Demikian disampaikan Pengurus DPP Artipena Aam Bustaman dalam acara diskusi Hari Anti
Narkotika Internasional (HANI) 2021 yang disiarkan di Universitas Gunadarma TV, Sabtu
(26/6/2021).
“Penanganan narkoba tidak dapat dilakukan per institusi, tetapi harus bersama-sama. Karena
itu, perguruan tinggi harus sama-sama membuat kampus di negara kita bersih dan bebas dari
narkoba,” kata Aam Bustaman.
Dari angka 3,6 juta pengguna narkoba, Aam mengungkapkan, 70% di antaranya adalah
masyarakat dalam usia produktif, yakni 16-65 tahun.
BACA JUGA
Smash on Drugs Semarakkan HANI 2021
“Jadi bisa dibayangkan kalau ini menyentuh golongan produktif, lalu kita tidak mengatasi sejak dini
pencegahan penyalahgunaan narkoba, maka akan mengganggu produktivitas negara ini. Saya kira akan
sangat berat bagi bangsa dan negara Indonesia,” ujar Aam Bastaman.
Yang lebih menyedihkan lagi, kata Aam, dari angka tersebut, sebanyak 27% pengguna narkoba dari
kalangan pelajar dan mahasiswa. Itu merupakan jumlah yang cukup besar.
“Saya kira angka ini memberikan gambaran tidak main-mainnya peredaran narkoba. Maka sangat penting
kampus seluruh Indonesia secara bersama-sama untuk membebaskan diri dari peredaran narkoba ini,”
terang Aam Bastaman.
Terbesar
Melihat peningkatan pengguna narkoba dalam kurun waktu dua tahun belakangan ini, membuktikan
Indonesia adalah pasar narkoba terbesar di Asia. Sehingga tak heran, peredaran narkoba menjadi masalah
internasional dan lintas negara. Pemecahan masalah ini, harus melibatkan semua pihak, baik di dalam
maupun di luar negeri.
BACA JUGA
Ini Kebijakan Kemdes PDTT Wujudkan Desa Bersih Narkoba
Lebih miris lagi, ungkap Aam, penyalahgunaan narkoba di lingkungan kampus tidak hanya menyentuh
mahasiswa saja, tetapi unsur dosen dan guru besar pun sudah ada yang terpapar narkoba.
“Ini miris sekali. Kita melihat kondisi ini memprihatinkan, karena itu kita harus fokus bagaimana kampus
bisa menjadi bersih. Karena itu perlu koordinasi dan komunikasi dengan perguruan tinggi dalam
mengimplementasikan program BNN. Di antaranya membentuk satgas antinarkoba yang terdiri dari
mahasiswa dan dosen di tiap perguruan tinggi,” papar Aam Bustaman.
Selain itu, dalam tiap agenda dan acara kampus, harus dilakukan sosialisasi dan informasi mengenai
bahaya narkoba secara terus-menerus. Tidak boleh berhenti. Sebab meski sudah massif dalam melakukan
sosialisasi dan pemberian informasi, tetap saja terjadi kecolongan. Maka dari itu, gerakan pencegahan
narkoba tidak boleh musiman, tetapi harus terus menerus dilakukan.
“Pencegahan bisa memutuskan mata rantai peredaran narkoba. Upaya pencegahan harus dilakukan terus-
terusan. Organisasi yang menangani antinarkoba harus terus jalan, tidak boleh berhenti,” tegas Aam
Bastaman
JAKARTA, iNews.id - Badan Narkotika Nasional (BNN) mengungkapkan ada peningkatan prevalensi
penyalahgunaan narkoba pada rentang usia 15 sampai 64 tahun, dari 1,80 persen di tahun 2019
menjadi 1,95 persen pada 2021. Remaja hingga mahasiswa masuk dalam kategori tersebut. Hal
tersebut diungkapkan Penyuluh Narkoba Ahli Muda Direktorat Advokasi BNN, Eva Fitri Yuanita,
S.Pd di acara webinar antisipasi penyalahgunaan narkoba di kalangan mahasiswa yang digelar
Vokasi UI bersama BNN, Selasa (31/5/2022). BACA JUGA: Aktor Gary Iskak Direhabilitasi dan
Rawat Jalan di Tangerang Selatan, Ini Penjelasan BNNP Jabar "Generasi Z atau remaja yang
dimana mahasiswa juga masuk ke dalam kategori tersebut, sangat penting untuk diedukasi tentang
pencegahan narkoba agar masa depan Indonesia lebih aman dan nyaman tanpa permasalahan
narkoba," kata Eva. Menurut Eva, mereka yang masuk dalam kategori ini masih memasuki masa
transisi, yaitu fase perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, serta masih di tahap
pencarian jati diri dan memiliki rasa keingintahuan yang besar. Terlebih lagi, sasaran dari
penyebaran narkoba kebanyakan adalah remaja.
Artikel ini telah tayang di www.inews.id dengan judul " BNN Ungkap Penggunaan Narkoba
Meningkat di Kalangan Remaja hingga Mahasiswa ", Klik untuk
baca: https://www.inews.id/news/nasional/bnn-ungkap-penggunaan-narkoba-meningkat-di-
kalangan-remaja-hingga-mahasiswa.
Artikel ini telah tayang di www.inews.id dengan judul " BNN Ungkap Penggunaan Narkoba
Meningkat di Kalangan Remaja hingga Mahasiswa ", Klik untuk
baca: https://www.inews.id/news/nasional/bnn-ungkap-penggunaan-narkoba-meningkat-di-
kalangan-remaja-hingga-mahasiswa/2.
Perbesar
Polisi mengamankan dua mahasiswa yang jadi bandar narkoba di Jakarta Barat. Foto: Dok. Istimewa
Polres Jakarta Barat menangkap dua mahasiswa berinisial TBW dan PH di
salah satu universitas swasta pada Minggu 28 Juli 2019. Keduanya diduga
menjadi bandar narkoba lintas kampus.
Rupanya, usai di drop out dari kampus, para pelaku justru jadi pengedar
narkoba. Dari tangan keduanya, pihak kepolisian menyita 10 kantong plastik
berisi ganja.
Mahasiswa di Lampung Kedapatan Menyimpan Tembakau
Gorila
Perbesar
Barang bukti ganja yang diamankan dari kasus transaksi ganja yang melibatkan alumni Universitas Pancasila.
Foto: Dok. Polda Metro Jaya
Akhir tahun 2019, Kepala Biro Humas Universitas Pancasila (UP), Putri
Langka, mengakui kampus kecolongan atas masuknya ganja dengan jumlah
tak sedikit ke dalam lingkungan kampus.
ADVERTISEMENT
Kedua pelaku adalah AT (20) yang merupakan mahasiswa dan warga Teluk
Betung Selatan Kota Bandar Lampung. Kemudian, HR (22) yang merupakan
buruh pelabuhan berinisial dan warga Teluk Betung Selatan.
Ada sekitar 10 kg ganja yang akan didistribusikan, sementara dari laporan
polisi saat menangkap pelaku, masing-masing telah membawa 2 kg ganja.
Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan obat terlarang.[1] Selain "narkoba", istilah
lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.
Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompok senyawa yang
umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba
sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat
hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu.[butuh rujukan] Namun kini persepsi itu
disalahartikan akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya.
Pada tahun (2015) terdapat 35 jenis narkoba yang dikonsumsi pengguna narkoba di Indonesia dari
yang paling murah hingga yang mahal seperti LSD. Di dunia terdapat 354 jenis narkoba.[2] Pemasok
Narkoba di Indonesia diketahui berasal dari Afrika Barat, Iran, Eropa, dan yang paling aktif adalah
pemasok dari Indo China.[3]
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 35 tahun 2009). Narkotika
digolongkan menjadi tiga golongan sebagaimana tertuang dalam lampiran 1 undang-undang
tersebut. Yang termasuk jenis narkotika adalah:
Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat,
morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran
dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada
aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No. 5/1997). Terdapat empat golongan psikotropika
menurut undang-undang tersebut, tetapi setelah diundangkannya UU No. 35 tahun 2009 tentang
narkotika, maka psikotropika golongan I dan II dimasukkan ke dalam golongan narkotika. Dengan
demikian saat ini apabila bicara masalah psikotropika hanya menyangkut psikotropika golongan III
dan IV sesuai Undang-Undang No. 5/1997. Zat yang termasuk psikotropika antara lain:
Penyebaran
Hingga kini penyebaran penyalahgunaan narkoba sudah hampir tak bisa dicegah.[butuh rujukan] Mengingat
hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang
tidak bertanggung jawab.[butuh rujukan] Tentu saja hal ini bisa membuat orang tua, organisasi masyarakat,
dan pemerintah khawatir.
Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan[butuh rujukan], tetapi masih sedikit kemungkinan
untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak
usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba.[butuh rujukan] Hingga
saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak
adalah pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan untuk mengawasi dan mendidik anaknya agar
selalu menjauhi penyalahgunaan Narkoba.
Narkotika
Narkotika berasal dari bahasa Inggris "narcotics" yang artinya obat bius. Narkotika adalah bahan
yang berasal dari 3 jenis tanaman Papaper Somniferum (Candu), Erythroxyion coca (kokain),
dan cannabis sativa (ganja) baik murni maupun bentuk campuran. Cara kerjanya mempengaruhi
susunan saraf yang dapat membuat kita tidak merasakan apa-apa, bahkan bila bagian tubuh kita
disakiti sekalipun. Jenis-jenisnya adalah:
Saat ini bahaya dan dampak narkoba atau narkotika dan obat-obatan pada kehidupan
dan kesehatan pecandu dan keluarganya semakin meresahkan.
Bagai dua sisi mata uang narkoba menjadi zat yang bisa memberikan manfaat dan juga
merusak kesehatan. Seperti yang sudah diketahui, ada beberapa jenis obat-obatan
yang termasuk ke dalam jenis narkoba yang digunakan untuk proses penyembuhan
karena efeknya yang bisa menenangkan. Namun jika dipakai dalam dosis yang
berlebih, bisa menyebabkan kecanduan. Penyalahgunaan ini mulanya karena si
pemakai merasakan efek yang menyenangkan.
Dari sinilah muncul keinginan untuk terus menggunakan agar bisa mendapatkan
ketenangan yang bersifat halusinasi. Meski dampak narkoba sudah diketahui oleh
banyak orang, tetap saja tidak mengurangi jumlah pemakainya.
Bahaya narkoba hingga menjadi kecanduan tersebut memang bisa disembuhkan,
namun akan lebih baik jika berhenti menggunakannya sesegera mungkin atau tidak
memakai sama sekali.
Narkotika Golongan 1
Narkotika golongan 1 seperti ganja, opium, dan tanaman koka sangat berbahaya jika
dikonsumsi karena beresiko tinggi menimbulkan efek kecanduan.
Narkotika Golongan 2
Sementara narkotika golongan 2 bisa dimanfaatkan untuk pengobatan asalkan sesuai
dengan resep dokter. Jenis dari golongan ini kurang lebih ada 85 jenis, beberapa
diantaranya seperti Morfin, Alfaprodina, dan lain-lain. Golongan 2 juga berpotensi
tinggi menimbulkan ketergantungan.
Narkotika Golongan 3
Dan yang terakhir, narkotika golongan 3 memiliki risiko ketergantungan yang cukup
ringan dan banyak dimanfaatkan untuk pengobatan serta terapi.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa jenis narkoba yang bisa
didapatkan secara alami namun ada juga yang dibuat melalui proses kimia. Jika
berdasarkan pada bahan pembuatnya, jenis-jenis narkotika tersebut di antaranya
adalah:
Dehidrasi
Penyalahgunaan zat tersebut bisa menyebabkan keseimbangan elektrolit berkurang.
Akibatnya badan kekurangan cairan. Jika efek ini terus terjadi, tubuh akan kejang-
kejang, muncul halusinasi, perilaku lebih agresif, dan rasa sesak pada bagian dada.
Jangka panjang dari dampak dehidrasi ini dapat menyebabkan kerusakan pada otak.
Halusinasi
Halusinasi menjadi salah satu efek yang sering dialami oleh pengguna narkoba seperti
ganja. Tidak hanya itu saja, dalam dosis berlebih juga bisa menyebabkan muntah,
mual, rasa takut yang berlebih, serta gangguan kecemasan. Apabila pemakaian
berlangsung lama, bisa mengakibatkan dampak yang lebih buruk seperti gangguan
mental, depresi, serta kecemasan terus-menerus.
Kematian
Dampak narkoba yang paling buruk terjadi jika si pemakai menggunakan obat-obatan
tersebut dalam dosis yang tinggi atau yang dikenal dengan overdosis. Pemakaian sabu-
sabu, opium, dan kokain bisa menyebabkan tubuh kejang-kejang dan jika dibiarkan
dapat menimbulkan kematian. Inilah akibat fatal yang harus dihadapi jika sampai
kecanduan narkotika, nyawa menjadi taruhannya.
“Jauhi narkoba dekati buku, narkoba merusak mu, buku menambah ilmu hindari
narkoba yang tidak berharga, kejar impian yang indah, hidup tanpa narkoba itu
asyik!” merupakan kata kata yang pantas untuk ditujukan kepada mahasiswa dan
pelajar di Indonesia.
Pada bulan juni lalu Polda Nusa Tenggara Barat (NTB) menangkap dua orang
mahasiswa diduga pengedar narkoba antar kampus di Mataram. Dalam kasus ini
polisi mengamankan tiga kilogram ganja kering. Barang bukti tersebut dikirim dari
medan melalui jasa pengiriman barang. Demikian berita yang tersiar di laman
website (inews.id).
Dari puluhan juta orang itu terdapat mahasiswa dan pelajar yang terlibat dalam
kasus penyalahgunaan narkoba. Wakil Presiden Ma’ruf Amin menegaskan bahwa
narkoba merupakan musuh besar bangsa Indonesia. Terkhususnya bagi
mahasiswa dan para pelajar.
Narkoba merupakan salah satu zat adiktif yang apabila zat tersebut masuk ke
dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh dan susunan syaraf pusat. Menurut
Undang-Undang (UU) Narkotika Pasal 1 ayat 1 Nomor 35 Tahun 2009 menyatakan
Narkotika merupakan zat buatan ataupun yang berasal dari tanaman yang dapat
memeberikan efeksamping seperti halusinasi, menurunnya kesadaran dan
menyebabkan kecanduan.
Narkoba memiliki dampak dan bahaya besar bagi kesehatan fisik, mental dan
emosional. Syaraf pusat terganggu serta dapat mengakibatkan kejang-kejang
halusinasi yang berlebihan gangguan kesadaran dan kerusakan syaraf tepi.
Narkoba juga dapat merusak jantung dan membuat jantung terinfeksi akut.
Jika mengkonsumsi narkoba si pengguna secara mental dan emosional tidak akan
stabil dan sulit untuk mengendalikan dirinya. Selain itu hasrat untuk melakukan
bunuh diri juga kerap kali terjadi. Dikarenakan dampak yang ditimbulkan dari
pengaruh narkoba tersebut.
Selain itu narkoba juga memiliki dampak dan bahaya bagi para mahasiswa dan
pelajar. Dampak tersebut dapat menimbulkan hilangnya rasa nafsu makan, tidak
dapat tidur atau yang sering disebut dengan insomnia, detak jantung meningkat
secara tiba-tiba serta berbicara yang tidak jelas atau yang sering disebut dengan
halusinasi. Selain itu penurunan berat badan secara drastis.
Narkoba selain memberi dampak dan bahaya yang buruk bagi kesehatan. Narkoba
juga memberi dampak pada kehidupan sosial seperti renggangnya hubungan
antara keluarga dan masyarakat di lingkungan sekitar perumahan, menurunnya
performa akademis atau kerja, sulit menjaga kebersihan diri. Meningkatnya tingkat
kenakalan pada mahasiswa dan pelajar.
Oleh sebab itu mahasiswa dan pelajar harus melindungi diri dari narkoba dan
mengaggap bahwa narkoba merupakan musuh bagi para mahasiswa dan pelajar.
Pada umumnya bagi semua kalangan masyarakat.
Mengikuti organisasi yang ada dikampus maupun sekolah. Mahasiswa dan pelajar
dapat mengikuti kegiatan organisasi yang ada di kampus maupun di sekolah.
Mengikuti aktivitas yang berkaitan dengan kerohanian atau ajaran agama.
Mahasiswa dan pelajar harus dilindungi dan dijauhi dari narkoba, karena mereka
merupakan generasi penerus bangsa yang akan membawa bangsa Indonesia
menjadi lebih maju 5 atau 10 tahun ke depan. Mahasiswa dan pelajar harus
menganggap narkoba musuh serta membentengi diri agar tidak terjerumus ke
dalam penyalahgunaan. Hidup tanpa narkoba itu asyik. Hidup menjadi aman damai
serta tentram. Tidak dikucilkan dari masyarakat serta memiliki kesehatan yang baik,
kesehatan tersebut baik secara fisik, mental dan emosional. Mari mahasiswa dan
pelajar di seluruh Indonesia katakan tidak pada narkoba. (*)