Anda di halaman 1dari 22

http://daunkertasilyas.blogspot.com/2012/10/sholat-dan-doa-dapat-mengubah-takdir.

html
SHOLAT DAN DO'A DAPAT MENGUBAH TAKDIR
Shalat bermakna doa, karena dalam bacaan shalat terkandung doa. Selain doa sebagai
bacaan shalat, kita pun bisa berdoa sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kita. Sedangkan doa
adalah permintaan agar dikabulkan, baik berupa penetapan pelaksanaan maupun dihindarkan dari
perkara-perkara tertentu.
Usaha dan kerja keras bukanlah satu-satunya jalan dalam mencapai sesuatu yang kita
inginkan. Akan tetapi, ada penentu yang mutlak, yaitu Allah SWT. Dialah yang Maha Pemberi dan
Maha Penentu atas segala sesuatu.
Apabila Allah sudah menghendaki sesuatu, tidaklah mustahil dan pasti terjadi.
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:
Jadilah! maka terjadilah ia. ( QS Yasasiin [36] : 82 )
Kita juga harus selalu sadar bahwa manusia adalah mahkluk lemah. Oleh karena itu,
sekalipun dengan kekuatan dan kemampuan yang telah dimilikinya, manusia kerap kali tidak
berdaya. Bahkan tidak akan mampu melawan ketentuan Allah yang berupa Qadha dan Qadar.
Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan
barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. ( QS At-Taghaabun [64] : 11 )
Oleh karena itu, untuk meraih masa depan yang lebih baik, lebih selamat, dan bahagia,
manusia memerlukan pertolongan yang memberi izin untuk hal tersebut, yaitu Allah SWT Yang
Maha Menentukan Segala Hal.
Dari semua keadaan diatas, baik dari pengaduan, harapan maupun cita-cita, Allah SWT telah
memerintahkan kita agar memohon pertolongan kepada-nya melalui shalat. Hal ini tergambar
dalam firman-nya :
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (QS AlBaqarah [2] : 45 )
Ayat ke empat puluh lima dari surat Al-Baqarah di atas mengisyaratkan bahwa Allah telah
memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk meminta tolong tentang apa saja yang mereka
inginkan baik dari segala kebaikan duniawi ataupun kebaikan kebaikan ukhrawi, dengan media
shalat disertai dengan kesabaran .
Maksud sabar pada ayat ini adalah menahan diri dari perbuatan-perbuatan maksiat,
sehingga lanjutan ayat ini dikaitkan dengan ibadah, karena kebalikan dari maksiat adalah taat atau
beribadah kepada Allah SWT. Dan amalan ibadah yang paling utama adalah shalat.
Takdir adalah suatu ketetapan Allah yang telah ditentukan kepada makhluk-Nya sebelum
diciptakan. Allah SWT berfirman :
Tiada suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan ( tiada pula ) pada dirimu sendiri, melainkan
telah tertulis dalam kitab ( Lahul Mahfuzh ) sebelum Kami mencipakannya, sesungguhnya yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS Al-Hadid [57] : 22 )

Takdir tidak bisa diubah oleh siapapun, kecuali atas kehendak Allah SWT. Dengan demikian,
manusia hidup berada di bawah takdir masing-masing, entah itu takdir yang baik atau buruk.
Jadi misalnya, apabila seseorang hidup miskin, gagal usaha, tidak lulus ujian, itu barangkali
sudah jadi takdir dari ketentuan Allah SWT terhadapnya. Dengan demikian, seolah-olah sekalipun
ia berusaha semaksimal mungkin dengan tenaga dan pikirannya, ia akan tetap mengalami takdir
yang telah ditetapkan kepadanya itu.
Akan tetapi Rasulullah telah memberikan cara khusus bagaimana hamba-Nya bisa merubah
takdirnya. Yaitu dengan doa, disamping usaha yang mesti dilakukan sebagaimana dalam hadistnya :
Tidak ada yang bisa mengubah qadhanya Allah kecuali doa ( HR. Tarmidzi ).
Doa yang dimaksud dalam hadist diatas adalah doa yang ikhlas dan sungguh-sungguh. Allah
SWT menegaskan dalam firman-Nya :
Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahanam dalam keadaan hina dina. ( QS Al-Mumin [40] : 60 )
Shalat itu sendiri bermakna doa dan berfungsi sebagai media meminta pertolongan ( lihat
QS Al-Baqarah ayat 153 ). Dengan demikian, takdir buruk atau tidak baik yang telah ditetapkan
Allah SWT di Lauhul Mahfuzh yang mesti berlaku bagi kita, bisa diubah melalui doa, sebagaimana
yang disebutkan dalam hadist yang diatas.
Diposkan oleh ilyas di 09.04
https://riyadhohayatkursi.wordpress.com/2012/09/06/merubah-dan-mengubah-takdir-illahi/

Merubah Dan Mengubah Takdir Illahi


Benarkah takdir bisa dirubah atau diubah ? Pertanyaan sederhana dengan jawaban
yang tidak mudah. Jika pun ada jawaban pasti akan terjadi pro dan kontra. Itu adalah hal
yang wajar dan normal. Tapi tidak ada salahnya bila kita sederhanakan pemahaman
tentang takdir jika tidak ingin dikatakan mudah. Karena hidup itu sebenarnya sederhana
saja. Manusianyalah yang menjadikan rumit dan berbelit.
Takdir seperti yang diketahui secara umum adalah ketentuan Allah. Dan itu
memang benar. Takdir sebagai ketentuan Allah ada dua hal, yaitu ketentuan yang bersifat
Sunnatullah atau hukum Allah, misalkan matahari terbit dari ufuk timur dan tenggelam di
ufuk barat. Takdir yang bersifat Sunnatullah inilah tidak bisa dirubah.
Sedangkan takdir yang berkenaan dengan nasib hidup masih bisa dirubah atau
diubah. Karena takdir sebagai ketentuan Allah yang berkenaan dengan nasib hidup
bukanlah sebuah takdir atau ketentuan dengan harga mati yang tidak bisa dirubah atau
pun diubah. Bila ada seseorang yang berkata bahwa takdir tidak bisa dirubah atau diubah
itu adalah perkataan orang yang sudah putus asa, seperti firman Allah :
Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah taala mengampuni

dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang
azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). (QS Az-Zumar 53-54)
Atau lebih ekstrim lagi itu adalah perkataan orang-orang yang malas untuk
berikhtiar. Dan Allah sangat murka pada hamba-hambanya yang malas berikhtiar.
Ketentuan Allah yang biasa disebut dengan takdir tersebut masih bisa dirubah atau diubah.
Apa pun dan bagaimana pun kondisi anda saat ini masih bisa berubah dan anda masih bisa
mengubahnya. Dan tentunya dengan ikhtiar. Dalam berikhtiar harus seimbang antara
ikhtiar batin dan ikhtiar lahir. Karena itu merupakan bagian dari solusi sukses dan kunci
sukses dalam semua aspek kehidupan.
Untuk merubah dan mengubah takdir nasib hidup ada ikhtiar yang bisa dilakukan :
1. Berdoa,
Allah berfirman : Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk
neraka Jahanam dalam keadaan hina dina. (QS Al-Mumin 60)
Rosulullah bersabda : Barang siapa hatinya terbuka untuk berdoa, maka pintu-pintu
rahmat akan dibukakan untuknya. Tidak ada permohonan yang lebih disenangi oleh Allah
dari pada permohonan orang yang meminta keselamatan. Sesungguhnya doa bermanfaat
bagi sesuatu yang sedang terjadi dan yang belum terjadi. Dan tidak ada yang bisa menolak
takdir kecuali doa, maka berpeganglah wahai hamba Allah pada doa. (HR Turmudzi dan
Hakim)
Barangsiapa tidak berdoa kepada Allah taala, maka Allah taala murka kepadaNya.(HR.
Ahmad 9342)
2. Bersedekah,
Rosulllah bersabda : Silaturrahmi dapat memperpanjang umur dan sedekah dapat merubah
takdir yang mubram (HR. Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Imam Ahmad).
Berdoa merupakan bagian dari ikhtiar batin, seperti halnya terapi dzikir dan terapi doa
khusus yang ada dalam Riyadhoh Ayat Kursi.
Sedangkan sedekah bagian dari ikhtiar lahir, dimana manfaat sedekah untuk menghapus
dosa juga untuk mensucikan harta atau pun rezeki yang diperoleh. Selain itu juga untuk
membuka dan mendatangkan rezeki berlipat-lipat.
Jadi kembali lagi kepada keseimbangan ikhtiar batin dan ikhtiar lahir. Ikhtiar batin dan
ikhtiar lahir harus seiring sejalan untuk bisa merubah dan mengubah takdir Illahi.

Bila saat ini anda mengalami ujian dan cobaan dari Allah janganlah berputus asa, karena
Allah selalu bersama hamba-hambaNya yang tidak pernah berputus asa untuk
memperbaiki dan merubah nasib hidup serta takdir di masa yang akan datang.
Sudah banyak orang-orang yang berhasil dan sukses merubah nasib hidup mereka,
meskipun mereka tidak dikenal oleh banyak orang. Itu karena mereka tidak pernah putus
asa dan mau untuk istiqomah melakukan ikhtiar batin dan ikhtiar lahir.
Dibalik Kesuksesan dan Keberhasilan seseorang selalu ada Aspek Spiritual dan Ikhtiar
Batin yang menyertainya.
Semoga bermanfaat
Sumber : Rahasia Riyadhoh Ayat Kursi
https://www.facebook.com/permalink.php?id=120416661356120&story_fbid=48999230439855
2

SIAPA BILANG TAKDIR TIDAK BISA DIRUBAH?


Kita sering menyatakan atas suatu kejadian: Ah itu semuanya adalah Takdir, ketentuan
Allah yang tidak bisa dirubah. Betulkah semua bentuk takdir tak dapat dirubah?
Dalam syarah kitab Hadits al-Arbain an-Nawawiy diterangkan bahwa takdir Allah Swt. itu
ada empat macam yang dibagi ke dalam dua kelompok besar, yakni Takdir Mubrom dan
Takdir Muallaq, sebagaimana penjelasan dibawah ini:
A. Takdir Mubrom (Tetap)
1. Takdir dalam Ilmu Allah.
Takdir yang ada dalam Ilmu Allah. Takdir ini tidak mungkin dapat berubah, sebagaimana
Nabi Muhammad Saw. bersabda:

Tiada Allah mencelakakan kecuali orang celaka, (yaitu orang yang telah ditetapkan dalam
ilmu Allah Taala bahwa dia adalah orang celaka).
2. Takdir dalam Kandungan
Takdir dalam kandungan, yaitu malaikat diperintahkan untuk mencatat rizki, umur,
pekerjaan, kecelakaan dan kebahagiaan dari bayi yang ada dalam kandungan tersebut.
Maka takdir ini termasuk takdir yang tak dapat dirubah sesuai kelanjutan dari hadits
tersebut. Takdir ini sebetulnya termasuk takdir dari Ilmu Allah seperti no 1 di atas yang

telah digariskan dalam tubuh sang jabang bayi. (Dalam ilmu pengetahuan Genetika modern
mungkin dapat digambarkan pada unsur DNA).
B. Takdir Muallaq (Takdir yang Tergantung)
1. Takdir dalam Lauhul Mahfudz
Takdir yang ada dalam Lauhul Mahfudz memungkinkan dapat berubah, sebagaimana
firman Allah dalam surat ar-Radu ayat 39 yang berbunyi:

Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan apa yang dikehendaki, dan
di sisiNya lah terdapat Ummul Kitab (Lauhul Mahfudz).
Dan telah diriwayatkan dari Ibnu Umar Ra., bahwa beliau mengucapkan dalam doanya
yaitu: Ya Allah jika engkau telah menetapkan aku sebagai orang yang celaka maka
hapuslah kecelakaanku dan tulislah aku sebagai orang yang bahagia.
2. Takdir yang Diikuti Sebab Akibat
Takdir yang berupa penggiringan hal-hal yang telah ditetapkan kepada waktu-waktu dan
hal-hal yang telah ditentukan. Gambarannya: Seandainya hambaku berdoa atau
bersilaturrahim dan berbakti kepada kedua orang tua, maka Aku jadikan dia begini, jika dia
tak berdoa dan tidak bersilaturrahim serta durhaka kepada kedua orang tua, maka ia Aku
jadikan seperti ini.
Takdir ini juga dapat diubah sebagaimana hadits yang menyatakan: Sesungguhnya
sedekah dan silaturrahim dapat menolak kematian yang jelek dan mengubah menjadi
bahagia.
Dalam salah satu hadits lain Nabi Muhammad Saw. pernah bersabda:

Sesungguhnya doa dan bencana itu di antara langit dan bumi, keduanya berperang. Dan
doa dapat menolak bencana, sebelum bencana tersebut turun.
Suatu ketika Khalifah Umar bin khattab Ra. pernah hendak berkunjung ke Syam (Yordania,
Palestina, Suriah dan sekitarnya). Saat itu di Syam sedang terjangkit penyakit menular. Lalu
Sayyidina Umar Ra. membatalkan rencananya tersebut.
Pembatalan tersebut didengar oleh seorang sahabatnya yang kemudian berkata: Apakah
Anda mau lari dari takdir Allah?

Sahabat Umar Ra. pun menjawab: Aku lari dari takdir Allah ke takdir Allah yang lain yang
lebih baik.
Hal senada itu juga dialami oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw., ketika beliau sedang
duduk bersandar pada sebuah tembok yang ternyata rapuh, lalu beliau pindah ke tempat
yang lain. Salah seorang sahabat bertanya: Apakah Anda mau lari dari takdir Allah?
Sayyidina Ali Kw. menjawab bahwa rubuhnya tembok, berjangkitnya penyakit dan
sebagainya adalah hukum dan sunnatulloh. Maka apabila seseorang tidak menghindarinya
maka ia akan mendapatkan bahayanya itu.
Itulah yang dinamakan takdir. Dan apabila ia berusaha menghindar dan luput dari
bahayanya, itu juga disebut dengan takdir. Bukankah Tuhan telah menganugerahkan
manusia kemampuan memilah dan memilih dan kemampuan berusaha dan berikhtiyar.
Kemampuan itu juga takdir yang telah ditetapkanNya.
Bahkan Rasulullah Saw. sebagai tauladan tertinggi, saat hijrah dan dikejar musuh, beliau
bersembunyi di Gua Tsur sebagai bentuk ikhtiyar, bukan karena takut atau lari dari takdir.
Dan Allah telah mentakdirkan seekor burung dan seekor laba-laba bersarang di sana. Dan
Allah pun telah mentakdirkan beliau akan selamat sampai di Madinah dan telah
mentakdirkan pula Islam sebagai agama dunia.
Syekh KH. A. Rifai menulis dan menuqil dari kitab Tuhfat al-Murid Syarh Jauhar at-Tauhid
dalam kitab Riayat al-Himmah, demikian:

Dan bagi kita kaum Ahlussunnah, kita diwajibkan berusaha dan berikhtiyar seraya kita
harus berkeyakinan bahwa kita tidak boleh memastikan berhasilnya usaha dan ikhtiyar
yang kita lakukan itu.
# Oleh karena itu marilah kita banyak berdoa, bershodaqoh, bersilaturrahim, birrul
walidain dan mengamalkan kebaikan-kebaikan lainnya serta berusaha dan berikhtiyar
tanpa henti. Mudah-mudahan ada bagian takdir buruk kita yang bisa dihapuskan dan
digantikan Allah tersebab amaliyah- amaliyah dan segala ikhtiyar kita tersebut serta
menggantinya dengan kebaikan-kebaikan dan keberhasilan. Aamiin.
http://catatanyusufmansur.blogspot.com/2010/05/mengubah-takdir-kehidupan.html
Catatan Yusuf Mansur
Rabu, 19 Mei 2010
Mengubah Takdir Kehidupan

Dalam kehidupan seringkali manusia "terjebak" pada kata takdir, Padahal ada takdirNya yang bisa
dirubah dan ada takdirNya yang tak bisa dirubah, saya kemukakan di ujung akhir tulisan ini
Perkara takdir memang menarik, banyak perdebatan yang melahirkan berbagai tiori dan golongan.
Ada yang bertiori bahwa manusia hanya semacam wayang kulit yang digerakan bagaimana
maunya dalang, ada yang bilang manusia punya kehendak bebas, sebebas-bebasnya, ada juga yang
mengambil jalan tengah antara kedua tiori tersebut. Namun tulisan ini tidak untuk berdebat, hanya
untuk berbagi. Karena setiap manusia mempunyai pendapatnya masing-masing yang kadang
berbeda
satu
sama
lain.
Tak ada sesuatupun yang dapat menghalangi takdir yang datang dariNya, yang baik ataupun yang
buruk. setiap keputusanNya pasti terjadi! Disukai atau tidak oleh manusia. Takdir Tuhan yang telah
terjadi tak dapat kamu tolak, walau manangis darah sekalipun atau kamu protes dengan suara yang
menggelegar membelah langit, membelah angkasa raya.
Kamu menolak atas takdir yang buruk, Tuhan tidak rugi. Sebaliknya kamu bersyukur atas
takdir yang baik, Tuhanpun tidak untung. Semuanya dikembalikan padamu, Dia tak butuh apa-apa
darimu. Takdir buruk, seperti kematian, bencana alam, terkena PHK, dipecat dari jabatan dan
sebagainya, adalah takdirNya, baik karena perantara manusia atau memang sebab alam, namun
keduanya, asal muasalnya tetap dari Allah SWT.
Kamu taat atau kapir tidak merubah takdir Tuhan, kamu suka atau tidak, tak merubah
kekuasaan Tuhan. Kamu bahagia atau menderita tak merubah kehendak Tuhan. Kamu beriman
atau murtad tak mengurangi kamauan Tuhan. Kamu bersyukur atau kupur tak merubah kasih
sayang Tuhan. Ya semuanya kembali kepadamu, Tuhan bagaikana cermin yang memantulkaan
semua kelakuanmu. Jadi kamu masuk syurga atau nereka adalah hasil dari perbuatan kamu sendiri,
Tuhan hanya menyediakan tempat tersebut untuk membalas setiap amal yang kamu lakukan.
kamu masuk syurga Tuhan tidak untung, kamu masuk nerakapun Tuhan tidak rugi. Kamu
punya kehendak bebas untuk melakukan apa yang kamu sukai dan resikonya tanggung sendiri.
Itulah Tuhan, Dia telah membebaskan manusia untuk berbuat apa saja yang mereka kehendaki,
yang baik atau yang buruk, beriman atau kapir, semuanya diserahkan kepada manusia. Untuk itulah
manusia diberikan akal pikiran, hati dan kehendak. Dengan ketiga modal itu, manusia nanti
dimintai pertanggungjawabannya.
Maka ketika mendapat takdir baik atau takdir buruk tidak abadi keduanya, tidak selamanya
takdir baik ada pada manusia ketika hidup, begitu juga tidak salamanya takdir buruk ada pada
manusia. Selama kamu hidup di dunia, apapun bentuknya tidak pernah abadi, ya suka, sukanya
sementara. Bila duka, dukanya sementara. Keduanya saling berganti dan bisa terjadi dimana saja,
kapan saja dan kepada siapa saja. Dan itu semua akan berakhir pada kematianmu, dibalik kamatian
itulah akan ditemukan keabadian. Ya suka, sukanya abadi(syurga) bila duka, dukanyapun abadi
(neraka) keduanya tetap dan tidak bisa saling menggantikan.
Nah, terkadang takdir buruk itu dating berupa kematian, yang memang pada akhirnya
apapun yang kamu cintai akan kamu tinggalkan, suka atau tidak, rela atau tidak, semuanya akan
kamu tinggalkan atau kamu ditinggalkan oleh semua itu !
Begitu juga tentang masa depan ada dihadapanmu, tak bisa kamu hindari dengan berlari
jauh darinya. Ya hadapi masa depan baik atau buruk, itu hidup namanya. Urusan masa depan ada
ditanganNya, masa depan adalah milikNya, maka kita berserah diri kepadaNya. Insya Allah segala
urusan kita dimudahkan olehNya. Jangan ragu-ragu, mantapkan iman, teguhkanlah pendirian.

Hidup prihatin, perih-perih hati, karena memang tidak semua keinginan dapat terpenuhi.
Ingat, dibalik keprihatinanmu..., jauh di ujung sana banyak lagi manusia-manusia yang jauh lebih
prihatin darimu. Mereka kelaparan, di usir dari tanah kelahiran, di rampas hak-haknya,
dihancurkan oleh musuh-musuhnya, menderita, sengsara, rumah hancur kena bom, kedinginan
yang memilukan. Itu takdir mereka dan dengan segala daya upaya mereka mencoba melepaskan
diri dari takdir buruk menjadi takdir baik, lari dari takdir ke takdirNya juga.
Bagi yang sedang belajar atau kuliah atau yang sedang berusaha meraih cit-cita apapun
bentukny, harus ditekankan bahwa tak ada kata putus asa dalam mencapai cita-cita, berjuang terus
dalam hidup dan kehidupan, tak ada kata patah semangat untuk mencapai sesuatu yang baik dan
diridhoiNya. Takdir baik di capai dengan usaha yang keras dengan keyakinan : Selalu ada
kemudahan di balik kesulitan, sungguh ada kemudahan di balik kesulitan. Buat apa melanglang
buana jauh-jauh, kalau diri kita sendiri tak dapat dirubah menjadi lebih baik dan lebih terpuji.
Ayo bergerak menjemput takdirNya yang terbaik, karena ada takdirNya yang bisa dirubah
dengan usaha dan kerja keras, sambil terus berdoa mohon petunjukNya. Sedangkan takdir berupa
yang menghidupkan dan yang mematikan tak bisa di rubah, kita anak siapa dan keturunnya dari
mana juga termasuk takdir yang tak bisa dirubah. Sedangkan kebodohan, kemiskinan dan lain-lain
bisa dirubah dengan usaha manusia.
Diposkan oleh Admin di 20.41
Label: Takdir, Ustadz Yusuf Mansur
http://temonsoejadi.wordpress.com/2012/12/09/apakah-nasib-bisa-berubah/

Apakah takdir (rejeki, jodoh, mati) bisa berubah ?


9 Desember 2012
temonsoejadi Cahaya Hati apakah takdir bisa berubah, cara mengubah nasib, merubah
takdir, nasib baik, nasib buruk, takdir 5 Komentar
sahabatku semua yang dirahmati Allah, apakah nasib itu bisa berubah to tidak ?
pertanyaan ini kerap ditanyakan orang, bahkan kamu sendiri pasti bertanya-tanya tentang
pertanyaan ini, ya to tidak ? pertanyaan ini kadang menjadi perdebatan antara yang
menyakini bahwa sudah ditetapkan dan tak bisa berubah dan ada yang masih bisa berubah
karena sejatinya, manusia dikarunia akal untuk berfikir mengupayakan yang terbaik bagi
hidupnya, ya to tidak..!! apakah nasib itu bisa berubah? hayooo siapa yang bisa jawab!!!
apakah rejeki, jodoh dan mati yang telah ditetapkan bisa berubah ?
Tanamlah gagasan, petiklah tindakan. Tanamlah tindakan, petiklah kebiasaan.
Tanamlah kebiasaan, petiklah watak. Tanamlah watak, petiklah nasib. Dimulai dari gagasan
yang diwujudkan dalam tindakan, kemudian tindakan yang dilakukan berulang-ulang akan
menjadi suatu kebiasaan. Kebiasaan yang dilakukan berkali-kali akan menjelma menjadi
watak, dan watak inilah yang akhirnya mengantarkan kita kepada nasib. Jadi nasib kita,
kita
sendirilah
yang
menentukan.
Nasib
kita ada di tangan kita.

sebuah kisah untuk mencoba mengkiaskan jawaban atas pertanyaan diatas ?


Dahulu, ada seorang jenderal dari negeri Tiongkok kuno yang mendapat tugas untuk
memimpin pasukan melawan musuh yang jumlahnya sepuluh kali lipat lebih banyak.
Mendengar kondisi musuh yang tak seimbang, seluruh prajuritnya gentar, kalau-kalau
mereka akan menderita kekalahan.
Dalam perjalanan menuju medan perang, sang Jenderal berhenti di sebuah altar
vihara. Ia melakukan sembahyang dan berdoa meminta petunjuk para dewa. Sedangkan
rajuritnya menanti di luar vihara dengan harap-harap cemas. Tak lama kemudian, sang
jenderal keluar dari vihara.Ia berteriak pada seluruh pasukannya, Kita telah mendapat
petunjuk dari langit. Lalu ia mengeluarkan koin emas simbol kerajaan dari sakunya. Sambil
mengacungkan koin itu ke udara ia berkata, Sekarang, kita lihat apa kata nasib. Mari kita
adakan toss. Bila kepala yang muncul maka kita akan menang. Tapi bila ekor yang muncul,
kita akan kalah. Hidup kita tergantung pada . Jenderal lalu melempar koin emas itu ke
udara. Koin emas pun berputar-putar di udara. Lalu jatuh berguling-guling ditanah. Seluruh
pasukan mengamati apa yang muncul. Setelah agak lama menggelinding ke sana-kemari,
koin itu terhenti. Dan yang muncul adalah KEPALA. Kontan seluruh pasukan berteriak
kesenangan. Hore! Kita akan menang. Nasib berpihak pada kita! Ayo, serbu dan hancurkan
musuh. Kemenangan sudahlah pasti. Dengan penuh semangat sang Jenderal dan
pasukannya bergerak menuju medan perang. Pertempuran berlangsung sangat sengit.
Dengan bekal keyakinan dan tekad baja akhirnya musuh yang tak terhingga banyaknya
dapat dikalahkan. Jenderal dan seluruh pasukannya betul-betul senang. Seorang prajurit
berkata,Sudah kehendak langit, maka tak ada yang bisa mengubah nasib.Sesampai di ibu
kota mereka disambut meriah oleh seluruh penduduk. Raja pun terkagum-kagum
mendengar kisah peperangan yang dahsyat itu. Beliau bertanya pada sang Jenderal,
bagaimana ia mampu mengobarkan semangat pasukannya hingga begitu gagah berani.
Sang Jenderal kemudian menyerahkan koin emasnya pada Raja sambil berkata, Paduka,
inilah yang memberikan mereka nasib baik. Raja menerima dan mengamati koin emas itu
yang ternyata kedua sisinya bergambar KEPALA.
sahabatku semua yang dirahmati Allah, tentunya engkau tahu ayat ini ..

baginya (setiap manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya secara


bergiliran di depan dan di belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah.
sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya. Sekali-kali tidak ada
pelindung bagi mereka selain dia.
Allah akan mengubah nasib ketika kita berusaha maksimal untuk mewujudkan keinginan
kita. Berusaha mengubah hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. karena rizki dan
pertolongan Allah datang dari tempat yang tidak kita duga-duga. lalu apakah rejeki yang

sudah ditetapkan bisa berubah ? rejeki memang sudah ditetapkan jauh sebelum kita
dilahirkan, tapi kan sejatinya kita gak tahu apakah kita ditetapkan jadi orang yang ber
Rezeki besar to yang ber Rejeki kecil ya to tidak ? Rezeki sudah ditetapkan oleh Allah,
bukan pada jumlahnya, tapi pada caranya. Yang rajin akan kaya, yang malas akan miskin.
Nasib tergantung pada upaya. Jika upaya kita baik, nasib kita baik. Orang yang
menyalahkan nasibnya yang buruk kepada orang lain dan keadaan, akan semakin
diburukkan hidupnya, agar dia sadar bahwa nasib adalah tanggung jawab pribadi.
mengenai rizki, jodoh, ajal, dll, itu sudah ditentukan, namun ditentukannya itu adalah dg
ketentuan bijaksana, seseorang ditentukan rizkinya sekian, namun bila ia berusaha maka
rizkinya sekian, bila ia lebih giat maka rizkinya sekian, bila ia selalu dijalan yg halal maka
rizkinya sekian, demikian pula jodoh, bila ia tak mencari maka jodohnya si fulanah saat ia
usia sekian, bila ia mencari wanita baik baik maka ia akan menikah dg si fulanah saat usia
sekian, dg anak anak sekian.. (Mutashar Almukhtashar Juz 2 hal 318).
mirip dg misalnya seorang pembuat mobil, ia tentunya menentukan segalanya, mobil ini
bila dipakai dg apik maka bertahan sekian tahun, bila dipakai terus tanpa perawatan maka
akan hancur dalam sekian tahun, bila dibentur dg kekuatan sekian maka tak akan bisa
kembali normal selamanya, dan demikian dan demikian, dan tentunya Ketentuan Allah swt
lebih
sempurna
dan
detail.
sungguh tiada kebijaksanaan melebihi kebijaksanaan Nya swt. dan tak lepas segala sesuatu
dari ketentuan Nya swt.
<sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka.
Ada pendapat orang seperti ini !!
Bisakah mengubah takdir? Banyak orang malas yang menjadikan takdir sebagai dalih atas
kemalasannya. Padahal, takdir itu bisa diubah. Memang, tidak semua takdir bisa diubah.
Misalnya, jika kita ditakdirkan sebagai seorang laki-laki, tidak bisa diubah menjadi seorang
perempuan ( walaupun ada yang merubah dari laki-laki jadi perempuan ini bukan
merubah takdir tapi mendustai takdir).,
Ada pendapat lain seperti ini.
Takdir telah ditetapkan sempurna oleh Allah, baik itu takdir baik maupun takdir yang
buruk. Jika ada perubahan, misalnya sekarang saya miskin lalu sembari ikhtiar kemudian
menjadi kaya, hal ini bukan takdirku yang berubah, tapi keadaan/nasibku yang berubah
(QS13:11), dari keadaan miskin ke keadaan kaya. Dan perubahan keadaan/nasib ini adalah
jalan takdir yang memang sudah ditetapkan demikian.
Ada pendapat lain seperti ini.

)(

:22)

Artinya: Tiada sesuatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Luhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Qs. 57:22)
Semua takdir telah Allah tulis 50 ribu tahun sebelum langit dan bumi diciptakan. Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Artinya: Sesungguhnya Allah telah menulis taqdir semua makhluk 50 ribu tahun sebelum
langit dan bumi diciptakan, dan Arsy-Nya berada di atas air. (HR. Muslim)
Jadi Allahlah yang telah menciptakan kita dan semua tingkah laku kita, yang menciptakan
semua sebab dan akibatnya.
Adapun hadist yang berbunyi:
(

Artinya: Tidak menolak takdir kecuali doa. (HR. Ahmad)


meskipun hadist ini lemah, Seandainya hadist ini shahih, maka bukanlah yang dimaksud
bahwasanya kita bisa keluar dari takdir Allah, atau bisa melawan dan menghindar dari
takdir Allah. Karena doa kita itu sendiri juga bagian dari takdir Allah. Dialah Allah yang
mentakdirkan kita berdoa, sehingga dengan doa kita Allah mencegah musibah dari kita.
Dengan kata lain, kita menolak takdir Allah, dengan takdir Allah.
Sebagaimana kita ingin menghilangkan sakit dengan obat, menghilangkan kemiskinan
dengan bekerja. Ini bukan berarti kita bisa keluar dari takdir Allah, karena obat dan
bekerjanya kita juga bagian dari takdir Allah itu sendiri, sembuh dan kayanya kita juga
takdir Allah. Jadi kita keluar dari takdir Allah, dengan takdir Allah, menuju takdir Allah
yang lain.
jadi dalam kata lain takdir itu bisa berubah ke takdir yang lain karena takdir yang telah
Allah tentukan,,
sahabatku yang dirahmati Allah, mengupas ayat yang telah kita sebutkan diatas

<
baginya (setiap manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya secara
bergiliran di depan dan di belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah.
sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka

mengubah keadaan yang ada pada diri mereka. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya. Sekali-kali tidak ada
pelindung bagi mereka selain dia.
lah muaqqibtun
(baginya [setiap manusia] ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya secara
bergiliran), yakni malaikat-malaikat yang saling bergiliran. Malaikat malam bergiliran
dengan malaikat siang dan malaikat siang bergiliran dengan malaikat malam.
mim baini yadaihi wa min khalfih yahfazhnah min amrillh, innallha l yughayyiru m bi
qaumin
(di depan dan di belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah
tidak akan mengubah keadaan suatu kaum), yakni ketenteraman dan kenikmatan yang ada
pada suatu kaum.
hatt yughayyir m bi afusihim
(sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka) dengan cara tidak bersyukur.
wa idz ardallhu bi qaumi s-an
(dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum) dengan cara menimpakan azab
dan kehancuran.
fa l maradda lah
(maka tidak ada yang dapat menolaknya), yakni menolak ketentuan Allah terhadap mereka. wa m
lahum (sekali-kali tidak ada bagi mereka), yakni bagi orang-orang yang hendak dibinasakan Allah
itu.
mi dnih
(selain dia), yakni selain Allah taala.
miw wl

(pelindung), yakni pembela dari azab Allah taala.Menurut satu pendapat, tempat
berlindung untuk perlindungan mereka.
sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
kalimat ini memberikan kita motivasi untuk terus maju tanpa ragu dan tanpa takut.. Karena
kunci sukses berasal dari diri kita sendiri..
Setiap orang pasti punya impian, entah itu mimpi jadi orang kaya, jadi dokter atau bahkan
mimpi menjadi seorang presiden. Namun tidak setiap orang berusaha keras untuk meraih

mimpi, menjadikan mimpi menjadikan kenyataan. Butuh kerja keras dan usaha yang
sungguh sungguh untuk membuatnya jadi nyata. Anda boleh saja bermimpi dan memang
dianjurkan untuk mempunyai impian, karena dengan impian itu kita punya harapan,
dengan harapan itu kita bisa punya tujuan hidup. Bayangkan jika kita tidak ada tujuan
hidup, mungkin kita akan melakukan bunuh diri. Ada seseorang yang menginginkan
dirinya menjadi kaya, namun dia tidak berusaha dengan sungguh sungguh untuk
mendapatkannya, yaitu hanya dengan berpangku tangan dan berharap suatu saat aka nada
pekerjaan yang bagus baginya atau bahkan ada yang berharap kaya dari nomer togel.
dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang
dapat menolaknya. Sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain dia.
kalimat ini memberi tahu kita untuk tidak hanya berusaha tapi kita juga harus berdoa,
karena sesuai yang di sebutkan di atas, Pelindung manusia hanya Allah.. oleh karena itu
mulai hari ini, detik ini, hilangkanlah rasa mudah menyerah, rasa tidak butuh kepada Allah,
karena Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum jika kaum itu tidak merubahnya
sendiri..
lalu setelah membaca kajian yang diatas apa yang harus kita upayakan agar kehidupan kita
selalu baik
Yang pertama Yaitu dengan berdoa.
Bersabda Rasulullah shollallahu alaih wa sallam:
Tidak ada yang dapat menolak taqdir (ketentuan) Allah taaala selain doa. Dan Tidak ada
yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik. (HR
Tirmidzi 2065)
Hadits dari Imam Turmudzi dan Hakim, diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, bahwa Nabi
SAW Bersabda :
Barangsiapa hatinya terbuka untuk berdoa, maka pintu-pintu rahmat akan dibukakan
untuknya. Tidak ada permohonan yang lebih disenangi oleh Allah daripada permohonan
orang yang meminta keselamatan. Sesungguhnya doa bermanfaat bagi sesuatu yang sedang
terjadi dan yang belum terjadi. Dan tidak ada yang bisa menolak taqdir kecuali doa, maka
berpeganglah wahai hamba Allah pada doa. (HR Turmudzi dan Hakim)
Yang kedua Yaitu Bersedekah.
Rasulullah SAW pernah bersabda : Silaturrahmi dapat memperpanjang umur dan sedekah
dapat merubah taqdir yang mubram (HR. Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Imam Ahmad).
Yang ketiga yaitu Bertasbih.

Ada hadits yang diriwayatkan dari Saad Ibnu Abi Waqosh, Rasulullah bersabda : Maukah
kalian Aku beritahu sesuatu doa, yang jika kalian memanfaatkan itu ketika ditimpa
kesedihan atau bencana, maka Allah akan menghilangkan kesedihan itu? Para sahabat
menjawab : Ya, wahai Rasululullah, Rasul bersabda Yaitu doa Dzun-Nun : LA ILAHA
ILLA ANTA SUBHANAKA INNI KUNTU MINADH-DHOLIMIN (Tidak ada Tuhan selain
Engkau, maha suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk diantara orang-orang yang
dholim). (H.R. Imam Ahmad, At-Turmudzi dan Al-Hakim).
Yang keempat yaitu Bershalawat
ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ubay Ibnu Kaab, bahwa ada seorang laki-laki
telah mendedikasikan semua pahala sholawatnya untuk Rasulullah SAW, maka Rasul
berkata kepada orang tersebut : Jika begitu lenyaplah kesedihanmu, dan dosamu akan
diampuni (H.R Imam Ahmad At-Tabroni)
Yang kelima yaitu terus berihktiar terus memperbaiki kualitas diri dan kehidupan kita,
insyaAllah, Allah akan mengabulkan segala permintaan hambanya bagi mereka yang mau
bersungguh-sungguh dalam menggapai, Man Jadda WaJada yang artinya Barangsiapa
bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil.
sahabatku yang baik hatinya
memang dalam konteks sesungguhnya merubah kebiasaan itu tidak mudah, banyak orang
mudah menyalahkan nasib, menyalahkan Allah atas nasib buruk yang dideritanya, sungguh
orang ini adalah orang-orang yang jauh dari rahmat Allah, Allah itu maha kaya, tidakkah
kau tahu itu ? kenapa tidak meminta kepadanya dengan sungguh-sungguh..
ada pula yang sudah bekerja keras membanting tulang, malam dijadikan siang, tapi kenapa
nasibnya gak berubah-berubah tetap saja miskin, nah inilah yang harus kita cermati.. pasti
ada yang salah dalam langkah ihtiar kita, kerja yang terbaik itu apakah kerja keras to kerja
cerdas ? to gabungan keduanya ?
kerja keras itu sudah baik, namun alangkah lebih baik lagi jika diimbangi dengan kerja
cerdas, lalu bagaimana agar kita menjadi cerdas? jawabnya dengan belajar, untuk apa kita
belajar ? untuk mendapatkan ilmu. dengan apa kita bisa mendapatkan ilmu ? ilmu dapat
didapatkan jika kita mau berfikir sungguh-sungguh untuk mengapainya..
itulah kenapa Allah menciptakan Akal, agar manusia itu mau berfikir mengupayakan yang
terbaik bagi kehidupannya, bukankah itu takdir Allah? ya memang itu sudah takdir, tapi
manusia sendirilah yang menentukan baik buruknya dengan akalnya tentunya juga atas
kehendak Allah, karena manusia itu lemah tanpa daya dan upaya kecuali allah ridho
terhadapnya..
Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran (Ar-Rad:19).

dengan akal kita dapat merenungi ayat-ayat Allah maupun hadist-hadist nabi yang
menerangkan itu semua, kita ambil dalilnya lalu kita berfikir mengenai dalil tersebut, tidak
serta merta mendahulukan akal manusia yang sejati mempunyai batas, Karena pada
dasarnya Allah menciptakan akal pada manusia berbatas sesuai dengan kemampuan yang
ada dalam akal itu sendiri dimana akal itu difungsikan. setiap orang yang mendahulukan
akalnya atau akal orang lain daripada syariat Allah adalah kebingungan dan kesesatan,
yang pasti fungsi akal bukan untuk mengkaji ataupun berpikir kepada apa yang ada di luar
batas kemampuan dari akal tersebut, tapi Allah menciptakan akal pada manusia juga untuk
membedakan bahwa manusia begitu tinggi derajatnya dari makhluk Allah yang lain, dan
akal itu berfungsi untuk berpikir bahwa alam ini ada karena adanya yang menciptakan
yaitu Allah Swt, dan fungsi akal itu juga manusia berpikir dan bersyukur atas apa yang ada
dan menjadi rahmat bagi manusia itu sendiri.
makanya orang yang berilmu (berAKAL) itu Allah berikan beberapa derajat kemulian
terhadapnya,
sahabatku yang baik hatinya
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali
Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun
pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam
kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam
kitab yang nyata (Lohmahfuz).(Al-Anam-59)
kita memang diharuskan start action (ihtiar), kita tidak bisa hanya berdoa saja ( tawakkal)
dan berpangku tangan saja apalagi hanya bermimpi . Makna doa itu sendiri adalah
berusaha, jadi salah kaprah kalo ada orang berdoa saja dan tidak berusaha.
Orang yang hanya bermimpi saja cenderung malas, hanya akan mengharapkan bantuan
dari orang lain dan. Uang tidak akan datang dengan sendirinya, dengan kita hanya
berpangku tangan. Memang segala sesuatu telah diatur oleh allah, namun allah juga benci
kepada orang yang hanya berpangku tangan saja. Uang tidak akan pernah jatuh dari langit
begitu saja tanpa kita berusaha, betul tidak ?
sifat malas inilah yang harus dirubah.. merubah sifat malas yang sering melanda manusia
yang sering dijadikan dalih bahwa memang sudah dari sananya padahal Allah tidak
menyukai orang yang bersifat malas!! berarti menyalahi apa yang sebenarnya Allah
anjurkan ya gak kawan ? kan malas, tak mau berusaha, berpangku tangan, kok pengen jadi
orang kaya ?
padahal Allah tidak menyukai orang yang malas dan tak mau berusaha apalagi mudah
berputus asa
Bagi kita yang kini telah terlanjur tenggelam dalam arus modernisasi, arus ekonomi neo
liberal dengan segala manifestasinya, saatnya kini berada di simpang jalan, ada pilihanpilihan buruk ada pula pilihan terbaik, ada kesempatan memilah dan memilih yang terbaik,

dan ini semuanya tergantung niat kita memperjuangkan keberdayaan kita sebagai umat
manusia, sebagai hamba Allah yang patuh dan taat terhadap segala perintahNYA. Memang
pilihan ini memerlukan perjuangan serius untuk berubah, bukan langkah setengahsetengah, bukan pula dengan keragu-raguan. Sebagaimana ummat Islam yang diharuskan
oleh Allah untuk masuk kedalam ajaran Islam secara keseluruhan (kaffah). Konsep ideal
menjemput rezeki bukanlah sesuatu yang sulit digapai, persoalannya terpulang kepada niat
serta kesungguhan hati untuk memperjuangkan yang benar adalah benar dan yang salah
adalah salah. Jadi kita tak perlu pesimis, miris atau tidak yakin dengan upaya kita
melakukan reposisi di segala bidang, khususnya menjemput rezeki. Apabila tata nilai yang
berlaku saat ini sangat jauh dari aturan Allah, maka hendaknya kita bisa mengubahnya
dengan sebuah proses pemupukan idealisme yang terus menerus. Sehingga bukan pada
tempatnya lagi kita berfikir pragmatis sekedar uang dan hidup, akan tetapi memandang
jauh kedepan dengan misi-misi yang lebih baik. betul tidak kawan ?
Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan
oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang
beriman harus bertawakal. (At-Taubah:51)
sesorang bertanya kepada habib munzir almusyawa
semua manusia sudah ditetapkan oleh Allah SWT pada usia2 berapa kita akan wafat
sementara kita sendiri tidak mengetahuinya yang ingin saya tanyakan kepada Habib yaitu ,
apakah cara wafatnya manusia jg Allah yang menentukan,misalnya seseorang itu
ditakdirkan Allah wafat dalam kecelakaan,atau wafatnya karna sakit,atau wafatnya
digantung seperti Sadam Hussein dll ?pertanyaan kedua adalah apakah seseorang itu
menjadi jahat atau baik juga Allah yng menentukan?misalnya seseorang selama hidupnya
selalu berbuat jahat dan sebelum taubat sudah wafat apakah jalan hidupnya menjadi jahat
tersebut sudah Allah yang menentukan?apakah seseorang berbuat jahat Allah yang
menentukan?misalnya seperti Bush selalu berbuat jahat kepada muslimin
maka apa jawaban habib munzir
Cahaya kemuliaan hidayah dan kasih sayang Nya semoga selalu menerangi anda dan
keluarga dalam keridhoan Nya,
saudaraku yg kumuliakan, Allah Maha Tahu apa yg akan terjadi pada makhluk Nya,
dan Allah Maha Menentukan setiap takdir hamba Nya, apakah dalam neraka, atau dalam
sorga, apakah miskin atau kaya, apakah hina atau mulia, apakah jahat atau shalih,
namun manusia diberi kebebasan untuk berbuat, dan perbuatan manusia itu bisa saja
merubah takdirnya, dan takdir Allah swt ini bisa saja berubah dan tidak selamanya baku.
sebagaimana contohnya anda memiliki kolam ternak ikan, anda telah memastikan
pengaturan dan nasib ikan itu, dalam 3 bulan anda menjualnya ke pasar, anda memberinya

makan setiap pk 7 pagi (misalnya), anda memberinya vitamin setiap minggu, anda
memindahkannya ke kolam lain setiap 2 minggu.
hal hal semacam itu lumrah saja, dan takdir ikan itu ditangan anda (dari Allah yg
memasrahkannya ketangan anda).
namun bisa bisa saja anda merubah keputusan dan mengambil ikan itu beberapa untuk
dimasak sendiri, boleh saja anda memindahkan satu diantaranya untuk di taruh di
aquarium di kamar anda.
kesimpulannya bahwa anda memiliki hak penuh untuk berbuat apa saja pada ikan ikan
anda, dan semua keputusan nasib ikan itu terserah anda, bila anda memutuskannya untuk
dibuang esok maka tentunya akan terjadi,
namun bila anda memutuskannya dijual esok, lalu esok anda membatalkannya maka boleh
boleh saja dan itu sangat mungkin terjadi, namun ikan itu tak punya hak menentukan
nasibnya sendiri.
nah.. demikianlah kita dimata Allah swt, kita boleh beramal namun tetap kita tak berhak
menentukan nasib sendiri dan memastikan keinginan kita, namun Dia Yang Maha
Penyantun memberi hak kepada kita dg berubahnya takdir bila kita berdoa dan meminta
kepada
Nya,
namun sesekali bukan kewajiban Nya untuk mesti taat pada doa kita
kita bukan Jabriyah yg mengatakan bahwa Allah tidak menentukan apa apa atas nasib kita,
terserah kita sepenuhnya, faham ini sesat karena ia telah menafikan hak Allah atas ciptaan
Nya.
kita bukan pula Qadariyah yg mengatakan semua kita ini hanya boneka Allah, semua sudah
ditentukannya dan kita hanyalah wayang wayang mainan yg tdk bisa apa apa.
kita diantara keduanya, yaitu : Dia maha Menentukan segala galanya, namun ketentuan Nya
dapat berubah bila Dia menghendaki, dan doa kita bisa pula merubah ketentuan Nya,
dengan panjangnya usia, meluasnya rizki, selama hal itu dikehendaki Nya .
sahabatku yang dirahmati Allah,
salah satu kemunduran umat Islam, adalah menghindari Takdir, bukan
menghadapinya. Kalau ingin kaya, aturannya bekerja keras, bukan diam atau malasmalasan, sementara kita lebih banyak bermalas-malasan, wajar kalau tidak kaya. Orang
yang menghadapi takdir adalah mereka yang bekerja keras, sedangkan yang menghindari
adalah mereka yang bermalas-malasan. Jadi,memang benar kalau segala yang baik itu
datangnya dari Allah, karena Dia sudah menentukan segala sesuatunya dengan baik, kalau
kita mengikuti dan memahami aturan-aturan yang ada, kita akan menemukan takdir yang
baik. Sementara segala macam bencana, kecelakaan pada dasarnya memang hasil
perbuatan dan kelalaian manusia juga. Contoh, banjir bandang, logikanya, banjir tersebut

tidak perlu terjadi,jika hutan-hutan yang ada mampu menahan dan menyerap air tersebut.
Tapi, karena hutan tersebut gundul, mengalirlah air tersebut tanpa hambatan, terjadilah
banjir bandang. Siapakah yang menggundulinya ? Manusia juga. Jadi, bentuk teguran yang
terjadi, biasanya sesuai atau akibat dari apa yang dilakukan oleh manusia. dan campur
tangan Allah di dunia ini, diwakili oleh ketentuan yang sudah Dia gariskan (ditakdirkan).
Bagaimanapun jalan kita, kita terikat oleh ketentuan tersebut. Namun, kita pun dibekali
akal untuk memahami aturan-aturan tersebut, sehingga ketika kita memutuskan untuk
melakukan sesuatu, kita tidak bertindak bodoh dan celaka karena melakukan sesuatu yang
tidak
sesuai
dengan
ketentuan
lalu apa kesimpulannya, anda simpulkan sendiri saja, saya rasa sudah jelas..
jika anda tanya pendapat saya; saya akan jawab. takdir itu bisa berubah
sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka,
http://mind.donnyreza.net/takdir-rezeki-jodoh-dan-kematian/comment-page-2/

Takdir: Rezeki, Jodoh dan Kematian


Posted on Jan. 19 in with 252 comments

Epilogue
Sebelum membaca keseluruhan tulisan ini, saya ingatkan bahwa tulisan ini mungkin agak
panjang, dan mungkin akan bikin mikir-mikir jugamungkin lohhehehesoalnya, saya
juga bikinnya mikir habis-habisan. Harap dipahami bahwa tulisan berikut ini bukan untuk
menyesatkan orang lain(serem amat, pake menyesatkan segala)tapi, tulisan ini hanya
gambaran dari pemahaman saya terhadap Tema yang saya angkat. Pemahaman
berdasarkan perenungan dan pemikiran yang selama ini saya lakukan, jadi selama hayat
masih dikandung badan, tentunya akan selalu berubah jika memang ada koreksi atau
informasi yang lebih kuat dan lebih benar. Selamat membaca(mode PD : on):D

Tentang Takdir
Konsep takdir, selalu menjadi perdebatan dan pertanyaan banyak orang.
Belakangan ini, saya cukup banyak menemukan pertanyaan atau pun diskusi-diskusi
tentang takdir. Bagi Umat Islam, Takdir merupakan bagian daripada Aqidah, karena
merupakan bagian daripada Iman terhadap Qadla dan Qadar, dimana kata Takdir ini
merupakan kata yang berasal dari Qadar. Karenanya, pemahaman tentang takdir ini sangat
penting bagi seorang muslim. Sebab, pemahaman akan takdir ini akan menentukan arah
dan sikap seorang muslim terhadap berbagai hal yang terjadi selama hidupnya. Karenanya,
banyak juga ulama-ulama yang membahas konsep takdir ini dalam buku yang mereka buat.
Mengenai takdir ini, terdapat 3 golongan yang memahaminya secara berbeda.
Golongan pertama, yang berpendapat bahwa manusia itu tidak bebas sama sekali, apa yang
kita lakukan, sudah ditentukan oleh ALLAH. Golongan yang kedua, berpendapat bahwa kita
sangat bebas, apa pun yang kita lakukan, tidak ada campur tangan Tuhan sama sekali. Dan

golongan terakhir yang berpendapat bahwa apa pun yang kita lakukan semuanya ada
dalam aturan-aturan Allah, ada campur tangan Allah, tapi kita pun memiliki pilihan untuk
melakukan sesuatu.
Saya sendiri, jauh sebelum mengenal konsep takdir, memiliki pemahaman tersendiri
berdasarkan hasil berfikir dan merenung. Dalam buku Pengajaran Agama Islam karya
HAMKA, disebutkan bahwa arti Qadla itu adalah aturan, sedangkan Qadar adalah ukuran.
Jauh sebelum membaca buku tersebut, saya berfikir bahwa segala hal yang ada di muka
bumi ini, tunduk pada hukum sebab-akibat. Buat saya, pemahaman terhadap Qadla dan
Qadar itu sederhana saja. Apapun yang terjadi di bumi ini, pasti ada sebabnya, bahkan
kematian, rezeki dan jodoh pun tunduk pada hukum ini. Dalam buku tersebut juga
dikatakan bahwa hukum sebab-akibat ini lah yang kemudian disebut dengan Sunatullah.
Dalam ajaran Islam, segala yang ada di muka bumi ini mengikuti Sunnatullah, aturan Allah.
Itulah Qadla. Sedangkan Qadar adalah ukuran dari aturan-aturan tersebut. Besar-kecil
(ukuran) usaha atau ikhtiar dalam mengikuti aturan tersebut akan menentukan hasil,
karenanya hasil dari usaha inilah yang disebut dengan takdir.
Saya tidak pernah berfikir bahwa Allah mengatur kehidupan manusia ini seperti
kita memainkan catur. Tidak seperti itu. Karenanya, saya tidak setuju dengan golongan
yang pertama. Buat saya, campur tangan Allah itu ada pada aturan-aturan yang Dia buat.
Dan kita, sebagai manusia, ada dalam aturan-aturan tersebut, sehingga kita pun tidak bebas
sama sekali dari campur tangan Allah. Karenanya, saya pun tidak sepakat dengan golongan
yang kedua. Lalu, aturan yang seperti apa kah yang sudah Allah tentukan ? Segala macam
aturan. Tidak hanya tentang aturan bagaimana hidup yang benar, tapi juga aturan-aturan
terhadap alam semesta. Umur, mati, sehat, sakit, tua, rusak, itulah aturan-aturan Allah.
Contoh sederhananya begini, kita tahu, semakin tua umur suatu tali, akan semakin
lapuk dan kemampuan untuk mengangkat dan menahan bebannya pun akan semakin
berkurang, inilah Qadla. Katakanlah, jika dulu tali tersebut sanggup menahan berat 200 Kg
selama berjam-jam, maka sekarang tali tersebut hanya mampu menahan beban seberat 50
Kg, itupun kurang dari 2 jam, inilah Qadar. Masalahnya adalah, kita tidak pernah tahu
berapa beban yang sanggup tali tersebut tahan dan berapa lama, yang kita tahu, bahwa tali
tersebut sudah tua dan lapuk. Karenanya, jika ingin selamat dari kecelakaan, ketika
mengangkat benda dengan tali, atau ketika kita bergelantungan dengan tali, adalah dengan
menghindari penggunaan tali yang tua tersebut. Kita tidak bisa menantang aturan Allah
dengan nekat menggunakan tali tersebut dengan beban melebihi kemampuan tali.
Karenanya, ketika kita nekat menggunakan tali tersebut, kemudian kita celaka, tidak bisa
kita mengatakan,Ini adalah ujian dari Allah, tidak seperti itu. Karena, Allah sudah
memberikan kepada manusia akal untuk digunakan memahami aturan-aturan Allah
tersebut, jika kemudian kita menentang akal kita sendiri, dan kemudian terjadi kecelakaan,
itu akibat kelakuan kita sendiri. Bukan karena Allah yang melakukan. Karenanya, kita harus
intorspeksi, tidak bisa kita menyalahkan Allah. Takdir kita celaka, karena perbuatan kita
sendiri. Allah sudah tentukan Qadar pada tiap aturan tersebut. Karenanya, kita harus
menggunakan akal kita untuk memahami aturan tersebut dan memilih ketika melakukan
sesuatu.

Kematian pun mengikuti aturan ini. Contoh pada kasus bunuh diri. Bisa jadi, orang
yang melakukan bunuh diri belum saat nya mati. Bisa jadi, Allah sudah menentukan hari
kematiannya di waktu yang lain. Tapi, akan menjadi berantakan segala aturan yang ada jika
kemudian, misalnya, ada orang yang mencoba bunuh diri dengan minum baygon sampai
ber-galon-galon, atau mencoba memegang setrum tegangan tinggi selama berjam-jam,
masih hidup juga, alasannya, karena Allah belum menentukan hari kematiannya saat itu.
Tidak seperti itu. Allah tidak akan sekonyol itu. Allah memang sudah menentukan saat
kematian seseorang, tapi Allah pun tidak akan membiarkan aturan yang Dia buat menjadi
berantakan. Karenanya, orang tersebut harus mati, agar aturan Allah tersebut tetap
berjalan sebagaimana mestinya. Meskipun, sebetulnya, bukan saatnya dia mati. Karena itu
lah, Allah melaknat orang-orang yang bunuh diri. Bayangkan, jika orang tersebut masih
hidup, tentunya akan menyebabkan berbagai aturan kacau balau, ilmu pengetahuan
menjadi berantakan, dan mungkin, akan ada ribuan orang yang mencoba minum baygon
sebagai sarapan pagi.heu heu heu.
Kasus kecelakaan mobil atau motor karena ban pecah, tabrakan, rem blong,
semuanya mengikuti aturan yang ada. Ban pecah, bisa terjadi karena tertusuk paku, atau
tekanan udaranya kurang, atau umur bannya sudah tua, jadi bukan Allah yang
memecahkannya, aturan Allah lah yang membuat hal itu terjadi. Kasus kecelakaan lainnya,
seperti tabrakan kereta api, pesawat jatuh, kapal tenggelam, semuanya pasti ada sebab nya,
dan biasanya karena adanya sunnatullah yang dilanggar. Tapi dari situ, kita seolah-olah
ditegur oleh Allah agar melakukan segala sesuatu sesuai dengan aturan dan ukuran yang
telah ditetapkan.
Khusus untuk urusan Rezeki dan Jodoh, saya agak kesulitan juga menjelaskannya,
karena memang untuk kasus-kasus ini sering terjadi hal-hal yang agak aneh. Bukan tidak
masuk akal, hanya saja pada beberapa kasus cenderung keluar dari aturan-aturan yang
ada. Selain itu juga karena adanya persinggungan dengan takdir orang lain. Tapi, sebagian
besar tetap terikat Sunnatullah yang sudah ada.
Dalam urusan Rezeki, Islam memerintahkan untuk bekerja keras. Ingin kaya, ya
bekerja keras. Ingin urusan Rezeki lancar, carilah jalan masuknya rezeki yang baik.
Karenanya, biasanya, urusan Rezeki ini berbanding lurus dengan besarnya Usaha, apa yang
dikerjakan, dan pada siapa kita bekerja. Jadi, tidak bisa kita mengeluh, Sudah kerja banting
tulang, tapi masih kayak gini-gini aja (miskin). Pertanyaannya adalah, apa yang
dikerjakan ? Di mana bekerjanya? dan kerja pada siapa ? Kalau kerja keras siang malam,
tapi hanya sebagai penarik becak, wajar saja kalau tidak kaya, karena memang pintu nya
kecil. Kalau sebagai karyawan, wajar saja gajinya pas-pasan, karena besarnya gaji kita juga
ditentukan oleh perusahaan. Tapi, kalau jadi seorang pembicara seminar, wajar saja
bayarannya besar. Karenanya, urusan Rezeki sangat berhubungan dengan orang lain juga.
Tapi, dunia ini membuktikan bahwa orang-orang yang sukses secara finansial adalah
orang-orang yang tahu bagaimana dia harus bekerja, tahu apa yang harus dikerjakan, dan
tahu pada siapa dia harus bekerja. Tidak asal, pokoknya gua kerja. Dan untuk mencapai
ke level itu, yang paling dominan adalah kerja keras dan pengetahuan tentang strategi
mencari rezeki. Karenanya, agar rezeki menjadi lancar, kita pun harus mengkondisikan diri
kita pada situasi yang memang memungkinkan kelancaran rezeki tersebut. Tidak bisa

hanya tidur dan diam, lalu berkata, kalau udah rezeki mah pasti datang sendiri. Karena
itu, keadaan finansial kita sekarang merupakan hasil dari kerja kita diwaktu yang lalu.
Kalau misalkan kita kerja selama ini tidak kaya-kaya juga, carilah tempat yang lain, atau
pekerjaan yang lain. Tidak mungkin hanya diam saja di tempat tersebut. Kalau misalkan
sampai saatnya mati belum kaya juga, setidaknya kita sudah berusaha untuk mencari
kualitas hidup yang lebih baik.
Meksipun ada juga kasus-kasus datangnya Rezeki dari arah yang tidak bisa diduga,
tapi biasanya, hal tersebut juga terjadi dari usaha yang kita lakukan sebelumnya. Misalnya,
kita sering menolong orang lain, atau berbuat baik kepada orang lain. Sebagai rasa terima
kasih, maka orang yang ditolong tersebut memberikan uang atau rezeki lainnya kepada
kita. Itu pun, pada dasarnya, akibat usaha kita juga. Jarang sekali ada orang yang kaya
akibat nemu duit 1 milyar di jalan. Kalau warisan, itu lain lagi, biasanya warisan tersebut
merupakan hasil dari kerja keras orang yang mewariskannya. Penerima waris hanya
menerima hasilnya saja.
Nah, untuk urusan jodoh, memang sepenuhnya karena keputusan Allah. Biasanya,
untuk kasus jodoh ini, campur tangan Allah dirasakan sangat besar. Karena, kadang,
sebesar apa pun usaha yang kita lakukan, kalau memang orang yang kita incar tidak suka,
kita tidak bisa berbuat apa-apa. Karena, urusan hati ini, hanya Allah saja yang bisa
membolak-balikkannya, tentu saja dengan caraNya yang terkadang tidak bisa kita
mengerti. Tapi, tetap saja, orang-orang yang berikhtiar lebih keras, cenderung lebih cepat
mendapatkan jodohnya daripada orang-orang yang menunggu datangnya jodoh.
Karenanya, kita pun harus introspeksi diri, seberapa besar usaha kita untuk mendapatkan
jodoh tersebut
Lalu, apa fungsinya Doa ? Nah, Doa adalah harapan terhadap kondisi ideal yang kita
inginkan dan kita minta kepada Allah. Salah satu alasan mengapa Doa tidak langsung
dikabulkan adalah karena Allah lebih mengetahui kondisi kita yang sebenarnya daripada
kita sendiri. Karenanya, agar Doa kita terkabul, sering kali Allah menyiapkan kondisi kita
terlebih dahulu. Caranya, mungkin melalui kemantapan hati ketika mengambil suatu
keputusan, atau rasa gelisah ketika akan melakukan sesuatu yang salah, yang jelas, bentuk
pengabulan doa ini sangat jarang sekali yang langsung. Misalkan, kita ingin menjadi orang
yang sholeh, kemudian kita berusaha untuk mencari lingkungan yang baik agar kita bisa
menjadi sholeh. Nah, dalam pencarian itulah, biasanya Allah menolong kita, misalnya
dengan memberikan rasa tenang ketika kita bertemu orang-orang yang sholeh, atau ketika
berada di lingkungan tersebut, sehingga kita merasa betah berada disana, dan pada
akhirnya, karena sering bergaul, pelan-pelan kita pun menjadi orang yang sholeh. Tidak
ujug-ujug jadi sholeh, bisa hancur dunia persilatan. Allah hanya memberikan tuntunan,
melalui sinyal-sinyal yang dia berikan, keputusan tetap ada pada kita. Jadi, Allah tidak
memperlakukan kita seperti bidak caturKamu, ke sini aja ya? biar ntar ke neraka. ,
Nah, kamu kesana ajasupaya masuk surga..Saya kira tidak begitu. Hal tersebut tentu
saja tidak adil, percuma saja kita hidup kalau misalkan Allah sudah menentukan Kamu
masuk Surga, Kamu masuk Neraka. Dan untuk apa ada penghisaban di akhirat kalau
jelas-jelas kita masuk neraka atau surga.

Dalam buku HAMKA tersebut, dijelaskan bahwa salah satu kemunduran umat Islam,
dan menurut saya bangsa Indonesia juga, adalah menghindari Takdir, bukan
menghadapinya. Kalau ingin kaya, aturannya bekerja keras, bukan diam atau malasmalasan, sementara kita lebih banyak bermalas-malasan, wajar kalau tidak kaya. Orang
yang menghadapi takdir adalah mereka yang bekerja keras, sedangkan yang menghindari
adalah mereka yang bermalas-malasan. Jadi,memang benar kalau segala yang baik itu
datangnya dari Allah, karena Dia sudah menentukan segala sesuatunya dengan baik, kalau
kita mengikuti dan memahami aturan-aturan yang ada, kita akan menemukan takdir yang
baik. Sementara segala macam bencana, kecelakaan pada dasarnya memang hasil
perbuatan dan kelalaian manusia juga. Contoh, banjir bandang, logikanya, banjir tersebut
tidak perlu terjadi,jika hutan-hutan yang ada mampu menahan dan menyerap air tersebut.
Tapi, karena hutan tersebut gundul, mengalirlah air tersebut tanpa hambatan, terjadilah
banjir bandang. Siapakah yang menggundulinya ? Manusia juga. Jadi, bentuk teguran yang
terjadi, biasanya sesuai atau akibat dari apa yang dilakukan oleh manusia.
Fenomena-fenomena alam yang terjadi juga, pada dasarnya adalah sunnatullah agar
alam semesta ini tetap stabil. Gempa Bumi, letusan gunung merapi, dan lain-lain. Hanya
saja, mungkin, pada saat itu Allah benar-benar turun tangan agar manusia tidak sombong
dan lalai. Contoh pada kasus Tsunami di Aceh, mungkin yang terjadi pada saat itu bukan
hanya semata-mata fenomena alam biasa, tapi mungkin memang Allah memberikan
teguran secara langsung. Meskipun, secara ilmiah, masih bisa dijelaskan.
Intinya, campur tangan Allah di dunia ini, diwakili oleh ketentuan yang sudah Dia
gariskan. Tidak turun tangan langsung seperti mengatur bidak-bidak catur. Dalam
kehidupan kita, kita tidak bisa lepas dari aturan-aturan (ketentuan) tersebut.
Bagaimanapun jalan kita, kita terikat oleh ketentuan tersebut. Namun, kita pun dibekali
akal untuk memahami aturan-aturan tersebut, sehingga ketika kita memutuskan untuk
melakukan sesuatu, kita tidak bertindak bodoh dan celaka karena melakukan sesuatu yang
tidak sesuai dengan ketentuan. Namun, terkadang, dalam beberapa hal, Allah benar-benar
mengambil alih dan menyentil kehidupan kita dengan caranya yang tidak bisa kita
pahami.

Anda mungkin juga menyukai