Anda di halaman 1dari 9

Analisis Perbaikan Produk Cacat dengan Metode Lean Six Sigma pada

Produksi Mie di UMKM Mie Telor Dua Ayam


Hengky Augusto1, Muhamad Nur Khalim2, Muhammad Ali3, Wandi Paranata4, Yulianto5

KATA KUNCI ABSTRAK


Six Sigma UMKM Mie Telor Dua Ayam merupakan usaha yang bergerak pada bidang
DPMO industri makanan. Permasalahan pada penelitian ini adalah tentang kecacatan
Failure Modes and Effects Analysis produksi mie kering. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya waste dan melakukan usulan perbaikan dan untuk
mengidentifikasi penyebab potensial defect guna mengurangi produk defect. Pada
penelitian ini tools yang digunakan adalah Critical to Quality, Defect Per
Milion Opportunity, Failure Mode Effect Analyze. Terdapat 3 jenis
kegagalan yang diperoleh yaitu mie jatuh ke lantai, mie patah pada saat proses
pencetakan, mie patah pada saat proses pengeringan. Berdasarkan Failure Modes
and Effects Analysis (FMEA) diperoleh nilai RPN (Risk Priority Number)
tertinggi sebesar 240 dengan jenis kegagalan mie jatuh ke lantai yang disebabkan
karena faktor pekerja saat melakukan pemindahan. Perbaikan yang diusulkan
adalah pemantauan pekerja pada proses kegiatan pemindahan.

I. PENDAHULUAN Analyze, Improve, Control) untuk membantu


menghasilkan perbaikan-perbaikan bertahap dan
Dalam era modern sekarang ini, kebutuhan optimalisasi pada produk dan FMEA (Failure Modes
masyarakat akan berbagai macam produk pangan and Effect Analysis) yang digunakan sebagai
semakin meningkat. Semakin banyak produk pangan pendekatan rekomendasi perbaikan kualitas untuk
dengan tingkatan harga, kualitas, dan menawarkan mencari prioritas perbaikan utama.
kelebihannya yang berbeda-beda. Salah satu UMKM Mie Telor Dua Ayam merupakan
kelebihan yang biasanya dipelihatkan sebuah produk salah satu perusahaan yang bergerak di bidang
ialah kemudahan dalam penyajian yang ditawarkan. pengolahan pangan dengan skala home industry yang
Salah satu tujuan dan usaha perusahaan ialah memproduksi mie basah yang lokasinya terletak pada
meningkatkan produk dengan mengurangi jalan Inpres 1, KM 2 Balikpapan. Dari pengamatan
pemborosan. menunjukan bahwa UMKM Mie Telor Dua Ayam
Pelaku usaha industri menyadari pentingnya terkadang menghasilkan produk dengan melebihi
peningkatan kualitas dalam pemenuhan demand standar bahan baku yang telah ditentukan pada awal
konsumen. Kualitas pada industri makanan bukan produksi. Hal tersebut diakibatkan karena terdapat
hanya menekankan pada produk yang dihasilkan, kecacatan produksi yang ada yaitu terbentuknya
tetapi juga harus memperhatikan kualitas pada proses scrap. Scrap merupakan mie yang tidak lolos di
produksinya (Ariani, 2003). Tindakan perbaikan bagian akhir dikarenakan oleh berbagai macam hal
kualitas bukan hanya pada produk jadinya, melainkan yaitu mie yang jatuh ke lantai, mie patah pada saat
juga pada proses produksinya, sehingga apabila proses pencetakan, dan mie patah pada saat proses
terdapat kegagalan/cacat masih dapat diperbaiki. pendinginan. Salah satu metode yang dapat dilakukan
Metode perbaikan yang digunakan adalah metode untuk menyelesaikan permasalahan berupa cacat
Lean Six Sigma. Konsep Lean Six Sigma merupakan produksi dengan melakukan pendekatan untuk
metode perbaikan secara terus menerus (continous mengintegrasikan konsep Lean Six Sigma agar dapat
improvement) untuk mengurangi cacat (defect) merekomendasikan usulan perbaikan pada UMKM
dengan meminimalisasi variasi yang terjadi pada Mie Telor Dua Ayam.
proses produksi. Metode Lean Six Sigma dilakukan
dengan pendekatan DMAIC (Define, Measure,
1
Lean Six Sigma
FIRST AUTHOR / JURNALOPTIMASITEKNIKINDUSTRI- VOL. XX, NO. XX,MOUNTHYEAR,XXX-XXX

II. METODE III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dibagian produksi di Fase Define


UMKM Mie Telor Dua Ayam. Objek yang diamati Pada tahapan ini peneliti mendefinisikan dan
yaitu produksi mie. Metode pengumpulan data yang mendeskripsikan masalah yang dihadapi beserta
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai menentukan sasaran dan tujuan perbaikan untuk
berikut: mengidentifikasi sasaran proses yang akan
1. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab diperbaiki. Pada tahapan ini dilakukan identifikasi 7-
dan diskusi secara langsung dengan waste dari proses produksi mie di UMKM ini yaitu
pimpinan ataupun pekerja mengenai hal-hal sebagai berikut :
yang berhubungan dengan topik penelitian,
untuk menunjang pembahasan masalah. Tabel 1 : Identifikasi Waste
2. Dokumentasi UMKM, yaitu mengumpulkan Waste Keterangan
data yang dilakukan dengan mengambil Over Production UMKM Mie Telor Dua
Ayam memiliki sistem
dokumentasi gambar dan mencatat data-data produksi berdasarkan
yang berhubungan dengan penelitian yang make to order, namun
dilakukan. jumlah produk yang
3. Observasi, yaitu pengamatan secara langsung diproduksi selalu
melebihi pesanan atau
pada proses produksi dan jenis kecacatan oplah dari pelanggan. Ini
produk mie. dilakukan untuk menutupi
Faktor-faktor yang menentukan untuk atau mengantisipasi jika
memperbaiki kualitas proses terdiri dari 5 tahap yang terjadi cacat produk di
disebut dengan metode DMAIC, yaitu Define, setiap pesanan. Selain itu,
Measurement, Analyze, Improve, dan Control. produksi yang lebih dapat
dijual di pasar.
Waiting -
Transportation -
Over Processing -
Inventory -
Motion -
Defect Dalam proses pembuatan
mie terdapat beberapa
defect yang teridentifikasi
yaitu adonan mie yang
patah saat proses
pemotongan, mie yang
telah di proses mengalami
patah pada saat proses
pengeringan, dan terdapat
mie yang jatuh ke lantai
sehingga tidak dapat
diproses lebih lanjut.
Sumber : Penulis 2022

Berdasarkan identifikasi tersebut, waste yang


menjadi fokus penelitian ini adalah waste defect
dikarenakan defect merupakan waste yang paling
kritis dan mempengaruhi jumlah produksi. Defect
adalah pemborosan yang disebabkan karena adanya
masalah quality control dalam proses produksi,
sehingga menghasilkan produk yang tidak bisa
diproses lanjut. Permasalahan yang terjadi di UMKM
ini adalah terdapat pemborosan pada proses produksi

2
Lean Six Sigma
FIRST AUTHOR / JOURNAL ON OPTIMIZATIONS OF SYSTEMS AT INDUSTRIES - VOL. XX NO. XX (2017) XXX-XXX

mie, sehingga menghasilkan defect. Pada fase ini


dilakukan pendefinisian CTQ (Critical to Quality)
yang berguna sebagai batasan dari kriteria produk
cacat pada produksi mie di UMKM ini. Berikut
merupakan pendefinisian CTQ pada produksi mie di
UMKM Mie Telor Dua Ayam.

CTQ potensial produk mie


Gambar 3 : Mie Patah pada Proses Pendinginan
1. Jatuh ke lantai
Mie yang siap untuk dipindahkan ke lokasi
Berikut merupakan perbandingan jumlah mie yang
packaging terjatuh sehingga mengakibatkan
diproduksi dalam 1 minggu (Senin-Jumat) di UMKM
mie kotor dan tidak layak untuk diproses.
Mie Telor Dua Ayam beserta jumlah defect yang
dihasilkan.
Tabel 2 : Perbandingan Produksi Senin-Jumat
Jenis CTQ

Def Patah Patah


Hari Jatuh
ect saat saat
Produksi (kg) ke
(kg) pemoto pendin
lantai
ngan ginan
(kg)
Gambar 1 : Mie Jatuh ke Lantai (kg) (kg)
Senin 1100 18 8 6 4
Selasa 1000 15 6 5 4
2. Mie patah pada saat proses pencetakan
Rabu 1200 20 9 6 5
Pada saat proses pencetakan mie, terdapat Kamis 900 11 5 3 3
adonan mie yang patah/putus sehingga Jumat 900 13 6 4 3
adonan mie tersebut tidak diproses dan Jumlah 5100 77 34 24 19
kemudian dibuang.
Sumber : Penulis 2022

Dari data tabel 2 diperoleh data produksi hari senin


hingga hari jumat sebanyak 5100 kg sehingga
diperoleh rata-rata defect sebesar 15.4 kg/hari. Dari
tabel diatas juga diperoleh jenis CTQ terbanyak yaitu
mie jatuh ke lantai pada hari senin-jumat dengan
jumlah 34 kg dengan rata-rata 6.8 kg/hari.
Gambar 2 : Mie Patah pada Proses
Pencetakan Fase Measure
Pada tahap ini dilakukan perhitungan proses
3. Mie patah pada saat proses pendinginan mengukur pada kondisi kinerja yang saat ini
Setelah proses pengukusan, dilakukan proses dilakukan oleh UMKM Mie Telor Dua Ayam,
pengeringan atau pendinginan dimana sehingga dapat diketahui pencapaian perusahaan.
pekerja mengeringkan mie dengan cara Untuk itu dilakukan identifikasi aktifitas value added
dihempaskan untuk mengurangi kadar air dan non-value added yang disajikan pada tabel 1.
pada mie. Pada saat proses penghempasan
tersebut, terdapat mie yang patah/putus Tabel 3 : Value Added Activity (VAA) dan Non
sehingga mie tersebut tidak diproses lebih Value Added Activity (NVAA)
lanjut. VAA NVAA
No. Kegiatan
(detik) (detik)
1. Mengambil bahan
baku di tempat 300
penyimpanan
3
Lean Six Sigma
FIRST AUTHOR / JURNALOPTIMASITEKNIKINDUSTRI- VOL. XX, NO. XX,MOUNTHYEAR,XXX-XXX

bahan baku konsumen. Penghilangan aktivitas ini secara otomatis


(Tepung akan menurunkan nilai produk atau jasa untuk
terigu,garam,air,) konsumen. Sedangkan Non Value Added Activity
2. Mengisi semua adalah suatu aktivitas yang mengkonsumsi waktu,
bahan baku
sumber daya, atau tempat tetapi hanya memberikan
(tepung terigu,
180 sedikit nilai tambah bagi kepuasan konsumen atau
garam, air) ke
dalam mesin bahkan sama sekali tidak memberi nilai tambah. Jika
mixer aktivitas ini dihilangkan, nilai atau kepuasan
Proses konsumen tidak akan berkurang. Pada tabel ini ada
pencampuran Beberapabeberapa kegiatan aktivitas yang
3. seluruh bahan 600 dikategorikan sebagai non value added activity
baku pada mesin
karena aktivitas ini tidak menambah nilai terhadap
mixer
Pembentukan produksi. berlangsung, berikut ini analisis aktivitas
4. adonan dengan 300 yang tidak bernilai tambah yang terjadi pada UMKM
ukuran 1.6 mm Mie Telor Dua Ayam:
Pembentukan
5. adonan dengan 240 1. Mengambil bahan baku di tempat
ukuran 1.4 mm penyimpanan
Pembentukan
Aktivitas ini dilakukan karena UMKM ini
6. adonan dengan 180
ukuran 1.2 mm memproduksi barang jadi banyak setiap hari
Pembentukan sehingga membutuhkan stok tepung yang
7. adonan dengan 120 banyak. Penyimpanan tepung juga dilakukan
ukuran 0.8 mm agar stok selalu tersedia saat dibutuhkan.
Pemotongan Aktivitas ini tidak bernilai tambah, karena
8. adonan 90 menimbulkan perubahan tapi menyebabkan
membentuk mie
timbulnya biaya penimbunan tepung dan
Pemindahan ke
pembersihan gudang.
9. tempat 120
pengukusan 2. Mengisi semua bahan baku
Proses Aktivitas ini dilakukan untuk mengisi semua
10. 3600
pengukusan mie bahan baku tepung terigu, garam dan air ke
Pemindahan ke dalam mesin mixer. Aktivitas ini dapat
11. 60
tempat cooling dikategorikan dalam aktivitas tidak bernilai
Proses cooling tambah, karena aktivitas ini sudah dilakukan
12. (pendinginan atau 180
secara manual.
pengeringan mie)
Pemindahan ke 3. Pemindahan ke tempat pengukusan
13. 60 Aktivitas ini dilakukan untuk proses
tempat packing
Proses packing pengukusan mie ke dalam mesin kukus.
14. 120
mie Aktivitas ini dapat dikategorikan dalam
Pemeriksaan aktivitas tidak bernilai tambah, karena
15. 120
(Inspeksi) dipengaruhi oleh faktor jarak yang
Pemindahan menyebabkan pemborosan waktu dan tenaga
16 barang jadi ke 150
pekerja.
penyimpanan
17. Penyimpanan - 4. Pemindahan ke tempat cooling
Total 5.430 990 Aktivitas ini dilakukan untuk proses
Total Lead Time 6.420 pendinginan mie yang telah dikukus dan
Sumber: Penulis 2022 dipindahkan ketempat pendinginan.
Aktivitas ini dapat dikategorikan dalam
Value Added Activity adalah aktivitas yang dapat aktivitas tidak bernilai tambah, karena
meningkatkan nilai produk atau jasa untuk dipengaruhi oleh faktor jarak yang
4
Lean Six Sigma
FIRST AUTHOR / JOURNAL ON OPTIMIZATIONS OF SYSTEMS AT INDUSTRIES - VOL. XX NO. XX (2017) XXX-XXX

menyebabkan pemborosan waktu dan tenaga dijadikan prioritas pertama untuk segera dilakukan
pekerja. perbaikan. Penentuan penyebab dari jenis kegagalan
5. Pemeriksaan (Inspeksi) didaptkan dari hasil wawancara dengan pemilik
Aktivitas ini bertujuan untuk menjamin UMKM.
kualitas produk. Apabila terjadi produk cacat
maka dibutuhkan proses pengerjaan ulang Tabel 4 : FMEA
yang akan memakan waktu. PROCESS FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS
6. Pemindahan barang jadi ke penyimpanan Identifikasi Potensi bahaya Penilaian Risiko
Aktivitas ini merupakan aktivitas tidak
bernilai tambah, karena aktivitas ini tidak Jenis
Penyebab O S D RPN
menimbulkan perubahan dan penyimpanan Kegagalan
barang jadi yang terlalu lama digudang akan Faktor pekerja saat
Mie Jatuh
mengurangi kualitas produk akibat dari melakukan 8 6 5 240
ke lantai
lamanya waktu penyimpanan. pemindahan.
Mie patah Tepung yang
Berdasarkan tabel 3, total waktu pada value pada saat digunakan adalah
added activity sebesar 5.430 detik dan total waktu 7 6 4 168
proses tepung terigu
pada non value added activity sebesar 990 detik. pencetakan protein rendah.
Kemudian dapat dihitung Process Cycle Effisiensy
Mie patah
(PCE) sebagai berikut :
pada saat Faktor pekerja saat
7 4 7 196
𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑎𝑑𝑑𝑒𝑑 𝑡𝑖𝑚𝑒 proses mie dikeringkan.
PCE = 𝑙𝑒𝑎𝑑 𝑡𝑖𝑚𝑒
x 100% pengeringan
Sumber : Penulis 2022
5430
PCE = x 100%
6420
Jenis kegagalan pertama yaitu mie jatuh ke
PCE = 84,58% lantai disebabkan oleh faktor pekerja saat melakukan
pemindahan yang dimana pada saat proses
Selanjutnya dilakukan perhitungan DPMO pemindahan tersebut dilakukan dengan terburu-buru
berdasarkan tabel 2: sehingga mengakibatkan mie terjatuh secara tidak
sengaja. Jenis kegagalan kedua yaitu mie patah saat
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑓𝑒𝑐𝑡 proses pencetakan yang disebabkan karena tepung
𝐷𝑃𝑀𝑂 = 𝑥 1.000.000
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑂𝑝𝑝𝑜𝑟𝑡𝑢𝑛𝑖𝑡𝑦 yang digunakan adalah tepung dengan protein
rendah. Tepung protein rendah tersebut dapat diganti
77 menjadi tepung dengan protein tinggi karena tepung
𝐷𝑃𝑀𝑂 = 𝑥 1.000.000
5100 𝑥 3 tersebut mengandung banyak gluten di dalamnya
yang dapat membuat tekstur mie menjadi elastis,
𝐷𝑃𝑀𝑂 = 5032,68 kenyal dan tidak mudah patah. Jenis kegagalan ketiga
yaitu mie patah pada saat proses pengeringan yang
Dari hasil di atas diperoleh nilai DPMO nya sebesar disebabkan karena faktor pekerja saat mie
5032,68. Nilai DPMO tersebut dapat dikonversikan dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan cara
ke dalam nilai sigma menjadi 4,08 sigma. menghempaskan mie ke meja untuk mengurangi
kadar air yang terkandung dalam mie dari hasil
Fase Analyze pengukusan. Dimana pada saat mie dikeringkan,
Pada tahapan ini dilakukan analisis terhadap pekerja menghempaskan mie dengan kuat sehingga
data yang telah diperoleh. Metode yang digunakan membuat mie patah.
pada fase ini adalah metode Failure Modes and Berdasarkan tabel 4 FMEA diperoleh nilai
Effects Analysis (FMEA). Metode ini dilakukan RPN (Risk Priority Number) tertinggi sebesar 240
untuk mengetahui jenis kegagalan yang akan dengan penyebab kegagalan yaitu jatuh ke lantai.
5
Lean Six Sigma
FIRST AUTHOR / JURNALOPTIMASITEKNIKINDUSTRI- VOL. XX, NO. XX,MOUNTHYEAR,XXX-XXX

Penilaian risiko diukur berdasarkan tabel penilaian 2. Terdapat 3 jenis defect, yaitu mie jatuh ke
risiko dengan skala 1-10. Data tersebut diperoleh dari lantai, mie patah pada saat proses
2 anggota kelompok dengan penilaian yang telah pencetakan, mie patah pada saat pengeringan
didapatkan setelah melakukan observasi pada didapatkan dari data produksi hari senin
UMKM Mie Telor Dua Ayam. sampai dengan jumat dan didapatkan nilai
sigma levelnya sebesar 4.08 sigma
Fase Improve 3. Berdasarkan Failure Modes and Effects
Pada tahap ini dilakukan pemberian usulan Analysis (FMEA) diperoleh nilai RPN (Risk
perbaikan terhadap penyebab kegagalan pada Priority Number) tertinggi sebesar 240
produksi mie. Usulan perbaikan dilakukan dengan jenis kegagalan mie jatuh ke lantai
berdasarkan hasil analisis pada FMEA. Berikut yang disebabkan karena faktor pekerja saat
merupakan rekomendasi perbaikan yang diberikan : melakukan pemindahan. Perbaikan yang
diusulkan adalah pemantauan pekerja pada
Tabel 5 : Rekomendasi perbaikan proses kegiatan pemindahan.
Penyebab Usulan Perbaikan
Faktor pekerja
Pemantauan pekerja pada REFERENSI
saat melakukan
proses kegiatan pemindahan.
pemindahan.
Tepung yang Putri, E. N. (2019). ANALISIS VALUE ADDED
digunakan ACTIVITIES DAN NON VALUE ADDED
Menggunakan tepung dengan
adalah tepung ACTIVITIES PADA CV. MAJU MAKMUR
protein tinggi.
terigu protein MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY
rendah.
BASED MANAGEMENT.
Pemantauan pekerja pada
Faktor pekerja Ridwan, A., Ulfah, M., Sonda, A., & Arya, V. (2022).
proses kegiatan pemindahan
saat mie Pengendalian Kualitas Produksi Roti
mie agar lebih hati-hati dan
dikeringkan.
perlahan. Menggunakan Quality Control Circle. Jurnal
Sumber : Penulis 2022 Industrial Servicess, 314-322.
Rohami, I. R., Khawarita, & Anizar. (2013).
Alasan usulan perbaikan pemantauan pekerja pada USULAN PERBAIKAN KUALITAS
penyebab faktor pekerja saat melakukan pemindahan PRODUK MIE INSTAN DENGAN
agar pekerja berhati-hati dalam melakukan METODE SIX SIGMA (DMAIC) DAN
pemindahan serta mengurangi produk yang terbuang FAILURE MODE AND EFFECT
dan menyebabkan kerugian. Alasan usulan perbaikan ANALYSIS (FMEA) DI PT. XY . Jurnal
dengan menggunakan tepung dengan protein tinggi Teknik Industri, 31-35.
agar produk hasil mie lebih kenyal sehingga tidak Sumarsono, N. R., & Saptadi, S. (2019). METODE
mudah patah. Apabila tidak ada, dapat menggunakan FAILURE MODE AND EFFECT
tepung dengan protein sedang. ANALYSIS (FMEA) DAN BOW TIE
ANALYSIS UNTUK MENGETAHUI
Fase Control RISIKO PADA PROGRAM PESAWAT
Pada tahap ini akan dilakukan review terhadap N219 (STUDI KASUS PT. DIRGANTARA
hasil improve dan membuat Standard Operasional INDONESIA).
Prosedure sesuai dengan tahap improve.

IV. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini


adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan identifikasi waste dari seven
waste, didapatkan waste defect sebagai waste
prioritas
6
Lean Six Sigma
FIRST AUTHOR / JOURNAL ON OPTIMIZATIONS OF SYSTEMS AT INDUSTRIES - VOL. XX NO. XX (2017) XXX-XXX

LAMPIRAN

No. Dok : BJ-SOP-01.01-BJ.01.04


MIE TELOR CAP DUA AYAM
Mulai Berlaku : 30-November-2022

STANDARD OPERATING PROCEDURE Revisi : 00


PEMINDAHAN PRODUK MIE Tgl Revisi : -
Halaman : 1

1. Tujuan
Melakukan pemantauan pada proses kegiatan pemindahan
2. Ruang Lingkup
1. Proses Produksi

2. Penanggung Jawab
Kepala Produksi

3. Unit Kerja yang Terlibat


1. Bagian Produksi

4. Prosedur Pelaksanaan
1. Periksa produk yang akan dipindahkan
2. Pekerja memberikan informasi bahwa produk siap untuk dipindahkan
3. Pekerja mengambil produk yang ada akan dipindahkan dengan berurutan rapi
4. Pemeriksaan kembali barang yang telah dipindahkan
5. Pekerja yang telah memindahkan produk memberikan informasi bahwa produk telah dipindahkan
6. Pekerja mencatat produk yang telah dipindahkan

DISPOSISI NAMA JABATAN PARAF

Dibuat Oleh Kelompok 2

Diperiksa Oleh
Disetujui Oleh

7
Lean Six Sigma
FIRST AUTHOR / JURNALOPTIMASITEKNIKINDUSTRI- VOL. XX, NO. XX,MOUNTHYEAR,XXX-XXX

LAMPIRAN

No. Dok : BJ-SOP-01.01-BJ.01.04


MIE TELOR CAP DUA AYAM
Mulai Berlaku : 30-November-2022

STANDARD OPERATING PROCEDURE Revisi : 00


PEMILIHAN TEPUNG Tgl Revisi : -
Halaman : 1

1. Tujuan
Memberi panduan dalam pembelian tepung dengan protein tinggi untuk produksi
2. Ruang Lingkup
1. Bagian pembelian
2. Ruang produksi

3. Penanggung Jawab
Kepala Produksi

4. Unit Kerja yang Terlibat


1. Bagian pembelian
2. Ruang Produksi

5. Prosedur Pelaksanaan
1. Bagian pembelian mendapatkan permintaan pembelian tepung dari bagian produksi
2. Bagian produksi memberikan rekomendasi tepung dengan protein tinggi
3. Protein tepung harus memiliki kandungan 11%-13% gluten
4. Hindari memilih tepung yang berbau apek
5. Hindari tepung berkutu
6. Cermati tekstur tepung yang halus semakin halus tepung semakin bagus
7. Bagian pembelian melakukan verifikasi apakah tepung sudah masuk di dalam kriteria
8. Memutuskan untuk melakukan pembelian sesuai kebutuhan

DISPOSISI NAMA JABATAN PARAF

Dibuat Oleh Kelompok 2

Diperiksa Oleh
Disetujui Oleh

8
Lean Six Sigma
FIRST AUTHOR / JOURNAL ON OPTIMIZATIONS OF SYSTEMS AT INDUSTRIES - VOL. XX NO. XX (2017) XXX-XXX

LAMPIRAN

9
Lean Six Sigma

Anda mungkin juga menyukai