Anda di halaman 1dari 3

PERSEPSI WAJIB PAJAK TERHADAP PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA KANTOR

PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA KOTA BAU-BAU

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan pembangunan dapat dilaksanakan dengan baik jika ditunjang oleh penerimaan yang
cukup tinggi pada kas Negara, untuk itu pajak adalah merupakan sumber penerimaan terbesar
dalam keuangna Negara. Pajak memegang peranan dalam keuangan Negara lewat tabungan
pemerintah, ini diperoleh dari surplus penerimaan rutin/biasa dikurangi dengan pengeluaran,
penerimaan Negara terutama dari sector pajak, retribusi, bea dan cukai, hasil perusahaan Negara,
denda dan sitaan.

Pajak merupakan iuran wajib yang harus dibayar oleh setiap wajib pajak, apakah wajib pajak pribadi
atau badan (peusahaan). Penguasaan terhadap peraturan perpajakna bagi wajib pajak tertentu akan
meningkatkan kepatuhan kewajiban perpajakkan, dalam menjalankan kewajibannya agar terhindar
dari sanksi-sanksi yang berlaku dalam ketentuan umum peraturan perpajakan.

Sistem self assestment, memberikan kepercayaan dan tanggungjawab penuh kepada wajib pajak
untuk menghitung, memotong, memperhitungkan, memyetor dan melaporkan besarnya pajak
terutang sesuai dengan peraturan perundangundangan perpajakan. Dalam sistem ini diharapkan
wajib pajak memiliki kesadaran terhadap kewajibannya, kejujuran dalam menghitung pajaknya,
memiliki hasrat atau keinginan yang baik untuk membayar pajak, dan disiplin dalam menjalankan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas :

1. Penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang
menghasilkan barang kena pajak yang tergolong mewah didalam daerah pabean dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya,
2. Impor barang kena pajak yang tergolong mewah (Casavera, 2009 : 186). Kemudian menurut
Casavera bahwa penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah oleh produsen atau
atas inport barang kena pajak yang tergolong mewah, disamping dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), juga dikenakan pajak penjualan atas barang mewah. Pengenaan
pajak atas penjualan barang mewah atas import barang kena pajak yang tergolong mewah
tidak memperhatikan siapa yang mengimpor barang kena pajak tersebut serta tidak
memperhatikan apakah impor tersebut dilakukan secara atau hanya sekali saja.

Lebih lanjut Anastasia (2009 : 220) bahwa tarif Pajak Pertambahan Nilai dapat ditetapkan dalam
beberapa kelompok tarif yaitu tarif rendah sebesar 10% dan tarif tinggi 75% bahkan sampai 200%,
hal ini sesuai dengan UU PPN No. 42 tahun 2009. Dimana yang menjadi wajib pajak PPN adalah
pedagang kecil (pengecer) barang elektronik yang dikenakan PPN dan terdaftar sebagai wajid pajak
orang pribadi di kota BauBau.

Dalam hubungan dengan uraian obyek dan tarif PPN yang sebagaimana telah diuraikan diatas maka
yang menjadi titik pokok dalam penelitian mengenai PPN adalah barang elektronik. Alasannya
karena barang elektronik yang dijual di kota Bau-Bau setiap tahun mengalami perkembangan yang
cukup besar, dan 3
Disamping pengusaha elektronik di kota Bau-Bau semakin meningkat setiap tahun. Melihat dari
penyerahan barang kena pajak untuk jenis barang elektronik yang setiap tahun mengalami
peningkatan maka hal ini tentunya akan memiliki kontribusi yang besar dalam pemungutan pajak
penjulan barang mewah. Namun permasalahan yang dihadapi saat ini yang menunjukan bahwa
pajak pertambahan nilai (PPN) yang dipungut saat ini belum sesuai target. Hal ini didasari karena
masih kurangnya persepsi wajib pajak dengan tata cara dalam pemungutan pajak Pertambahan Nilai
(PPN) ditinjau dari UU No. 42 tahun 2009 yang ditetapkan pada tanggal 1 April 2010.

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka penulis mengambil judul penelitian sebagai
berikut, “Persepsi Wajib Pajak Terhadap Pelaporan

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Kota Bau-Bau”

B. umusan masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana
pengaruh persepsi wajib pajak terhadap Pelaporan pajak pertambahan nilai atas barang elektronik
pada kantor pelayanan pajak kota Bau-Bau”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang diteliti, maka maksud dan tujuan penelitian ini adalah : untuk
mengetahui pengaruh persepsi wajib pajak terhadap Pelaporan pajak pertambahan nilai atas barang
elektronik pada kantor pelayanan pajak kota Bau-Bau.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:

a. Bagi Penulis

Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah


wawasan penulis dalam bidang akuntansi, khususnya yang berkaitan dengan Pengaruh
persepsi wajib pajak terhadap Pelaporan pajak pertambahan nilai atas barang elektronik
pada kantor pelayanan pajak kota Bau-Bau.

b. Bagi KPP Kota Bau-bau

Penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan sebagai tambahan bahan referensi
untuk persepsi wajib pajak terhadap Pelaporan pajak pertambahan nilai atas barang
elektronik pada kantor pelayanan pajak kota Bau-Bau.

c. Bagi Pihak Lain

Sebagai bahan perbandingan yang berguna dalam menambah pengetahuan, khususnya


yang berminat dengan pembahasan mengenai Pengaruh persepsi wajib pajak terhadap
Pelaporan pajak pertambahan nilai atas barang elektronik pada kantor pelayanan pajak
kota Bau-Bau.

Anda mungkin juga menyukai