Anda di halaman 1dari 8

Presepsi Masyarakat Tentang Takdir, Nasib, Jodoh, Dan Rizki

Disusun oleh:
Malik Abdullah
Latifah Cahyaningrum
Muhammad Nabil Fikri
Alifsia Aninda Putri
Ro’ufah
Wanda Putri Ningtyas
UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA

PENGANTAR

Kata takdir menurut bahasa adalah menetapkan segala sesuatu, atau menerangkan
kadar atas sesuatu. Makna kata takdir bisa pula diartikan dengan menilai sesuatu atas
penilaian tertentu, atau memperkirakan sesuatu melalui perkiraan atasnya. Seperti,
memperkirakan kekuatan suatu benda, kadar maupun nilanya. Jika takdir dimasukkan dalam
pembahasan mengenai apa saja yang mengandung konsekuensi jika dilakukan, maka ia
mempunyai arti menetapkan segala sesuatu secara bijaksana atau proporsional, sesuai
kehendak dan ketetapan yang melingkupinya.

Adapun makna kata takdir menurut istilah agama (syari’at) adalah, segala sesuatu
yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. menurut ilmu dan kehendak-Nya. Adapun dalil-dalil
dari Al-Qur’an yang menguatkan pendapat dimaksud adalah sejumlah firman Allah Swt.
Secara bahasa, pengertian nasib mempunyai makna yang sama dengan takdir, yaitu sesuatu
yang sudah ditentukan oleh Tuhan atas diri seseorang. Namun pada kenyataannya, nasib
seringkali dikonotasikan dengan hal-hal yang buruk, negatif, dan kesialan. Sedangkan takdir
lebih sering digunakan untuk hal yang positif, untung, dan kemujuran. Seolah yang jelek itu
nasib dan yang baik itu takdir. Terlebih lagi, manusia seringkali mengaitkan nasib dengan
keputusasaan dan kekecewaan. Nasib bisa dirubah oleh manusia, kalaupun itu harus dengan
izin Yang Maha Kuasa, karena Tuhan berkata: “Tiada akan kurubah nasib seseorang, ketika ia
sendiri tidak mau merubahnya.” Bahasa Tuhan ini memberikan isyarat bahwa Tuhan memberi
izin kepada manusia untuk merubah nasibnya dengan kerja keras dan doa.

Rezeki adalah segala sesuatu yang memberikan kita manfaat, berguna dan manfaat
bagi seluruh makhluk, dan juga berguna bagi kehidupan makhluk yang berasal dari Allah
SWT.Rezeki adalah suatu anugerah atau pemberian dari Allah SWT kepada setiap makhluk-
Nya, serta dapat menunjang kelangsungan hidup makhluk hidup-Nya dan mengantarkan pada
kehidupan yang lebih baik. Setiap makhluk hidup yang Allah SWT ciptakan pasti akan
diberikan rezeki oleh Allah SWT, janji Allah itu PASTI.

Manusia, hewan, tanaman, semua makhluk hidup yang Allah ciptakan akan diberikan
rezekinya oleh Allah SWT.Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Q.S Ar-Rum ayat
40 yang artinya Artinya: “Allah-lah yang menciptakanmu, kemudian memberimu rezeki,
kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali).” Adakah di antara yang
kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha
sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan”. (QS. Ar-Rum ayat 40).
Jodoh adalah salah satu rahasia Allah SWT yang menjadi pertanyaan besar bagi manusia.

Jodoh merupakan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT yang tertulis
dalam lauhul mahfuz dan ditakdirkan dengan sebab-sebabnya. Wanita atau pria baik niscaya
akan dipertemukan dengan yang baik pula, begitu pula sebaliknya. Namun dalam proses
pencarian sendiri ada yang berpendapat bahwa jodoh ditentukan melalui usaha dan berikhtiar
yang sisanya diserahkan kepada Allah SWT.

METODE PENELITIAN

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
dengan wawancara dan studi dokumen. Erickson (1968) menyatakan bahwa penelitian
kualitatif merupakan metode penelitian yang berusaha untuk menemukan dan
menggambarkan secara naratif kegiatan yang dilakukan dan dampak dari tindakan
yangdilakukan terhadap kehidupan mereka. Wawancara yang dilakukan adalah
jeniswawancara terstruktur, dimana pewawancara sendiri yang menetapkan masalah
danpertanyaan yang diajukan. sedangkan, dokumen yang penulis gunakan dalampenelitian
kualitatif ini adalah dokumen yang relevan dengan fokus penelitian dandibutuhkan untuk
melengkapi, yakni dari web lokasi penelitian, jurnal dan buku.
PRESEPSI MASYARAKAT TENTANG TAKDIR

Ustadz Munshorif berpendapat bahwa “Takdir merupakan sesuatu yang sudah ditetapkan oleh
Allah. Takdir memang ada yang sudah ditetapkan dan masih bisa dirubah tetapi
sebenarnya, perubahan takdir tersebut sudah ditetapkan oleh Allah SWT.”

Bpk. Agus Suwarno berpendapat “Takdir dibagi menjadi dua yang pertama takdir mubram
yang berarti tidak dapat dirubah atau mutlak dari allah contohnya kelahiran dan
kematian, yang ke dua takdir muallaq yaitu takdir dari allah yang bisa dirubah dengan
cara ikhtiar dan doa contohnya orang bodoh dia ditakdirkan bodoh tapi masih bisa
berikhtiar dan berdoa”

Mbak Elvi Rahmi berpendapat mengenai “Takdir, merupakan rukun iman yang ke enam, jadi
ada hal hal ysng sudah gariskan sama Allah semisal kapan kita dilahirkan, kapan kita
akan mati rizki, jodoh kan sudah ada ketetapannya, takdir itu ada yang tidak bisa
dirubah dan yang bisa dirubah ya kita sebagai hamba ya mengimani yang sudah Allah
tetapkan walapun kita ditetapkan tidak punya jodoh ya kita mengimani.

Naura M. (Mahasiswi SI Smt 1 UIN Raden Mas Said Surakarta) memiliki pendapat bahwa,
“Takdir itu ada 2 ada takdir yang bisa diubah dan takdir yang gabisa di rubah. Takdir
yang gabisa dirubah itu kematian, kelahiran. Ada orang yang tanya, kematian itu
takdir yang tidak bisa dirubah tapi kenapa kalo orang sakit kita masih berusaha untuk
bisa sembuh, ya karna itu masih bisa diusahakan, ya kita berusaha untuk sembuh,
tidak perduli apa yang akan terjadi kedepannya, itu sudah allah yang atur.”

Sukmadi (Mahasiswa IAT Smt 5 UIN RMSaid SKA) mempunyai pendapat, “Takdir ialah
segala sesuatu ketetapan Allah. Menurut Sukmadi takdir itu sebetulnya tidak ada yang
buruk, karena segala sesuatu ketetapan Allah yang berikan, itu Allah beri balasan lagi
yang lebih besar dari pada takdir yang diberikan Allah kepadanya. Misalnya, Allah
memberikan kepada manusia, manusia itu miskin. tetapi, balasannya ketika dia
bertaqwa, maka akan lebih besar balasan Allah kepadanya. Dibandingkan Allah
menakdirkan manusia itu kaya justru azabnya lebih pedih. Jadi, menurut Sukmadi
tidak ada yang buruk mengenai takdir, segala sesuatu itu baik. Cuma kadang
penempatan buruknya adalah manusianya saja bagaimana cara menjalankannya.”

Pak Nur berpendapat bahwa “Takdir Tuhan itu sudah tidak bisa dirubah atau sudah menjadi
kehendak mutlak Tuhan yang sudah ditentukan di laufuh mahfuz.”
PRESEPSI MASYARAKAT TENTANG NASIB

Pak Nur berpendapat bahwa, “Nasib itu bisa dirubah oleh ikhtiyar manusia itu sendiri berbeda
dengan takdir yang mana takdir tidak bisa dirubah, sebab sudah ketetapan Tuhan sejak
sebelum kita dilahirkan (dalam kandungan).”

Mbak Elvi Rahmi berpendapat mengenai “Nasib itu sebenarnya tidak ada nasib baik dan nasib
buruk karena semuanya itu sudah ada ketetapannya hanya saja bagaimana kita
memandang sebuah permasalahan kadang kita merasa nasib lagi sial ya sebenarnya itu
hanya cara pandang kita saja terhadap sesuatu, kita belum tau saja hikmah yang ada
dalam peristiwa itu sehingga kita merasa mungkin saat itu bernasib sial tapi kita kan
tidak tau ending ceritanya bagaimana.

Naura M. (Mahasiswi SI Smt 1 UIN Raden Mas Said Surakarta) memiliki pendapat bahwa
“Nasib dan takdir itu berbeda. Nasib itu tergantung kita pribadi, ada nasib jelek dan
nasib baik. Tergantung mindset kita, kalo kita berpikir positif kita juga akan berakhir
baik, begitupun sebaliknya. Nasib juga berpengaruh pada kehidupan/perbuatan kita
karena kita tidak tau masa depan kita seperti apa, selagi kita bisa berbuat baik, ya kita
harus berbuat baik, pasti akan ada hikmah, pasti akan ada manfaat nya untuk kita
sendiri, yang nasib kita yang akan baik, rejeki kita yang lancar, kita ga ada yang tau.

Sukmadi (Mahasiswa IAT Smt 5 UIN RMSaid SKA) mempunyai pendapat, “Nasib itu
ketetapan Allah yang bisa di rubah dengan ikhtiyar. Nasib sebetulnya tidak ada yang
buruk, bagaimana kita melihat Allah memberikan kelebihan daripada yang diberikan
kekurangan, ketika nasib itu bisa dirubah dengan ikhtiyar. Nasib berada, tergantung
kita sendiri, dan juga Allah sudah berjanji “Barangsiapa setiap kaum itu berhak
merubah nasibnya, dan setiap kaum itu tidak akan pernah berubah, jika ia tidak mau
berubah”.”

PRESEPSI MASYARAKAT TENTANG JODOH

Ustadz Munhorif berpendapat bahwa “Jodoh memang sudah ditetapkan oleh Allah kita hanya
menjalankan kehidupan saja. Jika kita sudah saatnya berjodoh pasti kita akan
berjodoh.”
Bpk. Agus Suwarno berpendapat “Jodoh itu sudah ditakdirkan oleh allah tapi kita juga harus
ada ikhtiarnya jodoh tidak akan datang sendiri kalau kita tidak menjemputnya kita
hanya perlu meyakini kalau orang baik akan berjodoh dengan orang baik dan orang
buruk akan berjodoh dengan orang buruk.”

Pak Nur berpendapat bahwa “takdir tuhan mengenai jodoh sudah ditetapkan oleh Allah tetapi
manusia juga mempunyai ikhtiyar untuk mencarinya.”

Mbak Elvi Rahmi berpendapat mengenai “Rezeki merupakan salah satu takdir yang sudah
Allah tetapkan, rezeki itu kalo dalam terminologi sebenarnya itu apa yang kita
nikmati. jadi persepektif rezeki itu apa yang bisa kita nikmati kalo tidak bisa kita
nikmati ya berarti bukan rezeki kita dan rezeki itu sudah ada takarannya masing
masing dan tidak mungkin tertukar. walaupun proses mungkin sangat sulit sekali
semisal itu rezeki kita ya inshaAllah akan dapat dengan caranya Allah. Yang terakhir
yakni Jodoh kurang lebih sama seperti rezeki. Jadi kesimpulannya yang kita harus
yakini adalah kembali ke rukun yang keenam tadi kalo kita percaya dengan takdir
Allah inshaAllah enggak ribet, sebenarnya yang meribetkan itu diri kita sendiri.”

Naura M. (Mahasiswi SI Smt 1 UIN Raden Mas Said Surakarta) memiliki pendapat bahwa
“Kebanyakan orang berspekulasi jodoh adalah seseorang yang akan kamu gandeng
untuk masa depanmu, untuk menjalani hidup seumur hidup. Bisa disimpulkan jodoh
itu seseorang yang akan mendampingi kita seumur hidup, berdampingan, berpasangan.
Masa ta’aruf apakah bisa dikatakan jodoh? ya itu tergantung kecocokan dari pasangan,
kalo memang salah satu dari pihak terpaksa melakukan bisa juga dikatakan bukan
jodoh. Kalau dalam masa pacaran bertaun taun apakah bisa dikatakan jodoh? Bisa jadi
tidak, karna banyak juga orang pacaran lama tapi akhirnya putus juga, karna banyak
juga orang berjodoh dengan pasangan yang belum pernah diketahui sebelumnya atau
yang belum kenal sama sekali.”

Sukmadi (Mahasiswa IAT Smt 5 UIN RMSaid SKA) mempunyai pendapat, “menurut
Sukmadi, jodoh itu adalah pemberian nikmat dan bagaimana kamu menikmati, dan
misalkan ada sesuatu yang baik, boleh di ambil, boleh tidak, itu artinya cuma pilihan.
jodoh itu unik, jodoh itu bukan rizki, karena jodoh itu sudah ditetapkan, artinya
meskipun kita tidak mencari jodoh itu akan hadir, beda sama rizki. rizki itu sudah
diatur dan ditempatkan oleh Allah di suatu tempat, tinggal kita yang menjemput
(usaha)”.
PRESEPSI MASYARAKAT TENTANG REZEKI

Ustadz Munhorif berpendapat bahwa “Rezeki itu sudah ditakar oleh Allah kita hanya
diwajibkan bekerja saja soal hasil sudah ditetapkan oleh Allah SWT.”

Bpk. Agus Suwarno berpendapat “Rejeki itu sudah diatur oleh Allah swt tapi kita juga harus
tetap berusaha dan berdoa untuk menjemput rejeki tersebut. kalau kita mau berdoa dan
berusaha insyaallah allah akan memberikan balasan sesuai usaha kita. Rejeki itu tidah
hanya berupa uang akan tetapi kesehatan juga sebuah rejeki.

Mbak Elvi berpendapat mengenai “Rezeki merupakan salah satu takdir yang sudah Allah
tetapkan rezeki itu kalo dalam terminologi sebenarnya itu apa yang kita nikmati ,apa
yang bisa kita makan .kadang orang itu mengasosialisakan rezeki itu hanya tentang
uang ,pendapatan ,padahal rezeki itu luas seperti kita diberikan sehat ,kita diberikan
waktu untuk bersama keluarga .ada juga sebagain rizki orang lain yang dititpkan ke
kita ,jadi persepektif rezeki itu apa yang bisa kita nikmati kalo tidak bisa kita nikmati
ya berarti bukan rezeki kita dan rezeki itu sudah ada takarannya masing masing dan
tidak mungkin tertukar .walaupun proses mungkin sangat sulit sekali semisal itu rezeki
kita ya inshaAllah akan dapat dengan caranya Allah.”

Naura M. (Mahasiswi SI Smt 1 UIN Raden Mas Said Surakarta) memiliki pendapat bahwa
“Rejeki itu tidak hanya tentang materi, tidak hanya tentang uang, bisa saja rejeki kita
dikasih nafas, kita masih dikasih kenikmatan, itu juga bisa disebut rejeki. Kita masih
diberi kesempatan mengeksplore apa yang ada didunia ini juga bisa disebut rejeki,
tergantung perspektif seseorang terhadap rejeki itu apa. Rejeki tetap berasal dari Allah
karena kita juga perlu mengusahakan supaya mendapat rejeki dan Allah juga
menghendaki.”

Sukmadi (Mahasiswa IAT Smt 5 UIN RMSaid SKA) mempunyai pendapat, “jodoh itu unik,
jodoh itu bukan rizki, karena jodoh itu sudah ditetapkan, artinya meskipun kita tidak
mencari jodoh itu akan hadir, beda sama rizki. rizki itu sudah diatur dan ditempatkan
oleh Allah di suatu tempat, tinggal kita yang menjemput (usaha).”

KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas kelompook kami akan mencocok kan apakah dalam pendapat tersebut
termasuk dengan golongan Jabariyah, Qodariyah, atau As’ariyah. Golongan Jabariyah
merupakan golongan yang mempercayai bahwa takdir manusia merupakan kehendak mutlak
dari tuhan. Semetara golongan Qodariyyah berpendapat bahwa manusia mempunyai
kehendaknya sendiri, yang dimaksud dengan kehendaknya sendiri ialah manusia mempunyai
kebebasan untuk menentukan jalannya sendiri. Sedangkan golongan As’ariyah mempunyai
faham yang lebih condong ke golongan jabariyah namun golongan As’ariyah mempunyai
teori kasab, selain manusia ditentukan oleh kehendak mutlak tuhan manusia juga mempunyai
andil untuk merubah takdirnya dengan cara berikhtiyar maka manusia tersebut akan
mendapatkan apa yang ia ushakan.

Kesimpulan dari hasil wawancara diatas yakni sebagai berikut;

1. Pendapat narasumber yang pertama yakni, Ustadz Munhorif dapat dicocokan dengan
pemahaman golongan Jabariyah, karena mempercayai bahwa takdir merupakan
kehendak mutlak tuhan.
2. Pendapat narasumber yang ke dua yakni, Bpk. Agus Suwarno dapat dicocokan dengan
pemahaman golongan As’ariyah, karena mempercyai bahwa takdir itu kehendak
mutlak tuhan tetapi takdir juga bisa dirubah dengan ikhtiyar dan do’a.
3. Pendapat narasumber yang ke tiga yakni, Mbak Elvi Rahmi dapat dicocokan dengan
pemahaman golongan Jabariyah, karena mempercayai kehendak mutlak tuhan, dan
juga lebih pasrah terhadap takdir yang diberikan oleh tuhan.
4. Pendapat narasumber yang ke empat yakni, Naura M. (Mahasiswi SI Smt 1 UIN
Raden Mas Said Surakarta) dapat dicocokan dengan pemahaman As’ariyah, karena
mempercayai adanya kehendak mutlak tuhan dan mempercayai bahwa takdir manusia
itu juga bisa dirumah dengan usaha, dan do’a
5. Pendapat narasumber yang ke lima yakni, Sukmadi (Mahasiswa IAT Smt 5 UIN
RMSaid SKA) dapat dicocokan dengan pemahaman as’ariyah, karena mepercayai
takdir itu kehendak mutlak tuhan, takdir juga bisa dirubah lewat ikhtiar, dan do’a
manusia.

Dapat disimpulkan bahwa setiap orang memiliki kepercayaan masing – masing, tingal
bagaimana kita sebagai manusia memandang pendapat tersebut, dan menghargainya. Hanya
tuhan yang tau tentang apa yang sudah menjadi takdirnya.
DAFTAR PUSTAKA

Wawancara
Nama : Munshorif
Profesi : Tokoh Masyarakat, Ustadz
Domisili : Boyolali, Indonesia
Waktu : Pukul 20.35, 03 Desember 2022

Nama : Elvia Rahmi


Profesi : Dosen, Mahasiswa S2 UGM
Domisili : Jember, Indonesia
Waktu : Pukul 10.15, 04 Desember 2022

Nama : Naura M.
Profesi : Mahasiswa Sastra Inggris UIN RMSaid Surakarta
Domisili : Sukoharjo, Indonesia
Waktu : Pukul 11.45, 06 Desember 2022

Nama : Sukmadi
Profesi : Mahasiswa IAT UIN RMSaid Surakarta
Domisili : Sukoharjo, Indonesia
Waktu : Pukul 21.55, 05 Desember 2022

Nama : Agus Suwarno


Profesi : Wirausaha
Domisili : Karanganyar, Indonesia
Waktu : Pukul 17.30, 06 Desember 2022

Nama : PakNur
Profesi : Guru MI
Domisili : Nganjuk, Indonesia
Waktu : Pukul 10.33. 05 Desember 2022

Anda mungkin juga menyukai