Anda di halaman 1dari 17

Jakarta, Beritasatu.

com – Dewan Pengurus Pusat (DPP) Aliansi Relawan Perguruan Tinggi


Anti Penyalahgunaan Narkoba (Artipena) menegaskan, kerja sama perguruan tinggi, baik
swasta maupun negeri di seluruh Indonesia, sangat penting dalam mencegah peredaran
narkoba di lingkungan kampus. Sebab, 27% pengguna narkoba di Indonesia dari kalangan
pelajar dan mahasiswa.

Demikian disampaikan Pengurus DPP Artipena Aam Bustaman dalam acara diskusi Hari Anti
Narkotika Internasional (HANI) 2021 yang disiarkan di Universitas Gunadarma TV, Sabtu
(26/6/2021).

“Penanganan narkoba tidak dapat dilakukan per institusi, tetapi harus bersama-sama. Karena
itu, perguruan tinggi harus sama-sama membuat kampus di negara kita bersih dan bebas dari
narkoba,” kata Aam Bustaman.

Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), lanjut Aam, penyalahgunaan narkoba


di Indonesia mengalami peningkatan 0,03% pada 2019 dibandingkan 2017. Dengan kata lain,
pada 2019, tercatat ada 3,6 juta pengguna narkoba, 63% di antaranya pengguna ganja.

Dari angka 3,6 juta pengguna narkoba, Aam mengungkapkan, 70% di antaranya adalah
masyarakat dalam usia produktif, yakni 16-65 tahun.

BACA JUGA
Smash on Drugs Semarakkan HANI 2021
“Jadi bisa dibayangkan kalau ini menyentuh golongan produktif, lalu kita tidak mengatasi sejak dini
pencegahan penyalahgunaan narkoba, maka akan mengganggu produktivitas negara ini. Saya kira akan
sangat berat bagi bangsa dan negara Indonesia,” ujar Aam Bastaman.

Yang lebih menyedihkan lagi, kata Aam, dari angka tersebut, sebanyak 27% pengguna narkoba dari
kalangan pelajar dan mahasiswa. Itu merupakan jumlah yang cukup besar.

“Saya kira angka ini memberikan gambaran tidak main-mainnya peredaran narkoba. Maka sangat penting
kampus seluruh Indonesia secara bersama-sama untuk membebaskan diri dari peredaran narkoba ini,”
terang Aam Bastaman.
Terbesar
Melihat peningkatan pengguna narkoba dalam kurun waktu dua tahun belakangan ini, membuktikan
Indonesia adalah pasar narkoba terbesar di Asia. Sehingga tak heran, peredaran narkoba menjadi masalah
internasional dan lintas negara. Pemecahan masalah ini, harus melibatkan semua pihak, baik di dalam
maupun di luar negeri.

BACA JUGA
Ini Kebijakan Kemdes PDTT Wujudkan Desa Bersih Narkoba
Lebih miris lagi, ungkap Aam, penyalahgunaan narkoba di lingkungan kampus tidak hanya menyentuh
mahasiswa saja, tetapi unsur dosen dan guru besar pun sudah ada yang terpapar narkoba.

“Ini miris sekali. Kita melihat kondisi ini memprihatinkan, karena itu kita harus fokus bagaimana kampus
bisa menjadi bersih. Karena itu perlu koordinasi dan komunikasi dengan perguruan tinggi dalam
mengimplementasikan program BNN. Di antaranya membentuk satgas antinarkoba yang terdiri dari
mahasiswa dan dosen di tiap perguruan tinggi,” papar Aam Bustaman.

Selain itu, dalam tiap agenda dan acara kampus, harus dilakukan sosialisasi dan informasi mengenai
bahaya narkoba secara terus-menerus. Tidak boleh berhenti. Sebab meski sudah massif dalam melakukan
sosialisasi dan pemberian informasi, tetap saja terjadi kecolongan. Maka dari itu, gerakan pencegahan
narkoba tidak boleh musiman, tetapi harus terus menerus dilakukan.
“Pencegahan bisa memutuskan mata rantai peredaran narkoba. Upaya pencegahan harus dilakukan terus-
terusan. Organisasi yang menangani antinarkoba harus terus jalan, tidak boleh berhenti,” tegas Aam
Bastaman

JAKARTA, iNews.id - Badan Narkotika Nasional (BNN) mengungkapkan ada peningkatan prevalensi
penyalahgunaan narkoba pada rentang usia 15 sampai 64 tahun, dari 1,80 persen di tahun 2019
menjadi 1,95 persen pada 2021. Remaja hingga mahasiswa masuk dalam kategori tersebut. Hal
tersebut diungkapkan Penyuluh Narkoba Ahli Muda Direktorat Advokasi BNN, Eva Fitri Yuanita,
S.Pd di acara webinar antisipasi penyalahgunaan narkoba di kalangan mahasiswa yang digelar
Vokasi UI bersama BNN, Selasa (31/5/2022). BACA JUGA: Aktor Gary Iskak Direhabilitasi dan
Rawat Jalan di Tangerang Selatan, Ini Penjelasan BNNP Jabar  "Generasi Z atau remaja yang
dimana mahasiswa juga masuk ke dalam kategori tersebut, sangat penting untuk diedukasi tentang
pencegahan narkoba agar masa depan Indonesia lebih aman dan nyaman tanpa permasalahan
narkoba," kata Eva. Menurut Eva, mereka yang masuk dalam kategori ini masih memasuki masa
transisi, yaitu fase perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, serta masih di tahap
pencarian jati diri dan memiliki rasa keingintahuan yang besar. Terlebih lagi, sasaran dari
penyebaran narkoba kebanyakan adalah remaja.

Artikel ini telah tayang di www.inews.id dengan judul " BNN Ungkap Penggunaan Narkoba
Meningkat di Kalangan Remaja hingga Mahasiswa ", Klik untuk
baca: https://www.inews.id/news/nasional/bnn-ungkap-penggunaan-narkoba-meningkat-di-
kalangan-remaja-hingga-mahasiswa.

Download aplikasi Inews.id untuk akses berita lebih mudah dan cepat:


https://www.inews.id/appsEva menyebut, BNN memiliki strategi dan kebijakan bernama War on
Drugs, yaitu aksi edukasi informasi yang tepat, ringan, dan bermanfaat bagi masyarakat. Aksi
tersebut berupa P4GN (Pemberantasan, Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, Rehabilitasi, IT
Development and Research, dan Kerja Sama). "Semoga dari program ini mendatangkan banyak
manfaat dan kita bisa berdiskusi karena untuk mencegah itu lebih sulit daripada mengobati," ujar
Eva. Dia menunjukkan berbagai jenis obat terlarang yang sering beredar di Indonesia. Jenis obat
tersebut di antaranya adalah ganja, sabu-sabu, ekstasi, amphetamine, dextro, nipam dan pil koplo.
Lihat juga: BBM Naik, Pemerintah Beri Bantuan Rp 24 Triliun kepada Masyarakat Editor : Reza Fajri
Sebelumnya Halaman : 1 2Tampilkan Semua Latest Articles 10 10 0:00/0:00 TAG : bnn narkoba

Artikel ini telah tayang di www.inews.id dengan judul " BNN Ungkap Penggunaan Narkoba
Meningkat di Kalangan Remaja hingga Mahasiswa ", Klik untuk
baca: https://www.inews.id/news/nasional/bnn-ungkap-penggunaan-narkoba-meningkat-di-
kalangan-remaja-hingga-mahasiswa/2.

Download aplikasi Inews.id untuk akses berita lebih mudah dan cepat:


https://www.inews.id/apps

Badan Narkotika Nasional (BNN) Sumatera Utara baru saja mengungkap


kasus peredaran dan penggunaan narkoba di Fakultas Ilmu Budaya (FIB),
Universitas Sumatera Utara (USU) (9/10) kemarin. Sebanyak 31 orang
ditangkap karena positif menggunakan ganja.
Kasus tersebut terungkap saat BNN melakukan penggerebekan dan
pemantauan yang diduga penyalahgunaan obat-obatan itu sudah berjalan
selama 4 bulan.
Ini bukan kali pertama BNN melakukan penggerebekan dan penangkapan
penyalahgunaan narkotika di kalangan pelajar dan mahasiswa.
Tahun 2019, sejumlah kasus narkoba terungkap melibatkan pelajar dan juga
mahasiswa. Bahkan, dari survei yang dilakukan oleh BNN dan LIPI tahun
itu, ada peningkatan kasus narkoba oleh pelajar dan mahasiswa.
Dari data tersebut, disebutkan sebanyak 2,3 juta pelajar atau mahasiswa di
Indonesia pernah mengkonsumsi narkotika.
Kemudian, di tahun 2021 tepatnya Agustus lalu, BNN juga mengungkap
kasus peredaran narkoba oleh mahasiswa.
Berikut kumparan rangkum sederet kasus narkoba yang menyeret
mahasiswa.
Bandar Narkoba Lintas Kampus di Jakarta Barat

Perbesar

Polisi mengamankan dua mahasiswa yang jadi bandar narkoba di Jakarta Barat. Foto: Dok. Istimewa
Polres Jakarta Barat menangkap dua mahasiswa berinisial TBW dan PH di
salah satu universitas swasta pada Minggu 28 Juli 2019. Keduanya diduga
menjadi bandar narkoba lintas kampus.
Rupanya, usai di drop out dari kampus, para pelaku justru jadi pengedar
narkoba. Dari tangan keduanya, pihak kepolisian menyita 10 kantong plastik
berisi ganja.
Mahasiswa di Lampung Kedapatan Menyimpan Tembakau
Gorila

Perbesar

Barang bukti terkait pengedar tembakau gorila Foto: Aria Pradana/kumparan


Di tahun yang sama, Direktorat Reserse Narkoba (Ditresnarkoba) Polda
Lampung pernah menangkap 4 mahasiswa di Lampung yang kedapatan
menyimpan narkotika jenis tembakau gorila.
Keempat mahasiswa itu berinisial N (23), FN (22), RF (21), dan RA (22).
Semua pelaku merupakan mahasiswa aktif di dua perguruan tinggi berbeda di
Kota Bandar Lampung.
Penangkapan terjadi di sebuah kamar indekos yang berada di dekat salah satu
kampus di kota tersebut.
Kecolongan Ganja di Universitas Pancasila
Perbesar

Barang bukti ganja yang diamankan dari kasus transaksi ganja yang melibatkan alumni Universitas Pancasila.
Foto: Dok. Polda Metro Jaya
Akhir tahun 2019, Kepala Biro Humas Universitas Pancasila (UP), Putri
Langka, mengakui kampus kecolongan atas masuknya ganja dengan jumlah
tak sedikit ke dalam lingkungan kampus.
ADVERTISEMENT

Salah satu tersangka bernama Dimas Wahyu Wicaksono (24) merupakan


alumni UP. Pihak kampus tak menampik selama ini pengamanan di
lingkungan kampus tidak begitu ketat.
Kasubdit I Ditresnarkoba Polda Metro Jaya, AKBP Ahmad Fanani,
menuturkan, enam orang ditetapkan sebagai tersangka, yakni Dimas Wahyu,
Khoirul Anwar Nasution (24), Ahmad Harahap (47), Juni Asrul Efendi (46),
Muhamad Rizan Hasibuan (40), dan Febriansyah (24).
Dalam penangkapan itu, terungkap transaksi 80 kilogram ganja yang
dilakukan oleh para pelaku. Salah satu lokasi transaksi dilakukan di sebuah
ruangan di Universitas Pancasila.
Peredaran Ganja Jaringan Riau-Lampung oleh Mahasiswa
Perbesar

Ilustrasi paket ganja Foto: Dok. Polres Bogor


Tim Opsnal Subdit 3 Ditresnarkoba Polda Lampung berhasil membongkar
jaringan narkoba jenis ganja antar provinsi pada Agustus 2021 lalu. Pelaku
merupakan mahasiswa semester 4 di Universitas Swasta di Kota Bandar
Lampung.
ADVERTISEMENT

Kedua pelaku adalah AT (20) yang merupakan mahasiswa dan warga Teluk
Betung Selatan Kota Bandar Lampung. Kemudian, HR (22) yang merupakan
buruh pelabuhan berinisial dan warga Teluk Betung Selatan.
Ada sekitar 10 kg ganja yang akan didistribusikan, sementara dari laporan
polisi saat menangkap pelaku, masing-masing telah membawa 2 kg ganja.

Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan obat terlarang.[1] Selain "narkoba", istilah
lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.
Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompok senyawa yang
umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba
sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat
hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu.[butuh rujukan] Namun kini persepsi itu
disalahartikan akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya.
Pada tahun (2015) terdapat 35 jenis narkoba yang dikonsumsi pengguna narkoba di Indonesia dari
yang paling murah hingga yang mahal seperti LSD. Di dunia terdapat 354 jenis narkoba.[2] Pemasok
Narkoba di Indonesia diketahui berasal dari Afrika Barat, Iran, Eropa, dan yang paling aktif adalah
pemasok dari Indo China.[3]
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 35 tahun 2009). Narkotika
digolongkan menjadi tiga golongan sebagaimana tertuang dalam lampiran 1 undang-undang
tersebut. Yang termasuk jenis narkotika adalah:

 Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat,
morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
 Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran
dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada
aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No. 5/1997). Terdapat empat golongan psikotropika
menurut undang-undang tersebut, tetapi setelah diundangkannya UU No. 35 tahun 2009 tentang
narkotika, maka psikotropika golongan I dan II dimasukkan ke dalam golongan narkotika. Dengan
demikian saat ini apabila bicara masalah psikotropika hanya menyangkut psikotropika golongan III
dan IV sesuai Undang-Undang No. 5/1997. Zat yang termasuk psikotropika antara lain:

 Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrax, Amfetamine, Fensiklidin,


Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD
(Lycergic Syntetic Diethylamide) dan sebagainya.
Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang
dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistem saraf pusat,
seperti:
• Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa zat organik
(karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh minuman yang
beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh: lem/perekat, aceton, ether dan
sebagainya.

Penyebaran
Hingga kini penyebaran penyalahgunaan narkoba sudah hampir tak bisa dicegah.[butuh rujukan] Mengingat
hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang
tidak bertanggung jawab.[butuh rujukan] Tentu saja hal ini bisa membuat orang tua, organisasi masyarakat,
dan pemerintah khawatir.
Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan[butuh rujukan], tetapi masih sedikit kemungkinan
untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak
usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba.[butuh rujukan] Hingga
saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak
adalah pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan untuk mengawasi dan mendidik anaknya agar
selalu menjauhi penyalahgunaan Narkoba.

Kelompok Berdasarkan Efek


Berdasarkan efek yang ditimbulkan terhadap pemakainya, narkoba dikelompokkan sebagai berikut:
 Halusinogen, yaitu efek dari narkoba bisa mengakibatkan seseorang menjadi ber-
halusinasi dengan melihat suatu hal/benda yang sebenarnya tidak ada / tidak nyata bila
dikonsumsi dalam sekian dosis tertentu. Contohnya kokain & LSD.
 Stimulan, yaitu efek dari narkoba yang bisa mengakibatkan kerja organ tubuh seperti
jantung dan otak lebih cepat dari biasanya sehingga mengakibatkan penggunanya lebih
bertenaga serta cenderung membuatnya lebih senang dan gembira untuk sementara
waktu.
 Depresan, yaitu efek dari narkoba yang bisa menekan sistem saraf pusat dan
mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang bahkan
tertidur dan tidak sadarkan diri. Contohnya putau.
 Adiktif, yaitu efek dari narkoba yang menimbulkan kecanduan. Seseorang yang sudah
mengonsumsi narkoba biasanya akan ingin dan ingin lagi karena zat tertentu dalam
narkoba mengakibatkan seseorang cenderung bersifat pasif, karena secara tidak
langsung narkoba memutuskan saraf-saraf dalam otak. Contohnya: ganja, heroin, dan
putau.
 Jika terlalu lama dan sudah ketergantungan narkoba maka lambat laun organ dalam
tubuh akan rusak dan jika sudah melebihi takaran maka pengguna itu akan overdosis
dan akhirnya mengakibatkan kematian.

Narkotika
Narkotika berasal dari bahasa Inggris "narcotics" yang artinya obat bius. Narkotika adalah bahan
yang berasal dari 3 jenis tanaman Papaper Somniferum (Candu), Erythroxyion coca (kokain),
dan cannabis sativa (ganja) baik murni maupun bentuk campuran. Cara kerjanya mempengaruhi
susunan saraf yang dapat membuat kita tidak merasakan apa-apa, bahkan bila bagian tubuh kita
disakiti sekalipun. Jenis-jenisnya adalah:

 Opium atau Opioid atau Opiat atau Candu


 Codein atau Kodein
 Methadone (MTD)
 LSD atau Lysergic Acid atau Acid atau Trips atau Tabs
 PC
 mescalin
 barbiturat
 Demerol atau Petidin atau Pethidina
 Dektropropoksiven
 Hashish (Berbentuk tepung dan warnanya hitam. Ia dinikmati dengan cara diisap atau
dimakan. Narkotika jenis yang kedua ini dikatakan agak tidak berbahaya hanya karena
jarang membawa kematian)

Dampak penyalahgunaan narkoba pada individu tergantung pada jenis


narkoba, kepribadian pengguna serta situasi dan kondisi pengguna pada saat menggunakan
narkoba. Dampak ketergantungan atau kecanduan narkoba individu dapat terlihat pada fisik, psikis
dan sosial atau lingkungan masyarakat tempatnya tinggal. Dampak terhadap fisik antara lain sakit
kepala, mual-mual, susah tidur, tidak nafsu makan. Dampak terhadap psikis antara lain,
memberikan rasa yang melambung tinggi, memberi rasa bahagia dan sangat percaya diri. Adanya
rasa parno, gelisah ketika menggunakan dan susah tidur. Dampak terhadap lingkungan yaitu
diasingkan dalam masyarakat, dan susah dalam bergaul di masyarakat.[13] Dampak
penyalahgunaaan narkoba juga mempengaruhi prestasi sekolah merosot, hubungan kekeluargaan
memburuk, mengakibatkan perkelahian dan tindak kekerasan dan penyebab terjadinya kecelakaan
lalulintas. Penggunaan narkoba baik dalam taraf coba-coba maupun sudah pada ketergantungan
merupakan manifestasi gangguan jiwa dalam bentuk penyimpanagan perilaku dari norma-norma
umum yang berlaku.[14]
Ketergantungan zat yang merupakan dampak dari penyalahgunaan narkotika sering dianggap
sebagai sebuah penyakit. Zat kimiawi yang terdapat pada narkotika menyebabkan terjadinya
pengangkatan kelenjar seks (kelenjar gonad, testis pada pria dan ovarium pada wanita) dalam
jaringan antara (intestrical tissues) gonad, zat-zat kimia khusus telah diproduksi akan terbawa oleh
aliran darah yang akan mengisi bagian-bagian tertentu dari sistem syaraf pusat dengan
ketergantungan seksual. Penyalahgunaan narkotika sendiri secara biologis dapat mempengaruhi
fungsi seksual. Ada beberapa jenis narkotika yang dapat merangsang nafsu seksual. Yang pertama,
amfetamin dapat meningkatkan reaksi seksual bila digunakan dalam dosis rendah. Temuan tersebut
dapat diartikan bahwa para penyalahguna ketiga jenis narkotika akan cenderung melampiaskan
nafsu seksualnya setelah mengkonsumsi zat tersebut. Yang kedua, metamphetamine merupakan
narkotika golongan stimulan yang memiliki sifat meransang sistem saraf pusat, merangsang fungsi
tubuh, meningkatkan kegairahan secara berlebihan dan mendorong tubuh untuk melakukan aktivitas
yang melampaui batas kemampuannya.[15] Transformasi stimulus fisiologis yang muncul dalam
proses seksual menyebabkan fenomena intoksisasi dan pengekangan (abslinence) yang
ditimbulkan oleh kebiasaan individu dalam menggunakan zat-zat beracun seperti narkotika dan
sejenisnya yang menghasilkan kenikmatan sementara.[16]
Pemakaian narkoba secara berlebihan diluar indikasi medis atau tanpa pengawasan dan
petunjuk dokter atau ahli akan menimbulkan patologik (menimbulkan kelainan) dan menimbulkan
hambatan dalam aktivitas di rumah, sekolah atau kampus, tempat kerja dan lingkungan sosial
individu. Ketergantungan narkoba diakibatkan karena penyalahgunaan zat yang disertai dengan
adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi), nafsu yang tidak bisa tertahan, kecenderungan untuk
menambah dosis obat, ketergantungan fisik dan psikologis.[17] Kondisi psikologis yang kurang stabil
secara berkepanjangan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya stres pada pengguna narkoba.
Pengguna narkoba yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, tidak bisa menerima
kenyataan jika harus menjalani rehabilitasi, masalah finansial demi memenuhi kebutuhan sehari-hari
berbenturan dengan keharusan meninggalkan pekerjaannya untuk direhabilitasi kemudian
memunculkan perasaan jenuh, rindu dengan keluarga serta adanya pemikiran terhadap stigma dan
diskriminasi yang dilakukan oleh orang-orang di lingkungan sekitar memperberat beban derita
pengguna narkoba yang sedang menjalani pemulihan di rehabiltasi.[18]
Akibat penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan efek negatif yang akan menyebabkan
gangguan mental dan perilaku individu, sehingga mengakibatkan terganggunya
sistem neurotransmitter pada susunan saraf pusat di otak yang mengakibatkan terganggunya fungsi
kognitif (alam pikiran), afektif (alam perasaan, mood, atau emosi), psikomotor (perilaku), dan aspek
sosial.[19] Penyalahgunaan narkoba juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti gangguan
fungsi organ tubuh hati, jantung, paru, ginjal, alat reproduksi dan penyakit menular seperti Hepatitis
dan HIV/AIDS serta dapat menimbulkan ketergantungan yang sulit untuk disembuhkan, bahkan
cenderung para pengguna narkoba menambah dosis yang dikonsumsinya untuk memenuhi
kebutuhannya. Apabila narkoba yang dikonsumsinya dihentikan secara mendadak, maka akan
timbul gejala putus obat yang menimbulkan rasa tidak nyaman yang mendorong pengguna narkoba
mengkonsumsi narkoba kembali, bahkan mungkin dengan dosis yang lebih besar.Dalam jangka
tertentu penggunaan narkoba yang terus menerus dapat menimbulkan kerusakan sistem syaraf
pusat serta gangguan jiwa.[20] Selanjutnya terdapat bahan berbahaya didalam narkoba yaitu bahan
kimia meledak, mudah terbakar, oksidator, reduktor dan racun korosif yang dapat menimbulkan
iritasi, sentilsai luka dan nyeri, bahaya elektronik, karsiogenik, teratogenik mutagenik,
etiologik/biomedik. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap pribadi berdampak pada kesehatan
dan mental. Selain itu, dari aspek sosial penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan bermacam-
macam bahaya atau kerugian. Dampak sosial yang ditunjukan baik terhadap pribadi, terhadap
keluarga, kehidupan sosial.[21]
Pada pemakaian dengan dosis yang berlebih atau yang dikenal dengan istilah over dosis (OD) bisa
mengakibatkan kematian. Walaupun sudah banyak penelitian yang membuktikan hal tersebut tetapi
masih banyak orang yang masih menggunakannya. Secara psikososial penyalahgunaan narkotika
akan mengubah seseorang menjadi pemurung, pemarah, pencemas, depresi, paranoid, dan
mengalami gangguan jiwa, menimbulkan sikap masa bodoh, tidak peduli dengan norma
masyarakat, hukum, dan agama, serta dapat mendorong melakukan tindak kriminal seperti mencuri,
berkelahi dan lain-lain. Efek lain yang akan dirasakan pengguna narkoba seperti air mata
berlebihan, cairan hidung berlebihan, pupil mata melebar, keringat berlebihan, mual, muntah, diare,
bulukuduk berdiri, menguap terlalu sering, tekanan darah naik, jantung berdebar, insomnia (tak bisa
tidur), mudah marah, emosional, serta agresif.[22]

Saat ini bahaya dan dampak narkoba atau narkotika dan obat-obatan pada kehidupan
dan kesehatan pecandu dan keluarganya semakin meresahkan.
Bagai dua sisi mata uang narkoba menjadi zat yang bisa memberikan manfaat dan juga
merusak kesehatan. Seperti yang sudah diketahui, ada beberapa jenis obat-obatan
yang termasuk ke dalam jenis narkoba yang digunakan untuk proses penyembuhan
karena efeknya yang bisa menenangkan. Namun jika dipakai dalam dosis yang
berlebih, bisa menyebabkan kecanduan. Penyalahgunaan ini mulanya karena si
pemakai merasakan efek yang menyenangkan.
Dari sinilah muncul keinginan untuk terus menggunakan agar bisa mendapatkan
ketenangan yang bersifat halusinasi. Meski dampak narkoba sudah diketahui oleh
banyak orang, tetap saja tidak mengurangi jumlah pemakainya.
Bahaya narkoba hingga menjadi kecanduan tersebut memang bisa disembuhkan,
namun akan lebih baik jika berhenti menggunakannya sesegera mungkin atau tidak
memakai sama sekali.

Pengertian Narkoba (Narkotika dan


Obat-obatan)
Narkotika adalah zat atau obat baik yang bersifat alamiah, sintetis, maupun semi
sintetis yang menimbulkan efek penurunan kesadaran, halusinasi, serta daya
rangsang.
Sementara menurut UU Narkotika pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa narkotika
merupakan zat buatan atau pun yang berasal dari tanaman yang memberikan efek
halusinasi, menurunnya kesadaran, serta menyebabkan kecanduan.
Obat-obatan tersebut dapat menimbulkan kecanduan jika pemakaiannya berlebihan.
Pemanfaatan dari zat-zat itu adalah sebagai obat penghilang nyeri serta memberikan
ketenangan. Penyalahgunaannya bisa terkena sanksi hukum. Untuk mengetahui apa
saja jenis dan bahaya narkoba bagi kesehatan, simak ulasannya berikut ini.

Baca juga:  Tekankan Karakter Islami Dalam Memerangi Narkoba


Jenis-jenis Narkoba (Narkotika dan Obat-obatan)
Kandungan yang terdapat pada narkoba tersebut memang bisa memberikan dampak
yang buruk bagi kesehatan jika disalahgunakan. Menurut UU tentang Narkotika,
jenisnya dibagi menjadi menjadi 3 golongan berdasarkan pada risiko ketergantungan.

Narkotika Golongan 1
Narkotika golongan 1 seperti ganja, opium, dan tanaman koka sangat berbahaya jika
dikonsumsi karena beresiko tinggi menimbulkan efek kecanduan.

Narkotika Golongan 2
Sementara narkotika golongan 2 bisa dimanfaatkan untuk pengobatan asalkan sesuai
dengan resep dokter. Jenis dari golongan ini kurang lebih ada 85 jenis, beberapa
diantaranya seperti Morfin, Alfaprodina, dan lain-lain. Golongan 2 juga berpotensi
tinggi menimbulkan ketergantungan.

Narkotika Golongan 3
Dan yang terakhir, narkotika golongan 3 memiliki risiko ketergantungan yang cukup
ringan dan banyak dimanfaatkan untuk pengobatan serta terapi.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa jenis narkoba yang bisa
didapatkan secara alami namun ada juga yang dibuat melalui proses kimia. Jika
berdasarkan pada bahan pembuatnya, jenis-jenis narkotika tersebut di antaranya
adalah:

Narkotika Jenis Sintetis


Jenis yang satu ini didapatkan dari proses pengolahan yang rumit. Golongan ini sering
dimanfaatkan untuk keperluan pengobatan dan juga penelitian. Contoh dari narkotika
yang bersifat sintetis seperti Amfetamin, Metadon, Deksamfetamin, dan sebagainya.

Narkotika Jenis Semi Sintetis


Pengolahan menggunakan bahan utama berupa narkotika alami yang kemudian
diisolasi dengan cara diekstraksi atau memakai proses lainnya. Contohnya adalah
Morfin, Heroin, Kodein, dan lain-lain.

Baca juga:  Sharing Isu Narkoba Dengan KONI Bali


Narkotika Jenis Alami
Ganja dan Koka menjadi contoh dari Narkotika yang bersifat alami dan langsung bisa
digunakan melalui proses sederhana. Karena kandungannya yang masih kuat, zat
tersebut tidak diperbolehkan untuk dijadikan obat. Bahaya narkoba ini sangat tinggi
dan bisa menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan jika disalahgunakan. Salah satu
akibat fatalnya adalah kematian.

Bahaya dan Dampak Narkoba pada Hidup dan Kesehatan


Peredaran dan dampak narkoba saat ini sudah sangat meresahkan. Mudahnya
mendapat bahan berbahaya tersebut membuat penggunanya semakin meningkat. Tak
kenal jenis kelamin dan usia, semua orang berisiko mengalami kecanduan jika sudah
mencicipi zat berbahaya ini.
Meski ada beberapa jenis yang diperbolehkan dipakai untuk keperluan pengobatan,
namun tetap saja harus mendapatkan pengawasan ketat dari dokter. Ada banyak
bahaya narkoba bagi hidup dan kesehatan, di antaranya adalah:

Dehidrasi
Penyalahgunaan zat tersebut bisa menyebabkan keseimbangan elektrolit berkurang.
Akibatnya badan kekurangan cairan. Jika efek ini terus terjadi, tubuh akan kejang-
kejang, muncul halusinasi, perilaku lebih agresif, dan rasa sesak pada bagian dada.
Jangka panjang dari dampak dehidrasi ini dapat menyebabkan kerusakan pada otak.

Halusinasi
Halusinasi menjadi salah satu efek yang sering dialami oleh pengguna narkoba seperti
ganja. Tidak hanya itu saja, dalam dosis berlebih juga bisa menyebabkan muntah,
mual, rasa takut yang berlebih, serta gangguan kecemasan. Apabila pemakaian
berlangsung lama, bisa mengakibatkan dampak yang lebih buruk seperti gangguan
mental, depresi, serta kecemasan terus-menerus.

Baca juga:  Sosialisasi Program Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Komponen


Masyarakat, Deputi Bidang Rehabilitasi BNN

Menurunnya Tingkat Kesadaran


Pemakai yang menggunakan obat-obatan tersebut dalam dosis yang berlebih, efeknya
justru membuat tubuh terlalu rileks sehingga kesadaran berkurang drastis. Beberapa
kasus si pemakai tidur terus dan tidak bangun-bangun. Hilangnya kesadaran tersebut
membuat koordinasi tubuh terganggu, sering bingung, dan terjadi perubahan perilaku.
Dampak narkoba yang cukup berisiko tinggi adalah hilangnya ingatan sehingga sulit
mengenali lingkungan sekitar.

Kematian
Dampak narkoba yang paling buruk terjadi jika si pemakai menggunakan obat-obatan
tersebut dalam dosis yang tinggi atau yang dikenal dengan overdosis. Pemakaian sabu-
sabu, opium, dan kokain bisa menyebabkan tubuh kejang-kejang dan jika dibiarkan
dapat menimbulkan kematian. Inilah akibat fatal yang harus dihadapi jika sampai
kecanduan narkotika, nyawa menjadi taruhannya.

Gangguan Kualitas Hidup


Bahaya narkoba bukan hanya berdampak buruk bagi kondisi tubuh, penggunaan obat-
obatan tersebut juga bisa mempengaruhi kualitas hidup misalnya susah
berkonsentrasi saat bekerja, mengalami masalah keuangan, hingga harus berurusan
dengan pihak kepolisian jika terbukti melanggar hukum.
Pemakaian zat-zat narkotika hanya diperbolehkan untuk kepentingan medis sesuai
dengan pengawasan dokter dan juga untuk keperluan penelitian. Selebihnya, obat-
obatan tersebut tidak memberikan dampak positif bagi tubuh. Yang ada, kualitas hidup
menjadi terganggu, relasi dengan keluarga kacau, kesehatan menurun, dan yang paling
buruk adalah menyebabkan kematian. Karena itu, jangan coba-coba memakai barang
berbahaya tersebut karena resikonya sangat tinggi bagi hidup dan kesehatan.

“Jauhi narkoba dekati buku, narkoba merusak mu, buku menambah ilmu hindari
narkoba yang tidak berharga, kejar impian yang indah, hidup tanpa narkoba itu
asyik!” merupakan kata kata yang pantas untuk ditujukan kepada mahasiswa dan
pelajar di Indonesia.

Pada bulan juni lalu Polda Nusa Tenggara Barat (NTB) menangkap dua orang
mahasiswa diduga pengedar narkoba antar kampus di Mataram. Dalam kasus ini
polisi mengamankan tiga kilogram ganja kering. Barang bukti tersebut dikirim dari
medan melalui jasa pengiriman barang. Demikian berita yang tersiar di laman
website (inews.id).

Masalah narkoba saat ini sudah mulai menyasar mahasiswa. Kasus


penyalahgunaan narkoba di kalangan mahasiswa dan pelajar terus meningkat dari
tahu ke tahun. Peningkatan itu disinyalir kurangnya pengawasan keluarga dan
edukasi pendidikan tentang narkoba.
Menurut survei dari Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukan bahwa penyalahgunaan narkoba pada
tahun 2019 hingga Juni 2021 sudah mencapai kisaran angka 34 juta orang.

Dari puluhan juta orang itu terdapat mahasiswa dan pelajar yang terlibat dalam
kasus penyalahgunaan narkoba. Wakil Presiden Ma’ruf Amin menegaskan bahwa
narkoba merupakan musuh besar bangsa Indonesia. Terkhususnya bagi
mahasiswa dan para pelajar.

Narkoba merupakan salah satu zat adiktif yang apabila zat tersebut masuk ke
dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh dan susunan syaraf pusat. Menurut
Undang-Undang (UU) Narkotika Pasal 1 ayat 1 Nomor 35 Tahun 2009 menyatakan
Narkotika merupakan zat buatan ataupun yang berasal dari tanaman yang dapat
memeberikan efeksamping seperti halusinasi, menurunnya kesadaran dan
menyebabkan kecanduan.

Menurut UU Narkotika Pasal 6 ayat 1 Nomor 35 Tahun 2009 menyatakan jenis-jenis


narkotika dapat dibedakan menjadi tiga golongan. Yaitu narkotika golongan I,
(narkotika digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang tidak digunakan dalam terapi atau pengobatan serta mempunyai
potensi yang sangat tinggi dan dapat mengakibatkan ketergantungan atau
kecanduan yang termasuk ke dalam narkotika golongan I yaitu ganja, opium dan
tanaman koka.

Selanjutnya narkotika golongan II (narkotika digunakan sebagai pilihan terakhir dan


dapat digunakan dalam terapi atau medis yang memiliki potensi yang tinggi dan
dapat menyebabkan ketergantungan yang termasuk kedalam narkotika golongan II
yaitu morfin dan alfaprodina. Terakhir golongan terakhir yaitu narkotika golongan
III (narkotika yang digunakan dalam pengobatan dan mempunyai potensi yang
ringan dan dapat mengakibatkan ketergantungan.

Baca Juga:  Kelebihan dan Kekurangan Belajar Daring

Narkoba memiliki dampak dan bahaya besar bagi kesehatan fisik, mental dan
emosional. Syaraf pusat terganggu serta dapat mengakibatkan kejang-kejang
halusinasi yang berlebihan gangguan kesadaran dan kerusakan syaraf tepi.
Narkoba juga dapat merusak jantung dan membuat jantung terinfeksi akut.

Jika mengkonsumsi narkoba si pengguna secara mental dan emosional tidak akan
stabil dan sulit untuk mengendalikan dirinya. Selain itu hasrat untuk melakukan
bunuh diri juga kerap kali terjadi. Dikarenakan dampak yang ditimbulkan dari
pengaruh narkoba tersebut.

Selain itu narkoba juga memiliki dampak dan bahaya bagi para mahasiswa dan
pelajar. Dampak tersebut dapat menimbulkan hilangnya rasa nafsu makan, tidak
dapat tidur atau yang sering disebut dengan insomnia, detak jantung meningkat
secara tiba-tiba serta berbicara yang tidak jelas atau yang sering disebut dengan
halusinasi. Selain itu penurunan berat badan secara drastis.

Narkoba selain memberi dampak dan bahaya yang buruk bagi kesehatan. Narkoba
juga memberi dampak pada kehidupan sosial seperti renggangnya hubungan
antara keluarga dan masyarakat di lingkungan sekitar perumahan, menurunnya
performa akademis atau kerja, sulit menjaga kebersihan diri. Meningkatnya tingkat
kenakalan pada mahasiswa dan pelajar.

Oleh sebab itu mahasiswa dan pelajar harus melindungi diri dari narkoba dan
mengaggap bahwa narkoba merupakan musuh bagi para mahasiswa dan pelajar.
Pada umumnya bagi semua kalangan masyarakat.

Pentingnya mendalami ilmu pengetahuan tentang narkoba serta dampak yang


ditimbulkannya perlu diedukasikan kepada mahasiswa dan pelajar. Selanjutnya,
perlu pengawasan ekstra dari keluarga. Mahasiswa dan pelajar wajib membentengi
diri agar tidak terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba. Dengan cara
menjalin keakraban keluaraga, pendekatan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menjalin hubungan sosail yang baik, baik itu di kawasan tempat tinggal, sekolah
dan lain lain.

Mahasiswa harus berperan dan pelajar dalam menganggap narkoba sebagai


musuh dapat dilakukan mulai dari hal kecil. Cara yang dapat dilakukan di antaranya
mencari teman yang aktif dalam bidang akademis.

Mengikuti organisasi yang ada dikampus maupun sekolah. Mahasiswa dan pelajar
dapat mengikuti kegiatan organisasi yang ada di kampus maupun di sekolah.
Mengikuti aktivitas yang berkaitan dengan kerohanian atau ajaran agama.

Mahasiswa dan pelajar harus dilindungi dan dijauhi dari narkoba, karena mereka
merupakan generasi penerus bangsa yang akan membawa bangsa Indonesia
menjadi lebih maju 5 atau 10 tahun ke depan. Mahasiswa dan pelajar harus
menganggap narkoba musuh serta membentengi diri agar tidak terjerumus ke
dalam penyalahgunaan. Hidup tanpa narkoba itu asyik. Hidup menjadi aman damai
serta tentram. Tidak dikucilkan dari masyarakat serta memiliki kesehatan yang baik,
kesehatan tersebut baik secara fisik, mental dan emosional. Mari mahasiswa dan
pelajar di seluruh Indonesia katakan tidak pada narkoba. (*)

Anda mungkin juga menyukai