan lalu lintas dunia, baik lalu lintas
darat maupun laut dan juga menjadi titik persilangan kegiatan perekonomian dunia.
3. Indonesia memiliki sekitar 250 suku bangsa yang menghasilkan keberagaman budaya
nusantara. 746 bahasa daerah terdapat di Indonesia, membuat Indonesia memiliki
kebudayaan yang sangat beragam.
4. Indonesia memiliki penduduk dari Sabang sampai Merauke sebanyak 255.993.674 jiwa
dan merupakan modal dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia,
mempertahankan keutuhan Negara dari ancaman Negara lain, peningkatan kualitas
sumber daya manusia.
5. Indonesia memiliki aneka bahan tambang. Minyak bumi Indonesia berada di posisi ke-
25 dalam daftar Negara dengan potensi minyak bumiterbesar di dunia. Indonesia juga
berada di peringkat ke-8 untuk gas alam dengan produksi 7,2 (tcf). Indonesia juga
berada di peringkat ke-7 dalam potensi emas terbesar didunia dengan cadangan
berkisar 2,3 % dari total cadangan emas dunia.
6. Diperkirakan sekitar 100-150 genus dari tumbuhan dengan 25.000-30.000 spesies
terdapat di Indonesia.
7. Indonesia memiliki sekitar 300 ribu atau 17% dari total jumlah satwa liar dunia.
Diantaranya adalah
8. 1.539 jenis burung dan 515 jenis mamalia. Indonesia menjadi habitat satwa endemic
yang sangat banyak. Tercatat 259 jenis mamalia, 384 jenis burung dan 173 jenis amfibi
hanya hidup di negeri ini.
9. Indonesia merupakan produsen ikan terbesar di dunia. Volume produksinya mencapai
sekitar 5,71 juta ton. Itu meliputi 4,4 juta ton di wilayah tangkap perairan Indonesia dan
1,8 juta ton berada di perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).
10. Total potensi maritim Indonesia diperkirakan mencapai Rp 7.200 triliun atau 3,5 kali
anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) 2015.
11. Indonesia memiliki sejarah besar dengan memproklamirkan kemerdekaan pada 17
Agustus 1945 setelah dijajah Belanda 3,5 abad dan diduduki Jepang selama 3,5 tahun.
Majapahit pernah mempersatukan Nusantara dibawah komando Mahapatih Gajah
Mada. Indonesia pernah memiliki armada laut Sriwijaya yang digdaya dan juga
Samudera Pasai yang sempat menguasai perdagangan.
232
a. Penurunan Produktivitas
Lesunya pertumbuhan ekonomi dan tidak adannya investasi, membuat produktifitas
menurun. Hal ini menghambat perkembangan sektor industri untuk lebih baik terjadi
seiring dengan terhambatnya sector industri dan produksi untuk bissa berkembang
lebih baik.
d. Menurunnya pendapatan dari sektor pajak APBN sekitar 70% dibiayai oleh pajak.
233
235
Lembaga Negara yang paling korup menurut Barometer Korupsi Global (BKG)
pada tahun 2009:
- Legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat)
236
237
Efek jera yang optimum bagi pelaku kejahatan (koruptor) adalah dengan memperbesar
expected cost dari koruptor. Idealnya, hukuman finansial yang diberikan kepada koruptor
memperhitungkan biaya sosial korupsi dengan mempertimbangkan dampak sosial
korupsi.
Dampak Korupsi:
• Negara korup harus membayar biaya hutang yang lebih besar (Depken and Lafountan,
2006)
• Harga infrastruktur lebih tinggi (Golden and Picci, 2005)
• Tingkat korupsi yang tinggi meningkatkan ketimpangan pendapatan dan kemiskinan
(Gupta, avoodi, and Alonso-Terme, 2002)
• Korupsi menurunkan investasi (Paolo Mauro, 1995) dan karenanya menurunkan
pertumbuhan ekonomi
• Persepsi korupsi memiliki dampak yang kuat dan negatif terhadap arus investasi asing
(Shang, ADB)
• Negara-negara yang dianggap memiliki tingkat korupsi yang relatif rendah selalu
menarik investasi lebih banyak dari pada negara rentan korupsi (Campos dan Pradhan,
ADB)
Namun, perlu diketahui bahwa mulai 2014, KPK melakukan kajian yang lebih mendalam
tentang dampak yang ditimbulkan oleh korupsi sehingga sekarang kalau membahas
tentang dampak korupsi, dikenal istilah Social Cost Corruption atau Biaya Sosial Korupsi.
Nah berbicara tentang Biaya Sosial Korupsi, maka kita akan membahas mengenai:
• Kerugian Keuangan Negara Akibat Korupsi di Indonesia
• Perbandingan antara Kerugian Keuangan Negara dengan Hukuman finansial Koruptor
• Hubungan antara Dampak Korupsi dan Biaya Sosial Korupsi
• Konsep Dasar Biaya Sosial Korupsi
• Ilustrasi Seandainya Uang yang Dikorupsi Digunakan untuk Pembangunan
1. Pengertian Korupsi
Secara etimologis, Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema
Andrea: 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960). Kata “corruptio”
berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin
tersebut kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption”
(Perancis) dan “corruptie/ korruptie” (Belanda). Secara harfiah korupsi mengandung
arti: kebusukan, keburukan, ketidakjujuran, dapat disuap. Kamus Umum Bahasa
Indonesia karangan Poerwadarminta “korupsi” diartikan sebagai: “perbuatan yang
buruk seperti: penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya”.
Perilaku korupsi dapat digambarkan sebagai tindakan tunggal yang secara rasional
bisa dikategorikan sebagai korupsi. Euben (1989) menggambarkan korupsi sebagai
tindakan tunggal dengan asumsi setiap orang merupakan individu egois yang hanya
peduli pada kepentingannya sendiri. Asumsi tersebut sejalan dengan karyanya
Leviathan bahwa manusia satu berbahaya bagi manusia lainnya, namun setiap
manusia dapat mengamankan keberadaan dan memenuhi kepentingan dirinya
melalui kesepakatan bersama sehingga menjadi legitimasi dari hasil kesepakatan
bersama (standar) demi kepentingan seluruh individu/publik.
a. Faktor Individu
1) Sifat tamak,
Korupsi, bukan kejahatan biasa dari mereka yang membutuhkan makan, tetapi
kejahatan profesional orang yang sudah berkecukupan yang berhasrat besar
untuk memperkaya diri dengan sifat rakus atau serakah.
b. Faktor Lingkungan
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan lingkungan. Lingkungan kerja yang
korup akan memarjinalkan orang yang baik, ketahanan mental dan harga diri adalah
aspek yang menjadi pertaruhan. Faktor lingkungan pemicu perilaku korup yang
disebabkan oleh faktor di luar diri pelaku, yaitu:
1) Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi Sikap masyarakat yang
berpotensi menyuburkan tindak korupsi di antaranya:
a) Masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya dibarengi
dengan sikap tidak kritis dari mana kekayaan itu didapatkan.
b) Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi. Anggapan umum,
korban korupsi adalah kerugian negara. Padahal bila Negara merugi, esensinya
yang paling rugi adalah masyarakat juga, karena proses anggaran pembangunan
bisa berkurang sebagai akibat dari perbuatan korupsi.
c) Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi. Setiap perbuatan korupsi
pasti melibatkan anggota masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sudah terbiasa
terlibat padakegiatan korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka namun tidak
disadari.
a) Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan diberantas
dengan peran aktif masyarakat. Pada umumnya berpandangan bahwa masalah
korupsi adalah tanggung jawab pemerintah semata.
4) Aspek Organisasi
a) Sikap keteladanan pimpinan mempunyai pengaruh penting bagi bawahannya, misalnya
pimpinan berbuat korupsi, maka kemungkinan besar bawahnya akan mengambil
kesempatan yang sama dengan atasannya.
b) Kultur organisasi punya pengaruh kuat terhadap anggotanya. Apabila kultur organisasi
tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif dan
membuka peluang terjadinya korupsi.
c) Kurang memadainya sistem akuntabilitas Institusi, belum dirumuskan visi dan misi
dengan jelas, dan belum dirumuskan tujuan dan sasaran yang harus dicapai berakibat
instansi tersebut sulit dilakukan penilaian keberhasilan mencapai sasaranya. Akibat
lebih lanjut adalah kurangnya perhatian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang
dimiliki. Keadaan ini memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk praktik
korupsi.
d) Kelemahan sistim pengendalian dan pengawasan baik pengawasan internal
3
Perilaku korupsi pada konteks birokrasi dapat disimpulkan dan digeneralisasi, bahwa
tingginya kasus korupsi dapat dilihat berdasarkan beberapa persoalan, yaitu:
1) keteladanan pemimpin dan elite bangsa,
2) kesejahteraan Pegawai,
3) komitmen dan konsistensi penegakan hukum,
4) integritas dan profesionalisme,
5) mekanisme pengawasan yang internal dan independen,
6) kondisi lingkungan kerja,kewenangan tugas jabatan, dan
7) upaya-upaya pelemahan lembaga antikorupsi.
Gratifikasi didefinisikan sebagai pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian
uang, barang, rabat atau diskon, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
Dengan demikian secara perspektif gratifikasi tidak selalu mempunyai arti jelek,
namun harus dilihat dari kepentingan gratifikasi. Akan tetapi dalam praktik
seseorang memberikan sesuatu tidak mungkin dapat dihindari tanpa adanya
pamrih.
Dalam Pasal 12 B UU No 20 Tahun 2001 dinyatakan bahwa “Setiap gratifikasi
kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap,
apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban
atau tugasnya”. Apabila seorang pegawai negeri atau penyelenggara negara
menerima suatu pemberian, maka ia mempunyai kewajiban untuk melaporkan
kepada KPK sebagaimana diatur dalam Pasal 12 C UU No 20 Tahun 2001, yaitu:
1) Ketentuan pada Pasal 12 B ayat (1) mengenai gratifikasi dianggap sebagai
pemberian suap dan tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang
diterimanya kepada KPK;
2) Laporan penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung
sejak tanggal gratifikasi diterima;
Terdapat bentuk penerimaan gratifikasi yang tidak wajib dllaporkan (pengecualian dan
batasan), meliputi:
1) Pemberian karena hubungan keluargayaitu kakek/ nenek/ bapak/ ibu/ mertua, suami/ istri,
anak/ menantu, cucu, besan, paman/ bibi, kakak/ adik/ ipar, sepupu dan keponakan,
sepanjang tidak memiliki konflik kepentingan;
2) Hadiah (tanda kasih) dalam bentuk uang atau barang yang memiliki nilal jual dalam
penyelenggaraan pesta pernikahan, kelahiran, aqiqah, baptis, khitanan, potong gigi, atau
upacara adat/agama lainnya dengan batasan nilai per pemberi dalam setiap acara paling
banyak Rp1.000.000,00(satu juta rupiah);
3) Pemberian terkait dengan Musibah atau Bencana yang dialami oleh penerima,
7
Gratifikasi
Dasar hukum gratifikasi adalah; a. Pasal 12 dan Pasal 13 UU No 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; b. Pasal 12 B dan Pasal 12 C UU No. 20 tahun
2001 tentang Perubahan atau UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, dan c. Pasal 16, Pasal 17, dan Pasal 18 UU No. 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Menurut penjelasan Pasal 12B UU No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No.
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, "gratifikasi" dalam ayat
ini adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat
(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
Gratifikasi tersebut, baik yang diterima di dalam maupun di luar negeri dan yang dilakukan
dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.
Sikap antikorupsi merupakan istilah lain dari Integritas, perilaku antikorupsi, karakter, atau
akhlak. Mengapa? Karena berbicara tentang sikap, Integritas, perilaku, karakter, atau
akhlak, maka kita berbicara mengenai kejujuran, kesederhanaan, kedisiplinan,
kemandirian, dan sikap/perilaku/karakter/akhlak baik lainnya.
Mengingat fenomena korupsi telah memasuki zone Kejadian Luar Biasa (KLB), maka
pendekatan pemberantasan korupsi dipilih cara-cara yang luar biasa (extra ordinary
approach) dan tepat sasaran. Oleh karena itu, kita wajib berpartisipasi dengan
menunjukan sikap antikorupsi. Tindakan membangun sikap antikorupsi sederhana,
misalnya dengan cara:
• Bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari dan mengajak orang-orang di lingkungan
sekitar untuk bersikap jujur, menghindari perilaku korupsi, contoh: tidak membayar uang
lebih ketika mengurus dokumen administrasi seperti KTP, kartu sehat, tidak membeli
SIM, dsb.
• Menghindari perilaku yang merugikan kepentingan orang banyak atau melanggar hak
orang lain dari hal-hal yang kecil, contoh: tertib lalu lintas, kebiasaan mengantri, tidak
buang sampah sembarangan, dsb.
• Menghindari konflik kepentingan dalam hubungan kerja, hubungan bisnis maupun
hubungan bertetangga;
• Melaporkan pada penegak hukum apabila menjadi korban perbuatan korupsi. contoh:
diperas oleh petugas, menerima pemberian/hadiah dari orang yang tidak dikenal atau
diduga memiliki konflik kepentingan, dsb.
10
Korupsi terjadi ketika tidak ada nilai-nilai antikorupsi yang kuat ditanamkan dalam diri.
Melalui pembiasaan dan pengembangan nilai-nilai antikorupsi diharapkan memiliki
kendali diri terhadap pengaruh buruk lingkungan. Hal ini akan menghindarkan diri dari
praktik-praktik korupsi.
c. Sikap
1) Adil
Berarti tidak berat sebelah, tidak memihak pada salah satu. Adil juga berarti perlakuan yang
sama untuk semua tanpa membeda- bedakan berdasarkan golongan atau kelas tertentu.
2) Berani
Hati yang mantap, rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi ancaman atau hal yang
dianggap sebagai bahaya dan kesulitan. Berani berarti tidak takut atau gentar.
3) Peduli
Sikap dan tindakan memperhatikan dan menghiraukan orang lain, masyarakat yang
membutuhkan dan lingkungan sekitar.
d. Integritas
11
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Integritas adalah mutu, sifat
dan keadaan yang menggambarkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi
dan kemampuan memancarkan kewibawaan dan kejujuran.
12
C. REFERENSI
• Materi E-learning Penyuluh Anti Korupsi ACLC KPK https://aclc.kpk.go.id/.
13
DESKRIPSI SINGKAT
Rencana Tindak Lanjut merupakan aksi yang akan dilaksanakan oleh peserta setelah kembali
ke Fasyankes masing-masing untuk mengimplementasikan hasil pelatihan bagi dirinya sendiri
di tempat kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja organisasinya. Pada modul ini
membahas tentang pengertian RTL dan tujuan RTL serta Langkah Menyusun RTL.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti mata Pelatihan ini, peserta mampu menyusun rencana
tindak lanjut
B. KEGIATAN BELAJAR
URAIAN MATERI
A. Pengertian Rencana Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut atau RTL adalah rencana yang akan dilaksanakan oleh peserta
setelah kembali ke permanen system/puskesmasnya masing-masing untuk
mengaplikasikan/mengimplementasikan hasil pelatihan bagi dirinya sendiri di tempat kerja
secara bertahap dan berkesinambungan, yang pada gilirannya akan meningkatkan
konseling menyusui di puskesmas.
B. Tujuan Rencana Tindak Lanjut
Tujuan dari RTL untuk melakukan perubahan sesuai dengan hakikat pelatihan yaitu
perubahan maka setelah seseorang mengikuti pelatihan maka harus ada perubahan yang
dilakukan terhadap pekerjaannya terkait dengan pelatihan yang telah diikutinya. Untuk itu
dalam melakukan penyusunan RTL dapat memulai dengan menemukan kondisi saat ini
yang belum sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari selama
pelatihan-menetapkan kondisi yang akan dicapai sesuai dengan kondisi ideal yang
dipelajari-menentukan Langkah perubahan dari kondisi saat ini menjadi kondisi yang
diinginkan dengan melakukan perubahan berupa aksi
14
15
Tujuan:
Peserta mampu untuk membuat Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Petunjuk:
1. Fasilitator meminta peserta untuk membuka Formulir Latihan penilaian dan perubahan
serta formulir RTL
2. Fasilitator meminta peserta untuk mengisi seluruh formulir
3. Fasilitator mendampingi peserta dalam membuat RTL
4. Fasilitator mendiskusikan RTL bersama peserta
5. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan dan
mendiskusikan jawaban bersama.
Alat bantu:
1. Formulir Latihan Penilaian dan Perubahan
2. Formulir RTL
3. ATK
16
17
Kompetensi Staf
Langkah 2
• Apakah staf diberikan pelatihan tentang mendukung ibu
untuk menyusui?
• Adakah penilaian pengetahuan dan keterampilan
petugas kesehatan dalam mendukung pemberian ASI?
Informasi prakelahiran
Langkah 3
• Apakah Anda menawarkan/memberikan konseling
prakelahiran tentang menyusui?
• Apakah Anda memberi tahu semua wanita hamil dan keluarganya
tentang:
- pentingnya menyusui
- pentingnya pemberian ASI eksklusif selama enam bulan
pertama
- risiko pemberian susu formula atau pengganti ASI lainnya
- terus menyusui setelah enam bulan saat makanan
pendamping diberikan
- pentingnya saling bersentuhan sejak dini dan
berkelanjutan
18
Suplementasi
Langkah 6
• Apakah bayi hanya diberi ASI (kecuali ada indikasi medis?)
- Apakah ASI donor diprioritaskan jika suplemen diperlukan?
• Apakah ibu yang ingin memberikan susu formula
terbantu melakukannya dengan aman?
Rawat gabung
Langkah 7
• Apakah ibu dan bayi tetap bersama siang dan malam?
• Apakah ibu bayi dengan berat badan lahir rendah dan yang
sakit didorong untuk tetap dekat dengan bayinya?
19
laktasi di masyarakat?
• Apakah Bunda mampu memberikan bantuan dan dukungan
ekstra kepada ibu dan bayi berkebutuhan khusus agar dapat
terus menyusui, misalnya:
- bayi dengan berat lahir rendah atau bayi yang sakit
- bayi penyandang cacat
- jika ibunya sakit atau cacat
- jika ibunya hidup dengan HIV dan telah
memutuskan untuk menyusui (jika ini adalah
kebijakan nasional)?
• Apakah Anda mendorong wanita untuk menyusui secara
eksklusif selama enam bulan?
• Apakah Anda mendorong wanita untuk terus menyusui hingga
dua tahun dan seterusnya dengan makanan pendamping ASI?
20
2.
3.
4.
5.
21
2.
3.
4.
D. REFERENSI
• Pedoman pelatihan kepemimpinan (DIKLATPIM) Lembaga Administrasi Negara.
• Modul Pelatihan Konseling Menyusui WHO-UNICEF
22
Penasehat:
Direktur Gizi dan KIA
Penyusun (Alfabet):
Diana Amilia Susilo, Eko Prihastono, Esti Rachmawati, Hikmah Kurniasari, Heny
Purbaningsih, Ivonne Kusumaningtias, Kartika Darma Handayani, Lismartina, Mahmud
Fauzi, Roostiati Sutrisno Wanda, Sri Sukotjo, Wiyarni Pambudi.
Kontributor (Alfabet):
Aulia Yulia H, Alifah A, Aslinar, Chatidjah A, Cherlina, Dewi Astuti, Elizabeth Yohmi, E.M. tuti
Nurhayanti, Fitri A, Jeanne-Roos T, Lenggang Pakuan A, Lydia Fanny, Nia Umar, Santika S,
Siti Masruroh, Yosnelli.
Diterbitkan oleh:
Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktorat Gizi dan KIA
Jakarta, 2022
1
310