Dariyanto*) Marsum
ABSTRAK
Pada Permenkes No.269 Tahun 2008 Pasal 8 Ayat 1 menyebutkan bahwa rekam
medis pasien disimpan sekurang-kurangnya selama 5 tahun terhitung dari tanggal
terakhir pasien berobat atau dipulangkan.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan retensi dokumen rekam medis
aktif ke inaktif diruang filing RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dengan pendekatan cross sectional. Instrumen
penelitian berupa pedoman wawancara terstruktur dan pedoman observasi dengan
cara pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara terstruktur. Data
yang telah didapat akan diolah kembali dengan teknik pengolahan sebagai berikut
pengumpulan (collecting), edit (editing), dan menyajikan data dengan analisis data
menggunakan deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian di RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara terdapat 5 orang
petugas filing semuanya berlatar belakang pendidikan SLTA. Rumah sakit sudah
mempunyai SPO (Standart Operating Prosedur) retensi tetapi petugas tidak
melaksanakan kegiatan tersebut. Retensi berkas rekam medis di RSUD RA.Kartini
Kabupaten Jepara terakhir dilakukan tahun 2006, dari tahun tersebut belum pernah
dilakukan retensi kembali sampai dengan tahun 2018. Dikarenakan petugas filing
tidak melakukan kegiatan tersebut dan tempat penyimpanan rekam medis sudah
penuh maka perlu segera dilakukan retensi rekam medis. Akhirnya proses
penyusutan dilakukan dengan cara Digitalisasi yaitu pemindaian dari berkas rekam
medis kemudian dilakukan Scan dan disimpan dalam komputer.
Sebaiknya rumah sakit mengadakan pelatihan bagi petugas filing non pendidikan
rekam medis dan informasi kesehatan agar lebih memahami pelaksanaan retensi.
Rumah sakit juga perlu segera membuat jadwal retensi arsip agar ada jadwal yang
teratur untuk melakukan retensi.
1
2
ABSTRACT
1.Pendahuluan
Permenkes Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 Rekam medis adalah berkas
yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Rekam medis harus berisikan data yang cukup untuk identifikasi pasien,
mendukung diagnosis atau sebab kedatangan pasien ke rumah sakit,
melakukan tindakan serta mendokumentasikan hasil tindakan tersebut dengan
akurat. Rekam medis dikatakan bermutu apabila rekam medis tersebut akurat,
lengkap, valid dan tepat waktu.
3
2.Metode
Jenis dan rancangan penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif
analitis, yaitu bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan
akurat terhadap proses retensi dan penyimpanan rekam medis. Populasi terdiri dari
subyek yaitu petugas rekam medis sebanyak 4 orang, kepala rekam medis1orang,
sehingga subjek sebanyak 5 orang, dan objeknya retensi dan penyimpanan berkas
rekam medis inaktif.
Adapun variabel yang digunakan sebagai indikator penilaian, terdiri dari:
1) Penyusutan arsip rekam medis, yang meliputi: pemilahan, pemindahan, dan
pemusnahan arsip.
2) Kendala-kendala penyusutan arsip rekam medis.
Sub Variabel agaar lebih jelas, penulis akan menguraikan variabel tersebut ke
dalam bentuk tabel, sebagai berikut
4
Tabel 3.1
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara mendalam (indepth interview) kepada informan utama dan
penunjang di RSU Kartini Kabupaten Jepara serta dibantu dengan
menggunakan alat tulis, voice recorder, buku catatan, dan lainnya.
6
Pembahasan
a. Pelaksanaan Retensi Rekam Medis
Berdasarkan Hasil wawancara kepada petugas rekam medis mekanisme
penyusutan berkas rekam medis di RSUD Kartini Kabupaten Jepara belum
sesuai dengan SPO karna petugas Rekam medis tidak patuh terhadap SPO
yang telah ada. dikarnakan Ruang penyimpanan Rekam medis sudah penuh
sedangkan proses penyusutan belum dilakukan akhirnya Kepala Instalasi
Rekam Medis mengambil langkah untuk mengurangi kapasitas Ruang
penyimpanan Rekam medis dengan bekerjasama dengan Pihak Ketiga untuk
melakukan kegiatan Penyusutan secara Digitalisasi yaitu pemindaian dari
berkas Rekam medis kemudian dilakukan Scan dan disimpan dalam
komputer. Tidak semua berkas rekam medis dilakukan secara Digitalisasi
hanya formulir – formulir penting saja yaitu :
a. Resume Medis
b. Laporan Operasi
c. Sertifikasi Kematian
d. Surat Kelahiran
e. Informed Consent
Setelah dilakukan pemindaian berkas rekam medis secara Digitalisasi
hasil pemindaian tersebut disimpan dalam Software yang diberikan kepada
Rumah Sakit dari Pihak Ketiga dengan aplikasi tersebut Petugas Rekam
medis dapat mencari berkas rekam medis bila sewaktu waktu dibutuhkan
untuk keperluan asuransi maupun kegiatan Responden lainnya.
Kemudian Berkas yang telah dilakukan Scanning akan dimusnahkan
dengan cara dicacah menggunakan mesin pencacah dan disaksikan oleh Tim
pemusnahan dengan bukti Berita Acara.
Hal tersebut belum sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Pelayanan
Medik tahun 1995 No. Hk. 00.06.1.501160 tentang Petunjuk Teknis
Pengadaan Formulir Rekam Medis Dan Pemusnahan Arsip Rekam Medis
Di Rumah Sakit.
Retensi berkas rekam medis di RSUD RA.Kartini Kabupaten Jepara
terakhir dilakukan tahun 2006, dari tahun tersebut belum pernah dilakukan
retensi kembali sampai dengan tahun 2018 dikarnakan petugas filing tidak
melakukan tugas tersebut sesuai SPO yang telah dibuat. Oleh karena itu
tenpat penyimpanan rekam medis di RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara
penuh sehingga telah perlu dilakukan retensi rekam medis sesuai dengan SPO
yang berlaku di RSUD RA Kartni Kab Jepara.
Saran
1. Diharapkan kepada pihak manajemen / Direktur rumah sakit untuk menambah
fasilitas ruang penyimpanan dokumen rekam medis in aktif, karena fasilitas
yang ada belum mencukupi.
2. Sebaiknya Kepala Instalasi Rekam Medis dengan tugas pokok dan
kewenangannya melakukan kontrol terhadap stafnya.
3. Pelaksanan retensi / penyusutan dilakukan sesuai SPO yang ada.
4. Sebaiknya Pelaksaan Retensi dilakukan setiap 5 tahun sekali agar tidak terjadi
penumpukan dokumen rekam medis.
5. Petugas filing diharapkan patuh dalam melaksanakan kegiatan Retensi /
penyusutan berkas rekam medis in aktif serta dapat melanjutkan kegiatan
Digitalisasi .
6. Sebaiknya diusulkan tambahan penghasilan bagi petugas yang kerjanya efektif
dan memberikan sanksi untuk petugas apabila tidak sesuai dengan peraturan
yang sudah ditetapkan.
11
5. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. (1995). Surat Edaran Dirjen Yanmed
No.Hk.00.06.1.501160 Tentang Petunjuk Teknis Pengadaan Formulir
Rekam Medis dan Pemusnahan Arsip Rekam Medis di Rumah Sakit. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Hatta. Gemala R, 2008 Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: UI Press.
Huffman, Edna K. 1994. Health Information Management. Berwyn, Illinois
Physician's Record Company.
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). (2005). Jakarta: PT (Persero) penerbitan dan
percetakan.
Lily Wijaya dan Deasy Rosmaladewi, 2017. Bahan Ajar Rekam medis dan Informasi
Kesehatan (RMIK). Jakarta : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/Per/MENKES/2008
tentang Rekam Medis. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Rustiyanto, Ery. 2012. Etika profesi: perekam medis & informasi kesehatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Shofari, Bambang (1998) tentang penjajaran dokumen rekam medis.
Sugiyono, 2010. Metodologi penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. (Ed. 1).
Bandung: Alfabeta.
Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik Nomor HK. 00.06.1.5.01160 Tahun 1995
tentang Pengadaan Formulir Rekam Medis
Statistik Instalasi Rekam Medis RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara Tahun 2019.
UU No 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Jakarta ; Indonesia
Zainal Arifin, 2013, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik,Prosedur, Bandung:
Remaja Rosdakarya.