Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

BAHAN TAMBAHAN PANGAN

(GARAM PENGEMULSI, ANTIOKSIDAN DAN GAS UNTUK KEMASAN)

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ANALISIS KIMIA


MAKANAN

DISUSUN OLEH :

1. AKTA FATIKHAH HANDAYANI I (P07134214002)


2. HERDIANI KUNTHI ROSANDANI (P07134214017)
3. MARSELINA CAHYAWATI PRATIWI (P07134214020)
4. SINDY WIDYASTUTI (P07134214038)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2016
Makalah

Bahan Tambahan Pangan

(Garam Pengemulsi,Antioksi dan dan Gas untuk Kemasan)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Kimia Makanan

Disusun oleh :

1. Akta Fatikhah Handayani I (P07134214002)


2. Herdiani Kunthi Rosandani (P07134214017)
3. Marselina Cahyawati Pratiwi (P07134214020)
4. Sindy Widyastuti (P07134214038)

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Politeknik Kesehatan Yogyakarta

Jurusan Analis Kesehatan

2016
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Toksikologi dengan lancar.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ir.Roosmarinto, M.Kes. selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan


Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
2. Bambang Supriyanta, S.Si, M.Sc. selaku Ketua Prodi D-IV Jurusan Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
3. Muji Rahayu, S.Si, A.Pt, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Analisis Kimia
Makanan.
4. Semua pihak yang tidak dapat penulis satu per satu sebutkan yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
saran dan kritik yang konstruktif selalu penulis harapkan demi perbaikan di masa yang akan
datang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

Yogyakarta, Mei 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul 1

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

A. Bahan Tambahan Pangan (BTP) 4

B. Garam Pengemulsi (Emulsifying Salt) 5

C. Antioksida (Antioxidant) 5

D. Gas untuk Kemasan (Packaging gas) 5

Daftar Pustaka11
A. Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan Pangan yang selanjutnya disingkat BTP adalah bahan yang
ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan (Permenkes
RI No. 33 Th. 2012).
Bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai
makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempuyai atau tidak
mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk
maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyediaan,
perlakuan, pewadahan, pembungkusan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk
menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu
komponan yang mempengaruhi sifat khas makanan. Nama bahan tambahan makanan
adalah nama generik, nama Indonesia atau nama Inggris (Permenkes RI No.722 Th.
1988).
B. Garam Pengemulsi (Emulsifying Salt)
1. Definisi
Garam Pengemulsi (Emulsifying salt) adalah bahan tambahan pangan untuk
mendispersikan protein dalam keju sehingga mencegah pemisahan lemak. Garam
emulsi yang boleh digunakan menurut peraturan BPOM RI contohnya, yaitu :
a. Ester asam lemak dan diasetiltartrat dari gliserol (Diacetyltartaric and fatty
acid esters of glycerol)
b. Gelatin (Edible gelatin)
Gelatin adalah zat kimia padat, tembus cahaya, tak berwarna, rapuh
(jika kering), dan tak berasa, yang didapatkan dari kolagen yang berasal dari
berbagai produk sampingan hewan. Gelatin merupakan campuran antara
peptida dengan protein yang diperoleh dari hidrolisis kolagen yang secara
alami terdapat pada tulang atau kulit binatang.Gelatin komersial biasanya
diperoleh dari ikan, sapi, dan babi. Dalam industri pangan, gelatin luas dipakai
sebagai salah satu bahan baku dari permen lunak, jeli, dan es krim.
2. Tujuan
a. Ester asam lemak dan diasetiltartrat dari gliserol
Ester asam lemak dan diasetiltartrat dari gliserol berfungsi sebagai penstabil dan
pengemulsi makanan.
b. Gelatin
Gelatin umumnya digunakan sebagai zat pembuat gel pada makanan,
farmasi, fotografi, dan pabrik kosmetik. Pada makanan gelatin berfungsi untuk
pembentuk gel, pengemulsi, pengental dan penstabil makanan.

3. Peraturan Perundang-undangan
a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
c. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5360); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun
1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3867);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424);
e. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 3 Tahun 2013;
f. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas
Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013;
g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan
Pangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 757);
h. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun
2004;

4. Nama Kimia
a. Ester asam lemak dan diasetiltartrat dari gliserol
b. Gelatin: C76H124O29N24

5. Sinonim
a. Ester asam lemak dan diasetiltartrat dari gliserol
Diacetyltartaric acid esters of mono- and diglycerides; DATEM; tartaric,
acetic and fatty acid esters of glycerol, mixed; mixed acetic and tartaric acid
esters of mono and diglycerides of fatty acids.
b. Gelatin
Gelatin edible; Hydrolised collagen

6. ADI (Acecptable Daily Intake)


a. Ester asam lemak dan diasetiltartat dari gliserol
ADI : 0 - 50 mg/kg berat badan
b. Gelatin
ADI : Tidak dinyatakan

7. Peraturan BPOM
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan
Garam Pengemulsi
8. Batas Penggunaan
a. Ester asam lemak dan diasetiltartat dari gliserol

Batas Maksimum
No. Kategori Pangan Kategori Pangan (mg/kg) sebagai total
fosfor (P)
Keju tanpa pemeraman
01.6.1 9000
(keju mentah)
01.6.2 Keju peram 9000
01.6.4 Keju olahan 9000
01.6.5 Keju analog 9000

b. Gelatin

No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg)

01.6 Keju dan keju analog 5000

C. Antioksidan (Antioxidant)
1. Definisi
Antioksidan (Antioxidant) adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah
atau menghambat kerusakan (ketengikan) pada makanan akibat oksidasi.
Jenis BTP Antioksidan yang diizinkan digunakan dalam pangan antara lain:
a. Asam askorbat (Ascorbic acid)
b. Natrium eritorbat (Sodium erythorbate)

Asam askorbat adalah salah satu senyawa kimia yang disebut vitamin C,
selain asam dehidroaskorbat. Ia berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang larut
dalam air dan memiliki sifat-sifat antioksidan. Asam askorbat bersifat asam di alam
dan larut dengan baik dalam air untuk memberikan larutan agak asam. Ini adalah
senyawa kimia organik dengan fungsi polihidroksi yang memberikan sifat
antioksidan. Oleh karena itu, asam askorbat digunakan sebagai aditif antioksidan
makanan.

Natrium eritorbat (C6H7NaO6 ) atau asam isoascorbic atau disebut juga asam
D-araboascorbic adalah stereoisomer asam askorbat dan memiliki teknologi yang
mirip aplikasi sebagai antioksidan yang larut dalam air, mengurangi agen dan
pemulung oksigen. Eritorbat merupakan antioksidan jenis baru, yang bertindak
sebagai pengawet dengan menghambat efek oksigen pada makanan, dan dapat
bermanfaat bagi kesehatan.

2. Tujuan

Tujuan penambahan antioksidan sebagai bahan tambahan pangan adalah


untuk memperlambat atau menghentikan oksidasi molekul lain.
Antioksidan menghentikan reaksi berantai dengan melengkapi kekurangan elektron
yang dimiliki radikal bebas dan menghambat reaksi oksidasi lainnya dengan
sendirinya teroksidasi. Oleh karena itu, antioksidan sering kali merupakan reduktor
seperti senyawa tiol, asam askorbat, ataupun polifenol. Penggunaan antioksidan
meliputi lemak hewani, minyak nabati, produk pangan dengan kadar lemak tinggi,
produk pangan berkadar lemak rendah, produk daging, produk ikan, dan produk lain-
lain.

3. Peraturan Perundang – undangan


a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
c. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5360);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3867);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424);
f. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 3 Tahun 2013;
g. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas
Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013;
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan
Pangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 757);
i. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun
2004;
4. Nama kimia
a. Asam askorbat (Ascorbic acid)
Nama kimia : C6H8O6
b. Natrium eritorbat (Sodium erythorbate)
Nama kimia : C6H7NaO6
5. Sinonim
a. Asam askorbat (Ascorbic acid)
Sinonim : Vitamin C; L-ascorbic acid; 2,3-didehydro-L-threo-hexono-1,4-
lactone; 3-keto-L-gulofuranolactone
b. Natrium eritorbat (Sodium erythorbate)
Sinonim : Sodium isoascorbate; sodium d-isoascorbate; 3-keto-d-
gulofuranolactose sodium enolate monohydrate; sodium isoascorbate
6. ADI
a. Asam askorbat (Ascorbic acid)
ADI : Tidak dinyatakan (not specified)
b. Natrium eritorbat (Sodium erythorbate)
ADI : Tidak dinyatakan (not specified)
7. Peraturan BPOM
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 38 Tahun 2013 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan
antioksidan.
8. Batas Penggunaan
a. Asam askorbat (Ascorbic acid)

No. Kategori Batas Maksimum


Kategori Pangan
Pangan (mg/kg)

01.1 Susu dan minuman berbasis susu CPPB

Susu fermentasi dan produk susu hasil hidrolisa


01.2 enzim renin (plain), kecuali yang termasuk kategori CPPB
01.1.2

01.3 Susu kental dan analognya (plain) CPPB

01.4 Krim (plain) dan sejenisnya CPPB

Susu bubuk dan krim bubuk dan bubuk analog


01.5 CPPB
(plain)

01.6 Keju dan keju analog CPPB

01.7 Makanan pencuci mulut berbahan dasar susu CPPB


(misalnya puding, yoghurt berperisa atau yoghurt
dengan buah)

01.8.1 Cairan whey dan produknya, kecuali keju whey CPPB

Semua produk emulsi lemak yang kadar lemaknya


02.2.1 CPPB
tidak kurang dari 80%

02.2.2 Emulsi yang mengandung lemak kurang dari 80% CPPB

Emulsi lemak tipe emulsi minyak dalam air,


02.3 termasuk produk campuran emulsi lemak dengan CPPB
atau berperisa

Makanan pencuci mulut berbasis lemak tidak


02.4 termasuk makanan pencuci mulut berbasis susu CPPB
dari kategori 01.7

Es untuk dimakan (edible ice), termasuk sherbet


03.0 CPPB
dan sorbet

04.1.2 Buah olahan CPPB

04.2.2 Sayur, rumput laut, kacang dan biji-bijian olahan CPPB

05.0 Kembang gula / permen dan cokelat CPPB

06.2 Tepung dan pati CPPB

06.3 Serealia untuk sarapan, termasuk rolled oats CPPB

Pasta dan mi serta produk sejenisnya (misalnya rice


06.4 paper, vermiseli beras/bihun), pasta kedelai dan mi CPPB
kedelai

06.5 Makanan pencuci mulut berbasis serealia dan pati CPPB


(misalnya puding nasi, puding tapioka)

Tepung bumbu (misalnya untuk melapisi


06.6 CPPB
permukaan ikan atau daging ayam)

06.7 Kue beras CPPB

06.8 Produk-produk kedelai CPPB

07.0 Produk bakeri CPPB

Daging, daging unggas dan daging hewan buruan


08.1 CPPB
mentah

Produk olahan daging, daging unggas dan daging


08.2 CPPB
hewan buruan, dalam bentuk utuh atau potongan

Produk-produk olahan daging, daging unggas dan


08.3 CPPB
daging hewan buruan yang dihaluskan

Kemasan edible (dapat dimakan) (contoh :


08.4 CPPB
selongsong sosis)

Ikan dan produk perikanan termasuk moluska,


09.0 CPPB
krustasea dan ekinodermata serta amfibi dan reptil

Produk-produk telur yang dikeringkan dan atau


10.2.3 CPPB
dipanaskan hingga terkoagulasi

Telur yang diawetkan, termasuk produk tradisional


10.3 telur yang diawetkan, termasuk dengan cara CPPB
dibasakan, diasinkan dan dikalengkan

Makanan pencuci mulut berbahan dasar telur


10.4 CPPB
(misalnya custard)
11.1 Gula mentah dan gula dimurnikan (rafinasi) CPPB

11.5 Madu CPPB

Sediaan pemanis, termasuk pemanis buatan (table


11.6 top sweeteners, termasuk yang mengandung CPPB
pemanis dengan intensitas tinggi)

12.2.2 Bumbu dan kondimen CPPB

12.3 Cuka makan CPPB

12.4 Mustard CPPB

12.5 Sup dan kaldu CPPB

12.6 Saus dan produk sejenis CPPB

Produk oles untuk salad (misalnya salad makaroni,


salad kentang) dan sandwich, tidak mencakup
12.7 CPPB
produk oles berbasis cokelat dan kacang dari
kategori 04.2.2.5 dan 05.1.3

12.8 Ragi dan produk sejenisnya CPPB

12.9 Bumbu dan kondimen dari kedelai CPPB

12.10 Protein produk CPPB

10 mg/L
dihitung
13.1.2 Formula lanjutan terhadap
produk siap
konsumsi

13.3 Makanan diet khusus untuk keperluan kesehatan, CPPB


termasuk untuk bayi dan anak-anak (kecuali (kecuali
produk kategori pangan 13.1) produk
bayi)

Pangan diet untuk pelangsing dan penurun berat


13.4 CPPB
badan

Makanan diet (contohnya suplemen pangan untuk


13.5 diet) yang tidak termasuk produk dari kategori CPPB
13.1, 13.2, 13.3, 13.4 dan 13.6

13.6 Suplemen pangan CPPB

14.0 Minuman, tidak termasuk produk susu CPPB

15.0 Makanan ringan siap santap CPPB

b. Natrium eritorbat (Sodium erythorbate)

No. Kategori Batas Maksimum


Kategori Pangan
Pangan (mg/kg)

Bahan baku berbasis buah, meliputi bubur


04.1.2.8 150
buah, pure, topping buah dan santan kelapa

Daging dan produk daging, termasuk daging


08.0 500
unggas dan daging hewan buruan

Ikan dan produk perikanan termasuk moluska,


09.0 krustasea dan ekinodermata serta amfibi dan 400
reptil
D. Gas dalam Kemasan (Packaging gas)
1. Definisi
Gas untuk Kemasan (Packaging Gas) adalah bahan tambahan pangan berupa
gas, yang dimasukkan ke dalam kemasan pangan sebelum, saat maupun setelah
kemasan diisi dengan pangan untuk mempertahankan mutu pangan dan melindungi
pangan dari kerusakan.
Jenis BTP Gas untuk Kemasan yang diizinkan digunakan dalam pangan
terdiri atas:
a. Karbon dioksida (Carbon dioxide); dan
Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang adalah sejenis
senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan
sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar
dan hadir di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi
kira-kira 387 ppm berdasarkan volume walaupun jumlah ini bisa bervariasi
tergantung pada lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang
penting karena ia menyerap gelombang inframerah dengan kuat.
Dalam Permenkes RI No 033/2012 tentang Bahan Tambahan Pangan, gas ini
termasuk sebagai bahan tambahan pangan yang diizinkan, yaitu sebagai bahan
pengarbonasi dan pengisi kemasan. Dosis harian yang dapat diterima (acceptable
daily intake, ADI) menurut Peraturan Kepala BPOM RI adalah:
a. Sebagai bahan pengarbonasi: tidak dinyatakan (not specified),
b. Sebagai gas untuk kemasan: tidak dinyatakan (not specifid).

b. Nitrogen (Nitrogen).
Nitrogen atau zat lemas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang
memiliki lambang N dan nomor atom 7. Ini adalah pniktogen paling ringan pada
temperatur kamar. Biasanya ditemukan sebagai gas tanpa warna, tanpa bau, tanpa
rasa, dan merupakan gas diatomik, sangat sulit bereaksi dengan unsur atau senyawa
lainnya. Dinamakan zat lemas karena zat ini bersifat malas, tidak aktif bereaksi
dengan unsur lainnya. Nitrogen merupakan unsur umum di alam semesta,
diperkirakan merupakan unsur ketujuh dari total kelimpahan di Bima Sakti dan Tata
Surya. Di Bumi, unsur ini membentuk sekitar 78% dari atmosfer bumi dan dengan
demikian merupakan unsur bebas yang paling melimpah.

Sifat gas nitrogen yang mampu menimbulkan kerusakan bahan pangan


segar,tidak mendukung pertumbuhan mikrobia aerobik, tetapi tidak mencegah
pertumbuhan bakteri anaerobik. Pengaruh nitrogen terhadap pertumbuhan
mikroorganisme Digunakan untuk mengusir udara dan khususnya O2 dari kemasan
pertumbuhan organisme pembusuk aerobic telah dihambat atau dihentikan. Juga
dipakai untuk menyeimbangkan tekanan gas didalam kemasan serta untuk mencegah
kemasan collapse.

2. Tujuan
Tujuan penambahan gas dalam kemasan ini adalah untuk menahan keluar
masuknya gas sehingga konsentrasi gas didalam kemasan berubah dan ini
menyebabkan laju respirasi menurun, mengurangi pertumbuhan mikroba,
mengurangi kerusakan oleh enzim serta memperpanjang masa simpan.
Penambahan gas karbon dioksida (CO2) digunakkan untuk pengaturan jumlah
gas oksigen dan gas karbondioksida di dalam kemasan penyimpanan yang tertutup
rapat sehingga kadar gas oksigen dikurangi dan gas karbondioksida dinaikkan.
Pengaturan gas dilakukan dengan cara menyedot udara didalam kemasan dan
menggantikannya dengan campuran gas oksigen dan karbondioksida dengan
perbandingan tertentu.
Sedangkan penambahan gas nitrogen digunakan untuk menyeimbangkan
tekanan gas di dalam kemasan.

3. Peraturan Perundang-undangan
a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
c. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5360);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3867);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424);
f. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 3 Tahun 2013;
g. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas
Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013;
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan
Pangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 757);
i. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK. 00.05.21.4231 Tahun
2004;

4. Nama Kimia
a. Karbon dioksida (Carbon dioxide)
Nama Kimia : CO2
b. Nitrogen (Nitrogen)
Nama Kimia : N2

5. Sinonim
a. Karbon dioksida (Carbon dioxide)
Sinonim : -
b. Nitrogen (Nitrogen)
Sinonim : Nitrogen

6. ADI (Acceptable Daily Intake)


a. Karbon dioksida (Carbon dioxide)
ADI : Tidak dinyatakan (not specified)
b. Nitrogen (Nitrogen)
ADI : Tidak dinyatakan (No ADI necessary)

7. Peraturan BPOM
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2013 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan
pangan gas untuk kemasan.

8. Batas Penggunaan
1. Karbon dioksida (Carbon dioxside)
Batas
No. Kategori
Kategori Pangan maksimum
Pangan
(mg/kg)
2. Nitr
01.1.2 Minuman berbasis susu yang berperisa dan atau ogen
difermentasi (contohnya susu coklat, eggnog, CPPB (Nitr
minuman yoghurt, minuman berbasis whey) ogen
)
01.3 Susu kental dan analognya (plain) CPPB

01.4.3 Krim yang digumpalkan (plain) CPPB

01.4.4 Krim analog CPPB

01.5 Susu bubuk dan krim bubuk dan bubuk analog


CPPB
(plain)

01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) CPPB

01.6.2 Keju peram CPPB

01.6.4 Keju olahan CPPB

01.6.5 Keju analog CPPB

01.7 Makanan pencuci mulut berbahan dasar susu


(misalnya puding, yoghurt berperisa atau yoghurt CPPB
dengan buah)

01.8.1 Cairan whey dan produknya, kecuali keju whey CPPB

02.2.2 Emulsi yang mengandung lemak kurang dari 80% CPPB

02.3 Emulsi lemak tipe emulsi minyak dalam air,


termasuk produk campuran emulsi lemak dengan CPPB
atau berperisa

02.4 Makanan pencuci mulut berbasis lemak tidak


termasuk makanan pencuci mulut berbasis susu dari CPPB
kategori 01.7

03.0 Es untuk dimakan (edible ice), termasuk sherbet dan


CPPB
sorbet
Batas
No. Kategori
Kategori Pangan maksimum
Pangan
(mg/kg)

01.1.2 Minuman berbasis susu yang berperisa dan atau


difermentasi (contohnya susu coklat, eggnog, CPPB
minuman yoghurt, minuman berbasis whey)

01.3 Susu kental dan analognya (plain) CPPB

01.4.3 Krim yang digumpalkan (plain) CPPB

01.4.4 Krim analog CPPB

01.5 Susu bubuk dan krim bubuk dan bubuk analog


CPPB
(plain)

01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) CPPB

01.6.2 Keju peram CPPB

01.6.4 Keju olahan CPPB

01.6.5 Keju analog CPB

01.7 Makanan pencuci mulut berbahan dasar susu


(misalnya puding, yoghurt berperisa atau yoghurt CPPB
dengan buah)

01.8.1 Cairan whey dan produknya, kecuali keju whey CPPB

02.2.2 Emulsi yang mengandung lemak kurang dari 80% CPPB

02.3 Emulsi lemak tipe emulsi minyak dalam air, CPPB


termasuk produk campuran emulsi lemak dengan
atau berperisa

02.4 Makanan pencuci mulut berbasis lemak tidak


termasuk makanan pencuci mulut berbasis susu dari CPPB
kategori 01.7

03.0 Es untuk dimakan (edible ice), termasuk sherbet dan


CPPB
sorbet

04.1.2 Buah olahan CPPB

04.2.2.2 Sayur, rumput laut, kacang, dan biji-bijian kering CPPB

04.2.2.3 Sayur dan rumput laut dalam cuka, minyak, larutan


CPPB
garam atau kecap kedelai

04.2.2.4 Sayur dalam kemasan kaleng, botol atau dalam retort


CPPB
pouch

04.2.2.5 Pure dan produk oles sayur, kacang dan biji-bijian


CPPB
(misalnya selai kacang)

04.2.2.6 Bahan baku dan bubur (pulp) sayur, kacang dan biji-
bijian (misalnya makanan pencuci mulut dan saus
CPPB
sayur, sayur bergula) tidak termasuk produk dari
kategori 04.2.2.5

04.2.2.8 Sayur dan rumput laut yang dimasak CPPB

05.0 Kembang gula/permen dan cokelat CPPB

06.3 Serealia untuk sarapan, termasuk rolled oats CPPB

06.4.3 Pasta dan mi pra-masak serta produk sejenis CPPB

06.5 Makanan pencuci mulut berbasis serealia dan pati CPPB


(misalnya puding nasi, puding tapioka)

06.6 Tepung bumbu (misalnya untuk melapisi permukaan


CPPB
ikan atau daging ayam)

06.7 Kue beras CPPB

06.8 Produk-produk kedelai CPPB

07.0 Produk bakeri CPPB

08.2 Produk olahan daging, daging unggas dan daging


CPPB
hewan buruan, dalam bentuk utuh atau potongan

08.3 Produk-produk olahan daging, daging unggas dan


CPPB
daging hewan buruan yang dihaluskan

08.4 Kemasan edible (dapat dimakan) (contoh :


CPPB
selongsong sosis)

09.3 Ikan dan produk perikanan termasuk moluska,


CPPB
krustasea dan ekinodermata yang semi awet

09.4 Ikan dan produk perikanan awet, meliputi ikan dan


produk perikanan yang dikalengkan atau
CPPB
difermentasi, termasuk moluska, krustasea dan
ekinodermata

10.2.3 Produk-produk telur yang dikeringkan dan atau


CPPB
dipanaskan hingga terkoagulasi

10.3 Telur yang diawetkan, termasuk produk tradisional


telur yang diawetkan, termasuk dengan cara CPPB
dibasakan, diasinkan dan dikalengkan
10.4 Makanan pencuci mulut berbahan dasar telur
CPPB
(misalnya custard)

11.6 Sediaan pemanis, termasuk pemanis buatan (table top


sweeteners, termasuk yang mengandung pemanis CPPB
dengan intensitas tinggi)

12.2.2 Bumbu dan kondimen CPPB

12.3 Cuka makan CPPB

12.4 Mustard CPPB

12.5 Sup dan kaldu CPPB

12.6 Saus dan produk sejenis CPPB

12.7 Produk oles untuk salad (misalnya salad makaroni,


salad kentang) dan sandwich, tidak mencakup produk
CPPB
oles berbasis cokelat dan kacang dari kategori
04.2.2.5 dan 05.1.3

12.8 Ragi dan produk sejenisnya CPPB

12.9 Bumbu dan kondimen dari kedelai CPPB

12.10 Protein produk CPPB

13.1.1 Formula bayi CPPB

13.1.3 Formula untuk keperluan medis khusus bagi bayi CPPB

13.3 Makanan diet khusus untuk keperluan kesehatan, CPPB


termasuk untuk bayi dan anak-anak (kecuali produk (kecuali
kategori pangan 13.1) produk
bayi)

13.4 Pangan diet untuk pelangsing dan penurun berat


CPPB
badan

13.5 Makanan diet (contohnya suplemen pangan untuk


diet) yang tidak termasuk produk dari kategori 13.1, CPPB
13.2, 13.3, 13.4 dan 13.6

13.6 Suplemen pangan CPPB

14.1.4 Minuman berbasis air berperisa, termasuk minuman


CPPB
olahraga atau elektrolit dan minuman berpartikel

14.2.1 Bir dan minuman malt CPPB

14.2.2 Cider dan perry CPPB

14.2.4 Anggur buah CPPB

14.2.5 Mead, anggur madu CPPB

14.2.6 Minuman spirit yang mengandung etanol lebih dari


CPPB
15%

14.2.7 Minuman beralkohol yang diberi aroma (misalnya


minuman bir, anggur buah, minuman cooler-spirit, CPPB
penyegar rendah alkohol)

15.0 Makanan ringan siap santap CPPB

Anda mungkin juga menyukai