Anda di halaman 1dari 3

Live in dan Pertobatan

(Stefannus Pani Surya Din)


Tanggal 3 Januari 2023, bersama teman – teman seangkatan tingkat V unit Be. Helena
berangkat menuju Paroki Were stasi Dadawea untuk mengadakan kegiatan Live in. Kegiatan
Live in diadakan dari tanggal 3 sampai 10 Januari. Ada banyak kisah yang terjalin dan terjadi
selama kegiatan Live in ini. Mulai dari kedatangan kami di stasi Dadawea sampai kami harus
berpisah dengan umat di sana dan kembali ke Ledalero.

Saya dapat mengatakan bahwa selama menjalani masa formasi dari seminari kecil hingga
seminari tinggi saat ini, Live in tahun ini adalah Live in yang paling mengesankan untuk saya
pribadi. Hal ini bukan karena tempatnya indah dan menyimpan banyak kenangan tahun – tahun
dididik di Seminari Mataloko tetapi pelajaran kehidupan yang saya peroleh dari umat stasi
Dadawea.

Saya mengatakan mendapat sebuah pelajaran kehidupan karena saya merasa sungguh
ditobatkan oleh kehidupan sebuah keluarga di mana saya tinggal selama masa Live In. Sebuah
keluarga sederhana di mana tinggal 4 orang Janda bersama seorang anak perempuan, suaminya
dan seorang anak laki – laki. Saya ditobatkan oleh keluarga ini dari bagaimana mereka hidup
saling mengasihi satu sama lain di tengah kehidupan mereka yang sederhana dan sudah lanjut
usia. Bagaimana mereka tetap bekerja dan berjuang untuk hidup walaupun seharusnya di usia
seperti itu saatnya untuk beristirahat.

Ketika bersama mereka saya teringat akan kisah Janda Miskin dalam Markus 12 : 41 –
44. Teringatnya saya akan perikop ini bukan karena keluarga di mana saya tinggal adalah orang
miskin dan melarat tetapi kehidupan mereka sangat mencerminkan janda miskin yang memberi
dari kekurangan. Oleh karena itu ada beberapa hal yang ingin saya refleksikan berdasarkan
kehidupan yang saya alami bersama mereka:

 Spiritualitas persembahan

Persembahan adalah sebuah sikap iman yang diwarnai pertama-tama sebagai


ungkapan syukur kepada Tuhan atas segala hal yang telah dikerjakan Tuhan
terhadap kita manusia. Dengan kata lain, persembahan adalah tindakan manusia
untuk mengembalikan kepada Tuhan atas segala rahmat, berkat dan cinta yang
Tuhan telah berikan kepada manusia. Unsur-unsur yang penting dalam kata
persembahan ini adalah syukur, terimakasih, kerelaan dan tulus ikhlas. Dengan
pemahaman dan spirit ini, dengan sendirinya, unsur paksa dan terpaksa dihindari,
sikap do ut des (saya memberi maka saya menerima) juga disingkirkan. Ketika
hidup bersama mereka saya melihat, merasakan dan mendengar bahwa hidup
mereka adalah sebuah persembahan untuk hidup mereka sendiri di dalam keluarga
dan setiap orang yang mereka jumpai.

Memberi dari kekurangan.

Semua manusia pasti memiliki kekurangan. Hanya saja kekurangan kita setiap
pribadi bervariasi dan berbeda; ada yang kekurangan uang, kekurangan waktu,
tenaga, kesehatan, kekurangan pengetahuan dalam bidang tertentu, kekurangan
pengalaman, dll. Si Janda dipuji oleh Yesus karena ia memberi justru dai
kekurangan, bukan dari kelimpahan. Memberi dari kekurangan melambangkan
sebuah totalitas pemberian. Dalam kacamata Yesus, memberi dari kekurangan
berarti memberikan seluruh nafkah. Totalitas pemberian tidak diukur dari
kuantitas (jumlah pemberian) pemberian melainkan dari kualitas pemberian itu
sendiri. Kualitas pemberian itu adalah perihal ketulusan dan keikhlasan, sifat
sukarela (tanpa rasa dipaksa atau terpaksa).

 Membiarkan hanya Tuhan yang menilai.


Persembahan janda miskin begitu berkualitas dalam pandangan Yesus. Cara
pandang yang tentu saja amat berbeda dari cara pandang manusia. Dalam konteks
memberi persembahan ada dua kecenderungan utama yang muncul, yakni di satu
sisi, ada orang yang enggan mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan karena dia
menilai diri dan miliknya sangat tidak berarti dan bernilai. Sebaliknya, ada orang
yang membangga-banggakan diri dan cenderung menyombongkan diri lantaran ia
menilai pemberiannya sangat besar. Kedua kecenderungan di atas sebenarnya
dapat diatasi kalau manusia berprinsip bahwa ‘biarkan Tuhan sendiri yang
menilai, bukan kita dan juga orang lain’. Tugas kita hanyalah memberi; dan
biarkan Tuhan sendiri yang mengukur dan menilai pemberian tersebut.
Tinggal bersama mereka ( ke-4 mama Janda) menyadarkan saya akan hal – hal di atas
dan bahwa kebahagian dalam hidup itu bukan terletak dari seberapa banyak dan besarnya materi
yang kita miliki tetapi bagaimana kita dalam hal ini saya pribadi menggunakan kualitas diri yang
ada untuk kepentingan sesama; Menggunakan kualitas diri untuk tulus dalam menjalani
kehidupan yang sudah dipilih; Menggunakan kualitas diri untuk tidak gampang putus asa tetapi
terus berjuang dan berserah pada Tuhan karena Dia Mahasegalanya. Terima Kasih Paroki Were,
Terima kasih Dadawea.

Anda mungkin juga menyukai