DISUSUN OLEH :
2016
Makalah
Disusun oleh :
2016
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Toksikologi dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
saran dan kritik yang konstruktif selalu penulis harapkan demi perbaikan di masa yang akan
datang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
C. Antioksida (Antioxidant) 5
Daftar Pustaka11
A. Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan Pangan yang selanjutnya disingkat BTP adalah bahan yang
ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan (Permenkes
RI No. 33 Th. 2012).
Bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai
makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempuyai atau tidak
mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk
maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyediaan,
perlakuan, pewadahan, pembungkusan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk
menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu
komponan yang mempengaruhi sifat khas makanan. Nama bahan tambahan makanan
adalah nama generik, nama Indonesia atau nama Inggris (Permenkes RI No.722 Th.
1988).
B. Garam Pengemulsi (Emulsifying Salt)
1. Definisi
Garam Pengemulsi (Emulsifying salt) adalah bahan tambahan pangan untuk
mendispersikan protein dalam keju sehingga mencegah pemisahan lemak. Garam
emulsi yang boleh digunakan menurut peraturan BPOM RI contohnya, yaitu :
a. Ester asam lemak dan diasetiltartrat dari gliserol (Diacetyltartaric and fatty
acid esters of glycerol)
b. Gelatin (Edible gelatin)
Gelatin adalah zat kimia padat, tembus cahaya, tak berwarna, rapuh
(jika kering), dan tak berasa, yang didapatkan dari kolagen yang berasal dari
berbagai produk sampingan hewan. Gelatin merupakan campuran antara
peptida dengan protein yang diperoleh dari hidrolisis kolagen yang secara
alami terdapat pada tulang atau kulit binatang.Gelatin komersial biasanya
diperoleh dari ikan, sapi, dan babi. Dalam industri pangan, gelatin luas dipakai
sebagai salah satu bahan baku dari permen lunak, jeli, dan es krim.
2. Tujuan
a. Ester asam lemak dan diasetiltartrat dari gliserol
Ester asam lemak dan diasetiltartrat dari gliserol berfungsi sebagai penstabil dan
pengemulsi makanan.
b. Gelatin
Gelatin umumnya digunakan sebagai zat pembuat gel pada makanan,
farmasi, fotografi, dan pabrik kosmetik. Pada makanan gelatin berfungsi untuk
pembentuk gel, pengemulsi, pengental dan penstabil makanan.
3. Peraturan Perundang-undangan
a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
c. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5360); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun
1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3867);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424);
e. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 3 Tahun 2013;
f. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas
Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013;
g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan
Pangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 757);
h. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun
2004;
4. Nama Kimia
a. Ester asam lemak dan diasetiltartrat dari gliserol
b. Gelatin: C76H124O29N24
5. Sinonim
a. Ester asam lemak dan diasetiltartrat dari gliserol
Diacetyltartaric acid esters of mono- and diglycerides; DATEM; tartaric,
acetic and fatty acid esters of glycerol, mixed; mixed acetic and tartaric acid
esters of mono and diglycerides of fatty acids.
b. Gelatin
Gelatin edible; Hydrolised collagen
7. Peraturan BPOM
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan
Garam Pengemulsi
8. Batas Penggunaan
a. Ester asam lemak dan diasetiltartat dari gliserol
Batas Maksimum
No. Kategori Pangan Kategori Pangan (mg/kg) sebagai total
fosfor (P)
Keju tanpa pemeraman
01.6.1 9000
(keju mentah)
01.6.2 Keju peram 9000
01.6.4 Keju olahan 9000
01.6.5 Keju analog 9000
b. Gelatin
C. Antioksidan (Antioxidant)
1. Definisi
Antioksidan (Antioxidant) adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah
atau menghambat kerusakan (ketengikan) pada makanan akibat oksidasi.
Jenis BTP Antioksidan yang diizinkan digunakan dalam pangan antara lain:
a. Asam askorbat (Ascorbic acid)
b. Natrium eritorbat (Sodium erythorbate)
Asam askorbat adalah salah satu senyawa kimia yang disebut vitamin C,
selain asam dehidroaskorbat. Ia berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang larut
dalam air dan memiliki sifat-sifat antioksidan. Asam askorbat bersifat asam di alam
dan larut dengan baik dalam air untuk memberikan larutan agak asam. Ini adalah
senyawa kimia organik dengan fungsi polihidroksi yang memberikan sifat
antioksidan. Oleh karena itu, asam askorbat digunakan sebagai aditif antioksidan
makanan.
Natrium eritorbat (C6H7NaO6 ) atau asam isoascorbic atau disebut juga asam
D-araboascorbic adalah stereoisomer asam askorbat dan memiliki teknologi yang
mirip aplikasi sebagai antioksidan yang larut dalam air, mengurangi agen dan
pemulung oksigen. Eritorbat merupakan antioksidan jenis baru, yang bertindak
sebagai pengawet dengan menghambat efek oksigen pada makanan, dan dapat
bermanfaat bagi kesehatan.
2. Tujuan
10 mg/L
dihitung
13.1.2 Formula lanjutan terhadap
produk siap
konsumsi
b. Nitrogen (Nitrogen).
Nitrogen atau zat lemas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang
memiliki lambang N dan nomor atom 7. Ini adalah pniktogen paling ringan pada
temperatur kamar. Biasanya ditemukan sebagai gas tanpa warna, tanpa bau, tanpa
rasa, dan merupakan gas diatomik, sangat sulit bereaksi dengan unsur atau senyawa
lainnya. Dinamakan zat lemas karena zat ini bersifat malas, tidak aktif bereaksi
dengan unsur lainnya. Nitrogen merupakan unsur umum di alam semesta,
diperkirakan merupakan unsur ketujuh dari total kelimpahan di Bima Sakti dan Tata
Surya. Di Bumi, unsur ini membentuk sekitar 78% dari atmosfer bumi dan dengan
demikian merupakan unsur bebas yang paling melimpah.
2. Tujuan
Tujuan penambahan gas dalam kemasan ini adalah untuk menahan keluar
masuknya gas sehingga konsentrasi gas didalam kemasan berubah dan ini
menyebabkan laju respirasi menurun, mengurangi pertumbuhan mikroba,
mengurangi kerusakan oleh enzim serta memperpanjang masa simpan.
Penambahan gas karbon dioksida (CO2) digunakkan untuk pengaturan jumlah
gas oksigen dan gas karbondioksida di dalam kemasan penyimpanan yang tertutup
rapat sehingga kadar gas oksigen dikurangi dan gas karbondioksida dinaikkan.
Pengaturan gas dilakukan dengan cara menyedot udara didalam kemasan dan
menggantikannya dengan campuran gas oksigen dan karbondioksida dengan
perbandingan tertentu.
Sedangkan penambahan gas nitrogen digunakan untuk menyeimbangkan
tekanan gas di dalam kemasan.
3. Peraturan Perundang-undangan
a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
c. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5360);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3867);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424);
f. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 3 Tahun 2013;
g. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas
Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013;
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan
Pangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 757);
i. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK. 00.05.21.4231 Tahun
2004;
4. Nama Kimia
a. Karbon dioksida (Carbon dioxide)
Nama Kimia : CO2
b. Nitrogen (Nitrogen)
Nama Kimia : N2
5. Sinonim
a. Karbon dioksida (Carbon dioxide)
Sinonim : -
b. Nitrogen (Nitrogen)
Sinonim : Nitrogen
7. Peraturan BPOM
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2013 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan
pangan gas untuk kemasan.
8. Batas Penggunaan
1. Karbon dioksida (Carbon dioxside)
Batas
No. Kategori
Kategori Pangan maksimum
Pangan
(mg/kg)
2. Nitr
01.1.2 Minuman berbasis susu yang berperisa dan atau ogen
difermentasi (contohnya susu coklat, eggnog, CPPB (Nitr
minuman yoghurt, minuman berbasis whey) ogen
)
01.3 Susu kental dan analognya (plain) CPPB
04.2.2.6 Bahan baku dan bubur (pulp) sayur, kacang dan biji-
bijian (misalnya makanan pencuci mulut dan saus
CPPB
sayur, sayur bergula) tidak termasuk produk dari
kategori 04.2.2.5