Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF PADA BUKU TEMATIK

TERPADU KURIKULUM 2013 SD/MI TEMA 2 KELAS V


(PERISTIWA DALAM KEHIDUPAN)

Putri Patrisia1, Marina2, A. Sitti Nurhaliza Juvita3, Natasyah4,


Rijal5, Khairil6, Abd. As’ad Dzaky7
1
IAIM Sinjai, Fakultas Ekonomi dan Hukum Islam, Prodi Ekonomi Syariah
2
IAIM Sinjai, Fakultas Ekonomi dan Hukum Islam, Prodi Ekonomi Syariah
3
IAIM Sinjai, Fakultas Ekonomi dan Hukum Islam, Prodi Ekonomi Syariah
4
IAIM Sinjai, Fakultas Ekonomi dan Hukum Islam, Prodi Ekonomi Syariah
5
IAIM Sinjai, Fakultas Ekonomi dan Hukum Islam, Prodi Ekonomi Syariah
6
IAIM Sinjai, Fakultas Ekonomi dan Hukum Islam, Prodi Ekonomi Syariah
7
IAIM Sinjai, Fakultas Ekonomi dan Hukum Islam, Prodi Ekonomi Syariah
Email. Putripatrisiaa2@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengnalisis kalimat efektif Pada
Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 SD/MI Tema 2 Kelas V (Peristiwa Dalam
Kehidupan). Metode yang digunakan adalah deskriptif analitik adapun metode
pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka dengan teknik baca dan
teknik catat, peneliti mengelompokkan kalimat yang efektif dan kalimat yang kurang
efektif. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah klasifikasi data dengan
mengelompokkan data, kemudian data yang sudah dikelompokkan tersebut di analisis
dengan menggubah kalimat tidak efektif menjadi kalimat efektif. Berdasarkan hasil
analisis dapat diketahui bahwa pada buku ini sebagian besar telah memenuhi syarat
kalimat efektif contohnya terdapat pada penggunaan konjungsi, penggunaan subjek
dan predikat, serta penggunaan gagasan pokok dalam teks bacaan. Akan tetapi, masih
terdapat kesalahan dalam penulisan kalimat efektif. Kesalahan tersebut diantaranya:
ketidaktepatan penggunaan struktur bahasa, pengulangan imbuhan kata yang terlalu
sering, pemilihan kata yang tidak tepat, dan masih banyak kalimat yang bertele-tele.
Adapun penggunaan tanda baca yang masih salah terdapat pada pemilihan tanda baca
koma (,) dan tanda seru (!). Penggunaan kalimat efektif dalam teks bacaan harus
menjadi perhatian penting dalam pemilihan buku ajar agar pembelajaran dapat
berjalan lancar, peserta didik dapat memahami materi bacaan dengan mudah,
sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal.

Kata Kunci: Kalimat efektif, buku tematik

1. PENDAHULUAN
Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan
kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar atau

1
pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat,
pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan
lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi,
kadang-kadang harapan itu tidak tercapai karena ada sebagian lawan bicara atau
pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan
(Suyanto, 2015, h. 41).
Pengembangan kalimat efektif dapat dilakukan sebagai sarana untuk
mengungkapkan dan penangkapan pesan agar komunikasi menjadi berterima atau
komunikatif. Tidak terlepas dari pola persyaratan kebenaran dan perasyaratan
kecocokan, tetapi semua yang bersangkutan dengan kalimat efektif harus
diperhatikan. Kalimat yang baik dan benar harus disusun berdasarkan kaidah-
kaidah yang berlaku seperti unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap
kalimat, harus memperhatikan ejaan, dan memiliki kata (diksi) yang tepat dalam
kalimat. Dengan memenuhi kaidah-kaidah tersebut, maka kalimat yang
disampaikan akan mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar. Markhamah
(2013), menyatakan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi
penalaran. Kalimat yang memenuhi penalaran artinya kalimat yang secara nalar
dapat diterima, kalimat yang diterima oleh akal sehat. Kalimat seperti ini adalah
kalimat yang dapat dipahami dengan mudah, cepat, tepat, dan tidak menimbulkan
salah pengertian (h. 31).
Suatu kalimat dikatakan efektif apabila memenuhi syarat dan pola-pola
untuk membentuknya, sebagaimana dikemukakan Putrayasa & Susana
(2007)bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan
informasi secara sempurna karena memenuhi syarat-syarat pembentuk kalimat
efektif tersebut (h. 66).
Secara garis besar, ada dua syarat kalimat efektif, yaitu
(a) pemilihan kata (diksi) dan penggunaan ejaan,
(b) memiliki struktur dan ciri kalimat yang efektif.
Keraf (1984: 36) berpendapat, kalimat efektif tidak hanya sanggup
memenuhi kaidah-kaidah atau pola-pola sintaksis, tetapi juga harus mencakup
beberapa aspek lainnya yang mend(Suyanto, 2015)ukungnya. Hal ini ditandai
oleh:
(a) penulisan secara aktif sejumlah kosakata dan istilah,
(b) penguasaan kaidah-kaidah sintaksis yang aktif dan produktif,
(c) kemampuan mencantumkan gaya yang paling sesuai untuk
menyampaikan gagasan, dan
(d) tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kailmat efektif adalah kalimat yang memiliki kekuatan atau kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca.
Jadi, kalimat efektif selalu menonjolkan gagasan pokok dengan menggunakan
penekanan agar dapat diterima oleh pembaca.

2
Adapun ciri-ciri kalimat efektif diantaranya sebagai berikut (Suyanto, 2015
h.43-51).
1. Kesatuan dan Kesepadanan
Dalam suatu kalimat harus ada keseimbangan antara pikiran atau
gagasan dengan struktur bahasa yang dipergunakan. Kesepadanan kalimat
dapat dilihat dari struktur bahasa dalam mendukung gagasan atau konsep yang
merupakan kepaduan pikiran.
a. Subjek (S) dan Predikat (P)
Kata merupakan unsur kalimat secara bersama-sama dan menurut
sistem tertentu membentuk struktur. Sebagai unsur kalimat, kata-kata itu
masing-masing menduduki fungsi tertentu. Unsur-unsur yang dimaksud
adalah subjek dan predikat. Kalimat sekurang-kurangnya memiliki unsur inti
atau pokok pembicara.
Contoh:
(1) Mencabut gigi hanya dilakukan dalam keadaan terpaksa.
(2) Mira menulis surat untuk neneknya di Palembang.
Kata mencabut gigi dan Mira pada kalimat (1) dan (2) berfungsi
sebagai subjek, sedangkan kata dilakukan dan menulis berfungsi sebagai
predikat.
Menurut Chaer (2006), kalimat sederhana dibentuk dari sebuah klausa
yang unsur-unsurnya berupa kata atau frasa sederhana. Menurut strukturnya
(adanya subjek, predikat, objek, dan keterangan), sebuah kalimat sederhana
dalam bahasa Indonesia memiliki pola:
(1) Subjek + Predikat
Contoh: Ibuku tertawa.
(2) Subjek + Predikat + Objek
Contoh: Ibu menjahit baju adik.
(3) Subjek+Predikat+Objek + Keterangan
Contoh: Ibu menjagit baju adik semalam
(4) Subjek + Predikat + Objek + Objek
Contoh: Ibu membelikan adik baju baru (h. 329).
Menurut Widjono (2007), pola kalimat dasar sekurang-kurangnya
terdiri atas subjek (S) dan predikat (P). Pola kalimat dasar mempunyai ciri-
ciri:
(1) berupa kalimat tunggal (satu S, satu P, satu O, satu pel, satu K),
(2) sekurang-kurangnya terdiri dari satu subjek (S) dan satu predikat (P),
(3) selalu diawali dengan subjek,
(4) berbentuk kalimat aktif,
(5) unsur tersebut ada yang berupa kata dan ada yang berupa frasa, dan
(6) dapat dikembangkan menjadi kalimat luas dengan memperluas subjek,
predikat, objek, atau keterangan (h. 156).
Dari beberapa pendapat ahli tentang kalimat dasar atau kalimat

3
sederhana di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat dasar atau kalimat
sederhana adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, sekurang-kurangnya
terdiri atas subjek (S) dan predikat (P), berbentuk kalimat aktif, dan selalu
diawali dengan subjek.
b. Kata Penghubung Intrakalimat dan Antarkalimat
Kata penghubung (konjungsi) yang menghubungkan kata dengan kata
dalam sebuah frase (kelompok kata) atau menghubungkan klausa dengan
klausa di dalam sebuah kalimat disebut konjungsi intrakalimat.
Contoh:
(1) Proyek ini akan berhasil dengan baik, jika semua anggota bekerja sesuai
dengan petunjuk.
(2) Kami semua bekerja keras, sedangkan dia hanya bersenang-senang.
c. Gagasan Pokok
Dalam menyusun kalimat kita harus mengemukakan gagasan pokok.
Gagasan pokok pada diletakkan pada bagian depan kalimat. Jika seorang
penulis hendak menggabungkan dua kalimat, maka penulis harus
menentukan bahwa kalimat yang mengandung gagasan pokok harus menjadi
induk kalimat.
Contoh:
(1) Ia ditembak mati ketika masih dalam tugas militer.
(2) Ia masih dalam tugas militer ketika ditembak mati.
Gagasan pokok dalam kalimat (1) ialah ia ditembak mati. Gagasan
pokok dalam kalimat (2) ialah ia masih dalam tugas militer. Oleh sebab itu,
ia ditembak mati menjadi induk kalimat dalam kalimat (1) sedangkan ia
masih dalam tugas militer menjadi induk kalimat dalam kalimat (2)
2. Kesejajaran
Kalimat efektif harus mengandung kesejajaran antara gagasan yang
diungkapkan dan bentuk bahasa sebagai sarana pengungkapnya. Kesejajaran
dalam kalimat adalah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau
konstruksi bahasa yang sama dan dipakai dalam susunan serial. Jika sebuah
gagasan dalam suatu kalimat dinyatakan dengan frase (kelompok kata), maka
gagasangagasan lain yang sederajat harus dinyatakan dengan frase. Jika sebuah
gagasan dalam suatu kalimat dinyatakan dengan kata benda (misalnya bentuk
pe-an, dan ke-an), maka gagasan lain yang sederajat harus dengan kata benda
juga. Kesejajaran akan membantu memberi kejelasan kalimat secara
keseluruhan. Jika dilihat dari bentuknya, kesejajaran dapat menyebabkan
keserasian. Jika dilihat dari segi makna atau gagasan yang diungkapkan,
kesejajaran dapat menyebabkan informasi yang diungkapkan menjadi sistematis
sehingga mudah dipahami.
a. Kesejajaran Bentuk
Bentukan kalimat yang tidak tersusun secara sejajar dapat
mengakibatkan kalimat itu tidak serasi.

4
Contoh:
(1) Program kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi pimpinan belum
menyetujuinya.
Kesejajaran bentuk pada kalimat (1) disebabkan oleh penggunaan
bentuk kata kerja pasif diusulkan yang dikontraskan dengan bentuk aktif
menyetujui. Agar menjadi sejajar, bila bagian yang pertama menggunakan
bentuk pasif, hendaknya bagian kedua pun menggunakan bentuk pasif.
Sebaliknya, jika yang pertama aktif, berikutnya pun sebaiknya aktif. Dengan
demikian, kalimat tersebut akan memiliki kesejajaran jika bentuk kata
kerjanya diseragamkan menjadi seperti berikut ini.
a) Program kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi belum disetujui
pimpinan.atau
b) Kami sudah lama mengusulkan program ini, tetapi pimpinan belum
menyetujuinya.
b. Kesejajaran Makna
Masalah yang sering dihadapi dalam penyusunan kalimat, terutama
yang menyangkut penataan gagasan, adalah masalah penalaran. Penalaran
dalam sebuah kalimat merupakan masalah pokok yang mendasari penataan
gagasan. Seperti diketahui, bahasa dan penalaran atau pola piker pemakainya
mempunyai kaitan yang sangat erat. Jika pikiran pemakainya sedang kacau,
misalnya, bahasa yang dipakai pun cenderung kacau pula. Kekacauan itu
dapat diketahui perwujudannya dalam susunan kalimat yang tidak teratur dan
berbelit-belit.
3. Penekanan
Setiap kalimat memiliki sebuah gagasan pokok. Inti pikiran ini biasanya
ingin ditekankan atau ditonjolkan oleh penulis atau pembicara. Seorang
pembicara akan member penekanan pada bagian kalimat dengan memperlambat
ucapan, meningkatkan suara, dan sebagainya. Penekanan dalam kalimat adalah
upaya pemberian aksentuasi, pementingan atau pemusatan perhatian pada salah
satu unsure atau bagian kalimat, agar unsure atau bagian kalimat yang diberi
penegasan/penekanan itu lebih mendapat perhatian dari pendengar atau
pembaca. Dalam penulisan ada berbagai cara untuk memberi penekanan pada
kalimat, antara lain dengan cara pemindahan letak frase dan mengulangi
katakata yang sama.
a. Pemindahan Letak Frase
Untuk memberi pada bagian tertentu sebuah kalimat, penulis dapat
memindahkan letak frase atau bagian kalimat itu pada bagian depan kalimat.
Cara ini disebut juga pengutamaan bagian kalimat.
Contoh:
(1) Prof. Dr. Herman Yohanes berpendapat, salah satu indikator yang
menunjukkan tidak efisiennya pertamina adalah rasio yang masih
timpang antara jumlah pegawai pertamina dan produksi minyaknya

5
(2) Salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya pertamina,
menurut Prof. Dr. Herman Yohanes adalah rasio yang masih timpang
antara jumlah pegawai pertamina dan produksi minyaknya.
(3) Rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai pertamina dan
produksi minyaknya adalah salah satu indikator yang menunjukkan
tidak efisiennya pertamina. Demikian pendapat Prof. Dr. Herman
Yohanes
Kalimat 1, 2 dan 3 tersebut menunjukkan bahwa gagasan yang
dipentingkan diletakkan di bagian awal kalimat. Dengan demikian, walaupun
ketiga kalimat tersebut mempunyai pengertian yang sama, tetapi ide pokok
menjadi berbeda.
b. Mengulangi Kata-kata yang Sama
Pengulangan kata dalam sebuah kalimat kadang-kadang diperlukan
dengan maksud member penegasan pada bagian ujaran yang dianggap
penting. Pengulangan kata yang demikian dianggap dapat membuat
maksud kalimat menjadi lebih jelas
Contoh:
(1) Dalam pembiayaan harus ada keseimbangan antara pemerintah dan
swasta, keseimbangan domestik luar negeri, keseimbangan perbankan
dan lembaga keuangan nonbank.
(2) Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai
banyak dimensi, tidak hanya berdimensi ekonomi tetapi juga dimensi
politik, dimensi social, dan dimensi budaya.
Kalimat 1 dan 2 di atas lebih jelas maksudnya dengan adanya
pengulangan pada bagian kalimat (kata) yang dianggap penting
4. Kehematan dalam Mempergunakan Kata
Kehematan dalam kalimat efektif merupakan kehematan dalam
pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya yang dianggap tidak perlu. Sebuah
kata dikatakan hemat bukan karena jumlah katanya sedikit. Kehematan itu
menyangkut tentang gramatikal dan makna kata. Yang utama adalah seberapa
banyaknya kata yang bermanfaat bagipembaca atau pendengar. Kehematan
adalah adanya hubungan jumlah kata yang digunakan dengan luasnya
jangkauan makna yang diacu.
5. Kevariasian dalam Struktur Kalimat
Seseorang akan dapat menulis dengan baik apabila ia juga seorang
pembaca yang baik. Akan tetapi, pembaca yang baik tidak berarti ia juga
penulis yang baik. Seorang penulis harus menyadari bahwa tulisan yang
dibuatnya akan dibaca orang lain. Sebuah bacaan atau tulisan yang baik
merupakan suatu komposisi yang dapat memikat pembacanya untuk terus
membaca sampai selesai. Agar dapat membuat pembaca terpikat tidaklah dapat
dilakukan begitu saja. Hal ini memerlukan pengetahuan tentang bagaimana
seharusnya menulis. Menulis memerlukan ketekunan, latihan, dan pengalaman.

6
Kelincahan dalam penulisan tergambar dalam struktur kalimat yang
digunakan. Ada kalimat yang dimulai dengan subjek, ada pula yang dimulai
dengan predikat atau keterangan. Ada kalimat yang pendek dan ada kalimat
yang panjang. Tulisan yang mempergunakan pola serta bentuk kalimat yang
terusmenerus sama akan membuat suasana menjadi kaku dan monoton atau
datar sehingga membaca menjadi kegiatan yang membosankan. Oleh sebab itu,
untuk menghindarkan suasana monoton dan rasa bosan, suatu paragraf dalam
tulisan memerlukan bentuk pola, dan jenis kalimat yang bervariasi. Kalimat
efektif diperlukan dalam berbahasa karena menggunakan kalimat
efektif gagasan atau ide dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca selain itu
penggunaan kalimatnya hemat sehingga tidak menimbulkan banyak kata-kata
yang tidak penting (majemuk).
Untuk menghindari kalimat tidak efektif perlu memerhatikan beberapa
faktor penyebab ketidakefektifan kalimat. ketidakefektifan kalimat dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi:
(a) kontaminasi atau kerancuan,
(b) pleonasme,
(c) ambiguitas,
(d) ketidakjelasan unsur kalimat,
(e) kemubaziran preposisi,
(f) kesalahan nalar,
(g) ketidaktepatan bentuk kata,
(h) ketidaktepatan makna kata,
(i) pengaruh bahasa daerah, dan
(j) pengaruh bahasa asing (Putrayasa & Susana, 2007, h. 101).
Bahasa adalah salah satu alat yang dipakai manusia untuk
berkomunikasi dan berinteraksi. Bahasa merupakan salah satu sarana yang baik
untuk mengekpresikan suatu perasaan dan emosi. Dalam menyatakan atau
menyampaikan perasaan dan emosi manusia membutuhkan pengakuan dan
eksistensi dari manusia lain, hal itu diwujudkan dalam hal berkomunitas dengan
orang lain. Manusia berkomunitas untuk memenuhi kebutuhan akan berinteraksi
dan bersosialisasi dengan orang lain dengan berbicara, mendengar, dan juga
menyampaikan pendapat (Hayati, 2021).
Berkomunikasi dapat kita sebut sebagai salah satu kebutuhan dasar
manusia. Dalam berkomunikasi dan berkomunitas kita membutuhkan orang lain
untuk memberikan feedback atau timbal balik, oleh karena itu kita
membutuhkan suatu masyarakat atau paling tidak suatu komunitas dalam
masyarakat dimana kita dapat berkomunikasi. Bahasa yang jelas dapat
menciptakan keadaan efektif untuk menjalin komunikasi sosial. Informasi yang
ingin disampaikan akan mudah dipahami jika disampaikan dengan bahasa yang
baik. Tanpa bahasa, komunikasi tidak dapat dilakukan dengan baik dan interaksi
sosial pun tidak akan pernah terjadi. Karena tanpa bahasa, siapa pun tidak akan

7
dapat mengekspresikan diri untuk menyampaikan kepada orang lain. Dalam
mengungkapkan suatu gagasan atau informasi yang dapat dipahami oleh
pendengar atau pembaca maka diperlukan suatu kalimat yang efektif (Hastuti &
Neviyarni, 2021).
Penggunaan bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar, mulai
dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Sehubungan dengan
itu, Lismelinda (2017), menyatakan bahwa untuk memperlancar kegiatan
belajar mengajar, materi pelajaran yang terdapat dalam buku ajar harus
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (h. 176). Kelancaran
proses belajar mengajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal
yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran adalah kurikulum, pengajar, dan
buku ajar. Jadi, salah satu sarana penunjang dalam kelancaran pembelajaran
adalah penggunaan buku ajar. Seorang guru harus pintar memilih buku ajar
yang digunakan. Pemilihan buku ajar seharusnya tidak hanya memperhatikan
materi pelajaran yang terdapat dalam buku tersebut, tetapi juga penggunaan
bahasanya.
Pada anak sekolah dasar merupakan pintu gerbang bagi siswa memasuki
dunia pendidikan formal. Oleh sebab itu, penggunaan bahasa dalam buku ajar
harus diperhatikan agar siswa tidak hanya pandai membaca tetapi juga dapat
memahami isi bacaan yang dibacanya. Bahan bacaan yang terdapat dalam buku
ajar harus memperhatikan penggunaan kalimat yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia. Siswa sekolah dasar masih memiliki tingkat pemahaman
yang sederhana. Oleh sebab itu, kalimat yang digunakan juga harus kalimat
sederhana dan efektif sehingga siswa dapat memahami isi bacaan yang
dibacanya. Dari beberapa temuan yang sering kita jumpai bahwa dalam buku
paket banyak ditemukan kalimat yang kurang efektif, bahkan terkadang sering
dijumpai kalimat yang bertele-tele (berlebihan) dan kalimat yang rancu. Dengan
kejadian tersebut, sehingga sering sekali peserta didik kebingungan membaca
sehingga menimbulkan salah penerimaan dan salah tafsir pada peserta didik.
Ketika anak berusia lima sampai dua belas tahun, mereka sudah
menguasai hampir semua kaidah dasar gramatikal bahasanya (Chaer, 2003, h.
238). Dia sudah dapat membuat kalimat berita, kalimat tanya, dan sejumlah
konstruksi lain. Hanya dia masih mendapat kesulitan dalam membuat kalimat
pasif. Bertolak dari pendapat tersebut, maka siswa kelas satu sekolah dasar
harus diberikan kalimat sederhana atau kalimat dasar. Senada dengan Alwi,
et.al., Putrayasa & Susana (2007), mengatakan bahwa kalimat dasar adalah
kalimat yang mengandung hal-hal berikut.
(i) Terdiri atas satu kalusa.
(ii) Unsur-unsurnya lengkap.
(iii) Susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan
(iv) Tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran (h. 25).
Berdasarkan hal tersebut, dalam artikel ini akan dibahas mengenai

8
“Pengunaan Kalimat Efektif pada Buku Tematik SD/MI Tema 2 Kelas V” Buku
ajar yang dijadikan objek penelitian adalah buku Peristiwa dalam Kehidupan,
Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, yang ditebitkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2014. Adapun tujuan
penelitian adalah untuk menganalisis penggunaan kalimat efektif, kalimat tidak
efektif dan penggunaan tanda baca yang terdapat dalam buku ajar tema 2 kelas
lima sekolah dasar.
Penelitian tentang buku ajar tematik, sekolah dasar sudah pernah
dilakukan oleh peneliti lain, di antaranya “Analisis Buku Ajar Kelas 1 SD/MI
Tema Diriku Dalam Konsep Kurikulum 2013”, oleh Ika Wasilatul Nganiyah.”
Analisis kesesuaian Materi Ajar Buku Siswa SD/MI Kelas 1 Tema 1 Diriku”,
oleh Arofidina Churroh. “Analisis Buku Siswa Kelas I SD Kurikulum 2013
dengan Tema Kegemaranku”, oleh Siti Anisah. Pada umumnya, penelitian
tersebut membahas tentang isi atau materi yang terkandung dalam buku tematik.
Dalam artikel ini, penulis akan membahas penggunaan kalimat efektif yang
terdapat dalam bacaan buku ajar tema 2 kelas lima sekolah dasar.

2. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah deskriptif analitik. Metode deskriptif
diperuntukkan untuk memaparkan fenomena yang ada, baik fenomena yang
bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia (Sari, 2018, h. 55). Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka dengan teknik baca dan
teknik catat, peneliti mengelompokkan kalimat yang efektif dan kalimat yang
kurang efektif. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah klasifikasi data
dengan mengelompokkan data, kemudian data yang sudah dikelompokkan tersebut
di analisis dengan mengubah kalimat tidak efektif menjadi kalimat efektif.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Penggunaan Kalimat Efektif
Kalimat efektif merupakan kalimat yang dapat menimbulkan gagasan
dan dapat dipahami secara baik oleh pendengar atau pembaca. Atmazaki
menyatakan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang tidak memerlukan
banyak kosa kata, tetapi dengan sedikit kata yang tersusun dengan apik, sesuai
dengan pola kalimat yang benar menurut tata bahasa, dapat menembus pikiran
pembaca dengan tepat (Umami dkk., 2015, h. 2). Sedangkan, Nina
menyatakan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan
untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis (Usman,
2012, h. 119). Penggunaan kalimat efektif pada pada Buku Tematik SD/MI
Tema 2 Kelas V Peristiwa dalam Kehidupan, Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013, yang ditebitkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2014 dapat diketahui sebagai berikut.

9
(1) Air telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, seperti
untuk membersihkan diri setelah buang air, mencuci tangan, memasak,
dan kebutuhan lainnya (h. 11).
(2) Gotong-royong adalah salah satu contoh pola perilaku yang dimiliki oleh
masyarakat Indonesia (h. 20).
(3) Sebuah keluarga yang berasal dari kota Palembang pindah ke lingkungan
rumah Dayu setahun lalu (h. 25).
Keefektifan kalimat (1) dapat dilihat dari kata “seperti” yang dijadikan
sebagai kata penghubung (konjungsi) yang menghubungkan kalimat dengan
kalimat di dalam sebuah paragraf. Kata “seperti” dalam paragraph tersebut
berfungsi untuk menunjukkan apa saja pentingnya air dalam kehidupan
sehari-hari. Keefektifan kalimat (2) dapat dilihat dari kehamornian
penggunaan kata “salah satu”. Dengan adanya kata salah satu pada kalimat
tersebut, maka dapat diketahui bahwa gotong royong merupakan salah satu
dari sekian banyak contoh perilaku yang dimiliki oleh masyarakat indonesia.
Keefektifan kalimat (3) dapat dilihat dari struktur bahasa, Menurut
Chaer (2006), kalimat sederhana dibentuk dari sebuah klausa yang unsur-
unsurnya berupa kata atau frasa sederhana. Menurut strukturnya (adanya
subjek, predikat, objek, dan keterangan), sebuah kalimat sederhana dalam
bahasa Indonesia memiliki pola:
(1) Subjek + Predikat
Contoh: Ibuku tertawa.
(2) Subjek + Predikat + Objek
Contoh: Ibu menjahit baju adik.
(3) Subjek+Predikat+Objek + Keterangan
Contoh: Ibu menjagit baju adik semalam
(4) Subjek + Predikat + Objek + Objek
Contoh: Ibu membelikan adik baju baru (h. 329).
Pada kalimat (3) Sebuah keluarga yang berfungsi sebagai subjek (S) dan
kata pindah merupakan predikat (P) dan kata ke lingkungan rumah Dayu +
setahun lalu berfungsi sebagai keterangan tempat dan waktu.
(4) Peristiwa daur air merupakan peristiwa sehari-hari yang sering tidak
disadari oleh manusia. Daur air menghasilkan air bersih yang berguna
untuk kehidupan manusia. Manusia memerlukan air bersih antara lain
untuk keperluan rumah tangga, keperluan industri, dan juga pertanian
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014, h. 62).
Keefektifan pada paragraf (4) dapat dilihat bahwa pada paragraph
tersebut menunjukkan penggunaan gagasan pokok, kalimat yang menjadi
gagasan pokok pada paragraph tersebut adalah “Peristiwa daur air” yang
terletak pada awal kalimat atau disebut juga gagasan pokok paragraph
deduktif.
(5) Siti melihat bahwa beberapa barang peninggalan sejarah yang ada di

10
museum berada dalam kondisi yang kurang baik. Menurut perkiraannya,
barang-barang di museum itu rusak, bukan karena kurang perawatan, tetapi
karena tangan-tangan yang usil. Ia memperhatikan ada beberapa coretan di
sana sini (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014, h. 71).
Keefektifan kalimat pada paragraf (5) dapat dilihat pada kata
“menurut perkiraannya” penggunaan kata “nya” disini menunjukan siapa
yang telah mengungkapkan hal tersebut yakni (Siti). Selanjutnya penggunaan
kata “bukan karena” yang berfungsi sebagai konjungsi antar kalimat
menunjukkan hal yang berlawanan. Lalu kemudian kata “tetapi karena”
berfungsi sebagai kata yang mempertegas suatu pernyataan yang berlawanan
tadi. Sehingga mudah dipahami bahwa barang-barang yang ada dimuseum itu
rusak bukan karena kurang perawatan tetapi karena tangan-tangan usil.
(6) Marilah kita mulai menggunakan air secara hemat, tertib, dan bijaksana
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014, h. 81).
Keefektifan kalimat (6) dapat dilihat pada kata “marilah” dan “kita”.
Pembaca pun pasti akan memahami bahwa penulis mengajak pembaca agar
kita mulai menggunakan air secara hemat.
3.1 Kalimat Tidak Efektif
Kalimat yang kurang efektif adalah kalimat yang kurang baik dan belum
sempurna. Penggunaan kalimat yang kurang efektif ini disebabkan karena
penguasaan bahasa yang belum mencapai pada tingkat yang tinggi. Kalimat yang
kurang efektif sering disebut dengan kalimat yang ambiguitas atau kalimat yang
rancu. Seperti pada data berikut.
(1) …memerlukan air untuk kelangsungan hidupnya dan pertumbuhannya.
(2) Air diperlukan untuk membantu mencerna makanan. Air membantu sel darah
untuk menyebarkan makanan ke semua bagian tubuh. Air juga membantu
membuang kotoran sisa proses metabolisme tubuh.
(3) Para petani menggunakan air untuk membantu tanamannya tumbuh dan
berkembang dengan baik. Para nelayan menggunakan air untuk keperluan
budidaya perikanan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014, h. 3).
Ketidakefektifan kalimat (1) dapat dilihat dari penggunaan imbuhan
“nya” yang terlalu boros, sebaiknya imbuhan “nya” pada kata “hidupnya”
dihilangkan saja. Sehingga perbaikan kalimat yang efektif adalah “…
memerlukan air untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhannya ”
Ketidakefektifan kalimat (2) dapat dilihat pada pengulangan kata “air”
sehingga kalimat pada paragraph tersebut tidak memenuhi kriteria kehematan
kata, sebaiknya kata “air” ditulis pada awal kalimat saja. Sehingga perbaikan
kalimat yang efektif adalah “Air diperlukan untuk membantu mencerna
makanan, membantu sel darah untuk menyebarkan makanan ke semua bagian
tubuh, dan membantu membuang kotoran sisa proses metabolisme tubuh.”
Ketidakefektifan kalimat (3) dapat dilihat dari penggunaan kata “para”.
Kata “para” disini menunjukkan kelompok atau beberapa orang, akan tetapi

11
penggunaan subjek “petani” juga telah menunjukkan bahwa yang dimaksud
dalam kalimat ini adalah semua petani, oleh karena itu, kata “para” sebaiknya
dihilangkan saja. Kalimat yang tepat adalah “Petani menggunakan air untuk
membantu tanamannya tumbuh dan berkembang dengan baik, nelayan
menggunakan air untuk keperluan budidaya perikanan.”
(4) Segera setelah turun, ia menyeberangi jalan dan kembali menunggu angkutan
umum yang lewat ( h. 10).
Ketidakefektifan kalimat (4) dapat dilihat dari penggunaan kata “segera”.
diawal kalimat. Kalimat yang tepat adalah “setelah turun, ia segera
menyeberangi jalan dan kembali menunggu angkutan umum yang lewat”
(5) Hal ini berarti, jika tanahnya kering kurang berlumpur atau jika terlalu
banyak air, tanaman padi, terutama yang masih muda, akan mati (h. 12).
Ketidakefektifan kalimat (5) dapat dilihat dari ketidakpaduan kata yang
terkesan sambung-menyambung karena tidak adanya konjungsi antar kalimat.
Dan penggunaan tanda baca yang tidak tepat (tanda koma (,)). Kalimat yang
efektif adalah “Hal ini berarti jika tanahnya kering, atau sebaliknya jika tanah
terlalu banyak air, maka tanaman padi terutama yang masih muda, akan mati.”
(6) Menurunnya areal pertanian karena menjadi pabrik, menyebabkan
menurunnya hasil pertanian (h. 26).
(7) ….jika sekolah kita kekurangan atau bahkan mengalami ketiadaan air (h. 36)
(8) Air permukaan menjadi berkurang, sehingga tidak heran, pada musim
kemarau, sungai-sungai dan danau menyusut jumlah airnya (h. 63)
(9) Pada saat musim kemarau yang panjang, air tanah pun akan menyusut tajam.
Maka, sumur-sumur penduduk pun menjadi kering (h. 36)
Ketidakefektifan kalimat (6) dapat dilihat dari ketidaktepatan pemilihan
diksi, yaitu pada kata “menurunnya” agar tidak terjadi pengulangan kata, maka
sebaiknya kata “menurunnya” yang terdapat pada awal kalimat tersebut diganti
menjadi kata “berkurangnya”. Sehingga perbaikan kalimat yang efektif adalah
“berkurangnya areal pertanian karena menjadi pabrik, menyebabkan
menurunnya hasil pertanian.”
Ketidakefektifan kalimat (7) terdapat pada kata “atau bahkan mengalami
ketiadaan air” agar efektif, kalimat tersebut dapat dihilangkan saja, kalimat
yang tepat adalah “jika sekolah kita mengalami kekurangan air”
Ketidakefektifan kalimat (8) juga dilihat dari penggunaan kalimat yang
bertele-tele dan tidak jelas. Agar menjadi kalimat efektif dapat diubah menjadi
“Pada musim kemarau, air permukaan menjadi berkurang. Sehingga tidak
heran, jika volume air pada sungai-sungai dan danau mengalami penyusutan.
Selanjutnya ketidakefektifan kalimat (9) dapat dilihat dari penggunaan
imbuhan “pun” yang terlalu sering, sehingga kalimat nampak tidak elok dibaca.
Sebaiknya kata “pun” dihilangkan saja. Sehingga kalimat yang tepat adalah
“Pada saat musim kemarau yang panjang, air tanah akan menyusut tajam.
Sehingga menyebabkan sumur-sumur penduduk menjadi kering.”

12
(10) Kekeringan di banyak tempat di Indonesia pada setiap musim kemarau,
disebabkan oleh beberapa faktor (h. 78).
(11) Salah satunya, misalnya, menurunnya jumlah pepohonan di hutan yang
berfungsi sebagai penyedia air tanah (h. 78).
(12) Saat musim hujan, merupakan saat yang sangat didambakan para petani
(h. 95).
Selanjutnya ketidakefektifan kalimat (10) dapat dilihat dari
ketidakharmonian penggunaan kata pada kalimat pemilihan kata “di banyak
tempat” sebaiknya diubah menjadi “di beberapa daerah” sedangkan kata “setiap”
sebaiknya dihilangkan saja. Sehingga kalimat tersebut menjadi “Kekeringan di
beberapa daerah di Indonesia pada musim kemarau, disebabkan oleh beberapa
faktor.”
Ketidakefektifan kalimat (11) dapat dilihat dari ketidakhematan penggunaan
kata jika telah menggunakan kata “salah satu” maka kata “misalnya” sebaiknya
dihilangkan saja dan kata tersebut diganti menjadi kata “adalah” Sehingga
kalimatnya menjadi “Salah satunya adalah menurunnya jumlah pepohonan di
hutan yang berfungsi sebagai penyedia air tanah.”
Adapun, ketidakefektifan kalimat (12) dapat dilihat dari ketidakpaduan
penggunaan kata sehingga kata tersebut menjadi tidak ada artinya, yakni pada
kata “saat”. Sebaiknya kalimat tersebut menjadi “musim hujan, merupakan
musim yang sangat didambakan para petani.”
3.3 Penggunaan Tanda Baca
Alwi dkk., (2003) menjelaskan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil,
dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam
wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); sementara itu, di
dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda
pisah (-), dan spasi (h. 311). Senada dengan penjelasan di atas, Widjono (2007)
juga menjelaskan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan
kesatuan pikiran. Dalam bahasa lisan, kalimat diawali dan diakhiri dengan
kesenyapan, dan dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik, tanda seru, dan tanda Tanya (h. 146). Adapun penggunaan
tanda baca pada Buku Tematik Kelas V SD/MI seperti pada data berikut.
(1) Lihatlah gambar parit di atas (h. 12).
(2) misalnya: polusi air, polusi udara, dan polusi suara (h. 26).
(3) Dalam perjalanan menuju ke kelas, Edo dan kawan-kawannya mengagumi
tanaman dan bunga yang tampak bermekaran (h. 34).
Pada kalimat (1) penggunaaan tanda titik (.) diakhir kalimat tidak tepat karena
kata “lihatlah” mempunyai makna bahwa siswa diperintahkan untuk melihat
sesuatu. Maka tanda baca yang tepat diakhir kalimat tersebut adalah tanda seru
(!). seperti yang diketahui bahwa tanda seru (!) digunakan untuk ungkapan atau
pernyataan yang berupa seruan atau perintah. Perbaikan tanda baca tersebut

13
adalah “Lihatlah gambar parit di atas !”
Pada kalimat (2) penggunaaan tanda koma (,) diantara kata (udara) dan kata
(dan) tidak tepat. Berdasarkan kaidah penulisan tanda baca dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) penempatan tanda baca (,) dipakai juga
sebagai kata penghubung antar kalimat, sedangkan (dan) merupakan kata
penghubung. Dengan demikian, tanda baca koma (,) maupun tanda titik (.)
seharusnya di hilangkan. Sehingga perbaikan tanda baca tersebut adalah
“misalnya: polusi air, polusi udara dan polusi suara.”
Pada kalimat (3) penggunaaan huruf kapital ditengah kalimat telah tepat
karena “Edo” merupakan nama orang sehingga penulisan huruf pertama pada kata
tersebut haruslah huruf kapital.

4. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis Penggunaan kalimat efektif pada Buku Tematik
SD/MI Tema 2 Kelas V (Peristiwa dalam Kehidupan), dapat diketahui bahwa pada
buku ini sebagian besar telah memenuhi syarat kalimat efektif contohnya terdapat
pada penggunaan konjungsi, penggunaan subjek dan predikat, serta penggunaan
gagasan pokok dalam teks bacaan. Akan tetapi, masih terdapat kesalahan dalam
penulisan kalimat efektif. Kesalahan tersebut diantaranya: ketidaktepatan
penggunaan struktur bahasa, pengulangan imbuhan kata yang terlalu sering,
pemilihan kata yang tidak tepat, dan masih banyak kalimat yang bertele-tele.
Adapun penggunaan tanda baca yang masih salah terdapat pada pemilihan tanda
baca koma (,) dan tanda seru (!). Penggunaan kalimat efektif dalam teks bacaan
harus menjadi perhatian penting dalam pemilihan buku ajar agar pembelajaran
dapat berjalan lancar, peserta didik dapat memahami materi bacaan dengan mudah,
sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H., Dardjowidjojo, S., Lapoliwa, H., & Moeliono, A. M. (2003). Tata bahasa
baku bahasa Indonesia (3 ed.). Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer, A. (2003). Psikolinguistik kajian teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, A. (2006). Tata bahasa praktis bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Hastuti, S., & Neviyarni, N. (2021). Teori Belajar Bahasa. Edukatif: Jurnal Ilmu
Pendidikan, 3(1), 8–13.
Hayati, R. (2021). Variasi Bahasa dan Kelas Sosial. Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi, 35(1), 48–54.
Hs, W. (2007). Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Gramedia Widiasarana Indonesia.

14
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Peristiwa Dalam Kehidupan;
Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Lismelinda, N. F. N. (2017). Ketidakefektifan Kalimat Dalam Buku Ajar Tematik
Kelas Satu Sekolah Dasar (The Uneffecetive Sentences found in Grade One
Theme Textbook at Elementary School). SALINGKA, 14(2), 175–185.
Markhamah. (2013). Analisis kesalahan dan kesantunan berbahasa. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Putrayasa, I. B., & Susana, A. (2007). Analisis Kalimat (fungsi, kategori, dan peran).
Bandung: Refika Aditama.
Sari, K. (2018). Kerancuan Kalimat Dalam Tulisan Siswa SMA 1 Sijunjung.
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa, 15(1), 53–62.
Suyanto, E. (2015). Membina, Memelihara, dan Menggunakan Bahasa Indonesia
Secara Benar; Kajian Historis-Teoritis dan Praktis Tulis. Graha Ilmu.
Umami, R., Rusminto, N. E., & Agustina, E. S. (2015). Penggunaan Kalimat Efektif
Siswa Kelas X SMAN 1 katibung 2014/2015. Jurnal Kata (Bahasa, Sastra,
dan Pembelajarannya), 3(1).
Usman, R. (2012). Penggunaan Kalimat Efektif dalam Berkomunikasi Lisan dan
Tulisan Siswa Kelas III SMP AL Ittihad Rumbai Pekanbaru. Jurnal Bahasa,
7.

15

Anda mungkin juga menyukai