Anda di halaman 1dari 3

Lagu

Namanya Simfoni, dia seorang gadis yang memiliki kemampuan yang luar biasa berbeda.
Simfoni dapat mendengar alunan nada dari lingkungan disekitarnya. setiap harinya Simfoni dapat
mendengar alunan nada yang berbeda.

Nada-nada it uterus mengalun. Setiap hentakan sepatu Simfoni rasakan alunan nadanya. Alunan nada
yang paling ia sukai adalah alunan nada hujan dan deburan ombak. Menurutnya hujan dan lautan
memiliki alunan nada yang begitu sempurna.

Tidak lupa, Simfoni dapat melihat warna-warna alunan nada yang berbeda-beda. Karena setiap nada
memiliki warna yang berbeda. Hal ini membuat Simfoni tidak memiliki memori card untuk menyimpan
berbagai macam lagu seperti teman-temannya. Baginya, setiap hari dia selalu di perdengarkan berbagai
lagu-lagu dari kehidupan.

“Simfoni.” Taqiya teman kecilnya memanggil.

“Hei, sini.”

Mereka berdua sudah janjian dari hari kemarin untuk bertemu. Di jalan took permen gula-gula adalah
tempat terfavorit mereka berdua untuk memulai janjian.

“Tidak ada les piano lagi kan.” Simfoni memastikan.

“Hahaa….. tidak kok. Aku sekarang sudah dapat jadwalnya.”

“Baguslah, berarti tidak ada panggilan untuk meninggalkan janjian.”

Simfoni dan Taqiya merupakan teman sedari kecil. Mereka baru kali ini saja bersekolah di tempat yang
berbeda. SD sampai SMP mereka selalu di sekolahkan di sekolah yang sama. Simfoni memasuki SMA
biasa, sedangkan Taqiya masuk ke SMA elite di kota.

“Simfoni ayo masuk.”

Taqiya menarik Simfoni untuk masuk ke took gula-gula. Disana mereka duduuk menunggu pesanan gula-
gula spesial mereka.

“Simfoni. Kamu utahu warna nada hentakan sepatu wanita itu?.” Taqiya menunjuk salah satu wanita yang
sedang berlari-lari menuju etalase toko.

“Warnanya biru tua mengalun dengan sedikit warna ungu ketua-tuaan. Alunanya keras dan temponya
cepat. Seperti drum.” Jelas Simfoni.

Pesananpun datang. Mereka pun melanjutkan ke suatu tempat. Atas gedung toko sepatu milik ayah
Taqiya. Disana mereka membuat ritual kuno yang sedari kecil mereka lakukan.

Membuat pesawat kecil dan menerbangkannya.

“Wah… lihat pesawatku terbangnya lama.” Dcak Simfoni.

“Tapi gula-gulamu sekarang meleleh.”


Mereka berdua tertawa riang. Alunan nada mengalun berwarna merah muda cerah dengan kuning
bahagia.

Keesokan harinya di jembatan gantung sepulang sekolah.

“Simfoni masih buat lagu?.”

“Masih, kenapa?.”

‘Kenapa gak kamu sebarin sih. Lagu buatanmu kan bagus. Sekarang zaman udah canggih, dan lagu
Simfoni merupakan gabungan nada-nada yang ada di sekeliling dunia yang hidup. Itu keren.” Terang
Taqiya.

“Suara Taqiya mengalun warna merah.”

“Artinya?.” Tanya Taqiya penasaran.

“Alunannya merdu, kaya dentingan lonceng.”

Jam 00.00

Telinga Simfoni berdenting hebat. Semuanya terlihat kabur. Simfoni pun terbangun dari lelap tidurnya.
Setelah beberapa menit dentingan di telinganya hilang dan penglihatannya kembali normal.

Jam 05.30

Simfoni terbangun, ternyata di luar hujan. Dia pun bergegas keluar. Ada yang berbeda. Alunanya hilang,
warna nadanya juga terlihat hanya deruan hujan turun yang terdengar dan hanya air bening yang terlihat.

Hari-hari Simfoni tidak begitu semangat, kini dia melihat sekeklilingnya dengan normal. Tidak ada
warna-warna yang indah mengalun. Tidak ada nada yang begitu menenangkan. Taqiya yang tahu hal ini
tidak tinggal diam. Dia menyusun semua lagu buatan Simfoni ke dalam berkas dan di bawanya berkas itu
ke seseorang.

“Simfoni. Besok ada pertunjukan di gedung biru, penyelenggaranya bibiku.”

“Pertunjukan apa?.” Tanya Simfoni lesu.

“Pokoknya ikut ya.”

Sinfoni mengagguk pelan.

Di hari minggu tahun ini, matahari begitu bersinar dengan cerah. Simfoni dan Taqiya keluar dari taksi
lalu masuk ke gedung pertunjukan.

Ternyata pertunjukan musik. Taqiya dan Simfoni duduk di bangku depan. Ini bukan pertunjukan musik
biasa. Music yang di dengar tidak begitu asing di pendengaran Simfoni.

Iya. Ini semua lagu ciptaan Simfoni. Simfoni pun menolak dan memberondong pertanyaan kepada
Taqiya. Taqiya hanya diam seribu Bahasa.

Setelah pertunjukan selesai, semua penonton berdiri dan bertepuk tangan.

“Pertunjukan yang sangat hebat.” Teriak salah satu penonton.


Penonton sangat terkesima dengan lagu-lagu yang dibawakan. Semua terbawa suasana.

“Simfoni. Lihat, semuanya menyukai lagumu.”

“Kamu mengambil karya orang lain tanpa izin.”

“Itu aku lakukan supaya kamu tidak sedih dengan kehilangan alunanmu.”

Bibi Taqiya menghampiri keduanya.

“Ini Simfoni ya. Lagunya sempurna.” Puji Bibi Taqiya.

“Simfoni. Bibi mau mengajakmu untuk bergabung bersama anggota musik Bibi. Kamu memiliki bakat.”

“Oh….. dia mau bi.” Sembur Taqiya.

Simfoni masih terheran-heran.

“Kalau begitu kamu resmi menjadi anggota. Musik bagi bibi adalah segalanya . walau bibi tidak bisa
mendengar.”

Simfoni tertohok. Simfoni mengerti kenapa Taqiya membawanya kesini.

Setelah itu mereka berdua pamit pulang pada bibi Taqiya.

“Maaf Simfoni. Menurutku, meskipun kamu kehilangan kemampuan melihat dan mendengar alunan nada
disekitar, kamu masih punya kemampuan yang tak pernah hilang yaitu lagu. Meskipun kamu marah-
marah bahwa lagu yang kamu buat karena adanya kemampuanmu itu, sepertinya tidak. Kamu bisa
membuat lagu dan akan tetap bersama nada, tanpa adanya kemampuan ajaib yang pernah kamu dapatkan.

Simfoni tanpa ragu memeluk Taqiya. Simfoni sadar kemampuan ajaib itu hanyalah sebuah titipan,
bakatnya adalah menciptakan lagu. Ya meskipun nada-nadanya terinspirasi dari kemampuanya itu, tidak
masalah. Yang namanya bakat harus di gali lebih dalam. Agar nampak ada dan nyata dimiliki kita.

Simfoni akan berusaha menikmatinya karena inilah bakatnya.

#THE END 

Anda mungkin juga menyukai