MODUL 1
SEL KOMPETEN DAN TRANSFORMASI PLASMID
Oleh :
Joshua Harry Chandra
260110200101
Media agar +
x-gal/amp/IPTG + sel
kompeten tanpa
plasmid
Media agar
Media agar +
x-gal/amp/IPTG + sel
kompeten berisi
plasmid kelompok 1
Media agar +
x-gal/amp/IPTG + sel
kompeten berisi
plasmid kelompok 2
Media agar +
x-gal/amp/IPTG + sel
kompeten berisi
plasmid kelompok 3
Media agar +
x-gal/amp/IPTG + sel
kompeten berisi
plasmid kelompok 4
Media agar +
x-gal/amp/IPTG + sel
kompeten berisi
plasmid kelompok 5
II. Pembahasan
Transformasi DNA adalah salah satu metode untuk memasukkan DNA
ke dalam sel bakteri. Metode transformasi saat ini dipakai secara luas untuk
mentransfer plasmid yang mengandung bahan genetika (Bernadus dkk.,
2019). Praktikum kali ini bertujuan untuk melakukan transformasi plasmid
yang mengandung gen resistensi ampisilin pada sel kompeten bakteri E.coli
JM109.
Sebelum ditransformasi, sel bakteri E.coli JM109 dibuat menjadi sel
kompeten terlebih dahulu. Tahap pembuatan sel menjadi kompeten
merupakan langkah penting dalam proses transformasi (Silitonga, 2016).
Kultur semalam strain E.coli JM109 dikultivasi ke media LB cair 25 mL
dengan cara memindahkan satu koloni strain E.coli JM109 ke media LB cair.
Inkubasi di dalam shaker-incubator dengan kecepatan rotasi 125 rpm pada
suhu 37oC selama 16 jam (semalam). Lalu, pindahkan kultur E.coli JM109
hasil inkubasi semalam ke media LB cair 25 mL dengan cara mengambil 250
μL kultur E.coli JM109 ke dalam media LB cair 25 mL atau dengan kata lain
perbandingan antara volume media dan volume kultur 10:1, kemudian
dilakukan inkubasi dalam shaker-incubator dengan kecepatan rotasi 125 rpm
selama 120 menit (2 jam) pada suhu 37oC. Sebanyak 1,5 mL kultur hasil
inkubasi 2 jam diambil dan dimasukkan ke dalam tabung mikrosentrifus dan
dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 5.700 x g selama 5 menit.
Supernatan yang dihasilkan dibuang dan ke dalam tabung ditambahkan 500
μL CaCl2 dingin, diresuspensi kemudian disentrifugasi dengan kecepatan
5.700 x g selama 5 menit. Supernatan dibuang kembali dan ke dalam tabung
ditambahkan kembali 200 μL CaCl2 dingin, diresuspensi dan diinkubasi dalam
es. Dalam perlakuan ini terdapat lima tabung mikrosentrifus, dua diantaranya
untuk inkubasi 2 jam dan 3 lainnya untuk inkubasi 16 jam.
CaCl2 menyebabkan DNA mengendap keluar dari sel, atau garam yang
terbentuk bertanggung jawab dalam muatan di dalam dinding sel yang
meningkatkan ikatan DNA (Brown, 2010). Hal inilah yang menyebabkan
penambahan unsur garam dapat membuat lebih efisien dalam transformasi.
Dengan adanya kation bivalen Ca2+, fusi membran akan meningkat sehingga
akan mempercepat interaksi DNA dengan permukaan E.coli (Liu et al., 2014).
Prosedur penambahan plasmid baru dapat dilakukan setelah prosedur
pembuatan sel kompeten berhasil dilakukan. Disiapkan 2 buah tabung
mikrosentrifus yang masing-masing berisi 200 μL sel kompeten, tabung ke-1
ditambahkan 10 μL plasmid pUC19 sirkuler dan tabung ke-2 tidak
ditambahkan dengan plasmid. Tabung ke-2 ini berperan sebagai kontrol pada
percobaan. Selanjutnya proses transformasi dilakukan. Metode yang
digunakan adalah metode heat-shock. Kedua tabung diinkubasi lebih lanjut
dalam air es selama 20 menit, kemudian diberi kejut panas (heat-shock)
selama 60 detik dengan suhu 42oC pada thermoblock dan segera dipindahkan
ke dalam es untuk diinkubasi kembali selama 10 menit. Metode heat shock
adalah metode transformasi yang paling sering digunakan. Prinsip metode ini
yakni heat shock (kejutan panas) selama beberapa waktu sehingga plasmid
dapat masuk ke dalam sel inang. Heat shock mengubah struktur membran
bakteri sehingga membantu DNA masuk ke dalam sel dengan cepat
(Sambrook dan Russel, 2001).
Setelah metode heat-shock dilakukan, prosedur inkubasi dilakukan.
Tabung mikrosentrifus ditambahkan media LB (Luria Bertani) cair hingga 1
mL setelah inkubasi 10 menit. Tabung mikrosentrifus selanjutnya diinkubasi
dalam shaker-incubator pada suhu 37oC dengan kecepatan rotasi 150 rpm
selama 1,5 jam. Sembari menunggu proses inkubasi, kami melakukan
preparasi media. LB agar dilelehkan di atas hot plate (jika belum mau
digunakan maka simpan dalam oven terlebih dahulu). Lalu LB agar
dituangkan dalam tabung reaksi yang sudah ditara 20 mL. Sebanyak 20 μL
ampisilin, 20 μL IPTG, dan 40 μL x-gal dituangkan menggunakan
micropipette ke dalam cawan petri steril. Selanjutnya media agar
ditambahkan, kemudian dihomogenkan (diaduk membentuk angka 8).
Setelah kultur diinkubasi selama 1,5 jam, pipet 200 μL kultur yang
telah diinkubasi ke dalam cawan petri. Spread menggunakan cotton swab
steril. Cawan petri dibalik dan diinkubasi selama 16 jam untuk diamati
keesokan harinya. Plasmid pUC19 membawa gen resistensi ampisilin dan
sebuah gen yang disebut lacZ’, yang mengkode enzim beta galaktosidase.
Kloning menggunakan pUC19 melibatkan inaktivasi insersi gen lacZ’, dengan
rekombinan yang teridentifikasi akibat ketidakmampuannya untuk
mensintesis beta galaktosidase. Beta galaktosidase merupakan satu dari
serangkaian seri enzim yang terlibat dalam pemutusan laktosa menjadi
glukosa dan galaktosa. Beta galaktosidase biasanya dikode oleh gen lacZ,
yang berada pada kromosom E.coli. Beberapa galur E.coli memiliki gen lacZ
yang termodifikasi, dimana mengurangi segmen yang disebut lacZ’ dan yang
mengkode alpha peptide dari beta galaktosidase. Mutan ini mampu
mensintesis enzim hanya ketika mereka berlabuh pada plasmid seperti pUC19
yang membawa segmen lacZ’ yang hilang pada gen (Brown, 2010).