Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu bentuk usaha pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan bangsa (BKKBN, 2017). Agar dapat mencapai hal tersebut
maka dibuatlah beberapa carauntuk mencegah atau menunda kehamilan dan
perencanaan keluarga. Kontrasepsi yaitu obat atau alat untuk mencegah terjadinya
konsepsi/ kehamilan (BKKBN, 2011).
Pemilihan jenis kontrasepsi didasarkan pada tujuan penggunaan yaitu menunda
kehamilan pasangan dengan istri di bawah 20 tahun, menjarangkan kehamilan
(mengatur kesuburan), mengakhiri kesuburan. Pada saat sekarang ini telah banyak
beredar berbagai macam alat kontrasepsi, khususnya alat kontrasepsi metode efektif
yaitu IUD, implant, suntik dan pil. Alat kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat yaitu
aman pemakaiannya dan dapat dipercaya, efek samping yang merugikan tidak ada,
lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan, tidak mengganggu hubungan seksual,
harganya murah, dan dapat diterima oleh pasangan suami istri. Meskipun demikian,
masih banyak pasangan usia subur (PUS) yang masih enggan untuk menggunakan alat
kontrasepsi, hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia tetapi juga oleh
ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang
sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya
pertambahan penduduk.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi
b. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi
c. Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran
1.3 Batasan Operasional
a. Pelayanan keluarga berencana adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang
sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran, perencanaan jumlah keluarga
dengan menggunakan alat dan obat kontrasepsi yang mencakup pelayanan KB
pasca placenta, post partum dan interval.
b. Pasien pasca persalinan adalah pasien yang sudah bersalin dan memulihkan
kembali organ kandungan nya seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu.
c. Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan yang berkisar antara usia 20-45
tahun dimana pasangan (laki laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam
segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik.
d. Pasien yang mengalami kegagalan dan komplikasi kontrasepsi adalah pasien yang
menggunakan KB tetapi hamil, dikarenakan banyak faktor yaitu salah menghitung
masa subur, lupa dengan jadwal kontrasepsi, alat kontrasepsi yang rusak,
konsumsi obat yang berinteraksi dengan alat kontrasepsi, menyimpan alat
kontrasepsi ditempat yang tidak seharusnya.
e. Kesehatan reproduksi adalah kondisi utuh sehat sejahtera fisik, mental, dan social,
tidak hanya bebas penyakit atau kecacatan dalam system, fungsi, dan proses
reproduksi. Kesehatan seksual adalah kombinasi dari bagian kegiatan seksual yang
bersifat fisik, emosional, intelektual, dan social, sehingga sex adalah pengalaman
positif yang dapat meningkatkan kualitas hidup menjadikan lingkungan kita lebih
baik untuk kehidupan.
f. Masalah masalah kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual yaitu: disfungsi
seksual paraphilia, perilaku seksual kompulsif, kekerasan seksual, permasalahan
reproduksi.
g. Pasangan pranikah adalah pasangan laki laki dan perempuan yang akan
melakukan perjanjian pernikahan.
h. Konseling KB adalah tindakan yang dapat membantu pasien untuk keluar dari
berbagai pilihan masalah kb dan kesehatan reproduksi. Konseling yang baik,
pasien puas dalam menggunakan salah satu dari kontrasepsi terutama untuk
pasien yang baru pertama kali menggunakan kontrasepsi.
i. Informed consent adalah bukti tertulis tentang persetujuan terhadap prosedur klinik
suatu metode kontrasepsi yang akan dilakukan pada pasien yang harus di
tandatangani oleh pasien sendiri atau wali nay apabila akibat kondisi tertentu
pasien tidak dapat melakukan hal tersebut. Persetujuan diminta apabila prosedur
klinik mengandung resiko terhadap kesehatan pasien ( baik yang terduga atau tak
terduga sebelumnya ). Informed consnt berisi tentang kebutuhan reproduksi pasien,
informed choice dan prosedur klinik yang akan dilakukan : ada penjelasan tentang
resiko dalam melakukan prosedur klinik tersebut, standart prosedur yang akan
dilakukan dan upaya untuk menghindarkan resiko, pasien menyatakan mengerti
tentang semua informasi tersebut diatas dan secara sadar memberikan
persetujuannya.
j. Kartu tanda akseptor KB mandiri dipergunakan sebagai tanda pengenal dan tanda
bukti bagi setiap peserta KB, kartu ini diberikan terutama kepada peserta KB baru
baik dari pelayanan KB jalur pemerintah maupun swasta ( dokter/ bidan praktek
swasta/ apotek dan RS/ klinik KB swasta ).
k. Kartu status peserta KB dibuat bagi setiap pengunjung baru klinik KB yaitu peserta
KB baru dan peserta KB lama pindahan dari klinik KB lain atau tempat pelayanan
KB lain. Kartu ini berfungsi untuk mencatat ciri ciri akseptor hasil pemeriksaan klinik
KB dan kunjungan ulangan peserta KB.
l. Dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan (Sp.OG) adalah dokter yang
berwewenang melakukan pelayanan kesehatan reproduksi dan semua metode
kontrasepsi termasuk tubektomi dengan syarat memiliki sertifikat kompetensi/
standarisasi
m.Bidan terlatih adalah bidan terlatih yang diberi wewenang untuk membantu dokter
dalam memberikan pelayanan KB
n. Perawat terlatih adalah perawat terlatih yang diberi wewenang untuk membantu
dokter dalam memberikan pelayanan KB

1.1 Landasan Hukum


a) Peraturan Menteri Kesehatan RI No 21 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa
Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, dan Pelayanan Kesehatan Seksual
b) Pedoman Pelayanan Kontrasepsi dan Keluarga Berencana Kementerian Kesehatan
Tahun 2021
c) Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor
10 Tahun 2018
d) Undang-undang RI Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga
e) Peraturan Pemerintah RI Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi
BAB II
RUANG LINGKUP

2.1 Ruang Lingkup Pelayanan KB


Tempat pelayanan yang melaksanakan KB

RUANG KELAS KAPASITAS

Poliklinik I, II, III, VIP Terdiri dari 1 meja gyn

1 ruangan terdiri dari 1 tempat tidur


Kaber I, II, III, VIP
1 ruangan terdiri dari 1 meja gyn
Kamar
I, II, III, VIP 1 OK dilantai 2
Operasi
2.2 Kualifikasi Sumber Daya Manusia

JUMLAH JUMLAH KEKU


2.3 SERTIFIKAT STANDAR TENAGA RANG
KUALIFIKASI
PENDIDIKAN KEBUTUH YANG ADA AN
SDM
AN
TENAGA
1. Sertifikat 2 4 -
kompetensi
konsultan
fertility
Dokter Spesialis
endokrinologi
Kandungan
MEDIS 2. Sertifikat TOT
Dokter spesialis
KB
anesthesi
3. Workshop
tentang
Keluarga
Berencana
1. Pelatihan CTU 2 Di Poliklinik : -
2. Pelatihan dan 2
Workshop
Keluarga Di Ruang -
Berencana Rawat Inap
Minimal D3
KEPERAWATAN 3. Pelatihan dan 1
Kebidanan
Workshop
Manajemen -
Data

Standart Fasilitas
N RUANGAN BANGUNAN PERALATAN
O
1 POLIKLINIK terdiri dari satu kamar 1. Tempat tidur
dengan ukuran 6 m2 2. Kursi
3. Tempat cuci tangan
dengan air mengalir
4. Timbangan
5. Alokon (alat dan obat
kontrasepsi)
6. Lampu Sorot
7. Stetoskop
8. Tensimeter
9. KB Kit (IUD Kit, Implant Kit)
10. Konseling kit (Lembar
Balik, Pantum Uterus)
11. Kartu KB
12. Informed consent
2 Kamar Operasi 2 ruang operasi, luas Instrumen operasi minimal 2 set
kamar operasi 25 m2 (Terdapat 2 MOW kit)
3 Kamar bersalin Luas ruangan 12 m2 1. Ada tempat tidur dan bed
gyn, kursi, tempat cuci
tangan dengan air mengalir
2. Timbangan
3. Alkon (alat kontrasepsi)
4. Lampu sorot
5. Stetoskop
6. Tensimeter
7. KB Kit (IUD kit)
8. Informed consent

2.4 Jenis Pelayanan KB di Persada Hospital


1. KB Pasca Pesalinan
2. KB Pasca keguguran
3. KB Interval
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN

3.1 Jenis Pelayanan KB di Rumah Sakit


3.1.1 KB Pasca Persalinan
KB pasca placenta terdiri dari IUD pasca placenta, adalah IUD yang dipasang
dalam waktu 10 menit setelah lepasnya placenta pada persalinan pervaginam
ataupun SCTP. IUD yang dipasang setelah persalinan selanjutnya juga akan
berfungsi seperti IUD yang dipasang saat siklus haid. Pada pemasangan IUD pasca
placenta umumnya digunakan jenis IUD yang mempunyai lilitan tembaga yang
menyebabkan terjadi perubahan kimia di uterus sehingga sperma tidak dapat
membuahi sel telur. KBpost partum adalah metode kontrasepsi yang diberikan atau
alat kontrasepsi yang langsung di pasangkan dalam kurun waktu masa nifas atau 40
hari post partum. Adapun alat kontrasepsi yang dapat digunakan adalah KB suntik 1
bulan atau 3 bulan (untuk yang laktasi), susuk , pil KB / pil laktasi (untuk yang laktasi),
alat kontrasespsi dalam rahim (IUD), MOW post partum bagi pasangan yang ingin
berhenti atau dirasa cukup mempunyai anak atau memenuhi kreteria yang di
tetapkan.

3.1.1 KB Pasca Keguguran


KB Pasca keguguran adalah pelayanan KB yang di berikan setelah
penanganan keguguran saat di faskes atau 14 (empat belas ) hari pasca keguguran

3.1.2 KB Interval
KB interval adalah metode kontrasepsi yang diberikan atau alat kontrasepsi
yang dipasangkan pada interval waktu setelah masa nifas atau 40 hari post partum.
Adapun alat kontrasepsi yang dapat digunakan adalah KB suntik 1 bulan atau 3 bulan
(untuk yang laktasi), susuk / implan, pil KB / pil laktasi (untuk yang laktasi), alat
kontrasespsi dalam rahim (IUD), MOW pasca persalinan bagi pasangan yang ingin
berhenti atau dirasa cukup mempunyai anak atau memenuhi kreteria yang ditetapkan.

3.2 Konseling Kesehatan Reproduksi


Proses pemberian informasi kepada individu atau kelompok dengan
membahas masalah kesehatan reproduksi yang disesuaikan dengan umur dan
permasalahannya. Misalnya perilaku seksual, penyakit menular seksual dan
kehamilan yang tidak diinginkan
3.2.1 Konseling mengenai KB dan Kontrasepsi
Proses pemberian informasi tentang KB melalui penyuluhan kelompok
minimal 1 bulan sekali, dengan sasaran pasien, keluarga pasien, dan pengantar
pasien, kegiatan ini berkoordinasi dengan tim PKRS. Sebelumnya dilakukan
pembuatan SAP, Leaflet, PPT, dan undangan peserta penyuluhan, sedangkan
Konseling pemilihan metode KB pada waktu ANC menggunakan pengkajian awal
kebidanan.

3.3 Pemenuhan Regulasi pokja KB


Pemberian pelayanan kontrasepsi yang berkualitas memerlukan adanya
suatu regulasi yang mengatur dan memberikan perlindungan hukum oleh pemberi
pelayanan, maka diperlukan daftar kebutuhan regulasi, panduan, SPO.

3.4 Klasifikasi Dan Mekanisme Pelaksanaan


3.4.1 Klasifikasi Pelayanan KB di Persada Hospital
Pelayanan KB yang diselenggarakan di Persada Hospital merupakan pelayanan
KB paripurna yaitu pelayanan KB yang meliputi pelayanan kontrasepsi sempurna
ditambah pelayanan rekanalisasi, penanganan masalah kesehatan reproduksi.
Tenaga yang tersedia di pelayanan KB paripurna meliputi :
a. Dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan.
b. Dokter spesialis anastesi
c. Bidan dan perawat terlatih

3.4.2 Sistem Pelayanan


Pelayanan KB di Persada Hospital hendaknya memenuhi hal-hal dibawah ini yaitu:
a. Pelayanan dilakukan sesuai standart yang berlaku di RS
b. Pelayanan KB di RS dilakukan melalui pendekatan satu atap (one stop services)
artinya setiap pasien calon peserta KB potensial yang membutuhkan pelayanan KB
dapat dilayani kebutuhan KIE nya di beberapa unit terkait, dan setelah dilakukan
konseling serta pengambilan keputusan mengenai metode kontrasepsi yang dipilih
maka dilakukan pelayanan medis KB ditempat yang telah ditetapkan.
c. Pelayanan dilakukan secara terpadu dengan komponen kesehatan reproduksi
lainnya antara lain dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) pelayanan
pencegahan dan penanggulangan infeksi menular seksual (PP-IMS) dan pelayanan
kesehatan reproduksi remaja (dalam hal pemberian informasi tentang KB)
d. SDM dan sarana prasarana yang tersedia harus memenuhi ketentuan
e. Semua tindakan harus terdokumentasi dengan baik
f. Harus ada system monitoring dan evaluasi dalam rangka pengendalian kualitas
pelayanan
g. Pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang ( MKJP ) yang digerakkan petugas
KB yang mengalami komplikasi berat namun tidak terlindungi oleh jaminan
kesehatan.

3.4.3 Alur dan Prosedur Pasien Dalam Pelayanan KB (dibuat bagan)


3.4.3.1 Alur Pelayanan KB Pasien dari Instalasi Rawat Jalan
ALUR PELAYANAN PASIEN KB INTERVAL DI POLIKLINIK
INSTALASI RAWAT JALAN PERSADA HOSPITAL

Pasien Datang Loket Pendaftaran Ambil nomor antri

Skrining dan anamnesa


Masuk ke ruang pasien
Pemeriksaan dokter
Poli Obgyn

Pelayanan KB PEMERIKSAAN
DOKTER

Konsultasi Tindakan

APOTEK
Alur dan prosedur pasien dalam pelayanan KB meliputi:
a. Identifikasi klien
b. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
c. Konseling
d. Penapisan medis (screening)
e. Pelayanan kontrasepsi
f. Pemantauan medis dan pemberian nasehat pasca tindakan dilakukan oleh petugas
klinik / medis
g. Kunjungan kontrol
h. Evaluasi pasca pelayanan

3.4.1 Sistem Rujukan


Rujukan pelayanan kesehatan adalah upaya pelimpahan tanggung jawab dan
wewenang secara timbal balik dalam pelayanan kesehatan untuk penyelenggaraan
kesehatan paripurna.
Rujukan penyelenggaraan pelayanan KB dapat dilakukan dari unit pelayanan KB
di luar RS (RSIA/RB/puskesmas) ke RS atau unit pelayanan KB di RS lain dengan
kemampuan pelayanan KB lebih tinggi.
Rujukan dapat berlangsung secara vertical dan horizontal, rujukan balik, rujukan
internal sesuai dengan fungsi koordinasi dan jenis kemampuan yang dimiliki.
Ruang lingkup rujukan mencakup:
1. Rujukan kesehatan (rujukan tenaga ahli dan rujukan sarana / logistic)
2. Rujukan medis / kasus (rujukan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk rujukan
spesimen radiologi dan laboratorium.
Pelaksanaan pelayanan rujukan didasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Pelayanan KB belum / tidak tersedia pada fasilitas kesehatan tersebut
2. Kegagalan atau komplikasi berat yang tidak bisa ditangani oleh unit pelayanan
sederhana / diluar RS (puskesmas, bidan, RS, RB, dokter praktek swasta)
3. Kasus-kasus yang membutuhkan penanganan dengan sarana / teknologi yang
lebih canggih (misal layanan infertilitas)
BAB IV
DOKUMENTASI

Pendokumentasian bertujuan untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan pelayanan KB


dan prosentase akseptor KB. Pasien yang telah mendapatkan pelayanan KB dapat
dibuktikan dengan kartu peserta KB (K1) yang dimiliki oleh pasien dan di dokumentasikan
dalam kartu status peserta KB (K4)
Rumah sakit wajib melaksanakan pencatatan kegiatan PKBRS dan melaporkannya
secara berkala. Pencatatan pelaksanaan pelayanan KB di RS memiliki 2 mekanisme yaitu:
1. Pencatatan dan pelaporan dengan mengikuti system informasi rumah sakit
2. Pencatatan dan pelaporan KB dilakukan dengan sistematis dan satu pintu.
Pelaporan data akseptor KB baru tiap bulan ini dilaporkan dari pokja ke sekretaris
RSSIB paling lambat tanggal 5 pada bulan berikutnya, dilanjutkan ke Evapor melalui
managemen data dan dilakukan Analisa dan evaluasi program kerja tiap 3 bulan sekali.
BAB V
PENUTUP

Pelayanan KB di RS harus dipandang sebagai prioritas dalam pelaksanaan program


KB nasional serta perlu mendapat dukungan dari semua pihak.
Pelayanan KB di RS mengikuti sistem menejemen pelayanan yang ada di RS
setempat dengan tetap berorientasi pada keselamatan dan keamanan pasien.
Pelaksanaan PKBRS harus berkoordinasi dengan lintas program maupun lintas
sektor terkait.

Anda mungkin juga menyukai