Anda di halaman 1dari 4

Teks Resensi Film Bad Genius

Seni Menyontek yang Genius

Judul: Bad Genius


Penulis: Tanida Hantaweewatana
Sutradara: Nattawut Poonpriya
Pemain: Chutimon Chuengcharoensukying (Lynn),
Chanon Santinatornkul (Bank), Teeradon
Supapunpinyo (Pat), Eisaya Hosuwan (Grace)
Rumah Produksi : GDH 559
Tahun Rilis: 3 Mei 2017
Durasi:130 menit
Genre: Sekolah, Kriminal, Drama
Bahasa: Thailand
Teks: Inggris dan Indonesia

Sinopsis:
Kisah ini berawal ketika Rinrada Nilthep, dipanggil Lynn, seorang siswa baru di sekolah
menengah paling bergengsi di Thailand, Krungthep Thaweepanya. Dia mendapatkan
beasiswa penuh karena prestasi akademiknya yang sangat memukau dan semua ini berkat
dukungan ayahnya.
Namun, kehidupan Lynn yang biasa saja berubah ketika dia mulai berteman dengan Grace.
Awalnya Lynn tidak sengaja membantu Grace untuk menyontek saat ujian. Lynn menulis
jawaban di penghapus dan meletakkannya di sepatunya. Kemudian, sepatu tersebut
ditukarkan dengan sepatu Grace. Setelah itu, Lynn menyadari bahwa gurunya juga
melakukan kecurangan. Guru tersebut memberikan bocoran soal kepada para siswa yang
mengikuti kelas privatnya. Hubungan baik antara Grace dan Lynn berakhir menjadi bisnis
kotor yang merusak moral.
Pada awalnya, Grace memberitahu pacarnya Pat mengenai seberapa cerdasnya Lynn. Pat
yang diharuskan untuk mendapatkan nilai sempurna oleh kedua orang tuanya, akhirnya
meminta bantuan Lynn untuk menyontek. Tentu saja bantuan ini tidak gratis, Pat dan Grace
membayar Lynn dengan upah yang sangat besar untuk membantu mereka menyontek selama
ujian. Siapa sangka aksi yang awalnya hanya diketahui segelintir orang, malah berakhir
dengan bisnis kotor dengan hampir satu kelas. Berkat testimoni dari Pat dan Grace, Lynn
mendapatkan banyak klien yang membutuhkan bantuannya untuk mendapatkan nilai yang
sempurna. Lynn yang terampil dalam bermain piano mencetuskan cara menyontek dari nada
piano. Setiap jawaban memiliki gerakan tangan yang berbeda dari Lynn ketika memainkan
nada yang harus dihafalkan oleh para siswa. Bisnis tersebut tersebar les piano klasik oleh
guru Lyn.
Namun saat hari ujian kelas 11 berlangsung, sebuah kejadian tidak terduga membuat rencana
Lynn hampir gagal. Ternyata soal ujian yang diberikan memiliki dua tipe soal yang berbeda,
alhasil Lynn harus bekerja ekstra. Namun, hal itu dilaporkan oleh Bank kepada kepala
sekolah bahwa Banjong menyontek milik Lynn. Kepala sekolah menyelidiki dan menemukan
jawaban bahwa Lynn mengerjakan dua tipe soal, miliknya dan milik Banjong. Setelah
diinterogasi, Lynn membongkar kebobrokan sekolah di depan kepala sekolah. Kepala sekolah
memanfaat sekolah untuk menghasilkan uang esktra. Ternyata, ayah Lynn disuruh oleh
kepala sekolah untuk membayar ‘uang teh’ karena telah diterima di sekolah tersebut. Padahal
sekolah ingin memberikan beasiswa ke Amerika di antara Lynn dan Bank, tapi karena
kejadian tersebut, kepala sekolah memutuskan yang mengikuti ujian beasiswa tersebut adalah
Bank.
Ketika kelas 12, orang tuanya Pat merencanakan Pat dengan Grace untuk masuk di
Universitas Boston setelah lulus. Grace dibayar oleh orangtuanya Pat untuk mengajari Pat
agar bisa masuk ke Universitas Boston lewat jalur tes bernama STIC, ujian berbasis
internasional. Grace meminta kepada Lynn untuk membantunya dalam ujian STIC dengan
bayaran yang bernilai fantastis. Lynn memanfaatkan perbedaan waktu di luar negeri,
sehingga dia memiliki ide untuk mengikuti ujian terlebih dahulu di Sydney, Australia. Lynn
juga berencana untuk ke Boston University bersama dengan mereka berdua. Dalam tes STIC
terdapat 100 soal. Masalahnya, Lynn hanya memiliki waktu untuk menghapal jawaban
setengah dari seluruh soal yang ada. Maka dari itu, Lynn berencana meminta bantuan kepada
Bank.
Bank akan mengikuti ujian beasiswa ke Amerika. Sehari sebelum ujian beasiswa, Bank
dihajar dan dibawa ke tempat pembuangan sampah akhir oleh beberapa orang yang tidak
dikenal. Yang ternyata itu adalah ulang dari Banjong. Motif apakah yang membuat Banjong
melakukan itu? Apakah benar itu adalah ulang Banjong?
Pat melakukan pertemuan dengan orang yang ingin mendapatkan contekan jawaban ujian
STIC. Cara menyontek kali ini dengan menggunakan barcode pensil. Ketebalan setiap garis
barcode menunjukkan suatu jawaban. Disediakan empat pensil untuk empat sesi, setiap sesi
menggunakan satu pensil.
Akhirnya, Lynn mengajak Bank untuk bekerja sama dalam melakukan aksi tersebut. Karena
keterbatasan ekonomi, Bank akhirnya menerima ajakan Lynn untuk melakukan aksi tersebut.
Rencana awal, Lynn dan Bank akan terbang ke Sydney untuk melaksanakan tes STIC. Bank
menghapal setengah jawaban awal dan Lynn menghapal setengah jawaban akhir. Di sesi
terakhir, Bank berencana keluar terlebih dahulu. Untuk menghindari kecurigaan, Bank harus
berakting sakit. Setelah itu, Bank pergi ke toilet untuk mengirimkan jawaban lewat
handphonenya.
Setiap hari, Lynn dan Bank latihan cara menyontek yang telah didiskusikan. Pagi hari
sebelum pergi ke Sydney. Lynn, Bank, Pat, dan Grace melakukan simulasi interogasi apabila
aksi mereka ketahuan. Dalam simulasi tersebut, semua kesalahan akan dilimpahkan kepada
Lynn.
Ketika simulasi interogasi tersebut, terkuak bahwa Pat adalah dalang dari kejadian yang
menimpa Bank sampai tidak ikut ujian beasiswa. Alasan Pat melakukan itu karena Lynn
membutuhkan bantuan Bank dalam melakukan aksi kecurangan untuk ujian STIC. Jika Bank
diterima dalam ujian beasiswa tersebut, dia tidak dapat membantu Lynn melakukan
kecurangan dalam ujian STIC.
Setelah itu, Lynn dan Bank pergi ke Australia. Hari ujian STIC tiba, mereka berdua
melakukan tes sesuai rencana. Mereka meletakkan telepon di dalam toilet. Namun ketika
istirahat sesi ketiga, Bank terlalu lama di toilet sehingga petugas mengetuk pintunya. Bank
panik sehingga memecahkan penutup toilet dan membuang teleponnya di kloset, tapi tidak
bisa. Akhirnya, Bank ketahuan dan disuruh mengakuinya. Kemudian, Bank didiskualifikasi
dan dilarang mengikuti ujian STIC selamanya. Setelah sesi memasuki sesi keempat, Lynn
berusaha untuk muntah dengan menusukkan pensil ke dalam mulutnya. Kemudian, dia
mengambil ponselnya dan keluar dari tempat ujian. Namun, petugas mencarinya sehingga
Lynn segera meninggalkan lokasi secara diam-diam. Petugas terus mengejar Lynn sampai
akhirnya tertangkap, lalu dia disuruh balik ke lokasi. Saat itu, Lynn membuang ponselnya ke
dalam tas seorang ibu-ibu untuk menghilangkan barang bukti. Namun, Lynn tetap
didiskualifikasi karena dia meninggalkan lokasi sebelum waktunya.
Setelah itu, Lynn balik ke Thailand sendiri tanpa Bank. Pat, Grace, dan teman-teman yang
lain merayakan pesta karena lulus dari ujian STIC dengan skor 1460. Pat dan Grace diterima
di Universitas Boston. Lynn memutuskan untuk menjadi guru karena ingin ilmunya
bermanfaat bagi orang lain. Lynn tidak mengambil bayaran sepeserpun karena ia merasa
perbuatannya salah. Thanaphon Viriyakul alias Bank dikeluarkan dari sekolahnya karena
kedutaan besar Thailand di Australia melaporkan perbuatannya. Bank menerima bayaran dari
hasil memberikan jawaban ujian STIC. Bank menggunakan uang tersebut untuk membeli
mesin laundry untuk usaha ibunya dan beberapa barang yang dibutuhkannya.
Bank mengajak Lynn untuk melakukan aksi penjualan jawaban ujian lainnya. Namun, Lynn
menawarkan Bank untuk mengambil bagiannya dari Pat karena dia tidak mengambilnya. Dia
tidak mau melakukan aksi kecurangan lagi, walaupun pekerjaannya hanya menghasilkan
uang yang sedikit. Namun, Bank mengancam akan melaporkannya kepada semua orang
bahwa dia otak dari skandal STIC yang berakibat pada semua kliennya. Lynn tetap
bersikukuh untuk tidak melakukan hal itu lagi. Kemudian, Lynn melakukan rekaman atas
pengakuannya sebagai tersangka dalam kecurangan tes STIC. Ayahnya mengantar ke dalam
ruangan interogasi dan menguatkan Lynn untuk tetap tersenyum.

Kelebihan:
Tema dari film “Bad Genius” terinspirasi dari kebobrokan sistem pendidikan yang ada di
Thailand dan sebagian besar negara berkembang. Budaya menyontek yang diangkat sangat
relevan dengan kehidupan kita sebagai pelajar. Meskipun bukan untuk ditiru, tetapi Senin
dalam menyontek yang ditampilkan dalam film ini patut diacungi jempol. Menyontek dengan
penghapus, pensil, sepatu, dan gerakan tangan mampu membuat jantung kita berdebar setiap
adegannya. Akting dari para pemainnya juga sangat bagus, padahal para pemain dari film
"Bad Genius" adalah orang yang sebelumnya belum pernah bermain di dunia akting. Alur
cerita yang bergerak maju mundur sangat bagus membuat banyak orang penasaran akan
setiap adegan yang dilakukan. Akhir cerita film ini sangat sulit ditebak. Amanat yang
disampaikan pun sangat bagus dan tergambar dari akhir film ini. Pengambilan gambarnya
juga cukup bagus. Sudah tertera di awal film batasan umur dalam menontonnya, yaitu berusia
lebih dari 15 tahun.
Kekurangan:
Alur maju mundur akan membingungkan bagi sebagian orang. Beberapa kali menggunaan
kata-kata yang terkesan kasar. Beberapa adegan pemukulan sangat berbahaya jika ditiru oleh
para remaja.
Dari film ini kita bisa mengambil sebuah pelajaran bahwa tidak selamanya uang itu dapat
menyelesaikan setiap masalah yang ada. Kecurangan dalam ujian harus dihentikan dan
mulailah dengan sikap jujur. Jangan tergiur dengan apapun sebagai upah dari ketidakjujuran
tersebut. Kerjakan sesuatu dengan kemampuan sendiri dan jangan terlalu sering bergantung
pada seseorang, karena tidak selamanya orang tersebut mau membantu kita apalagi hanya
karena uang.
Film ini sangat bagus dan layak ditonton oleh pelajar dan pengajar karena di film ini banyak
sekali trik dan teknik menyontek dalam ujian. Bagi guru atau dosen wajib ditonton supaya
tidak mudah dicurangi dalam kegitan belajar mengajar di sekolah. Sangat cocok ditonton
bersama keluarga dan teman sebagai pembelajaran agar tidak menyontek.
Tidak salah jika film ini mendapat rating 8,3/10 di imdb.
Pengulas: Kintan Hanifa Iftinan Adzkia (XI MIPA F/18)

Anda mungkin juga menyukai