Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “SUATU KAJIAN KEMAMPUAN
KOGNITIF BERPIKIR KOMPUTASI, KOGINITIF BERPIKIR ANALOGI, AFEKTIF
CURIOSITY DAN AFEKTIF DIMENSI HEALER ” tepat pada waktunya. Kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Alloh SWT. karena telah memberikan kesehatan raga dan pikiran kami serta memberi
kelancaran kepada kami;
2. Orang tua kami yang selalu memberikan motivasi dan semangat;
3. Dosen pengampu mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika Bapak Dr. Sri Tirto
Madawistama, M.Pd. yang telah selalu membimbing dan mengarahkan kami selama
proses penyusunan;
4. Seluruh anggota kelompok 3 yang telah bekerja sama menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalamm penyusunann makalah ini terdapat banyak
kekeliruan dan kekurangan, sehingga atas hal tersebut kami memohon maaf. Kami
berharap semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca
dan dapat membantu menunjang kegiatan pembelajaran mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran Matematika yang sedang berlangsung.

Tasikmalaya, Maret 2023

Kelompok 6

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN..............................................................................................4
D. MANFAAT PENULISAN..........................................................................................4
BAB 2 KAJIAN LITERATUR/KAJIAN TEORI.................................................................5
A. KEMAMPUAN KOGNITIF BERPIKIR KOMPUTASI...........................................5
B. KEMAMPUAN KOGNITIF BERPIKIR ANALOGI................................................6
C. AFEKTIF CURIOSITY..............................................................................................6
D. AFEKTIF DIMENSI HEALER..................................................................................6
BAB 3 INDIKATOR............................................................................................................6
A. INDIKATOR DARI KEMAMPUAN KOGNITIF BERPIKIR KOMPUTASI.........7
B. INDIKATOR DARI KEMAMPUAN KOGNITIF BERPIKIR ANALOGI..............8
C. INDIKATOR DARI AFEKTIF CURIOSITY............................................................8
D. INDIKATOR DARI AFEKTIF DIMENSI HEALER................................................8
BAB 4 CONTOH SOAL / CONTOH INSTRUMEN DAN PENSKORAN........................8
A. CONTOH SOAL BERDASARKAN INDIKATOR KEMAMPUAN KOGNITIF
BERPIKIR..........................................................................................................................9
B. CONTOH SOAL BERDASARKAN INDIKATOR KEMAMPUAN KOGNITIF
BERPIKIR ANALOGI.....................................................................................................12
C. CONTOH INSTRUMEN BERDASARKAN INDIKATOR DARI AFEKTIF
CURIOSITY.....................................................................................................................12
D. CONTOH INSTRUMEN BERDASARKAN INDIKATOR DARI AFEKTIF
DIMENSI HEALER.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar uraian latar belakang sebelumnya. Adapun rumusan masalahnya :
1. Apa yang dimaksud dengan kemampuan koginitif bepikir komputasi, koginitif
berpikir analogi, afektif curiosity dan afektif dimensi healer?
2. Apa saja indikator dari kemampuan bepikir komputasi, berpikir analogi, afektif
curiosity dan afektif dimensi healer?
3. Bagaimana contoh instrumen dan penskoran dari tes kemampuan bepikir
komputasi, berpikir analogi, afektif curiosity dan afektif dimensi healer?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan penyusunan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kemampuan koginitif bepikir
komputasi, koginitif berpikir analogi, afektif curiosity dan afektif dimensi
healer?
2. Untuk mengetahui indikator dari kemampuan koginitif bepikir komputasi,
koginitif berpikir analogi, afektif curiosity dan afektif dimensi healer?
3. Untuk mengetahui contoh instrumen dan penskoran dari tes kemampuan bepikir
komputasi, koginitif berpikir analogi, afektif curiosity dan afektif dimensi
healer?

D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu :
1. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan kemampuan
koginitif bepikir komputasi, koginitif berpikir analogi, afektif curiosity dan
afektif dimensi healer;
2. Sebagai tambahan wawasan pengetahuan bagi penyusun dalam
mengaplikasikan disiplin ilmu serta menerapkan ilmu yang telah didapatkan
dibangku perkuliahan.
BAB 2
KAJIAN LITERATUR/KAJIAN TEORI
A. KEMAMPUAN KOGNITIF BERPIKIR KOMPUTASI
Menurut KBBI komputasi penghitungan dengan menggunakan komputer;
penghitungan dengan menggunakan bilangan-bilangan atau peubah-peubah yang
dilaksanakan berdasarkan urutan langkah yang diberikan. Bila dikaitkan dengan
kata berpikir, berpikir komputasi berarti kemampuan seseorang untuk melakukan
perhitungan atau memecahkan masalah yang dilaksanakan sesuai perintah dan
terurut. Untuk lebih jelasnya berikut pendapat para ahli mengenai pengertian
berpikir komputasi berikut
 Menurut (Cahdriyana & Richardo, 2020) Berpikir komputasi merupakan cara
untuk menemukan pemecahan masalah dari data input dengan menggunakan
suatu algoritma sebagaimana dengan mengaplikasikan melibatkan teknik yang
digunakan oleh software dalam menulis program. Tetapi bukan berpikir seperti
komputer, melainkan komputasi dalam hal berpikir untuk memformulasikan
masalah dalam bentuk masalah komputasi serta menyusun solusi komputasi
yang baik (dalam bentuk algoritma) atau menjelaskan mengapa tidak ditemukan
solusi yang sesuai.
 Menurut Rachim (2015) dalam (Danindra & Masriyah, 2020) mendefinisikan
bahwa berpikir komputasi sebagai keterampilan kognitif yang memungkinkan
pendidik mendefinisikan pola, memecahkan masalah kompleks menjadi
langkah-langkah kecil, mengatur dan membuat serangkaian langkah untuk
memberikan solusi dan membangun representasi data melalui simulasi.
 Menurut Denning & Tedre (2019) dalam bukunya yang berjudul
Computational Thinking yaitu “computational thinking is sometimes portrayed
as a universal approach to problem solving”, hal ini menunjukkan bahwa
berpikir komputasi juga bisa dijadikan sebuah pendekatan untuk memecahkan
suatu masalah.
 Menurut Wing (2008) dalam (Anistyasari, Ekohariadi, & Munoto, 2020)
berpikir komputasi adalah cara untuk memecahkan masalah manusia, tidak
hanya menyalin mode berpikir komputer, karena manusia lebih pintar dan lebih
imajinatif daripada komputer.
 Menurut Munir (2014) dalam (Malik, Prabawa, & Rusnayati, 2019) berpikir
komputasi adalah berpikir menggunakan logika, melakukan sesuatu selangkah
demi selangkah, dan menentukan keputusan bila menghadapi dua kemungkinan
yang berbeda.
 Menurut Samir (2015) dalam (Malik, Prabawa, & Rusnayati, 2019) berpikir
komputasi (Computational Thinking) adalah sebuah metode pemecahan
masalah dengan mengaplikasikan melibatkan teknik yang digunakan oleh
software engineer dalam menulis program.
 Menurut Ioannidou (2011) dalam (Danindra & Masriyah, 2020)berpikir
komputasi/computational thinking adalah serangkaian pola pemikiran yang
mencakup: memahami soal pemecahan masalah dengan gambaran yang sesuai,
bernalar pada beberapa tingkat abstraksi, dan mengembangkan penyelesaian
otomatis Lintang Sekar Danindra
Berdasarkan analisis sintesis pendapat beberapa ahli sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa berpikir komputasi adalah Serangkaian pola pemikiran
berdasarkan logika untuk memecahkan masalah kompleks menjadi langkah-
langkah kecil, mengatur dan membuat serangkaian langkah-langkah mecari solusi
yang dilakukan sesuai algoritma atau teurut.

B. KEMAMPUAN KOGNITIF BERPIKIR ANALOGI


Salah satu cara berpikir dalam mengonstruksi dan memecahkan masalah
adalah analogi. analogi menjadi karakteristik intelegensi manusia dan penting
dalam perkembangan kognisi dengan transfer langsung informasi dari pengetahuan
yang sudah dikenal sebelumnya ke pengetahuan baru. Kesimpulan yang diperoleh
dengan analogi merupakan cara ampuh untuk memahami sesuatu yang baru dengan
analog sesuatu yang dikenal. (Holyoak, 2012) dalam (Ahmad, Rahmawati and
Anwar, 2020)
Menurut English (2004) dalam (Zawawi et al., 2017) mendefinisikan dalam
pengertian umum, analogi adalah kemampuan untuk berpikir dengan pola relasional.
Novick (2010) dalam (Zawawi et al., 2017) berpendapat bahwa analogi adalah menemukan
korespondensi antara kemiripan dua situasi dan menggunakan kemiripan tersebut untuk
mentransfer informasi dari situasi lebih dikenal kepada situasi kurang dikenal. Analogi
dapat diartikan sebagai kemiripanstruktur relasional antara sesuatu dengan yang lain.
Berpikir secara analogi pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan
skema dari kehidupan sehari-hari sebagai analog. Benda-benda yang memiliki sifat
analogi satu dengan lainnya akan memiliki kemiripan untuk beberapa aspek yang
bersesuaian. Dalam menentukan bentuk kemiripan atau kesamaan tersebut,
seseorang harus membandingkan dua hal yang berbeda; diikuti dengan mencari hal-
hal yang sama dan perbedaan di antara hal-hal yang diperbandingkan. Berpikir
analogi merupakan suatu transfer informasi dari suatu struktur sumber ke target
dimana perlu antara sumber dan target ada pemetaan. Untuk itu dalam berpikir
analogi memerlukan pemahaman struktur sumber dan mampu membandingkan
masalah target dengan sumber. (Holyoak, 2012) dalam (Ahmad, Rahmawati and
Anwar, 2020)
.Berpikir analogi yakni jika orang berusaha mencari hubungan dari
peristiwa-peristiwa atas dasar persamaan atau kemiripannya (Kartono, 1996:71)
dalam (Ayu Ardani and Ayu Ningtiyas, 2017). Menurut Purwanto (2009:49) dalam
(Ahmad, Rahmawati and Anwar, 2020) berpikir analogi adalah berpikir dengan
jalan menyamakan atau memperbandingkan fenomena-fenomena yang biasa atau
pernah dialami. Menurut Richland and Kreshnik (2016:161) dalam (Ahmad,
Rahmawati and Anwar, 2020) . berpikir analogi adalah suatu keterampilan kognitif
yang mendasari proses konseptual dengan mengenali kesamaan antara sistem
hubungan.
Berpikir analogis menurut Holyoak & Thagard (1995) adalah kemampuan untuk
memahami dua domain atau lebih atas dasar kemiripan struktur hubungan suatu objek yang
fitur permukaannya tidak selalu sama. Voskoglou (2012) berpendapat bahwa berpikir
analogis adalah metode pengolahan informasi yang membandingkan kemiripan antara
konsep baru dan konsep masa lalu yang telah dipahami, kemudian menggunakan kemiripan
ini untuk mendapatkan pemahaman tentang konsep baru. Berpikir analogis adalah suatu
aktivitas mental yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain,
kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku bagi peristiwa yang satu akan berlaku
juga bagi yang lain. Berpikir analogis memerlukan pemahaman sesuatu yang baru dengan
membandingkan dengan sesuatu yang dikenal (English, 1998), dan secara umum
didefinisikan sebagai transfer informasi struktural dari satu sistem (disebut sumber), ke
sistem lain (disebut target) melalui pemetaan relasional korespondensi antara kedua sistem
(English & Sharry, 1996). dalam (Zawawi et al., 2017)
Berdasarkan analisis sintesis pendapat beberapa ahli sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa berpikir analogi adalah suatu keterampilan kognitif yang
dilakukan dengan cara mencari hubungan dari peristiwa-peristiwa atau antara
konsep baru dan konsep masa lalu yang telah dipahami atas dasar persamaan atau
kemiripannya kemudian menggunakan kemiripan ini untuk mendapatkan pemahaman
tentang konsep baru.

C. AFEKTIF CURIOSITY
Rasa ingin tahu (curiosity) merupakan bahan bakar dari proses
pembelajaran, pengembangan dan adaptasi sepanjang hayat. Reio mendefinisikan
rasa ingin tahu sebagai sebuah keinginan untuk memperoleh informasi baru dan
pengalaman sensori yang memotivasi sikap untuk melakukan eksplorasi. (Reio,
2010, hal. 99).
Berlyne mengatakan bahwa rasa ingin tahu tersebut dapat menghasilkan
perasaan negatif ketika tidak terpenuhi, namun akan menyenangkan bila dipuaskan
dengan perolehan informasi yang diinginkan (Markey & Loewenstein, 2014, hal.
231). Menurut Loewenstein (1994), rasa ingin tahu dapat muncul secara tiba-tiba,
dapat berganti fokus perhatian dengan mudah, atau berakhir dengan tidak terduga,
namun rasa ingin tahu tetap dapat menjadi motivasi yang sangat kuat
Sikap rasa ingin tahu sangat diperlukan pada proses pembelajaran di kelas
untuk mendorong minat mahasiswa mempelajari dan mendalami materi yang
dipelajari dengan adanya rasa ingin tahu dapat membuat mahasiswa menggali
informasi yang tidak diketahuinya dari kegiatan belajar mengajar. Sesuai dengan
pernyataan Suriasumantri (2007) berpendapat bahwa rasa untuk mempelajari suatu
hal yang baru yang harus diketahui agar dapat menjawab ketidaktahuannya
merupakan hal yang membuat rasa ingin tahu itu timbul karena rasa ingin tahulah
yang memulai sebuah pengetahuan. Rasa ingin tahu itu sendiri diartikan sebagai
adanya keinginan untuk memperoleh pengetahuan baru dari kegiatan belajar
(Mardhiyana, 2017).
Proses revolusi yang ada pada diri manusia paling besar terhadap dampak
dari kesuksesan dan peningkatan dalam hidupnya adalah rasa ingin tahu yang luas,
karena dengan rasa ingin tahu yang besar tersebut mampu membuat hidup mereka
kedepan memiliki arti terutama dari segi perkembangan kemampuan berpikir dan
ilmu pengetahuan meningkat luas. Rasa ingin tahu dapat membuat manusia untuk
berkembang didalam kehidupannya dengan cara terus belajar sehingga dengan rasa
ingin tahu tersebut dapat membuat manusia memperoleh suatu keyakinan akan
kebenaran terhadap suatu hal baru (Nugroho, 2019).
Hal ini juga sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa rasa ingin
tahu dapat membuat manusia termotivasi untuk mencari tahu tentang hal-hal baru
sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru.
Peradaban baru manusia dalam dunia pembangunan saat ini juga terbentuk dari
dampak besarnya pola pikir yang baik dan maksimal sehingga kemajuan
pembangunan terlihat lebih jelas (Brockman, 2013).
Karakter rasa ingin tahu sangat penting dalam proses pembelajaran, seperti
yang diungkapkan oleh Ardiyanto (2013) bahwa rasa ingin tahu dapat membuat
mahasiswa tidak merasa bosan saat proses belajar mengajar karena rasa ingin tahu
meningkatkan motivasi mahasiswa untuk menggali dan mempelajari lebih
mendalam sehingga timbul rasa puas dalam dirinya, melalui rasa ingin tahu ini juga
mahasiswa dibuat menjadi pemikir yang aktif dan pengamat yang aktif. Mahasiswa
harus memiliki ilustrasi keingintahuan seperti mengapa dan bagaimana (Inan,
Watson, Whitcomb & Yigit, 2018).
Berdasarkan analisis sintesis pendapat beberapa ahli sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa curiosity adalah perasaan ingin tahu yang timbul dan dimiliki
oleh manusia terhadap suatu hal yang belum ia dapatkan penjelasan atau
jawabannya. Rasa ingin tahu selalu muncul ketika manusia dihadapkan pada
fenomena alam yang dirasakannya dimana fenomena alam yakni sebagai salah satu
aspek dari alam semesta. Alam semesta merupakan suatu media yang di dalamnya
mengandung banyak misteri yang jawabannya belum terungkap. Curiosity manusia
dapat mengubah no thing (sesuatu yang tidak ada) menjadi know a lot of thing
(mengetahui lebih banyak mengenai sesuatu).

D. AFEKTIF DIMENSI HEALER


BAB 3
INDIKATOR

A. INDIKATOR DARI KEMAMPUAN KOGNITIF BERPIKIR KOMPUTASI


Berpikir komputasi dapat diukur dengan memberikan soal-soal pemecahan
masalah. Soal tersebut dirancang dengan langkah-langkah penyelesaian
berdasarkan indikator keterampilan berpikir komputasi. Berikut beberapa indikator
berpikir komputasi menurut beberapa ahli
 Menurut (Cahdriyana & Richardo, 2020) ada empat indikator dalam berpikir
komputasi, yaitu :
1) Dekomposisi Masalah
Keterampilan mengurai informasi/data yang besar menjadi bagian-bagian
yang kecil, sehingga bagian tersebut dapat dipahami, dipecahkan,
dikembangkan dan dievaluasi secara terpisah sehingga bisa lebih mudah
memahami kompleksitas dari suatu masalah
2) Berpikir Algoritma
Keterampilan yang berorientasi pada kemampuan untuk memahami dan
menganalisis masalah, mengembangkan urutan langkah menuju solusi yang
sesuai, serta menemukan langkah-langkah pengganti untuk memastikan
3) Pengenalan Pola
Keterampilan identifikasi, mengenali dan mengembangkan pola, hubungan
atau persamaan untuk memahami data maupun strategi yang digunakan
untuk memahami data yang besar dan dapat memperkuat ide-ide abstraksi.
4) Abstraksi dan Generalisasi Abstraksi
terkait dengan membuat makna dari data yang telah ditemukan serta
implikasinya. Sedangkan generalisasi adalah sebuah cara cepat dalam
memecahkan masalah baru berdasarkan penyelesaian permasalahan sejenis
sebelumnya10

 Menurut Ioannidou (2011) dalam (Danindra & Masriyah, 2020) indikator


kognitif berpikir komputasi disajikan dalam taebl berikut :
Tabel 1.1 Indikator Berpikir Komputasi
Keterampilan Indikator
berpikir komputasi
Dekomposisi Mengidentifikasi informasi yang diketahui dari soal
pemecahan masalah yang disajikan.
Mengidentifikasi informasi yang ditanyakan dari soal
pemecahan masalah yang disajikan.
Pengenalan pola Mengenali pola atau karakteristik yang sama/berbeda
dalam memecahkan soal pemecahan masalah yang
disajikan guna membangun suatu penyelesaian.
Berpikir Algoritma Menyebutkan langkah-langkah logis yang digunakan
untuk menyusun suatu penyelesaian dari soal
pemecahan masalah yang disajikan.
Generelisasi pola dan Menyebutkan pola umum dari persamaan/perbedaan
abstarksi yang ditemukan dalam soal pemecahan masalah yang
disajikan
Menarik kesimpulan dari pola yang ditemukan dalam
soal pemecahan masalah
Diadopsi dari jurnal (Danindra & Masriyah, 2020)
 Sedangkan indikator berpikir komputasi menurut (CSTA, 2011) dalam (Malik,
Prabawa, & Rusnayati, 2019)
1) Mampu memberikan pemecahan masalah menggunakan komputer atau
perangkat lain.
2) Mampu mengorganisasi dan menganalisa data.
3) Mampu melakukan representasi data melalui abstraksi dengan suatu model
atau simulasi.
4) Mampu melakukan otomatisasi solusi melalui cara berpikir algoritma.
5) Mampu melakukan identifikasi, analisa dan implementasi solusi dengan
berbagai kombinasi langkah / cara dan sumber daya yang efisien dan
efektif.
6) Mampu melakukan generalisasi solusi untuk berbagai masalah yang
berbeda.

Berdasarkan analaisis sintesis beberapa pendapat para ahli sebelumnya


mengenai indikator kognitif berpikir komputasi. Penulis melilih indikator menurut
Menurut Ioannidou (2011) dalam (Danindra & Masriyah, 2020) sebagai patokan
untuk membuat contoh instrumen.

B. INDIKATOR DARI KEMAMPUAN KOGNITIF BERPIKIR ANALOGI


Indikator yang terdapat dalam kemampuan berpikir analogi menurut Sternberg
dalam (Nurhalimah et al., 2021) yaitu:
1. Encoding yaitu mengidentifikasi soal sebelah kiri (masalah sumber) dan
soal sebelah kanam (masalah target) dengan memberi ciri-ciri atau struktur
soalnya.
2. Inferring yaitu menyimpulkan konsep yang terdapat pada soal sebelah kiri
(masalah sumber) atau dikatakan mencari “tingkatan rendah” (low order).
3. Mapping yaitu mencari hubungan yang sama antara soal sebelah kiri
( masalah sumber) dengan soal sebelah kanan (masalah target) atau
membangun kesimpulan dari kesamaan hubungan antara soal yang sebelah
kiri dengan soal yang sebelah kanan, atau mengidentifikasi hubungan yang
lebih tinggi.
4. Applying yaitu melakukan pemilihan jawaban yang cocok. Hal ini dilakukan
untuk memberikan konsep yang cocok (membangun keseimbangan antara
soal yang sebelah kiri (masalah sumber) dengan soal sebelah kanan
(masalah target).

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015) dalam (Tirta Safitri and Andini Purbaningrum,
2019) indikator berpikir analogi matematis adalah:
a. Membuat relasi ekuivalen
b. Mengorespondensikan objek matematika dengan objek di luar matematika.
c. Mengorespondensikan dua hal yang berlainan berdasarkan persamaan prinsip.
d. Mengorespondensikan dua hal yang berlainan berdasarkan persamaan
prosedural.

Menurut Sumarmo (1987) dalam (Tirta Safitri and Andini Purbaningrum, 2019)
memberikan gambaran indikator untuk mengukur kemampuan penalaran analogi, yaitu:
a. Siswa dapat mengamati pola (dari sebuah gambar atau sebuah bilangan).
b. Siswa dapat menentukan hubungan antara pola pada gambar atau bilangan
tersebut.
c. Siswa dapat mengetismasi atau memperkirakan aturan yang membentuk pola
tersebut

Berdasarkan analaisis sintesis beberapa pendapat para ahli sebelumnya


mengenai indikator kognitif berpikir analogi. Penulis melilih indikator menurut
Menurut Sternberg dalam s4 sebagai patokan untuk membuat contoh instrumen.
Indikatornnya meliputi kemampuan dalam:
a. Encoding
b. Inferring
c. Mapping
d. Applying

A. INDIKATOR DARI AFEKTIF CURIOSITY


Indikator rasa ingin tahu (curiosity) adalah sebagai berikut:

 Menurut (Zetriuslita, 2016)


5. Bertanya tentang informasi atau masalah yang diberikan.
6. Berkeinginan mengetahui hal secara rinci.
7. Antusias/semangat dalam belajar.
8. Mencari informasi dari berbagai sumber.
9. Mencoba alternative dari pemecahan masalah.
 Pendapat (Asmoro & Mukti, 2019) juga mengkategorikan indikator rasa ingin
tahu (curiosity) yaitu:
1. Bertanya atau membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang
terkait dengan pelajaran..
2. Membaca atau mendiskusikan gejala alam yang baru terjadi.
3. Bertanya tentang beberapa peristiwa alam, sosial, budaya, ekonomi, politik,
teknologi yang baru didengar.
4. Bertanya tentang sesuatu yang terkait dengan materi pelajaran di luar
bahasan di kelas.
 Menurut Latifah & Widjajanti (2017), indikator rasa ingin tahu dikategorikan
menjadi:
1. Keinginan untuk belajar.
2. Keinginan untuk menyelidiki.
3. Keinginan untuk mendapatkan informasi atau pengetahuan yang baru.
4. Keinginan untuk memecahkan masalah.
 Menurut Riduwan & Sunarto (2009) indikator rasa ingin tahu ini adalah:
1. Bertanya tentang informasi atau masalah yang diberikan.
2. Membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait dengan
pelajaran.
3. Keinginan untuk belajar.
4. Keinginan untuk memecahkan masalah.
Berdasarkan analaisis sintesis beberapa pendapat para ahli sebelumnya
mengenai indikator kognitif berpikir komputasi. Penulis melilih indikator menurut
Menurut Riduwan & Sunarto (2009) sebagai patokan untuk membuat contoh
instrumen.

B. INDIKATOR DARI AFEKTIF DIMENSI HEALER


BAB 4
CONTOH SOAL / CONTOH INSTRUMEN DAN PENSKORAN

A. CONTOH SOAL BERDASARKAN INDIKATOR KEMAMPUAN


KOGNITIF BERPIKIR
Penulis memilih indikator kognitif berpikir komputasi menurut Ioannidou
(2011) dalam (Danindra & Masriyah, 2020).karena indikator yang beliau
sampaikan mencakup atau merangkum pendapat-pendapat sebelumnya.
1) Contoh soal : di adopsi dari jurnal (Cahdriyana & Richardo, 2020)
Toko Logam mulia menyediakan pertukaran beberapa jenis logam mulia
termasuk perak , perunggu, emas, paladium, dan, rhodium. Pertukaran
dibeerikan kondisi berikut :
 2 perak dapat ditukar dengan satu perunggu
 1 perunggu dan 3 perak dapat ditukar dengan 1 emas
 1 emas dan 2 perak dapat ditukar dengan 1 paladium
 I perunggu, 1 emas, dan 1 paladium akan ditukar dengan 1 rhodium
Pak ahmad memliki beberapa logam perak dan ia ingin menukarkannya
dengan1 rhodium. Berapa banyak perak yang anda butuhkan untuk menukar
rhodium?

Penyelesaian :
Tabel 1.2 solusi pemecahan masalah
Keterampilan Berpikir Deskripsi
komputasi
Dekomposisi masalah Dalam keterampilan ini, siswa diminta untuk
 Mengidentifikasi memecah masalah menjadi beberapa bagian
informasi yang sehingga mudah dipahami. bagian ini
diketahui dari soal mencakup (1) informasi atau hal-hal yang
pemecahan masalah diketahui, dan (2) pertanyaan pertanyaan
yang disajikan. Sehingga siswa dapat menulis
 Mengidentifikasi 1. 1. Informasi yang diketahui dari masalah
informasi yang 2 Perak = 1 Perunggu
ditanyakan dari soal 1 Perunggu + 3 Perak = 1 Emas
pemecahan masalah 1 Emas + 2 Perak = 1 Paladium
yang disajikan. 1 Perunggu + 1 Emas + 1 Paladium = 1
Rhodium
2. Pertanyaan tentang Berapa banyak perak
yang dibutuhkan untuk menukar 1
Rhodium
Pengenalan pola Dalam keterampilan ini, siswa diminta untuk
mengenali dan mengembangkan pola,
 Mengenali pola atau hubungan, atau kesamaan untuk memahami
karakteristik yang informasi dan strategi yang digunakan.
sama/berbeda dalam Sehingga siswa dapat membuat pola sebagai
memecahkan soal sistem persamaan. Ini karena setiap persamaan
pemecahan masalah memiliki hubungan antara satu dan yang
yang disajikan guna lainnya.
membangun suatu 1 Perunggu = 2 Perak ... (I)
penyelesaian. 1 Emas = 1 Perunggu + 3 Perak ..... (II)
1 Paladium = 1 Emas + 2 Perak .... (III)
1 Rhodium = 1 Perunggu + 1 Emas +
1 Paladium .... (IV)

Salah satu strategi yang dapat digunakan


adalah metode substitusi

Berpikir Algoritma Dalam keterampilan ini, siswa diminta untuk


memahami dan menganalisis masalah,
 Menyebutkan langkah- mengembangkan urutan langkah-langkah
langkah logis yang untuk mendapatkan solusi yang tepat.
digunakan untuk Sehingga untuk mengetahui jumlah Perak
menyusun suatu yang dibutuhkan untuk 1 Rhodium
penyelesaian dari soal Langkah 1
pemecahan masalah Hitung jumlah Perak untuk mendapatkan 1
yang disajikan. perungggu
Langkah 2
Hitung jumlah Perak untuk mendapatkan 1
Emas
Langkah 3
Hitung jumlah Perak untuk mendapatkan 1
Paladium
Langkah 4
Hitung jumlah Perak untuk mendapatkan 1
Rhodium
Abstraksi dan Generalisasi Dalam keterampilan ini, siswa dapat
menggunakan cara cepat dengan memilih dan
 Menyebutkan pola menghubungkan beberapa informasi yang
umum dari benar.
persamaan/perbedaan Jadi, Siswa dapat menulis Berdasarkan
yang ditemukan dalam persamaan I dan II diperoleh
soal pemecahan 1 Emas = 5 Perak ....... (V)
masalah yang disajikan Berdasarkan persamaan III dan V diperoleh
1 Palladium = 5 Perak + 2 Perak = 7
Perak ....... (VI)
Untuk mendapatkan 1 Rhodium, kita bisa
menggunakan persamaan I, V, dan VI
1 Rhodium = 2 Perak + 5 Perak + 7 Perak = 14
Perak.

Jadi, Pak Richard dapat menukar 1 Rhodium


dengan 14 Perak
Diadaptasi dari jurnal (Cahdriyana & Richardo, 2020)
2) Penskoran
Tabel 1.3 penskoran contoh soal berpikir komputasi
Indikator Berpikir Skor Deskripsi
Komputasi
Dekomposisi masalah 3 Peserta didik mampua mengidentifikasi
informasi dari permasalahan yang
diberikan dan hal-hal yang ditanyakan dari
permasalahan yang diberikan
2 Peserta didik mampu mengidentifikasi
informasi dari permasalahan yang
diberikan tetapi mampu mengidentifikasi
hal-hal yang ditanyakan dari
permasalahan yang diberikan
2 Peserta didik belum mampu
mengidentifikasi informasi dari
permasalahan yang diberikan tetapi
mampu mengidentifikasi hal-hal yang
ditanyakan dari permasalahan yang
diberikan
1 Peserta didik belum mampu
mengidentifikasi informasi dari
permasalahan yang diberikan dan hal-hal
yang ditanyakan dari permasalahan yang
diberikan
Pengenalan pola 3 Peserta didik mampu mengidentifikasi pola
atau karakteristik yang sama dari
permasalahan yang diberikan dan dapat
membuat koneksi antara bagian-bagian
yang berbeda.
2 Peserta didik mampu mengidentifikasi pola
atau karakteristik yang sama dari
permasalahan yang diberikan tetapi belum
dapat membuat koneksi antara bagian-
bagian yang berbeda
1 Peserta didik belum mampu
mengidentifikasi pola mengidentifikasi
pola atau karakteristik yang sama dari
permasalahan yang diberikan dan belum
bisa membuat koneksi antara bagian-
bagian yang berbeda.
Berpikir Algoritma 2 Peserta didik mampu menyebutkan
langkah-langkah logis yang digunakan
untuk menyusun penyelesaian
permasalahan yang diberikan
1 Peserta didik belum mampu menyebutkan
langkah-langkah logis yang digunakan
untuk menyusun penyelesaian
permasalahan yang diberikan
Abstraksi dan 2 Peserta didik mampu menarik kesimpulan
Generalisasi dari pola yang ditemukan dari
permasalahan yang diberikan.
1 Peserta didik belum mampu menarik
kesimpulan dari pola yang ditemukan
dari npermasalahan yang diberikan
Dimodifikasi dari jurnal (Yasin, 2020)

skor peserta didik


Nilai presentase = ×100
skor maksimum
Di adopsi dari jurnal (Yasin, 2020)

B. CONTOH SOAL BERDASARKAN INDIKATOR KEMAMPUAN


KOGNITIF BERPIKIR ANALOGI

(Ismatul, Rahayu and Al Mubarok Brondong, 2022)

C. CONTOH INSTRUMEN BERDASARKAN INDIKATOR DARI


AFEKTIF CURIOSITY
No Nomor Butir Jumlah
Indikator
. Positif Negatif pertanyaan
1. Bertanya tentang informasi 1,5,26,37 16,21,38 7
atau masalah yang
diberikan.
Membaca sumber di luar
buku teks tentang materi 2,8,27,35,36,
2. 18,31 8
yang berkaitan dengan 39
pelajaran.
3,4,11,12,24, 13,17,23,2
3. Keinginan untuk belajar. 12
32 8,29,30
Keinginan untuk 6,7,9,10,14,1
4. 19,20,22 12
memecahkan masalah. 5,25,33,34
Kisi-kisi Kuisioner
Adopsi dari Riduwan & Sunarto (2009)

S
No. PERTANYAAN SL JR TP
R
Saya bertanya kepada guru ketika tidak
1.
memahami materi saat pelajaran berlangsung.
Saya mencari pengetahuan baru melalui membaca
2. buku selain buku referensi yang dipakai saat
pembelajaran.
Saya senang berdiskusi dengan teman mengenai
3.
materi perkuliahan.
Saya membaca materi sebelum diajarkan dosen
4.
agar lebih memahaminya.
Saya akan bertanya kepada guru apabila
5. mengalami kesulitan dalamm menyelesaikan
masalah/soal.
Saya berusaha membahas masalah yang diberikan
6.
dalam diskusi kelompok dengan penuh semangat.
Saya merasa tertantang untuk menyelesaikan
7.
masalah/soal yang sulit.
Apabila saya mengalami kesulitan menyelesaikan
8.
masalah/soal.
Saya tidak akan berputus asa ,apabila mengalami
9.
hambatan dalam menyelesaikan maasalah.
Saya berusaha menjawab setiap pertanyaan yang
10.
diberikan oleh guru.
Saya memperhatikan penjelasan yang di berikan
11.
guru mengenai meteri yang di ajarkan.
Saya mencari tahu tentang hal-hal baru yang tidak
12.
diketahui mengeni materi yang diajarkan.
Saya lebih memilih mengobrol dengan teman dari
13.
pada mendengar penjelasan guru.
Saya akan mempresentasikan hasil diskusi
14. kelompok apabila kelompok kami terpilih untuk
presentasi.
Saya akan menjawab pertanyaan kelompok
15. lain ,apabila ada yang bertanya hasil presentsi
kelompok kami.
16. Saya tidak mau bertanya kepada guru walau belum
S
No. PERTANYAAN SL JR TP
R
memahami materi yang disampaikan.
17. Saya tidak tertarik dengan materi yang di ajarkan.
Saya hanya menerima informasi mengenai materi
18.
matematika melalui guru.
Saya takut apabila guru meminta saya untuk
19.
mengerjakan soal di papan tulis.
20. Saya malas mengerjakan soal yang sulit.
21. Saya sulit memahami materi pembelajaran.
Saya akan melihat hasil pekerjaan teman jika tidak
22.
bisa mengerjakan soal yang sulit.
Pada saat guru menjelaskan ,saya tidak
23.
mendengarkannya dengan penuh perhatian.
Saya mengevaluasi hasil pekerjaan individu atau
24.
kelompok.
Saya mencri sendiri jawaban dari masalah yang di
25.
berikan guru.
Saya bertanya kepada kelompok presentasi, jika
26. ada yang bertentangan dengan hasil diskusi
kelompok kami.
Saya mencatat istilah-istilah yang tidak dipahami
27. dan belum sempat dijelaskan oleh guru untuk
mencari tahu sendiri.
Saya tidak fokus dan kurang memperhatikan
28.
penjelasan guru karena mengantuk.
29. Bagi saya, pembelajaran ini kurang menarik.
Apabila ada pertanyaan dari dosen, saya tidak
30. berusaha menjawabnya dan berpura-pura tidak
tahu.
Ketika di rumah, saya tidak mempelajari kembali
31.
materi yang disampaikan guru.
Saya langsung menyelesaikan masalah,
32.
berdasarkan referensi yang dibaca.
Saya rajin memikirkan soal yang belum
33.
terpecahkan untuk mencari tahu solusinya.
Saya tidak akan berhenti menyelesaikan masalah
34.
sebelum mendapatkan jawabannya.
Saya suka menambah wawasan terkait materi
35. pembelajaran yang diajarakan dari berbagai
sumber.
36. Saya berlatih mengerjakan soal diwaktu luang.
Saya bertanya kepada dosen ketika ada kesalahan
37.
dalam tugas yang dikerjakan.
Saya lebih memilih menunggu jawaban dari
38.
teman, apabila diberikan soal yang sulit.
Saya mencari contoh penyelesaian darisumber lain
39.
jika menjumpai soal-soal yang sulit dikerjakan.
Adopsi dari Riduwan & Sunarto (2009)
Skor Pernyataan
Alternatif Jawaban
Positif Negatif
SL (Selalu) 4 1
SR (Sering) 3 2
JR (Jarang) 2 3
TP (Pernah) 1 4
Adopsi dari Riduwan & Sunarto (2009)
D. CONTOH INSTRUMEN BERDASARKAN INDIKATOR DARI
AFEKTIF DIMENSI HEALER
DAFTAR PUSTAKA

Anistyasari, Y., Ekohariadi, & Munoto. (2020). STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN PEMROGRAMAN DAN BERPIKIR KOMPUTASI. Journal of Vocational and
Technical Education, 37-44.

Cahdriyana, R. A., & Richardo, R. (2020). Berpikir Komputasi Dalam Pembelajaran Matematika.
Journal LITERASI, 50-56.

Danindra, L. S., & Masriyah. (2020). PROSES BERPIKIR KOMPUTASI SISWA SMP DALAM
MEMECAHKAN MASALAH POLA . Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 95-103.

Malik, S., Prabawa, H. W., & Rusnayati, H. (2019). Peningkatan Kemampuan Berpikir Komputasi
Siswa Melalui Multimedia Interaktif Berbasis Model Quantum . Journal Ilmu Komputer, 1-
6.

Yasin, M. (2020). Asesmen Penulisan Jurnal untuk Meningkatan Kemampuan Berpikir Komputasi
(Journal Writing Assessment to Improve Computational Thinking Ability) . Journal
Education, 1-21.

Ahmad, J., Rahmawati, D. and Anwar, R.B. (2020) \KESALAHAN BERPIKIR


ANALOGI MAHASISWA DALAM MEMECAHKANMASALAH MATEMATIKA.
Ayu Ardani, R. and Ayu Ningtiyas, F. (2017) ‘PERAN BERPIKIR ANALOGI
DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA’.
Ismatul, Rahayu, P. and Al Mubarok Brondong, S. (2022) ‘UJI VALIDITAS
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN
ANALOGI SISWA’, 4. Available at: http://journal.unirow.ac.id/index.php/jrpm.
Nurhalimah, H. et al. (2021) ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR ANALOGI
MATEMATIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL LIMAS, Maret.
Tirta Safitri, P. and Andini Purbaningrum, K. (2019) IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PROBLEM POSSING TERHADP
KEMAMPUAN BERPIKIR ANALOGI MATEMATIS SISWA.
Zawawi, I. et al. (2017) BERPIKIR ANALOGIS SISWA SMP DALAM
MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN
MATEMATIKA. gresik.

Anda mungkin juga menyukai