Anda di halaman 1dari 40

MODUL UNTUK PESERTA

MI.2 EDUKASI GIZI SEIMBANG PADA BALITA DAN PRASEKOLAH

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


2016
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmad-Nya, maka Tim penyusun telah dapat
menyelesaikan Modul pelatihan pelayanan kesehatan Balita dan
anak pra sekolah di Puskesmas. Pelatihan ini sudah dilakukan
Ujicoba dan akan diterapkan secara luas di seluruh provinsi se
Indonesia yang di dahului dengan pelatihan bagi pelatih (Training of
Trainer). Modul pelatihan pelayanan kesehatan Balita dan anak pra
sekolah di Puskesmas ini telah disusun sbb

1. MD.1 Kebijakan Pelayanan Kesehatan Balita dan Anak


Prasekolah.
2. MI.1.Pemantauan pertumbuhan
3. MI.2.Edukasi Gizi seimbang pada Balita dan Anak
Prasekolah.
4. MI.3..Imunisasi Dasar & Lanjutan
5. MI.4.Stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang
Balita dan Anak Prasekolah.
6. MI.5.Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
7. MI.6.Komunikasi informasi dan edukasi (KIE).
8. MI.7.Kekerasan terhadap Anak (KtA).
9. MI.8.Pencatatan dan Pelaporan
10. MI.9. Tehnik Melatih
11. MP.1.Building Learning Commitment (BLC)
12. MP.2.Rencana Tindak Lanjut.
13. MP.3.Anti Korupsi

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang


telah menyusun dan memberikan masukan untuk mewujudkan
modul pelatihan ini. Saran dan komentar positif senantiasa terbuka
untuk penyempurnaan dan melengkapi modul pelatihan ini seiring
perkembangan ilmu dan tehnologi yang ada .

Jakarta, Juli 2016


Direktur Kesehatan Keluarga
Kementerian Kesehatan RI

dr. Eni Gustina, MPH


NIP. 196308201994122003

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………................................... 1

DAFTAR ISI ……………………………….............................................. 2

BAB I. PENDAHULUAN ........................ 3

BAB II. POKOK BAHASAN II 6

Konsep Gizi Seimbang 6

BAB III. POKOK BAHASAN III 7

Pesan Gizi Seimbang ................................................ 7

BAB IV.POKOK BAHASAN IV 9

Proses Menyusui .................................................................... 9

BAB V.POKOK BAHASAN IV 23

Penyiapan makanan Gizi Seimbang 23

BAB VI.POKOK BAHASAN V 34

Konseling Pemberian makan Gizi Seimbang. 34

3
BAB I PENDAHULUAN

I. DESKRIPSI SINGKAT

Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan,


kecerdasan dan produktifitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini sangat
dipengaruhi oleh keadaan gizi. Kelompok umur balita dan prasekolah
merupakan kelompok rawan yang harus diperhatikan keadaan gizinya.
Kelompok ini merupakan asset sumberdaya manusia masa depan.
Gizi seimbang merupakan Susunan pangan sehari-hari yang
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman
pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan memantau berat
badan secara teratur dalam rangka mempertahankan berat badan
normal untuk mencegah masalah gizi.
Saat ini konsumsi pangan masyarakat ini akan dibahas tentang edukasi
gizi seimbang pada balita dan pra sekolah mulai dari khususnya balita
dan prasekolah masih belum sesuai dengan pesan gizi seimbang,
sehingga terjadi masalah gizi kurang, dan prevalensi stunting tinggi.
Oleh karena itu didalam modul prinsip dasar gizi seimbang, pemberian
makan untuk bayi dan anak meliputi informasi tentang ASI, MP-ASI,
dan konseling pemberian makan gizi seimbang.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memfasilitasi Edukasi
gizi seimbang pada balita dan prasekolah

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah selesai pelatihan ini, peserta pelatihan mampu :
1. Menjelaskan konsep Gizi Seimbang
2. Menjelaskan Pesan Gizi Seimbang
3. Melakukan edukasi dukungan menyusui
4. Melakukan penyiapan makanan Gizi Seimbang untuk anak
barbagai kategori umur
5. Melakukan konseling Pemberian makan Gizi Seimbang

4
III. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan - pokok bahasan sebagai
berikut yaitu :
Pokok bahasan dan Subpokok bahasan :
1. Konsep Gizi Seimbang
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Sasaran
d. Prinsip 4 (empat) pilar Gizi Seimbang
2. Pesan Gizi Seimbang untuk kelompok umur
a. Anak umur 0-6 bulan
b. Anak umur 6-24 bulan
c. Anak umur 2-5 tahun
d. Anak umur 5-7 tahun
3. Edukasi dukungan menyusui
a. IMD
b. Posisi dan Pelekatan menyusui
c. Masalah yang sering ditemui pada menyusui
d. 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM)
4. Makanan Gizi Seimbang untuk anak umur 6-24 bulan, 2-5 tahun dan
5-7 tahun)
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyiapan makanan
b. Pengolahan dan penyajian makanan anak
5. Melakukan konseling pemberian makan Gizi seimbang
a. Pada Anak Sehat
b. Pada Anak Sakit

IV. MEDIA DAN ALAT


1. Komputer
2. LCD
3. Lembar balik
4. Gambar
5. Skenario
6. Bahan makanan local
7. Makanan matang, dari makanan keluarga
8. Perangkat alat makan
9. Alat masak (pisau, saringan, sendok)
10. Food model
5
11. Kasus: ibu dan anak 0-24 bulan

V. BAHAN BELAJAR
1. Kementerian Kesehatan, Direktorat Bina Gizi. Modul Pelatihan
Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), 2014.
2. Kementerian Kesehatan, Direktorat Bina Gizi. Pedoman Gizi
Seimbang, 2014.
3. Kementerian Kesehatan, Direktorat Bina Gizi. Modul Pelatihan
Konseling Menyusui.2014
4. Kementerian Kesehatan, Direktorat Bina Gizi. Modul Pelatihan MP-
ASI, 2011
5. Kementerian Kesehatan, Badan Litbang Kes. Survey Diet Total,
2014

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 10 jam


pembelajaran (T=4 JPL, P=6 JPL, PL=0) @45 menit untuk
memudahkan proses pembelajaran, dilakukan langkah-langkah
kegiatan pembelajaran sebagai berikut.

Langkah 1 Pengkondisian 10 menit

Langkah 2 Penyampaian Pokok bahasan 1


konsep gizi seimbang
Langkah 3 Penyampaian Pokok bahasan 2 60 menit
Pesan Gizi Seimbang

Langkah 4 Penyampaian Pokok bahasan 3 90 menit


Proses menyusui .
Langkah 5 Penyampaian Pokok bahasan 4 110 menit
Penyiapan makanan Gizi Seimbang
..
Langkah 6 Penyampaian Pokok bahasan 6 90 menit
Konseling Pemberian makan Gizi
Seimbang.
Jumlah 360 menit

6
BAB II. POKOK BAHASAN 1
KONSEP GIZI SEIMBANG

A. Pengertian Gizi Seimbang


Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik,
perilaku hidup bersih dan memantau berat badan secara teratur
dalam rangka mempertahankan berat badan normal untuk
mencegah masalah gizi.

B. Prinsip 4 (empat) pilar Gizi Seimbang


Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) pilar yang pada
dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan
antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk dengan
memantau berat badan secara teratur.
Empat Pilar tersebut adalah:
1. Mengonsumsi aneka ragam pangan
Yang dimaksudkan beranekaragam dalam prinsip ini selain
keanekaragaman jenis pangan juga termasuk proporsi makanan
yang seimbang, dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan
dilakukan secara teratur.

2. Membiasakan perilaku hidup bersih


Budaya perilaku hidup bersih akan menghindarkan seseorang
dari keterpaparan terhadap sumber infeksi.

3. Melakukan aktivitas fisik


Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh
termasuk olahraga merupakan salah satu upaya untuk
menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi
utamanya sumber energi dalam tubuh.

4. Memantau berat badan (BB) secara teratur untuk


mempertahankan berat badan normal
Bagi bayi dan balita indikator yang digunakan adalah
perkembangan berat badan sesuai dengan pertambahan umur
atau panjang/tinggi badan. Pemantauannya dilakukan dengan
menggunakan KMS.
7
BAB III. POKOK BAHASAN 2 :
PESAN GIZI SEIMBANG

Pesan Gizi Seimbang untuk kelompok umur :


A. Anak umur 0-6 bulan
 Melakukan inisiasi menyusu Dini (IMD)
 Berikan ASI Eksklusif sampai umur 6 bulan
 Lanjutkan pemberian ASI sampai umur 2 tahun.
 Memerah ASI untuk meningkatkan produksi ASI dan
mempertahankan menyusui sampai anak berumur 2 tahun atau
lebih.

B. Anak umur 6-24 bulan


 Berikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia 6 bulan,
berasal dari makanan lokal dengan memperhatikan usia,
frekuensi, jumlah, tekstur, variasi dan kebersihannya.
 Teruskan pemberian ASI dan memerah ASI untuk meningkatkan
produksi ASI dan mempertahankan menyusui sampai umur 2
tahun.

C. Anak umur 2-5 tahun


 Biasakan makan 3 kali sehari (pagi, siang dan malam) ditambah
dengan makanan selingan diantara waktu makan utama. Hal ini
penting karena mereka sedang tumbuh dan mengalami
perkembangan otak yang sangat tergantung pada asupan
makanan secara teratur.
 Berikan makanan beraneka ragam dengan jumlah yang sesuai
dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG).
 Perhatikan kebersihan dalam persiapan, pengolahan dan
pemberian makanan kepada anak.
 Perbanyak mengonsumsi makanan kaya protein seperti ikan,
telur, tempe, tahu.
 Perbanyak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan.
 Batasi mengonsumsi makanan selingan yang terlalu manis, asin
dan berlemak.
 Minumlah air putih sesuai kebutuhan.
 Biasakan bermain bersama dan melakukan aktivitas fisik setiap
hari, agar terhindar dari kegemukan dan gangguan
perkembangan mental serta psikomotorik anak.
8
D. Anak usia > 5 tahun
 Pada usia ini anak-anak sudah memasuki sekolah.
 Biasakan makan 3 kali sehari (pagi, siang dan malam) ditambah
dengan makanan selingan diantara waktu makan utama.
 Biasakan sarapan setiap hari sebaiknya dilakukan pada jam
06.00 atau sebelum jam 07.00 yaitu sebelum terjadi
hipoglikemia atau kadar gula darah sangat rendah.
 Sarapan sebaiknya dipenuhi sumber karbohidrat, protein,
vitamin dan mineral. Porsi makan pagi kira-kira 20-25 % dari
kebutuhan sehari.
 Untuk menghindarkan anak-anak mengonsumsi makanan yang
tidak sehat dan tidak bergizi dianjurkan agar selalu makan
bersama keluarga.
 Berikan makanan beraneka ragam dengan jumlah yang sesuai
dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG).
 Perhatikan kebersihan dalam persiapan, pengolahan dan
pemberian makanan kepada anak.
 Biasakan mengonsumsi ikan dan sumber protein lainnya.
Protein merupakan zat gizi yang berfungsi untuk pertumbuhan,
mempertahankan sel atau jaringan yang sudah terbentuk, dan
untuk mengganti sel yang sudah rusak
 Perbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan yang bervariasi
sehingga diperoleh beragam sumber vitamin ataupun mineral
serta serat. Hal tersebut dapat melawan oksidasi yang
menurunkan kondisi kesehatan tubuh.
 Biasakan membawa bekal makanan dan air putih dari rumah,
agar anak tidak perlu makan jajanan yang kadang kualitasnya
tidak bisa dijamin.
 Batasi mengonsumsi makanan cepat saji, jajanan dan makanan
selingan yang manis, asin dan berlemak. Sebagian besar
makanan cepat saji mengandung tinggi gula, garam dan lemak
yang tidak baik bagi kesehatan.
 Biasakan menyikat gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari
setelah makan pagi dan sebelum tidur. Membersihkan gigi
setelah makan adalah upaya yang baik untuk menghindari
pengeroposan atau kerusakan gigi.

9
BAB IV.POKOK BAHASAN 3 :
PROSES MENYUSUI

Langkah kebijakan pemerintah adalah melindungi, mendukung dan


mempromosikan pemberian ASI Eksklusif. Landasan kebijakan
program ASI Eksklusif adalah UU nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan, Pasal 128 ayat 1, 2 dan 3 ; Pasal 129 ayat 1 dan 2 ; serta
Pasal 200 dan 201; Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012
tentang Pemberian ASI Eksklusif.
Untuk operasional Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 2012, telah
diterbitkan beberapa Peraturan Menteri Kesehatan yaitu: 1) Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2013 tentang Pemberian Susu
Formula dan Produk Bayi lainnya, 2) Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 39 Tahun 2013 tentang Tatacara Pemberian ASI di Tempat
Kerja dan Tempat-Tempat Umum dan 3) Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 15 Tahun 2014 tentang Tatacara Pengenaan Sanksi
Administratif bagi Tenaga Kesehatan, Penyelenggara, Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, Penyelenggaraan Satuan Pendidikan
Kesehatan, Pengurus Organisasi Profesi di Bidang Kesehatan serta
Produsen & Distribusi Susu Formula Bayi & atau Produk Bayi lainnya
yang dapat menghambat keberhasilan Program Pemberian Air Susu
Ibu Eksklusif.

A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


IMD adalah proses menyusu dimulai secepatnya segera setelah lahir.
Dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit antara bayi dengan ibunya
segera setelah lahir dan berlangsung minimal satu jam

Manfaat IMD
1. Bagi Bayi :
 Mencegah risiko hipotermia dan menghangatkan bayi, karena
dada ibu berfungsi sebagai termoregulator.
 Membuat bayi lebih tenang, sehingga pernapasan dan detak
jantung bayi akan menjadi lebih stabil dan membuat bayi tidak
rewel.

10
 Memberikan perlindungan alamiah bagi bayi dan membangun
kekebalan tubuh bayi terhadap berbagai penyakit.
 Meningkatkan ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi.
 Membentuk daya tahan tubuh terhadap infeksi, karena kolustrum
yang keluar sewaktu IMD mengandung protein dan
imunoglobulin. Kolustrum akan membuat lapisan yang melindungi
dan mematangkan dinding usus bayi.
 Mengurangi risiko alergi.
 Memudahkan bayi mendapat ASI Eksklusif selama 6 bulan dan
tetap menyusu sampai berusia 2 tahun, karena produksi ASI
menjadi lancar dan banyak
 Menurunkan risiko kematian bayi sampai 22 % (penelitian
Edmond KM (2006)

2. Bagi Ibu :
 Memperkuat kontraksi rahim sehingga mempercepat pengeluaran
plasenta dan mengurangi perdarahan setelah melahirkan.
 Merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang dapat membuat
ibu merasa tenang, rileks, mencintai bayinya dan bahagia.
 Mempercepat pengeluaran kolostrum.
 Memperkuat ikatan ibu dengan bayinya.

3. Bagi Keluarga :
 Membuat keluarga bahagia. Ayah dan ibu akan bersama
menyambut kelahiran bayi dan berkesempatan melihat proses
IMD. Proses ini merupakan pengalaman batin yang sangat indah
bagi ayah, ibu dan bayi.

Proses IMD
1. Petugas kesehatan menjelaskan terlebih dahulu kepada ibu dan
suami/keluarga saat Ante Natal Care (ANC) dan sebelum proses
persalinan tentang apa yang harus dilakukan dan diperhatikan
selama proses IMD berlangsung
2. Suami/keluarga harus mendampingi ibu sampai proses IMD selesai.
3. Kehadiran suami/keluarga selama proses IMD, dapat meningkatkan
rasa percaya diri ibu dan membantu memastikan keselamatan bayi.
4. Segera setelah bayi lahir, menangis, bernapas teratur dan dipotong
tali pusatnya, maka:

11
 Secepatnya keringkan seluruh tubuh bayi dengan handuk lembut,
kecuali kedua tangannya, karena tangan yang basah oleh cairan
ketuban, baunya sama dengan bau cairan yang dikeluarkan
payudara ibu. Bau dan rasa ini yang akan membimbing bayi mulai
merayap untuk menemukan payudara dan puting susu ibu.
Jangan hilangkan lemak putih (vernix) di tubuh bayi karena vernix
mencegah panas tubuh bayi keluar dan juga berfungsi sebagai
pelindung bayi agar tetap hangat.
 Tengkurapkan bayi tanpa pakian/ bedong di dada ibu, kulit bayi
melekat pada kulit ibu. Selimuti bayi, bila perlu tutupi kepalanya.
 Posisi ibu telentang dengan letak kepala lebih tinggi agar dapat
menjaga kontak mata dengan bayinya
 Posisi bayi tengkurap di dada ibunya, letak kepala bayi setinggi
garis antar puting ibu. Biarkan bayi merayap mencari sendiri
puting susu ibu. Ibu dapat membantu bayi dengan sentuhan
lembut tapi jangan memaksa bayi menuju puting susu
 Biarkan bayi menendang-nendang perut ibu. Tendangan lembut
ini akan menekan perut ibu dan membantu kontraksi rahim.
Kontraksi rahim berperan penting untuk mengeluarkan plasenta
dan mengurangi perdarahan paska persalinan.
 Biarkan tangan bayi meremas puting susu ibu. Remasan tangan
bayi, hentakan kepala bayi di dada ibu, dan perilaku bayi menoleh
ke kiri dan ke kanan sambil menggesek payudara ibu dapat
merangsang pengeluaran ASI lebih cepat dan kontraksi rahim
 Ketika bayi di dekat puting susu ibu, bayi akan mengeluarkan air
liur, menjilati puting dan membuka mulut secara lebar. Biarkan
bayi mengulum puting susu ibu dan mengisapnya. Isapan bayi
pada pada puting ibu akan merangsang pengeluaran hormon
oksitosin yang akan membantu kontraksi rahim, pengeluaran
plasenta dan mengurangi perdarahan paska persalinan
 Biarkan bayi tengkurap menempel pada dada ibu sampai bayi
selesai menyusu pertama dan melepas puting ibu.

 Mengganggu proses kontak kulit sebelum bayi selesai menyusu


untuk pertama kali atau mencoba untuk mengarahkan bayi
menyusu dapat menimbulkan masalah pada proses IMD dan
menyusu berikutnya.

12
 Saat menyusu untuk pertama kalinya, bayi memperoleh kolustrum
yang kaya akan protein dan zat kekebalan tubuh yang sangat
berguna untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi.
 Proses IMD minimal satu jam dan berlangsung segera setelah
bayi lahir. Bila belum menemukan puting susu ibu setelah satu
jam, dapat dibantu dengan cara mendekatkan bayi ke puting susu
ibu tanpa berusaha memasukkan ke mulut bayi.
 Proses IMD ini sebaiknya harus tetap berlangsung walaupun
terjadi pemindahan ibu dari kamar bersalin atau kamar operasi.

5. Selesai proses IMD, lanjutkan dengan prosedur perawatan bayi baru


lahir sesuai standar. Lakukan RAWAT GABUNG bayi dan ibu.
6. Proses IMD ini hanya dilakukan pada ibu dan bayi dengan kondisi
stabil. Kondisi bayi yang tidak stabil misalnya bayi dengan gangguan
nafas (sesak), gangguan sirkulasi (syok), sedangkan kondisi ibu
yang tidak stabil adalah kejang, perdarahan paska persalinan,
gangguan kesadaran, syok dan sesak.

B. Posisi dan Pelekatan Menyusui


Posisi menyusui yang baik akan membantu anak dapat menghisap
dengan baik dan membantu Ibu untuk dapat memproduksi banyak ASI.
Ketidak tepatan posisi dan pelekatan dapat menimbulkan masalah
dalam menyusui.

Empat tanda utama tentang posisi bayi yang benar adalah:


a. Kepala dan badan bayi berada dalam satu garis lurus.
b. Ibu mendekap badan bayi dekat dengan tubuhnya.
c. Ibu menopang seluruh badan bayi, dan bukan hanya kepala atau
bahu bayi.
d. Wajah bayi menghadap payudara dengan hidung menghadap
puting.

Ada beberapa cara untuk memposisikan bayi Ibu:


a. Posisi normal menyangga bayi (yang paling umum dilakukan).
b. Posisi di bawah lengan menyilang (baik untuk bayi kecil).
c. Posisi berbaring menyamping (baik untuk beristirahat sambil
menyusui dan di malam hari).
13
d. Posisi di bawah lengan/ketiak (digunakan setelah operasi Caesar,
jika puting susu Ibu sakit atau jika Ibu menyusui bayi kembar).

Empat tanda-tanda pelekatan yang baik:


a. Mulut bayi terbuka lebar.
b. Ada lebih banyak aerola di atas mulut bayi dari pada di
bawahnya.
c. Bibir bawah bayi memutar keluar.
d. Dagu bayi menyentuh payudara ibu.

Manfaat pelekatan yang baik:


a. Menjamin bahwa bayi akan menyusu dengan baik dan membantu
Ibu untuk memproduksi lebih banyak ASI.
b. Mencegah terjadinya puting retak dan timbulnya rasa sakit.
c. Menyusu tidak akan terasa sakit. Mintalah bantuan untuk
memperbaiki pelekatan jika Ibu kesakitan waktu menyusui.

14
Pelekatan yang baik

Pelekatan yang tidak baik

Tanda-tanda hisapan bayi yang efektif:


a. Bayi menghisap dalam-dalam dan perlahan, kadang-kadang
berhenti.
b. Ibu mungkin akan bisa mendengar bayi menelan setelah satu
atau dua hisapan.
c. Hisapan itu terlihat nyaman dan ibu tidak akan merasa kesakitan.
d. Saat bayi selesai menyusu, ia akan melepaskan puting dan
terlihat puas dan rileks.
e. Payudara Ibu terasa lembut setelah menyusui.

Harus diingat :
 Hisapan yang efektif dapat membantu Ibu meningkatkan produksi
ASI.
 Setelah bayi melepaskan satu payudara, berikan payudara lain
pada bayi. Ini akan menjamin bahwa bayi menstimulasi produksi

15
ASI pada kedua payudara, dan juga mendapatkan ASI yang
paling bergizi dan memuaskan.
 Mengisap dan memerah ASI sangat penting bagi penyediaan ASI
yang baik.
 Pelepasan/mengalirnya ASI (kadang disebut refleks ejeksi) dapat
dipengaruhi oleh emosi ibu—ketakutan, kecemasan, rasa sakit,
rasa rikuh dan malu.
 Montgomery Glands mengeluarkan cairan seperti minyak yg
berfungsi membersihkan dan melumasi puting
 ASI awal mengandung lebih banyak air dan memuaskan dahaga
sang bayi.
 ASI akhir mengandung lebih banyak lemak dan memenuhi rasa
lapar sang bayi.
 Kapan ibu perlu memerah ASI untuk bayinya:
- Bayi terlalu lemah atau terlalu kecil untuk menghisap dengan
aktif
- Bayi memerlukan waktu yang lebih lama dari biasanya untuk
belajar menghisap; misalnya karena puting terbenam
- Memberi makan bayi dengan berat badan rendah yang tidak
dapat menyusu
- Memberi makan bayi sakit
- Untuk menutupi kebutuhan ASI ketika ibu atau bayi sakit.
- Melonggarkan saluran ASI yang tersumbat atau Pembesaran
Payudara.
- Ibu harus berpisah dengan bayinya selama beberapa jam

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan ketika ibu terpisah dari bayinya:


 Belajarlah cara memerah ASI anda sendiri segera setelah bayi
anda lahir
 Susui bayi secara eksklusif dan sering selama sepanjang waktu
dimana anda bersama dengan bayi anda.
 Perah dan simpan ASI sebelum anda meninggalkan rumah
sehingga pengasuh bayi anda dapat memberi ASI pada bayi anda
selama anda pergi.
 Perah ASI anda sementara anda jauh dari bayi anda, bahkan bila
anda tidak dapat menyimpannya. Ini akan membuat ASI tetap
melimpah dan mencegah pembengkakan payudara.

16
 Ajari pengasuh bayi anda bagaimana cara menyimpan ASI perah
dan gunakan cangkir yang bersih untuk memberi makan bayi
anda saat anda tidak di rumah.
 Luangkan waktu untuk menyusui sebelum meninggalkan bayi
anda dan ketika anda pulang, tingkatkan jumlah pemberian ASI
sementara anda bersama dengan bayi anda. Artinya, anda
hendaknya meningkatkan pemberian ASI pada malam hari dan
akhir pekan.

Bila memungkinkan, bawa bayi anda ke tempat kerja (atau kapan saja
anda harus keluar rumah selama beberapa jam). Bila hal ini tidak
memungkinkan, pertimbangkan untuk meminta bantuan seseorang
membawa bayi anda ke tempat kerja anda untuk disusui ketika anda
istirahat.
Dapatkan dukungan ekstra dari anggota keluarga dalam mengasuh
bayi dan anak anda yang lain dan untuk melakukan pekerjaan rumah
tangga

Memerah ASI dengan tangan

Bagaimana menyimpan ASI perah


 Gunakan wadah yang sesuai untuk menampung ASI seperti
plastik bersih atau gelas dengan tutup rapat dan jika
memungkinkan sebuah lemari es.
 Untuk penyimpanan yang lama, dibutuhkan 10 buah wadah atau
lebih.
 Masukkan ASI perah kedalam wadah, tutup, dan letakkan
sebisanya di tempat yang dingin.
 Jumlah ASI perah yang disimpan dalam satu wadah sebaiknya
tidak lebih dari jumlah yang dibutuhkan bayi dalam satu kali
minum ·
17
 Jika jumlahnya sedikit, tambah lagi disatu wadah yang sama
selama satu hari tersebut. Tetapi tidak boleh lewat dari satu hari
itu. ·
 Jika tidak memiliki lemari es: ASI Perah dapat di tempatkan dalam
suhu ruangan/kamar bahkan jika hawa panas selama 6 jam.
 Jika tersedia kulkas: simpan di bagian tengahnya sampai 2x24
jam; atau dalam bagian freezer selama 3 bulan. ·
 Sebelum diberikan ke bayi, cairkan ASI beku dengan
memindahkan ke bagian tengah kulkas atau pada suhu kamar.
 Hangatkan ASI dengan menaruh wadahnya di dalam baki yang
berisi air hangat pada suhu tangan
 Berikan ASI cair tersebut dalam 2 jam (bila ASI tidak habis dalam
2 jam berikan pada anak yang lebih besar atau dibuang).

C. Kesulitan Pemberian ASI


Pada saat awal memberikan ASI sering terjadi kendala atau kesulitan
yang dihadapi oleh ibu. Masalah tersebut muncul karena posisi dan
pelekatan yang kurang baik.
1. Payudara Bengkak
Gejala yang dapat kita amati adalah: terjadi pada kedua payudara,
bengkak, lunak, hangat, agak kemerahan, sakit, kulit mengkilat,
kencang, puting susu rata dan sulit diisap anak. Bisa terjadi pada
hari ke 3 sampai ke 5 setelah melahirkan (bila produksi susu
meningkat drastis dan anak belum bisa menyusu).

Pencegahan yang dapat kita lakukan adalah:


 Lakukan IMD.

18
 Mulai berikan ASI dalam satu jam pertama kelahiran
 Pelekatan yang baik
 Memberikan ASI sesering dan selama diinginkan bayi 8 - 12
kali per 24 jam
Catatan: di hari pertama atau kedua bayi mungkin hanya disusui 2
sampai 3 kali
Apabila payudara bengkak, yang dapat dilakukan oleh ibu adalah:
 Memperbaiki pelekatan
 Memberikan ASI lebih sering
 Usap payudara dengan lembut untuk merangsang aliran ASI
 Tekan di sekitar areola untuk mengurangi pembengkakan dan
membantu bayi mengisap
 Bayi menyusu di kedua payudara
 Perah susu untuk mengurangi tekanan sampai bayi bisa
mengisap
 Kompres dengan air hangat untuk membantu aliran ASI
sebelum diperah
 Kompres dengan air dingin untuk mengurangi bengkak setelah
diperah
2. Puting retak/sakit
Gejala dari putting retak adalah: payudara/puting terasa sakit, retak
di ujung puting atau di dasarnya, kadang berdarah dan bisa terjadi
infeksi.

Pencegahan yang harus dilakukan adalah:


 Pelekatan yang baik
 Jangan gunakan botol susu (cara menghisap yang berbeda
dengan menghisap puting sehingga terjadi bingung puting)
 Jangan gunakan sabun atau krim pada puting
Tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi putting retak/sakit
adalah:
 Jangan berhenti menyusui
 Perbaiki pelekatan dengan memastikan bahwa bayi datang
dari bawah payudara dan didekap erat
 Mulai menyusui pada sisi yang kurang terasa sakit
 Ubah posisi menyusui
 Biarkan bayi melepaskan sendiri isapannya
19
 Oleskan cairan ASI ke puting
 Jangan gunakan sabun atau krim pada puting
 Jangan tunggu sampai payudara penuh untuk menyusui
 Jangan gunakan botol susu

3. Saluran air susu tersumbat


Masalah ini dapat terjadi karena proses menyusui tidak dilakukan
secara benar. Apabila masalah ini dibiarkan dapat menyebabkan
infeksi (mastitis).
Gejala saluran tersumbat adalah: ada tonjolan lunak, nyeri,
kemerahan, ibu tidak merasa sakit dan demam.
Gejala mastitis adalah: payudara bengkak keras (biasanya hanya
satu payudara), terasa sangat sakit, kemerahan di satu tempat.
Umumnya ibu merasa tidak enak badan atau demam. Bayi kadang-
kadang menolak menyusu karena ASI terasa asin.
Pencegahan yang harus dilakukan adalah:
 Minta bantuan dari keluarga untuk melakukan tugas rumah
tangga yang tidak terkait dengan perawatan bayi
 Pastikan pelekatannya baik
 Susui bayi saat ia menginginkan, dan biarkan bayi melepaskan
sendiri isapannya
 Jangan memegang payudara dengan pegangan “gunting”
 Hindari memakai pakaian dalam yang terlalu ketat
Hal-hal yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut:
 Jangan berhenti menyusui (jika ASI tidak dikeluarkan, ada
risiko terjadinya abses; biarkan bayi menyusu sesering yang ia
inginkan)
 Kompres dengan air hangat (pakai handuk)
 Pegang bayi dalam posisi yang berbeda-beda sehingga lidah
bayi/dagunya dekat dengan saluran yang tersumbat/mastitis
(daerah yang kemerahan). Lidah/dagu akan memijit payudara
dan mengeluarkan air susu dari bagian payudara itu
 Perbaiki pelekatannya baik
 Untuk saluran yang tersumbat: lakukan pijitan lembut pada
payudara dengan telapak tangan, menggulungkan jari ke arah
20
puting; kemudian peras air susu atau biarkan bayi menyusu
setiap 2-3 jam siang dan malam
 Ibu harus cukup beristirahat

4. ASI tidak cukup atau ASI kurang


Ada dua penyebab seorang ibu berkata ASI saya tidak cukup/ASI
kurang :
a. Seperti yang dipahami oleh ibu
 Ibu “merasa” Ibu tidak punya cukup ASI
 Ibu ”merasa” Bayi resah atau tidak kenyang
Untuk memastikan perasaan tersebut, apakah bayi
mendapatkan cukup ASI atau tidak dapat diketahui dari data
berat badan, urin, dan buang air besar.

b. ASI “tidak cukup” yang sesungguhnya


 Berat badan bayi tidak bertambah : garis pertumbuhan
untuk bayi usia kurang dari 6 bulan mendatar atau
menurun
 Untuk bayi setelah umur 4 sampai 6 minggu : paling
kurang 6 kali buang air kecil dan 3-4 kali buang air besar
Untuk mencegah masalah itu terjadi, yang harus dilakukan adalah :
 Letakkan bayi kontak kulit dengan ibu
 Mulai susui bayi dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran
 Tetap bersama bayi
 Pastikan pelekatan yang baik
 Dorong bayi untuk sering menyusu
 Biarkan bayi melepaskan sendiri puting susu ibunya
 Menyusui eksklusif siang dan malam
 Hindari penggunaan botol susu
 Berikan dorongan untuk metode keluarga berencana yang
cocok

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah :


 Dengarkan keluhan ibu dan mengapa ia mengatakan ASI-nya
tidak cukup.

21
 Tentukan apakah ada penyebab yang jelas atas kesulitan
menyusui (pola menyusui, kondisi mental ibu, ibu atau bayi
sakit).
 Periksa berat badan bayi, urin dan kotorannya (jika berat
badan kurang, rujuk)
 Bangun rasa percaya diri ibu, yakinkan ia dapat menghasilkan
banyak ASI.
 Jelaskan kesulitan yang mungkin timbul karena percepatan
pertumbuhan pada umur 2-3 minggu, 6 minggu, 3 bulan
sehingga membutuhkan ASI lebih banyak.
 Jelaskan pentingnya mengeluarkan banyak ASI dari payudara
 Periksa/perbaiki pelekatan
 Sarankan untuk menghentikan segala macam suplemen bagi
bayi – jangan beri air putih, susu formula, teh, atau cairan lain.
 Hindari pemisahan ibu dan bayi dan pengasuhan bayi oleh
orang lain (perah ASI bila ibu jauh dari bayinya)
 Sarankan perubahan pola menyusui. Sering-sering susui bayi
waktu ia minta, siang dan malam
 Biarkan bayi melepaskan sendiri isapannya

D. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui


Langkah 1 : Memiliki kebijakan tertulis tentang menyusui yang
dikomunikasikan secara rutin kepada semua staf pelayanan
kesehatan.
Langkah 2 : Melatih petugas kesehatan dengan keterampilan yang
dibutuhkan untuk menerapkan kebijakan tersebut.

Langkah 3 : Menginformasikan Semua Ibu Hamil tentang Keuntungan


Menyusui dan Penatalaksanaannya.
Langkah 4 : Bantu ibu untuk mulai menyusui dalam setengah jam
pertama setelah lahir.
Langkah 5 : Menunjukan kepada Ibu cara menyusui dan bagaimana
mempertahankan menyusui meski Ibu dipisah dari bayi.
Langkah 6 : Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain
ASI kepada bayi, kecuali atas indikasi medis
Langkah 7 : Melaksanakan rawat gabung memungkinkan ibu dan bayi
selalu bersama selama 24 jam dalam sehari.
Langkah 8 : Menyusui semau bayi /mendorong untuk menyusui semau
22
bayi
Langkah 9 : Tidak memberikan dot atau empeng kepada bayi yang
disusui.
Langkah10: Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung
Menyusui dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut
ketika pulang dari rumah sakit atau klinik.
Apa yang dilakukan sebelum ibu meninggalkan fasilitas persalinan :
 Pastikan ibu mendapatkan dukungan yang berkelanjutan, dan
mendiskusikan dengan ibu bagaimana ia bisa mendapat bantuan jika
diperlukan.
 Cari tahu bantuan apa yang telah dimiliki ibu ketika berada di rumah,
jika mungkin bicarakan dengan mereka apa yang ibu perlukan.
 Pastikan ibu akan melakukan kontak pasca persalinan diminggu
pertama, dan berikutnya dalam bulan pertama, dan pemeriksaan rutin
pasca persalinan 6 minggu. Ibu sebaiknya menerima konseling
menyusui selama semua kontak tersebut.
 Pastikan ibu mengetahui bagaimana menghubungi petugas kesehatan
yang dapat membantu mengenai menyusui jika ia memiliki kesulitan di
lain waktu
 Rujuk ibu ke kelompok pendukung ibu di lingkungannya, jika ada.

23
BAB V. POKOK BAHASAN 4:
PENYIAPAN MAKANAN GIZI SEIMBANG UNTUK ANAK
UMUR 6-24 BULAN , 2-5 TAHUN DAN >5 TAHUN

Pemberian MP-ASI berarti memberikan makanan lain sebagai pendamping


ASI yang diberikan pada bayi dan anak usia 6 bulan sampai dengan 24
bulan. Ketika bayi sudah berusia 6 bulan, ASI saja tidak lagi mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan gizinya, oleh sebab itu makanan lain harus
diberikan bersama dengan ASI untuk mencegah terjadinya stunting.
Makanan lain inilah yang disebut makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

Risiko Pemberian MP-ASI terlalu dini :


• Menggantikan ASI
• Asupan zat gizi rendah
• Meningkatkan risiko penyakit infeksi seperti diare
• Kurang faktor perlindungan
• Makanan tidak bersih
• Sulit mencerna makanan

Risiko bila terlambat memberikan MP-ASI :


• Kebutuhan makan anak tidak terpenuhi
• Pertumbuhan dan perkembangan anak lambat
• Anak akan mengalami kekurangan energi dan zat gizi
• Anak menolak MP-AS

A. Faktor- faktor yang harus Diperhatikan Pada Saat Pemberian Makan


1. Usia
a. Bayi usia 6 bulan
 Lanjutkan pemberian ASI sesuai permintaan, siang dan
malam.

24
 Berikan ASI terlebih dahulu sebelum memberikan makanan
lain.
 Berikan makan pada bayi 2 kali sehari sebanyak 2 - 3 sendok
setiap makan
 Harus cukup pekat/kental untuk diberikan dengan tangan.
 Mulai dengan makanan pokok (jagung, gandum, nasi, padi-
padian, kentang, ubi), pisang atau kentang yang dilumatkan.

b. Bayi usia 6-9 Bulan


 Susui terus bayi Ibu sesuai permintaan baik siang maupun
malam.
 Berikan makanan utama 3 kali sehari, ditambah 1-2 kali
selingan buah.
 Meningkatkan jumlahnya secara perlahan menjadi setengah
mangkuk (250 ml).
 Gunakan mangkuk tersendiri untuk memastikan bayi makan
semua makanan.
 Berikan makanan keluarga yang dilunakkan.
 Setelah usia 8 bulan, bayi bisa mulai makan makanan yang
bisa ia pegang.
 Cobalah untuk memberikan makanan yang bervariasi setiap
kali makan. Misalnya: makanan hewani kaya zat besi (daging,
telur dan produk produk susu) bintang 1*; makanan pokok (biji-
bijian, akar dan umbi-umbian)bintang 2**, kacang-kacangan
bintang 3***, buah-buahan dan sayuran kaya vitamin A dan
buah-buahan dan sayuran lainnya, bintang 4****
 Tambahkan tabur gizi pada makanan siap saji dalam 1 x
makan, 2 hari satu kali.
.
c. Bayi usia 9-12 Bulan
 Susui terus bayi Anda sesuai permintaan baik siang maupun
malam.
 Berikan makan bayi 3 kali makanan utama dan 2 kali makan
selingan sehari.
 Tingkatkan jumlahnya secara perlahan dari setengah sampai
menjadi ¾ mangkok Gunakan mangkuk/piring tersendiri.
 Berikan makan keluarga yang dipotong-potong, makanan yang
bisa ia pegang.
25
 Cobalah memberikan makanan bervariasi setiap kali makan.
(makanan 4 bintang)
 Tambahkan tabur gizi pada makanan siap saji dalam 1 x
makan, 2 hari satu kali.
.

d. Anak usia 12-24 Bulan


 Susui terus bayi sesuai permintaan baik siang maupun malam.
 Tambahkan berbagai jenis makanan untuk memperkaya
makanan pokok termasuk kacang-kacangan, buncis, atau biji-
bijian, buah-buahan dan sayuran.
 Tambahkan makanan hewani: daging, susu, dan produk susu
setiap hari setidaknya dalam sekali makan ( 3x seminggu)
 Berikan makanan sejumlah ¾ sampai 1 mangkuk ukuran 250
ml sebanyak 3 - 4 kali per hari berupa makanan keluarga
 Berikan paling kurang 1 sampai 2 makanan selingan seperti
mangga, pepaya, alpukat, pisang, buah-buahan dan sayuran
lain, roti tawar, kentang goreng, ubi jalar.
 Gunakan garam beriodium dan batasi penggunaannya
 Campurkan 1 bungkus bubuk tabur gizi pada makanan siap
saji, 2 hari sekali.
 Makanan untuk anak-anak harus disimpan dan disiapkan di
tempat yang bersih agar tidak terkontaminasi, yang dapat
menyebabkan diare dan penyakit lainnya

e. Anak usia 2-5 Tahun


Anak diberikan makanan sesuai dengan menu makanan
keluarga. Sesuai dengan Permenkes Nomor 75 Tahun 2013
tentang Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan :
1) Dibedakan menjadi kelompok usia 1-3 tahun dan 4-6
tahun. Kebutuhan energi untuk usia 2-5 tahun sebesar
1125 – 1600 kkal.
2) Setelah anak usia 2 tahun, biasakan makan 3 kali sehari
(pagi, siang dan malam) bersamakeluarga. Biasakan
sarapan setiap pagi.

26
3) Diberikan makanan selingan di antara waktu makan
sebanyak 2 kali sehari.
4) Berikan makanan pokok seperti nasi/ roti/ ubi/ singkong/
jagung dll sebanyak 3-4 porsi per hari.
5) Perbanyak mengonsumsi makanan kaya protein seperti
ikan,telur, susu, tempe, dan tahu sebanyak 2-4 porsi per
hari.
6) Perbanyak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan pada
setiap waktu makan sebanyak 4,5 – 5 porsi per hari.
7) Batasi mengkonsumsi makanan selingan yang terlalu
manis, asin dan berlemak
Untuk makanan selingan dapat diberikan buah buahan
segar.
8) Minumlah air putih sesuai kebutuhan.Untuk mencukupi
kebutuhancairan sehari hari dianjurkan agar anak-anak
minum airsebanyak 1200-1500 ml air/hari.

f. Anak Usia >5 tahun (5-7 tahun)


Sesuai Permenkes Nomor 75 Th 2013 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang dianjurkan:
1) Dibedakan menjadi kelompok usia 4 – 6 tahun dan 7 – 9
tahun. Kebutuhan energi untuk usia 5-7 tahun sebesar
1600 – 1850 kkal.
2) Biasakan makan 3 kali sehari (pagi, siang dan malam)
bersama keluarga. Biasakan sarapan setiap pagi.
3) Diberikan makanan selingan di antara waktu makan
sebanyak 2 kali sehari.
4) Berikan makanan pokok seperti nasi/ roti/ ubi/ singkong/
jagung dll sebanyak 4 – 4,5 porsi per hari.
5) Perbanyak mengonsumsi makanan kaya protein seperti
ikan,telur, susu, tempe, dan tahu sebanyak 4 – 5 porsi per
hari.
6) Perbanyak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan pada
setiap waktu makan sebanyak 5 – 6 porsi per hari.
7) Batasi mengonsumsi makanan selingan yang terlalu
manis, asin dan berlemak.
Untuk makanan selingan dapat diberikan buah buahan
segar.

27
8) Minumlah air putih sesuai kebutuhan.Untuk mencukupi
kebutuhan cairan sehari hari dianjurkan agar anak-anak
minum air sebanyak 1500 – 1900 ml air/hari.

2. Frekuensi
Salah satu masalah pemberian makan pada bayi dan anak adalah
frekuensi yang tidak sesuai. Frekuensi atau seberapa bayi/anak
makan disesuaikan dengan usia.

3. Jumlah
Semakin bertambah usia maka semakin banyak kebutuhan gizi
anak sehingga jumlah makanan pun semakin meningkat.

4. Kekentalan
Perilaku ibu/pengasuh yang selama ini dilakukan di masyarakat
adalah memberikan bubur yang encer pada anaknya. Kebiasaan
ini harus dirubah karena Bubur MP-ASI yang kental akan

Bubur Encer Bubur Kental

memberikan energi lebih banyak bagi anak daripada bubur yang


encer.

5. Variasi
Tidak ada satu makanan pun yang mengandung zat gizi lengkap. Di
bawah ini jenis-jenis makanan yang menggambarkan variasi yang
harus selalu ada dalam menu makan sehari hari. Pengelompokan
makanan di bagi 4. Untuk memudahkan masyarakat mengingat,
kita beri tanda bintang (*) untuk setiap kelompok makanan.Jadi
makanan yang bervariasi adalah menu makanan yang terdiri dari 4
bintang.

Pengelompokan Makanan 4 Bintang (****)

28
Makanan Pokok: biji-bijian, seperti jagung, gandum,
beras, sagu dan umbi-umbian seperti singkong dan
kentang

Kacang-kacangan dan hasil olahnya


seperti kedelai,kacang hijau,kacang polong, kacang tanah,
tahu, tempe dan biji-bijian seperti wijen

Buah-buahan yang mengandung vit A dan


sayuran
Seperti mangga, pepaya, jeruk, daun-daunan
hijau, wortel, ubi jalar dan labu; dan buah-
buahan dan sayuran lain seperti pisang,
nenas, alpukat, semangka, tomat, terung dan
kol.

Catatan: termasuk tanaman lokal yang


ada di daerah
Makanan kayasetempat.
zat Besi sumber Hewani
Seperti daging sapi, ayam, hati dan telur; dan
makanan bersumber hewani lainnya seperti
ikan, susu dan produk susu lainnya
Cat:makanan hewani harus dimulai saat
mencapai usia 6 bln

6. Pemberian makan aktif/responsif


Pemberian makanan aktif/responsif adalah tindakan ibu atau
pengasuh, yaitu waspada dan responsif terhadap tanda-tanda yang
ditunjukkan bayi bahwa ia siap makan; dan mendorong bayi/ anak
untuk makan tapi jangan dipaksa.
 Bersabarlah dan dorong terus bayi anda untuk makan lebih
banyak
 Jika bayi anda menolak untuk makan, pangkulah bayi anda
sewaktu ia diberi makan, atau menghadap ke dia kalau ia
dipangku oleh orang lain
 Tawarkan makanan baru berkali-kali, anak-anak mungkin
tidak suka (tidak mau menerima) makanan baru pada
awalnya.

29
 Waktu pemberian makan adalah masa-masa bagi anak untuk
belajar mencintai. Berinteraksilah dengannya dan kurangi
gangguan waktu ia diberi makan.
 Jangan paksa anak untuk makan.
 Gunakan piring tersendiri untuk memastikan bayi makan
semua makanan yang diberikan.

7. Kebersihan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sangat penting untuk menghindari
diare dan penyakit lainnya .
 Berikan makan kepada bayi dalam mangkuk/piring yang bersih;
jangan gunakan botol karena susah dibersihkan dan dapat
menyebabkan bayi mengalami diare.
 Gunakan sendok atau cangkir bersih untuk memberikan
makanan /minuman bayi.
 Simpan makanan yang akan diberikan kepada bayi di tempat
yang bersih dan aman.
 Cuci tangan Ibu dengan sabun sebelum menyiapkan dan
memberi makan bayi.
 Cuci tangan Ibu dan bayi sebelum makan.
 Cuci tangan Ibu dengan sabun setelah ke toilet dan
membersihkan kotoran bayi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemberian MP-ASI

Rekomend
Usia asi
Frekuensi Berapa Tekstur Variasi
(perhari) banyak (kekentalan)
setiapkalima
kan

30
Mulai berikan 2 sampai 3 kali Mulai dengan 2 Bubur kental ASI (bayi
Makanan makan sampai 3 disusui
tambahan saat ditambah ASI sendok sesering yang
anak usia 6 bln makan. diinginkan)
Mulai dengan +
pengenalan rasa Makanan
dan secara hewani
perlahan (makanan
tingkatkan lokal)
jumlahnya +
Makanan
pokok (bubur,
makanan lokal
lainnya)
+
Kacan
g
Dari usia 6 - 9 2-3 kali 2 sampai 3 Bubur kental (makanan
bulan makan sendok /makanan lokal)
ditambah Makan penuh keluarga +
ASI setiap kali yang Buah-buah/
sayuran
1-2 kali makan dilumatkan (makanan
makan lokal)
Tingkatkan
selingan +
perlahan Tabur
sampai ½ gizi/Taburia
mangkuk
ukuran
250ml

31
Dari usia 9 – 3-4 kali makan ½ sampai ¾ Makanan
12 bln ditambahASI mangkuk keluarga yg
berukuran 250 dicincang
ml Makanan
1-2 kali dgn
makanan potongan
selingan kecil yg
dapat
dipegang
Makanan yg
diiris- iris

Dari usia 12-24 3 - 4 kali ¾ (tiga Makanan


bulan makan perempat) Yang diiris-
ditambah sampai 1 (satu) iris
ASI mangkuk
ukuran 250 ml Makanan
1 sampai 2 keluarga
kali makanan
selingan

32
Catatan: Tambah Sama dengan di Sama dengan Sama dengan
Jika anak kurang dari 1-2kali atas- menurut diatas- diatas,dengan
24 bulan tidak diberi makan kelompok menurut penambahan1
ASI eks usia kelompok - 2 gelas susu
tra usia perhari
+
1 sampai 2 2 - 3 kali cairan
kali makanan tambahan
selingan bisa terutama di
diberikan daerah dengan
udara panas

Pemberian makanan Bersabarlah dan dorong terus bayi Anda untuk makan lebih banyak
aktif/responsif Jika bayi Anda menolak untuk makan, terus dorong untuk
(waspada dan makan; pangkulah bayi Anda sewaktu ia diberi makan,
responsif terhadap atau menghadap ke dia kalau ia dipangku oleh orang lain
tanda-tanda yang Tawarkan makanan baru berkali-kali, anak-anak mungkin tidak
ditunjukkan oleh bayi suka (tidak mau menerima) makanan baru pada awalnya.
bahwa ia siap untuk Waktu pemberian makan adalah masa-masa bagian anak
makan;dorong untuk belajar dan mencintai. Berinteraksilah dengannya dan
bayi/anak untuk kurangi gangguan waktu ia diberi makan.
makan tapi jangan Jangan paksaan anak untuk makan.
dipaksa Bantu anak yang lebih tua untuk makan

Kebersihan Berikan makan kepada bayi dalam mangkuk/piring yang bersih;


Jangan gunakan botol karena susah dibersihkan dan
dapat menyebabkan bayi mengalami diare.
Cuci tangan Anda dengan sabun sebelum menyiapkan
makanan, sebelum makan dan sebelum memberi makan anak.
Cuci tangan anak Anda dengan sabun sebelum ia makan.

B. Pengolahan dan Penyajian Makanan Anak


1. Pengolahan Makanan
Dalam melakukan pengolahan perlu diperhatikan beberapa prinsip
yaitu:

33
a. Menggunakan bahan baku/bahan dasar yang baik (GIGO =
Garbage In Garbage Out)
b. Menggunakan dan melaksanakan prosedur pengolahan secara
benar.
c. Menjaga higiene sanitasi makanan.
d. Mempertahankan sifat-sifat asli/alamiah pangan.

Pengolahan makanan untuk anak umur 6 bulan sampai dengan 7 tahun


dapat diberikan dari makanan keluarga dengan cara:
a. Makanan Lumat untuk anak umur 6 – 9 bulan
Caranya dengan menghaluskan makanan keluarga (makanan
pokok, lauk hewani, kacang-kacangan, dan sayuran) yang telah
tersedia dengan cara memblender/ menyaring/ menguleg.
b. Makanan Lembik untuk anak umur 9 – 12 bulan
Caranya dengan mencincang makanan keluarga (makanan pokok,
lauk hewani, kacang-kacangan, dan sayuran).
c. Makanan keluarga (makanan pokok, lauk hewani, kacang-
kacangan, dan sayuran) yang dipotong kecil-kecil untuk anak umur
12 – 24 bulan
d. Untuk usia di atas 2 tahun s/d 7 tahun diberikan makanan keluarga
(makanan pokok, lauk hewani, kacang-kacangan, dan sayuran)
dalam bentuk makanan biasa.
2. Penyajian makanan
a. Alat makan yang dapat digunakan untuk makan bayi dan anak
berupa mangkok, piring, gelas dan sendok. Alat makan tersebut
terbuat dari bahan yang aman dan terjaga kebersihannya.
b. Makanan disajikan dengan piring sendiri agar makanan dapat
diketahui seberapa banyak yang dapat dihabiskan oleh anak.
c. Pada usia 6 bulan, makanan disajikan dimulai dari 2 – 3 sendok
makan dan secara bertahap diberikan sampai 1 mangkok ukuran
250 ml untuk anak 2 tahun.
d. Untuk anak di atas 2 tahun, sajian makanan di dalam satu piring
makan terdiri dari ½ bagian berisi makanan pokok dan lauk pauk, ½
bagian sayur dan kacang-kacangan.
e. Buah dapat disajikan dengan cara diblender/dihaluskan untuk anak
usia 6-12 bulan, dengan cara dipotong kecil untuk anak usia lebih
dari 12 bulan.

34
BAB VI.POKOK BAHASAN 6
KONSELING PEMBERIAN MAKAN GIZI SEIMBANG

A. PERUBAHAN PERILAKU MAKAN.

Edukasi / pendidikan gizi dilakukan sebagai upaya untuk merubah


perilaku/kebiasaan makan dan pemilihan pangan (Contento,2011).
Pendidikan gizi disampaikan dengan cara berkomunikasi. Cara lain
pendidikan gizi lainnya adalah metode konseling. Konseling gizi
dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan individu atau keluarga mengatasi permasalahan yang
dihadapi termasuk perubahan pola makan atau kebiasaan hidup
sehat lainnya (Persagi,2013).

Untuk merubah perilaku seseorang, maka seorang konselor harus


mengetahui kondisi awal peserta, apakah mereka belum dapat
informasi (tidak tahu) atau sudah mendapat informasi (tahu). Pada
saat belum tahu,maka konselor mendorong supaya tahu, dan
selanjutnya konselor mendorong perubahan perilaku baru. Seseorang
yang termotivasi dengan dorongan dan nasehat,diharapkan akan
menerapkan perilaku baru menjadi kebiasaan yang baik dalam
kehidupan sehari-hari. Tangga perilaku dapat dilihat pada gambar
berikut ini:

35
B. Konseling pemberian Makan Gizi Seimbang.

Pada saat melakukan konseling, ada beberapa ketrampilan yang


harus dimiliki oleh seorang konselor,yaitu:

1. Ketrampilan mendengar dan menggali informasi.


2. Ketrampilan membangun kepercayaan diri dan memberikan
dukungan.

C. Proses Konseling 3 (tiga) langkah .konseling pemberian makan gizi


seimbang.

1. Langkah 1: Menilai

Menilai pemberian makanan yang sesuai usia dan kondisi


ibu/ayah/pengasuh dan anak : tanya, dengarkan adan amati.

2. Langkah 2: Menganalisa

Menganalisa kesulitan pemberian makanan: identifikasi


kesulitannya dan jika ada lebih dari satu,prioritaskan dan,

3. Langkah 3: Bertindak

Bertindak-diskusikan,berikan sejumlah kecil informasi yang


relevan,sepakati pilihan yang mungkin dilakukan yang dapat
dicoba oleh ibu/Ayah /pengasuh.

36
KETRAMPILAN YANG HARUS DIPUNYAI OLEH KONSELOR:

1) Menggunakan komunikasi non-verbal yang dapat membantu.


2) Kepala Anda sejajar dengan ibu/ayah/pengasuh
3) Berikan perhatian (kontak mata)
4) Singkirkan penghalang (meja dan catatan)
5) Sediakan waktu
6) Sentuhan yang wajar
7) Mengajukan pertanyaan yang memungkinkan ibu/ayah/pengasuh
memberikan informasi yang rinci.
8) Menggunakan respons dan isyarat yang menunjukkan bahwa Anda
tertarik
9) Mendengarkan keluhan ibu/ayah/pengasuh
10) Mengulangi kembali apa yang dikatakan ibu/ayah/pengasuh
11) Menghindari penggunaan kata-kata yang menghakimi.

KONSELING GIZI PADA ANAK SEHAT.

A. KONSELING GIZI UNTUK BAYI SEHAT DI BAWAH 6 BULAN


1) Puji ibu karena anak dalam keadaan sehat.
2) Lanjutkan pemberian ASI sesering mungkin, pagi, siang dan malam.
3) Tidak memberikan minuman atau makanan lain selain ASI.
4) ASI saja sudah memenuhi semua kebutuhan gizi bayi.
5) Lakukan pemerahan ASI jika ibu sakit atau bekerja dan berikan ASI
perah menggunakan cangkir atau gelas.
6) Berkunjung secarar rutin setiap bulan ke Posyandu
7) Menimbang berat badan bayi secara rutin setiap bulan.
8) Ibu perlu bersabar dan memperhatikan respon dari anak saat
menyusui.

37
B. KONSELING GIZI UNTUK ANAK SEHAT DI ATAS 6 BULAN
1) Puji ibu karena anak dalam keadaan sehat.
2) Lanjutkan pemberian ASI sesering mungkin, pagi, siang dan malam.
Sampai usia 24 bulan.
3) Memberikan minuman atau makanan lain selain ASI sesuai dengan
kelompok umur.
4) Memberikan makanan 4 bintang (makanan pokok, lauk hewani,
kacang-kacangan, sayur dan buah).
5) Berikan makanan untuk anak dengan piring atau mangkok sendiri
agar tahu seberapa banyak makanan yang dihabiskan anak.
6) Lakukan pemerahan ASI jika ibu sakit atau bekerja dan berikan ASI
perah menggunakan cangkir atau gelas.
7) Berkunjung secarar rutin setiap bulan ke Posyandu.
8) Menimbang berat badan bayi secara rutin setiap bulan.
9) Ibu perlu bersabar dan memperhatikan respon dari anak saat
memberikan makan.

KONSELING GIZI PADA ANAK SAKIT.

A. KONSELING GIZI UNTUK BAYI SAKIT DIBAWAH 6 BULAN


1) Anak sakit seringkali merasa tidak ingin makan, tetapi membutuhkan
kekuatan untuk melawan sakitnya
2) Menyusu lebih sering selama diare untuk membantu bayi melawan
sakitnya dan agar berat badannya tidak turun
3) Menyusui bayi lebih sering, lebih lama pagi siang maupun malam.
4) Bagi bayi yang tidak mendapatkan ASI, anjurkan ibu untuk relaktasi
dan secara bertahap kurangi pemberian susu formula.
5) Menyusu juga memberikan kenyamanan pada bayi yang sakit
6) Bila bayi terlalu lemah untuk menyusu, perah ASI dan berikan
kepada bayi dengan cangkir atau langsung ke mulut bayi. Ini akan
38
membantu ibu untuk mempertahankan pasokan ASI dan mencegah
pembengkakan payudara.
7) Jika ibu mengeluhkan kesulitan pemebrian ASI lakukan konseling
menyusui (memperbaiki posisi dan pelekatan yang benar).
8) Seorang ibu harus sabar untuk terus menyusui walaupun bayi tidak
mau makan dan rewel.

B. KONSELING GIZI UNTUK BAYI SAKIT DIATAS 6 BULAN


1) Lanjutkan memberikan ASI
2) Lebih banyak menyusu saat diare, dan teruskan pemberian
makanan yang disukai anak (dalam jumlah/porsi kecil tapi sering)
3) Saat mulai sembuh, tawarkan lebih banyak makanan dari biasanya
(tambahan makanan padat setiap hari) selama dua minggu untuk
mengganti energi dan gizi yang hilang saat sakit
4) Tawarkan bayi (di atas 6 bulan) makanan seperti bubur, walau bayi
terlihat tidak ada nafsu makan.
5) Tingkatkan pemberian cairan seperti air minum dan kuah sayur.
6) Hindari makanan pedas atau makanan berlemak.
7) Menyusu lebih sering pada saat mulai sembuh (dua minggu).
8) Memberi makanan yang disukai anak dengan porsi sesuai dengan
kelompok umur.
9) Berikan makanan untuk anak dengan piring atau mangkok sendiri
agar tahu seberapa banyak makanan yang dihabiskan anak.
10) Tidak merubah bentuk dan jumlah makanan anak selama sakit.
11) Susu hewani dan cairan lainnya dapat menambah diare, kecuali ASI.
Hentikan pemberian susu (non-ASI) atau cairan lainnya, termasuk
air putih (kecuali Oralit bila anak dehidrasi berat)
12) Ibu harus lebih sabar dan memperhatikan respon dari anak saat
memberikan makan.

39
REFERENSI
1. Kementerian Kesehatan, Direktorat Bina Gizi. Modul Pelatihan
Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), 2014.
2. Kementerian Kesehatan, Direktorat Bina Gizi. Pedoman Gizi
Seimbang, 2014.
3. Kementerian Kesehatan, Direktorat Bina Gizi. Modul Pelatihan
Konseling Menyusui.2014
4. Kementerian Kesehatan, Direktorat Bina Gizi. Modul Pelatihan MP-ASI,
2011
5. Kementerian Kesehatan, Badan Litbang Kes. Survey Diet Total, 2014
6. Undang-Undang Kesehatan NO 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
7. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2013 tentang
Pemberian Susu Formula dan Produk Bayi lainnya.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2013 tentang Tatacara
Pemberian ASI di Tempat Kerja dan Tempat-Tempat Umum.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2014 tentang Tatacara
Pengenaan Sanksi Administratif bagi Tenaga Kesehatan,
Penyelenggara, Fasilitas Pelayanan Kesehatan,Penyelenggaraan
Satuan Pendidikan Kesehatan, Pengurus Organisasi Profesi di Bidang
Kesehatan serta Produsen & Distribusi Susu Formula Bayi & atau
Produk Bayi lainnya yang dapat menghambat keberhasilan Program
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.

40

Anda mungkin juga menyukai