Anda di halaman 1dari 20

ALTERNATIVES TO CONTINUITY

SPATIAL AND TEMPORAL DISCONTINUITY

Bagaimana Anda bisa menceritakan sebuah cerita tanpa mengikuti aturan kontinuitas?

Mari kita contoh beberapa cara pembuat film menciptakan gaya pengeditan yang berbeda yang
disebut sebagai diskontinuitas spasial dan temporal.
SPATIAL AND TEMPORAL DISCONTINUITY
ATURAN 360°

Kaidah 360° ini melawan syarat continuity editing yaitu kaidah 180°. Tujuan dari penggunaan aturan ini adalah anggapan
bahwa aksi yang sedang berlangsung bukanlah garis, melainkan sebuah titik di tengah lingkaran, dan kamera dapat
ditempatkan di manapun dalam lingkaran tersebut
SPATIAL AND TEMPORAL DISCONTINUITY
ATURAN 360°

Konsepsi ini berdasarkan pada sebuah keyakinan filmmaker, bahwa jika penonton hanya disajikan
sebuah ESTABLISHED SHOT yang memperlihatkan dua orang yang sedang berdialog, maka penonton
diasumsikan sudah mengerti posisi kedua orang tersebut, sehingga kamera dapat ditaruh di mana saja
SPATIAL AND TEMPORAL DISCONTINUITY
ATURAN 360°
Dalam sistem continuity yang kita pahami, penggunaan kaidah ini akan membingungkan karena posisi
dari tokoh berubah.

Namun, tidak bagi pembuat film alternative! Ozu beranggapan bahwa walaupun aspek spasial terlihat
membingungkan, namun esensi cerita yang ingin disampaikan, hakikatnya tidak berubah. Ozu ingin
mengkalibrasi ulang mengenai persepsi tentang ruang dan waktu. Walaupun continuity menawarkan
keefektifan untuk menceritakan sebuah kisah, namun ozu meyakini, secara artistik, itu bukanlah sebuah
keharusan
SPATIAL AND TEMPORAL DISCONTINUITY
JUMP CUT
Jump cut merupakan istilah yang sering kita dengar bahkan kita gunakan. Jump Cut merupakan dua
shot yang dipotong dengan subyek yang sama dalam jarak dan sudut yang sama. Sambungan diantara
keduanya akan menimbulkan “jumping” yang terasa di mata penonton.

Aturan konservatif Continuity mengajarkan untuk menghindari “jump” dalam potongan dengan
menggunakan aturan 30° dan penggunaan shot reverse shot. Namun, Jean Luc Godard dalam
Breathless malah melakukan Jump Cut dalam penyajiannya.

Dalam perkembangannya, pembuat film masa kini dapat menggunakan jump cut dengan tujuan
tertentu, seperti menunjukkan kekerasan, kepanikan, depresi, dan galau
SPATIAL AND TEMPORAL DISCONTINUITY
No Established and No Reverse Shot
Jika Ozu masih menggunakan established pada aturan 360 nya, dan Godard masih menggunakan shot
reverse shot pada jump cut nya, maka yang dilakukan Abbas Kiarostami ini sungguh epic.

Secara sederhana, konsepsi ini hanya membutuhkan satu shot pada satu tokohnya saja untuk
menceritakan keseluruhan cerita. Tokoh lain dianggap kurang penting secara visual sehingga hanya
dimunculkan suaranya saja.

Dalam Film Ten (2002) karya Abbas Kiarostami, shot yang diperlihatkan adalah shot sopir taksi
perempuan, sedangkan penumpangnya hanya terdengar suaranya saja. Hal ini didasarkan bahwa
anggapan bahwa penceritaan tidak akan berubah hanya karena dimunculkan 1 shot statis saja.
SPATIAL AND TEMPORAL DISCONTINUITY
Non Diegetic Insert
Diegetic berarti ruang dalam cerita film, sedangkan insert berarti sisipan. Jadi non-diegetic insert
berarti sisipan sebuah scene atau adegan yang tidak memiliki hubungan ruang maupun waktu di dalam
peristiwa yang sedang disusun.

Teknik ini umumnya digunakan untuk mengilustrasikan sesuatu yang sulit digambarkan, selain itu
penggunaannya bisa berupa simbol, metafora, dan berfungsi sebagai makna asosiasi.

Penggunaan teknik ini sudah kalian pelajari pada pembahasan intelektual montase dan concept edit.

Jangan bingung karena penamaan yang berbeda. Walaupun teknik ini memiliki banyak nama, namun
makna dan tujuannya sama.
SPATIAL AND TEMPORAL DISCONTINUITY
Non Diegetic Insert
Penggunaan dalam film modern dapat bervariasi tergantung bagaimana ide yang akan ada sampaikan.
Terkadang, teknik ini berfungsi sebagai soft censorship terhadap sebuah scene yang dirasa terlalu
vulgar

Seperti contoh dalam film Naked Gun, dimana adegan bersetubuh digambarkan dengan beberapa
simbol yang memiliki makna asosiasi yang sama
SPATIAL AND TEMPORAL DISCONTINUITY
Non Diegetic Insert
Satu hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan simbolisme dalam teknik ini, adalah kesesuaian
simbol yang digunakan dengan pesan yang ingin disampaikan

Banyak dari kita masih menggunakan simbol yang hanya kita sendiri yang mengerti sehingga penonton
terkadang mengalami kebingungan dan menafsirkan arti yang berbeda.
SPATIAL AND TEMPORAL DISCONTINUITY
Memainkan Urutan dan Frekuensi
Dalam Pierrot le Fou, Godard mengacak urutan dan frekuensi dalam film. Pengeditan, dapat
memanipulasi urutan dan frekuensi ini dan godard melakukannya dalam Pierrot Le Fou dengan
mengacak dan mengulang shot nya.

Manipulasi pengeditan semacam itu menghalangi ekspektasi penonton normal akan urutan
penceritaan dan memaksa kita untuk berkonsentrasi pada proses untuk menyatukan narasi film.

Kita dipaksa untuk menyatukan rangkaian cerita yang disajikan dengan urutan dan frekuensi acak
dalam kepala kita untuk membentuk sebuah penceritaan utuh.

Anda mungkin juga menyukai