Anda di halaman 1dari 2

Keluarga Sendok

Hai! Namaku sendok Teh. Aku si anak bungsu dari keluarga Cutlery.

Ibu ku bilang, besok adalah hari pertamaku bersekolah di Sekolah Dapur. Aku sangat tidak
sabar untuk berangkat sekolah bersama sahabatku Cangkir. Akupun cepat cepat tidur agar
bisa segera berangkat besok pagi pagi.

Keesokan harinya, aku dan cangkir sudah duduk di kelas pertamaku bersama dengan
teman teman baruku. Kita semua menunggu guru yang masuk ke dalam kelas. Dan tak
lama setelahnya ada suara nyaring berbunyi denting tanda sekolah akan segera di mulai.

"Selamat pagi anak anak, perkenalkan nama ku Ibu Gelas, senang bertemu dengan kalian"

Ternyata ibu guru cantik yang masuk adalah ibu wali kelas kita. Dia terlihat sangat baik hati,
aku langsung menyukainya.

Kegiatan pertama kita adalah saling berkenalan dan menceritakan tentang anggota keluarga
kita. Aku suka sekali menceritakan anggota keluarga ku. Dan setelah beberapa teman
selesai bercerita, bu Gelaspun memanggilku dan memintaku untuk mulai bercerita.

"Hai! Namaku sendok Teh. Aku si anak bungsu dari keluarga Cutlery. aku akan
memperkenalkan anggota keluargaku pada kalian." Ucapku sebagai awalan. Cangkir
memberiku semangat, dan aku pun melanjutkan cerita ku.

"Ayahku bernama Sendok makan. Kata orang ayah mirip dengan ku, hanya versi lebih tua
dan besar. Ibuku bernama Garpu, dia wanita yang tegas namun lembut. Kakak kembarku
bernama Chop dan Stick, mereka biasa dipanggil si kembar sumpit. Dan kita hidup rukun
bersama."

"Wah, pasti menyenangkan punya keluarga besar ya sendok?" Tanya atum si gelas plastik
teman baru ku. Namun sebelum aku menjawab, cangkir temanku membalasnya terlebih
dahulu.

"Oh tidak tidak. Sendok teh punya paman yang sombong dan angkuh, namanya paman
Pisau Makan. Kalau dia datang berkunjung, paman pisau selalu memamerkan
pengalamannya memotong daging steak mahal berkelas dari restoran ternama." Ucap
Cangkir yang ku akui memang begitulah pamanku.

"Lalu pamannya pernah mengetukan tubuh peraknya ke tubuh keramikku sampai aku
berbunyi 'Ting~ Ting~' hingga aku ketakutan keramikku akan lecet atau retak. Paman pisau
benar benar paman yang angkuh dan sombong huh." lanjutnya bercerita heboh.

Bu gelas memberi tahu kita bahwa kita harus menghormati siapa saja, baik anggota
keluarga sendiri ataupun anggota keluarga orang lain. Kita juga harus bisa melihat sisi baik
dari orang lain, bukan hanya melihat buruknya. Setelah diberi tahu bu guru, cangkirpun
tertawa kikuk.
"Aku setuju dengan bu Gelas. Cerita cangkir memang benar, pamanku kalau datang selalu
cerita macam macam pengalamannya dan juga suka bercanda berlebihan." Ucapku.

"Tapi aku selalu kagum dengannya yang selalu memuji keahlian orang lain setelah ia
selesai membagakan dirinya. Dia bilang setiap orang punya keahlian yang bisa
dibanggakan. Yang dia puji sebagai contoh adalah Ayahku. Ayah ahli menyendok makanan
kering atau basah untuk tuan rumah, ibuku juga selalu bisa mengangkat potongan potongan
makanan untuk tuan rumah. Kakak kembarku sumpit selalu dengan lihai mengangkat Mie
ayam dan mie lainnya. Selanjutnya, paman juga menyanjung kita, dia bilang kita sangat
kompak saat membuatkan secangkir teh yang manis untuk tuan. Paman bilang, kita harus
bisa bangga dengan keahlian kita masing masing, dan cara pamanku adalah dengan
bercerita pengalaman menakjubkannya kepada kita agar kita bisa mengetahui hal diluar
sana yang tidak bisa kita lakukan." Jelasku menyampaikan pendapatku tentang paman.

Paman adalah salah seorang panutanku. Selain dia tangguh, dia juga selalu memandang
orang lain dari sisi baik nya. Itulah mengapa aku sangat suka pada pamanku.

Selesai.

Anda mungkin juga menyukai