Anda di halaman 1dari 11

ISSN : 2798-9100

VOL. 1 | AGUSTUS 2021

“PELUANG DAN TANTANGAN PEMBELAJARAN


DIGITAL DI ERA INDUSTRI 4.0 MENUJU ERA 5.0”

APLIKASI TELEGRAM SEBAGAI INTERAKSI PEMBELAJARAN DI ERA


DIGITALISASI

Suchaina1, M. Bayu Firmansyah2


Universitas PGRI Wiranegara
e-mail: Suchaina.qodir@gmail.com1, firmansyahbayu970@gmail.com2

Abstrak
Pandemi COVID-19 memiliki dampak yang sangat luar biasa pada berbagai
aspek mulai dari sosial, ekonomi, kesehatan bahkan pada pelaksanaan
pendidikan. Banyak negara memutuskan untuk menutup sekolah, perguruan
tinggi dan universitas, dengan tujuaan mengurangi penyebaran COVID-19
sehingga kegiatan pembelajaran menggunakan sistem daring. Penggunaan
aplikasi telegram merupakan aplikasi yang dapat digunakan dalam kegiatan
interaksi pembelajaran pada pembelajaran daring, karena aplikasi telegram sangat
mudah di akses dan tidak membutuhkn bandwidth internet yang cukup besar
sebagaimana yang ada pada aplikasi teleconference dan tidak memberatkan bagi
mahasiswa terutama mahasiswa yang berasal dari kalangan keluarga kurang
mampu secara ekonomi. Karakteristik aplikasi telegram juga tergolong dalam
pembelajaran digital. Aplikasi telegram juga terdapat bot yang memiliki fitur dan
dapat melakukan apa saja seperti: mengajar, bermain game, melakukan
pencarian, melakukan penyiaran, mengingatkan, menghubungkan, integrasi
dengan layanan lain.
Kata kunci: Aplikasi Telegram, Interaksi Pembelajaran, dan Covid-19 Pandemic
Abstract
The COVID-19 pandemic has had a tremendous impact on various aspects
ranging from social, economic, health and even the implementation of education.
Many countries have decided to close schools, colleges and universities, with the
aim of reducing the spread of COVID-19 so that learning activities use an online
system. The use of the telegram application is an application that can be used in
learning interaction activities in online learning, because the telegram application
is very easy to access and does not require a large enough internet bandwidth as
in the teleconference application and is not burdensome for students, especially

440
A P L I K A S I T E L E G R A M S E B A G A I I N T E R A K S I P E M B E L A J A R A N | 441

students who come from low-income families. economically capable. The


characteristics of the telegram application are also classified as digital learning.
The Telegram application also has bots that have features and can do anything
like: teach, play games, search, broadcast, remind, connect, integrate with other
services.
Keywords : Telegram Aplication, Learning Activity, dan Covid-19 Pandemic

PENDAHULUAN
Dunia saat ini sedang di timpa pandemi COVID-19 yang penularannya sangat cepat
sehingga harus dilakukan social distancing dan lockdown sebagai upaya untuk mengurangi
penyebaran COVID-19. Kondisi seperti ini berdampak besar pada kehidupan dan kebiasaan
masyarakat tak terkecuali Indonesia. Indonesia merupakan negara terpadat nomor empat di
dunia, dengan demikian diprediksi akan sangat membutuhkan waktu yang lebih lama, jika
dibandingkan dengan negara-negara berpenduduk kurang padat. Saat ini coronavirus SARS-
CoV2 menghantam Cina paling parah selama bulan Desember 2019 – Februari 2020, Indonesia
melaporkan tidak ada kasus infeksi sama sekali. Hanya pada 2 Maret 2020, Presiden Joko
Widodo melaporkan dua kasus pertama yang diajukan Infeksi COVID-19 di Indonesia. (Djalante
et al., 2020).
Penyebaran virus corona ini pada awalnya sangat berdampak pada dunia ekonomi yang
mulai lesu, tetapi kini dampaknya dirasakan juga oleh dunia pendidikan. Kebijakan yang diambil
oleh banyak negara termasuk Indonesia dengan meliburkan seluruh aktivitas pendidikan,
membuat pemerintah dan lembaga terkait harus menghadirkan alternatif proses pendidikan bagi
peserta didik maupun mahasiswa yang tidak bisa melaksanakan proses kegiatan pembelajaran.
Perubahan yang ada akibat COVID-19. Banyak negara memutuskan untuk menutup sekolah,
perguruan tinggi dan universitas.
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara daring sebagaimana surat (Purwanto et al.,
2020) edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 4 tahun 2020
tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran corona virus disease
(Covid- 1 9) pada point kedua bagian “a” bahwa Belajar dari Rumah melalui pembelajaran
daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi
siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas
maupun kelulusan. Hal ini juga berlaku pada pembelajaran tingkat perguruan tinggi (kuliah).
Kondisi ini menuntut adanya solusi inovatif yang berbasis teknologi dan internet agar kegiatan
pembelajaran tetap berjalan selama pendemi COVID-19, menurut (Chick et al., 2020) solusi
inovatif tersebut berupa flipped virtual classroom model, online practice questions dan academic
conferences via teleconference.
Penelitian yang dilakukan (Chick et al., 2020) menerapkan format teleconference untuk
konferensi akademik yang diadakan pada waktu yang sama seperti waktu kuliah biasanya dengan
menggunakan perangkat lunak online komersial (GoToMeeting (LogMeIn Inc., Boston, MA)
untuk teleconference ini yang gratis untuk pengguna dengan satu akun institusional berbayar.
A P L I K A S I T E L E G R A M S E B A G A I I N T E R A K S I P E M B E L A J A R A N | 442

Format ini memungkinkan bagi peserta pelatihan dan staf untuk memiliki umpan video langsung,
sehingga dosen dapat melihat siapa yang saat ini hadir, melihat respons peserta kuliah online,
dan mengajukan pertanyaan kepada mahasiswa secara langsung dan Physical distancing tetap
terjaga dengan aman. Sebagian besar pengguna masuk dari komputer, tetapi program ini juga
dapat diakses dari smartphone dan tablet, yang memungkinkan keterlibatan pelajar dari lokasi
mana pun. Kemampuan serupa dapat diakses melalui berbagai platform, termasuk Zoom (Zoom
Video Communications, San Jose, CA), WebX WebEx (Cisco Webex, Milpitas, CA), dan Skype
(Teknologi Skype, Palo Alto, CA). Selain itu, format ini memungkinkan kita untuk merekam
semua konferensi (kecuali untuk mereka yang memiliki informasi yang dilindungi, seperti
konferensi morbiditas dan mortalitas). Setelah direkam, konferensi ini disimpan di akun cloud
yang dapat diakses oleh semua mahasiswa (anggota teleconference tersebut) untuk lihat lagi jika
membutuhkan materi pada meeting tersebut.
Penggunaan teleconference yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran menuai beberapa
masalah dan kendala diantaranya a) banyak mahasiswa yang mengeluhkan penggunakan aplikasi
teleconference membutuhkan banyak bandwidth internet, mengingat tidak mahasiswa berasal
dari keluarga kaya atau berkecukupan, b) sebagian mahasiswa berada di daerah yang agak
kesulitan sinyal internet sehingga kesulitan ketika menggunakan teleconference. Fenomena
tersebut harus segera di carikan solusi yang tepat dalam artian solusi untuk kegiatan
pembelajaran yang bisa diakses dengan mudah oleh mahasiswa tanpa harus membebani
mahasiswa sebagaimana yang tersirat pada surat edaran Surat edaran Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan
dalam masa darurat penyebaran corona virus disease (COVID-19) di atas.
Kasus pandemi COVID-19 merupakan kasus kemanusiaan yang tidak hanya berdampak
pada kesehatan tetapi sektor ekonomi dan pendidikan terkena imbas dari adanya pandemic
COVID-19. Tingkat kesehatan masyarakat menurun, sektor ekonomi juga menurun drastis,
banyak masyarakat mengalami serba kesusahan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Di sisi lain
pada saat pemberlakuan pembelajaran dengan menggunakan sistem daring banyak mahasiswa
yang merasa kesulitan karena ada tambahan biaya bagi orangtuanya untuk membeli paketan
internet dalam kapasitas yang besar agar bisa mengikuti perkuliahan daring, sehingga banyak
mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang meminta keringanan UKT
(https://www.locus.or.id/kuliah-daring-mahasiswa-minta-potongan-ukt/). Hingga akhirnya pada
tanggal 6 April 2020 kemendikbud mengeluarkan suarat edaran nomor: 331/E/E2KM/2020 yang
ditujukan pada Perguruan Tinggi Negeri untuk memberikan bantuan Sarana Pembelajaran
Daring kepada Mahasiswa (https://news.detik.com/berita/d-4967839/kemendikbud-perintahkan-
kampus-negeri-bantu-pulsa-ke-mahasiswa-kuliah-daring/2).
Penulis dalam artikel ini mencoba memberikan solusi permasalahan di atas dengan
memanfaatkan aplikasi telegram dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran selama pandemi
COVID-19. Aplikasi telegram tidak banyak menghabisan bandwidth internet, Aplikasi telegram
sejenis dengan WhatsApp, hanya saja pada telegram terdapat fitur bot. Bot adalah akun yang di
jalankan oleh aplikasi (bukan orang). Bot memiliki fitur dan dapat melakukan apa saja seperti:
mengajar, bermain game, melakukan pencarian, melakukan penyiaran, mengingatkan,
A P L I K A S I T E L E G R A M S E B A G A I I N T E R A K S I P E M B E L A J A R A N | 443

menghubungkan, integrasi dengan layanan lain. Dengan penggunaan telegram diharapkan


kegiatan pembelajaran bisa berjalan sebagaimana mestinya (Nova, 2018)

METODE
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, peneliti memilih
menggunakan pendekatan deskriptif dan metode penelitian kualitatif. Pendekatan deskriptif ialah
sebuah pendekatan yang digunakan dalam penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena yang ada, baik itu fenomena alamiah ataupun rekaya manusia
(Moleong, 2000). Sementara itu, metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dan perilaku yang dihasilkan
oleh seseorang (Moleong, 2002). Metode pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian
ini yaitu berupa angket kuesioner dan studi dokumentasi. Sumber data pada penelitian ini dibagi
menjadi dua yakni data primer dan sekunder. Sumber data primer diperoleh dari hasil kuesioner
responden, sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari sumber-sumber relevan seperti
jurnal, skripsi yang sesuai dengan teori dan rumusan masalah dalam penelitian.
Metode analisis data dilakukan dengan mengelompokkan rata-rata hasil jawaban responden
pada angket, kemudian data dianalisis sesuai kebutuhan, selanjutnya menginterpretasi hasil dari
jawaban responden berdasarkan hasil persentase, dan dideskripsikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada bagian ini akan diuraikan hasil penelitian tentang tahapan-tahapan pembelajaran
dengan menggunakan aplikasi telegram. Berikut adalah hasil dan pembahasan dalam penelitian
ini. Selama pandemi COVID-19 dilakukan berbagai upaya untuk mengurangi dan mencegah
penyebaran COVID-19 mulai dari social distancing, Physical distancing sampai perberlakuan
lockdown. Pemberlakuan ini juga diberlakukan pada kegiatan pendidikan, kegiatan pembelajaran
harus tetap berjalan dengan situasi yang tidak memperbolehkan adanya pertemuan secara tatap
muka langsung. Mayoritas alternatif solusi yang dipilih oleh dosen dalam kegiatan pembelajaran
adalah dengan menggunakan teleconference dengan harapan dosen bisa mengajar sebagaimana
biasanya dengan melakukan interaksi tatap muka tapi tetap dengan prinsip jarak jauh. Dosen juga
bisa menshare materi berupa power point yang bisa dipresentasikan seperti biasanya,
sebagaimanan juga yang dipaparkan oleh (Chick et al., 2020) pada latar belakang di atas.
Kegiatan pembelajaran menggunakan teleconference memang bisa mengganti kegiatan
pembelajaran yang dilakukan sebagaimana kegiatan tatap muka langsung hanya saja tidak
berhadapan langsung. Akan tetapi teleconference ini dirasa membebani mahasiswa ini
dikarenakan cepat menghabiskan bandwidth internet dan sinyal yang kuat. Sebagaima tahapanna
yang diketahui Pandemi COVID-19 menyebabkan gangguan sosioekonomi global. Kegiatan
ekonomi menjadi lemah dan banyak masyarakat pada kondisi kesulitan daam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari akibat pandemic COVID-19 ini. Tidak semua mahasiswa berasal
dari keluarga yang mampu sehingga jika kegiatan pembelajaran menghabiskan banyak
A P L I K A S I T E L E G R A M S E B A G A I I N T E R A K S I P E M B E L A J A R A N | 444

bandwidth internet ini kasihan mahasiswa yang berada pada perekonomian yang kurang mampu.
Selain itu juga mahasiswa yang tinggal di daerah yang sulit sinyal ini juga akan menghambat
kegiatan pembelajaran.
Penulis memberikan solusi kegiatan pembelajaran menggunakan aplikasi telegram alasanya
telegram tidak membutuhkn bandwidth internet yang cukup besar dan sinyal yang kuat.
Meskipun telegram tidak seperti teleconference yang bisa memperlihat wajah-wajah para peserta
meeting akan tetapi telegram memiliki beberapa fitur bot yang mendukung dalam kegiatan
pembelajaran, seperti bot quiz, bot pollr, bot telegraph dan lain lain.
Sebagaimana pendapat Rusman (2017: 11) Dosen harus mampu menciptakan kegiatan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi mahasiswa
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.
Hal ini juga berlaku pada kegiatan pembelajaran yang menggunakan sistem daring, sehingga
dalam pembelajaran daring dibutuhkan sebuah media pembelajaran yang adaptif, berbasis
teknologi, dan mudah untuk digunakan meskipun dalam kondisi pandemi COVID-19.
Kegiatan pembelajaran teridiri dari tahapan, yakni kegiatan awal, kegiatan inti dan
penutup.Kegiatan awal, pada kegiatan awal pembelajaran dosen memberikan apersepsi untuk
mempersiapkan mahasiswa agar bisa fokus mengikuti perkuliahan yang akan disampaikan
dengan baik dan mengabsen mahasiswa. Penggunaan telegram dalam kegiatan awal
pembelajaran bisa menggunakan fitur poll dan pollr bot seperti dibawah ini:

Gambar 1. Kegiatan Apersepsi Menggunakan Fitur Poll

Fitur poll ini digunakan untuk mempersiapkan mahasiswa apakah sudah siap apa beum
untuk melakukan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang terlihat pada gambar 1. Fasilitas ini
digunakan karena kegiatan pebelajran dilakukan secara jarak jauh dan suasana yang tidak bisa
kumpul bersama sebagaimana kuliah ofline, sehingga dosen harus memastikan bahwa semua
mahasiswa harus siap untuk kuliah sesuai dengan jadwal kuliah. Pada fasilitas poll ini terdapat
pada telegram yang menggunakan smart phone, pada fitur poll tersebut dosen dapat mengetahui
berapakah jumlah mahasiswa yang mengisi poll yang berisikan apakah sudah siap berkuliah
atau belum.
A P L I K A S I T E L E G R A M S E B A G A I I N T E R A K S I P E M B E L A J A R A N | 445

Gambar 2. Absensi Mahasiswa menggunakan Poll

Sejalan dengan pendapat (Hoekstra et al., 2009) bahwa kegiatan pembelajaran merupakan
kegiatan yang dilakukan menghasilkan perubahan perilaku atau memberikan dampak kognisi,
maka dosen tetap harus mengajarkan mahasiswa untuk bersikap jujur dan disiplin meskipun
melakukan kegiatan pembelajaran dengan kuliah daring. Fitur poll juga bisa digunakan untuk
presensi mahasiswa, salah satu kelebihan poll dengan fitur pollr adalah dalam fitur poll dosen
bisa menhentikan pengisian vote dalam poll tersebut sesuai dengan waktu yang diinginkan.
Misalnya dosen membagikn vote pada poll di awal perkuliahan maka dosen akan menghentikan
poll tersebut pada saat perkuliahan berakhir, sehingga mahasiswa tidak bisa absen ketika
mahasiswa tersebut tidak mengikuti perkuliahan. Hal ini juga mengajarkan mahasiswa untuk
jujur dan disiplin dalam perkuliahan.

Gambar 3. Absensi Mahasiswa Menggunakan Pollr Bot

Salah satu keunggulan aplikasi telegram adalah adanya fitur pollr yang bisa digunakan
untuk mengabsen mahsiswa, yang mana ini tidak ada pada aplikasi teleconference seperti zoom,
webex dan Skype, bahkan juga tidak ada pada aplikasi yang sejenis telegram seperti whatsApp.
Sebagaimana perkuliahan pada umumnya dosen akan mengabsen mahasiswa ketika kuliah,
dalam pembelajaran daring kegiatan absen juga harus dilakukan, pada penjelasan sebelumnya
kegiatan presensi mahasiwa bisa dilakukan dengan fitur poll, perbedaan antara poll dan pollr
adalah jika poll bisa dibatasi waktunya dengan menghentikannya sesuai waktu yang diinginkan
oleh dosen dan tidak tersedia pada telegram desktop. Sedangkan fitur pollr tersedia pada
smartphone dan telegram desktop, selain itu pada fitur pollr tampilannya lebih spesifik terdapat
kolom pilihan yang telah dibuat dosen seperti: masuk, telat, ijin dan sakit. Mahasiswa yang
memilih kolom tersebut namanya langsung muncul sesuai dengan kriteria yang dipilih
sebagaimana gambar 2, sedangkan pada fitur poll tidak berbentuk kolom tetapi berbentuk pilihan
A P L I K A S I T E L E G R A M S E B A G A I I N T E R A K S I P E M B E L A J A R A N | 446

dan jika dosen ingin melihat siapa sajaya yang mengisi poll dosen harus menggklik kolom view
result jadi tidak terlihat langsung seperti pollr sebagaimana yang ada pada gamabar 1.
Kegiatan inti pembelajaran, pada kegiatan inti pembelajaran dosen menguasai materi
pelajaran, pendekatan/ strategi pembelajaran, penggunaan media pembelajaran/sumber belajar,
memicu dan memelihara keterlibatan siswa, menilai proses dan hasil belajar dan penggunaan
bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran daring meskipun tidak
melakukan pembelajaran berinteraksi secara langsung untuk menciptakan suasana pembelajaran
yang interaktif, hal ini masih bisa dilakukan dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan
aplikasi telegram seperti yang ada pada gambar 4 dan gambar 5.

Pada gambar 4 di atas penulis dalam melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan


aplikasi telegram berupa penjelasan dosen tentang materi yang diajarkan dalam bentuk power
point berupa video menggunakan aplikasi Screencast-O-matic. Hal ini dilakukan agar mahasiswa
bisa menyaksikan penjelasan materi tersebut dengan jelas tidak hanya dalam bentuk slide power
point saja. Telegram selain memiliki banyak kelebihan yang telah di paparkan di atas juga
memiliki kelemahan salah satunya Dosen tidak bisa menjelaskan secara langsung pada saat
online sebagaimana yang terjadi pada teleconference.

Gambar 5.a. Kegiatan Diskusi


A P L I K A S I T E L E G R A M S E B A G A I I N T E R A K S I P E M B E L A J A R A N | 447

Gambar 5.b. Kegiatan Diskusi

Menurut Rusman (2017: 11) kegiatan pembelajaran harus mampu menciptakan suasana
yang bisa meningkatkan motivasi mahasiswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi mahasiswa untuk berpartisipasi
aktif. Kegiatan inti pembelajara menggunakan aplikasi telegram tercermin pada gambar 5,
dimana mahasiswa bisa berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran secara interaktif meski dalam
situasi yang tidak berinteraksi secara langsung.
c.Kegiatan Akhir Pelajaran
Kegiatan akhir pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan dosen untuk mengakhiri
pelajaran atau kegiatan belajar mengajar (Muchit 2007:120). Kegiatan penutup dapat dilakukan
dengan menyimpulkan materi pelajaran yang telah disampaikan dan memberikan arahan atau
kegiatan yang akan dilakukan minggu berikutnya, sebagaimana yang ada pada gambar 6 di
bawah ini.
A P L I K A S I T E L E G R A M S E B A G A I I N T E R A K S I P E M B E L A J A R A N | 448

Gambar 6. Kegiatan Penutup

SIMPULAN DAN SARAN


Pada kondisi apapun kegiatan pembelajaran harus bisa berjalan dengan baik, meskipun
pandemi COVID-19 memberikan dampak pada kegiatan pembelajaran yang harus dilaksankan
dengan pembelajaran di rumah melalui pembelajaran daring tidak boleh mengurangi atau
menghilangkan esensi dari kegiatan pembelajaran itu sendiri. Pada saat ini teknologi sudah
canggih banyak aplikasi yang bisa diguinakan oleh dosen dalam melaksankan kegiatan
perkuliahan dengan sistem daring tanpa harus mengabaikan hak mahasiswa untuk menerima
ilmu pengetahuan dan tidak mengabaikan tugas dan kewajiban dosen dalam menyampaikan ilmu
pengetahuan yang harus diajarkan pada perkuliahan.
Dosen memiliki kebebasan dalam menggunakan aplikasi apa yang digunakan dalam
perkuliahan daraing, hanya saja alangkah lebih baik jika perkuliahan daring itu dilakukan
menggunakan aplikasi yang tidak membebani mahasiswa seperti aplikasi telegram yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
A P L I K A S I T E L E G R A M S E B A G A I I N T E R A K S I P E M B E L A J A R A N | 449

DAFTAR PUSTAKA
Chick, R. C., Clifton, G. T., Peace, K. M., Propper, B. W., Hale, D. F., Alseidi, A. A., &
Vreeland, T. J. (2020). Using Technology to Maintain the Education of Residents During
the COVID-19 Pandemic. Journal of Surgical Education.
https://doi.org/10.1016/j.jsurg.2020.03.018
Djalante, R., Lassa, J., Setiamarga, D., Sudjatma, A., Indrawan, M., Haryanto, B., Mahfud, C.,
Sinapoy, M. S., Djalante, S., Rafliana, I., Gunawan, L. A., Surtiari, G. A. K., & Warsilah,
H. (2020). Review and analysis of current responses to COVID-19 in Indonesia: Period of
January to March 2020. Progress in Disaster Science, 6, 100091.
https://doi.org/10.1016/j.pdisas.2020.100091
Dunn, T. G., & Shriner, C. (1999). Deliberate practice in teaching: What teachers do for self-
improvement. Teaching and Teacher Education, 15(6), 631–651.
https://doi.org/10.1016/S0742-051X(98)00068-7
Hoekstra, A., Brekelmans, M., Beijaard, D., & Korthagen, F. (2009). Experienced teachers’
informal learning: Learning activities and changes in behavior and cognition. Teaching and
Teacher Education, 25(5), 663–673. https://doi.org/10.1016/j.tate.2008.12.007
Kwakman, K. (2003). Factors affecting teachers’ participation in professional learning activities.
Teaching and Teacher Education, 19(2), 149–170. https://doi.org/10.1016/S0742-
051X(02)00101-4
Lohman, M. C., & Woolf, N. H. (2001). Self-initiated learning activities of experienced public
school teachers: Methods, sources, and relevant organizational influences. Teachers and
Teaching: Theory and Practice, 7(1), 59–74. https://doi.org/10.1080/13540600123835
Meirink, J. A., Meijer, P. C., & Verloop, N. (2007). A closer look at teachers’ individual learning
in collaborative settings. Teachers and Teaching: Theory and Practice, 13(2), 145–164.
https://doi.org/10.1080/13540600601152496
Nova, S. P. (2018). Efektivitas Komunikasi Aplikasi Telegram Sebagai Media Informasi
Pegawai PT.Pos Indonesia (Persero) Kota Pekanbaru. Foreign Affairs, 91(5), 1689–1699.
Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., Santoso, P. B., Wijayanti, L. M., Choi, C. H., & Putri, R.
S. (2020). Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses Pembelajaran
Online di Sekolah Dasar. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling,
2(1), 1–12.
Scribner, J. P. (1999). Professional development: Untangling the influence of work context on
teacher learning. Educational Administration Quarterly, 35(2), 238–266.
https://doi.org/10.1177/0013161x99352004
Smaller, H. (2008). Teacher Informal Learning and Teacher Knowledge: Theory, Practice and
Policy. International Handbook of Educational Policy, 543–568. https://doi.org/10.1007/1-
4020-3201-3_27
A P L I K A S I T E L E G R A M S E B A G A I I N T E R A K S I P E M B E L A J A R A N | 450

Van Eekelen, I. M., Boshuizen, H. P. A., & Vermunt, J. D. (2005). Self-regulation in higher
education teacher learning. Higher Education, 50(3), 447–471.
https://doi.org/10.1007/s10734-004-6362-0

Anda mungkin juga menyukai