ABSTRACT
Since the independence of Indonesia, authorities and functions of national agency for food affairs often
changed until nowadays. This phenomenon have impact on achieving national food safety. In Presiden
Suharto era, agency for food affairs—namely BULOG was successful in stabilizing food price although its
statuta as non-profit institution. Meanwhile, politic of food-stock supply in 1998 also more or less give impact
on achieving it. Both Law Number 7 Year of 1996 and Law Number 12 Year of 2012 do not clearly regulate
about institution on food affairs. Since BULOG became company in 2003, BULOG was unable in stabilizing
some food prices, except rice. As qualitative research, this study uses descriptive-analysis as tool to solve
problem by analysing historical data relevant with the topic. This study explain that eventhough government
has already set up BULOG as single agency for food affairs, but food problems rise up due to multi-dimension
problems and complexity of government policies. In this concern, it is needed policy coordination amongst
different govt institutions to overcome increase of food prices.
keywords: food safety, national agency for food stock, food product, rice
D
pokok seperti beras, daging sapi, daging ayam
itengah himpitan beban ekonomi yang
ras, cabai merah, gula pasir, dan kedelai,
semakin berat terutama sejak Pemerintahan
yang sering terjadi menjelang hari-hari besar
Susilo Bambang Yodhoyono berkuasa 2004,
keagamaan. Pada Bulan Ramadhan 2016,
sebagian besar masyarakat di Indonesia masih
misalnya, hanya harga beras yang tidak
Kelembagaan Urusan Pangan dari Masa ke Masa dan Kebijakan Ketahanan Pangan 57
Juli Panglima Saragih
mengalami lonjakan yang signifikan. Namun manajemen institusi BULOG. Pada masa Orde
anehnya harga sebagian besar pangan pokok Baru, BULOG walaupun secara garis koordinasi
seperti daging sapi pasca Ramadhan dan Idul di bawah Kementerian Sekretariat Negara,
Fitri 2016 belum juga turun sesuai dengan tetapi tugas dan tanggung jawabnya langsung
kebijakan Presiden Joko Widodo yaitu di bawah kepada Presiden. Hal ini mendorong program
Rp80.000 per kg. Padahal kebijakan impor swasembada beras sempat terwujud pada
daging sapi sudah diberlakukan walaupun relatif masa Presiden Suharto tahun 1980-an karena
terbatas. perhatian langsung dari Presiden terhadap
BULOG. Setelah krisis moneter 1998 berlalu,
Pertanyaannya adalah apakah mahalnya
bagaimana peran BULOG? Mengapa BULOG
harga pangan pokok seperti daging sapi
terkesan tidak mampu menguasai pasar
merupakan permainan mafia pangan atau
sebagian besar komoditas pangan pokok saat
memang supply yang sangat sedikit di pasar?
ini? Pertanyaan tersebut belum terjawab tuntas
Pertanyaan kemudian adalah bagaimana
hingga saat ini.
mengatasi persoalan tersebut agar tidak
berulang di kemudian hari? Apakah perlu Peran BULOG diakui telah bergeser pada
ada lembaga pemerintah yang seharusnya saat setelah terjadi krisis moneter tahun 1998.
bertanggung jawab penuh dalam penyediaan Perubahan peran dan wewenang BULOG
pangan pokok seperti daging sapi, cabai merah, sejalan dengan perubahan politik sebagian
beras, atau bahan pangan pokok lainnya yang besar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
kenaikan harganya akan berdampak langsung merupakan implikasi politik dari kesepakatan
pada kenaikan inflasi di Indonesia? Atau apakah perjanjian Letter of Intent (LoI) antara pemerintah
persoalannya bukan pada aspek kelembagaan Indonesia dengan International Monetary Fund
pangan semata? Pertanyaan di atas mendasari (IMF). Di samping itu juga sebagai implikasi dari
penulisan ini untuk mengidentifikasi dan lahirnya UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN.
menganalisa permasalahan pangan dari aspek
Artinya, BULOG yang semula berperan
kelembagaan pangan sejak masa Presiden
sebagai badan penyangga pangan pokok
Sukarno sampai Presiden Joko Widodo dalam
dengan penitikberatan stabilisasi harga pangan,
kaitannya dengan kebijakan pemerintah
juga dituntut untuk mendapatkan keuntungan.
mencapai ketahanan pangan nasional.
BULOG sebagai BUMN yang berbentuk
Pada masa pemerintahan Orde Baru perusahaan umum tidak hanya mengejar
relatif hampir tak terdengar tentang kelangkaan keuntungan saja, tetapi juga sebagai agent of
ataupun mahalnya harga sembilan bahan development dalam menyediakan barang publik
pokok. Karena pada zaman Orde Baru, Badan yang dibutuhkan masyarakat banyak, seperti
Urusan Logistik—selanjutnya disebut BULOG beras. Unsur agen pembangunan dan agen
merupakan satu-satunya lembaga pemerintah perubahan sebagai “intervensi” pemerintah
non-departemen (LPND) yang ditugasi sebagai secara langsung dalam menyeimbangkan dan
badan penyangga kebutuhan pokok termasuk menstabilkan harga pangan di pasar dalam
beras. Tugas pokoknya adalah menstabilisasi kasus BULOG, menjadi sirna atau hilang.
harga 7 (tujuh) bahan pokok, antara lain: beras,
Jika masyarakat pernah mengalami
gula, daging sapi, daging ayam, terigu, telur
stabilitas harga dan tersedianya bahan pokok
ayam, dan kedelai (Saifullah, 2016). Penugasan
karena peran BULOG pada masa Orde Baru,
BULOG tersebut tertuang dalam Keppres
mengapa pemerintah tidak mengembalikan
RI Nomor 50 Tahun 1995. Hasilnya terbukti
peran BULOG seperti semula, yang tentu
efektivitas pengendalian harga produsen dan
dengan penyempurnaan atau revitalisasi tugas
stabilitas harga di konsumen hingga 1998 sangat
dan fungsinya. Penguatan peran dan fungsi
baik dan terjaga, sebelum krisis moneter terjadi
BULOG diprediksi akan mampu menjaga
Mei 1998. Masyarakat merasa tenang dengan
stabilitas harga pangan dan menjaga minat
stabilnya harga kebutuhan pokok di pasar.
petani untuk tetap menanam padi dan berbagai
Keberhasilan BULOG di era Orde Baru komoditas pangan lain.
tersebut juga tidak lepas dari tata kelola dan
Kelembagaan Urusan Pangan dari Masa ke Masa dan Kebijakan Ketahanan Pangan 59
Juli Panglima Saragih
1996). Hak setiap orang bebas dari kelaparan. Ketiga pilar ketahanan pangan harus dapat
Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU terwujud secara bersama-sama dan seimbang.
Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan sebagai Pilar ketersediaan dapat dipenuhi baik hasil
legal-formal. Sebagai kebutuhan dasar dan salah produksi dalam negeri cadangan nasional
satu hak asasi manusia, pangan mempunyai arti maupun dari luar negeri. Pilar keterjangkauan
dan peran sangat penting bagi kehidupan suatu dapat dilihat dari keberadaan pangan yang
bangsa termasuk Indonesia. Ketersediaan secara fisik berada di dekat konsumen dengan
pangan yang lebih kecil dibandingkan kemampuan ekonomi konsumen untuk dapat
kebutuhannya dapat menciptakan ketidakstabilan membelinya (memperolehnya). Sedangkan pilar
ekonomi, sosial dan politik. Berbagai gejolak stabilitas dapat dilihat dari kontinuitas pasokan
sosial dan politik dapat terjadi jika ketahanan dan stabilitas harga yang dapat diharapkan oleh
pangan suatu negara terganggu. Kondisi pangan masyarakat dan rumah tangga setiap saat dan
yang kritis ini bahkan dapat membahayakan di setiap tempat (lihat Gambar 1).
stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional. Definisi ketahanan pangan dalam UU No.18
Tahun 2012 tentang Pangan diatas merupakan
2.2. Definisi dan Pilar Ketahanan Pangan
penyempurnaan dan “pengkayaan cakupan”
Dalam UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang dari definisi dalam UU No.7 Tahun 1996 yang
Pangan ditegaskan bahwa, Ketahanan Pangan memasukkan norma “perorangan”, “sesuai
didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya keyakinan agama”, serta “budaya” bangsa.
pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, Definisi dalam UU No.18 Tahun 2012 secara
yang tercermin dari tersedianya pangan yang substantif sejalan dengan definisi ketahanan
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, pangan dari Food Agriculture Organisation
beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta (FAO) of United Nations yang menyatakan
tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, bahwa ketahanan pangan sebagai suatu kondisi
dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, dimana setiap orang sepanjang waktu, baik
aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Dari fisik maupun ekonomi, memiliki akses terhadap
pangan yang cukup, aman, dan bergizi untuk
Harus Terwujud Setiap Saat, Tempat, dan Rumah Tangga dalam Jumlah dan
Mutu, Beragam, Aman, dan Bergizi
Gambar 1. Tiga Pilar Ketahanan Pangan Nasional Berdasarkan UU No 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari sesuai
definisi di atas, maka tiga pilar dalam ketahanan preferensinya.
pangan yang saling terkait dan penting adalah
pertama, ketersediaan (availability); kedua, Berdasarkan PP Nomor 17 Tahun 2015
keterjangkauan (accessibility) baik secara fisik tentang Ketahanan Pangan dan Gizi, yang
maupun ekonomi; ketiga, stabilitas (stability) dimaksud dengan ketersediaan pangan adalah
harga dan pasokan yang harus tercipta dan kondisi tersedianya pangan dari hasil produksi
terjangkau setiap saat dan setiap tempat. Apabila dalam negeri dan Cadangan Pangan Nasional,
ketiga pilar ketahanan pangan terpenuhi, maka serta impor apabila kedua sumber utama tidak
dapat memenuhi kebutuhan. Yang dimaksud
masyarakat atau rumah tangga tersebut mampu
dengan Cadangan Pangan Nasional adalah
memenuhi ketahanan pangannya masing-masing.
Kelembagaan Urusan Pangan dari Masa ke Masa dan Kebijakan Ketahanan Pangan 61
Juli Panglima Saragih
Pada masa reformasi, bentuk hukum beras melalui Program Kesejahteraan Kasimo
kelembagaan pangan berubah dari lembaga dengan mendirikan YUBM tersebut pada 1953–
pemerintah non-departemen menjadi BUMN 1956. Kemudian tahun 1967, kedua yayasan di
berbentuk Perusahaan Umum yang telah atas dilebur dan diganti menjadi Badan Urusan
berubah status sejak tahun 2003. Dari sisi Logistik (BULOG) sebagai badan pembeli
kelembagaan, berubahnya status kelembagaan tunggal, (Suksmantri, dkk., 2012). Pada periode
pangan dari LPND menjadi badan usaha inilah merupakan awal pembentukan BULOG
berbadan hukum sejak 2003 maka hampir tidak sebagai lembaga urusan pangan secara
berpengaruh besar terhadap perubahan tugas langsung.
dan fungsinya dalam mengurusi pangan. Intinya
Pada Tahun 1960, Presiden Soekarno
adalah kebijakan dan instrumen dalam menjaga
mengeluarkan UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang
ketahanan dan stabilisasi pangan sangat
Pokok Agraria (UU Pokok Agraria) dan masih
tergantung kepada arah politik pangan yang
berlaku sampai saat ini. Kemudian periode
diterapkan oleh suatu rezim pemerintahan mulai
1956–1964, program swasembada beras
dari Orde Lama sampai pemerintahan Presiden
tetap dijalankan melalui program Sentra Padi
Joko Widodo saat ini.
yang diatur Yayasan Badan Pembelian Padi
Walaupun status atau bentuk hukum BULOG (YBPP). Pada tahun 1963, Presiden Soekarno
sudah berubah menjadi badan usaha (perum) memasukkan komoditas jagung sebagai bahan
yang tunduk pada UU BUMN, tetapi karena pangan pengganti beras karena langkanya
tugas dan kewenangannya terbatas, maka beras di pasar sejak 1963. Pada tahun 1964,
persoalan pangan belum dapat dipecahkan pemerintah Soekarno menerapkan kebijakan
secara komprehensif dan mendasar termasuk Panca Usaha Tani dan sentra padi, yakni: (i)
dalam hal ketahanan pangan. Demikian juga penggunaan bibit unggul; (ii) pengolahan tanah
dengan Badan Ketahanan Pangan (BKD) yang yang baik; (iii) pemilihan pupuk yang lengkap,
dibentuk pemerintah sejak Orde Baru, statusnya tepat, dan baik; (iv) pengendalian hama dan
sampai saat ini adalah lembaga pemerintah penyakit tanaman; dan (v) pengairan/irigasi
non-independen, bukan korporasi dan bukan yang baik (Supriyono, 2016).
badan usaha, serta masih tetap berada di bawah
Program sentra padi tersebut akhirnya
Menteri Pertanian. Wewenang dan fungsinya
gagal karena pendanaan yang kurang, masalah
adalah hanya bersifat koordinasi bukan eksekusi
logistik, mis-manajemen sistem perkreditan,
langsung sebagaimana BULOG.
dan penentuan harga gabah yang lemah.
III. PEMBAHASAN Kemudian dilanjutkan dengan menerapkan
program Demonstrasi Massal–kerja sama
3.1. Masa Presiden Soekarno sampai Presiden
antara IPB dengan Departemen Pertanian dan
Joko Widodo
merupakan cikal bakal dari program Bimas pada
Lembaga urusan pangan sebenarnya sudah era Presiden Suharto (Suksmantri, dkk., 2012).
dibentuk pemerintah sejak lama. Tiga tahun
Sementara masa pemerintahan transisi
setelah Indonesia merdeka, Presiden Soekarno
1965–1967, dibentuk lembaga Komando
membentuk Panitia Agraria Jogyakarta pada 21
Logistik Nasional (Kolognas) setelah Presiden
Mei 1948 yang bertanggungjawab menangani
Suharto berkuasa, yang kemudian dibubarkan.
kebijakan pangan. Kemudian Panitia ini
Kolognas berfungsi sebagai agen pembeli
membentuk Jawatan Pengawasan Makanan
beras tunggal seperti disebutkan di atas. Sejak
Rakyat dan Yayasan Bahan Makakan (BAMA)
awal berdirinya, BULOG memang difokuskan
yang kewenangannya antara lain; membeli,
pada upaya menjaga ketahanan pangan
menjual, dan mengadakan persediaan pangan.
Indonesia melalui dua mekanisme yakni : (i)
Ketiga lembaga tersebut kemudian diganti
stabilisasi harga beras; dan (ii) pengadaan
dengan Yayasan Urusan Bahan Makanan
beras bulanan untuk PNS dan TNI/Polri.
(YUBM), dan Yayasan Badan Pembelian Padi
Melihat fakta di atas, sebenarnya perhatian
(YBP2). Pada periode 1952–1956, pemerintahan
pemerintah terhadap masalah pangan sudah
Soekarno menerapkan kebijakan swasembada
ada sejak awal kemerdekaan. Namun terjadinya
Kelembagaan Urusan Pangan dari Masa ke Masa dan Kebijakan Ketahanan Pangan 63
Juli Panglima Saragih
pangan. Pemerintah juga memperkenalkan menangani komoditas beras dan gula. Sejak
manajemen usaha tani, dimulai dari Panca 1998 komoditas di luar beras dan gula pasir
Usaha Tani, Bimbingan Massal (Bimas), diserahkan kepada mekanisme pasar sehingga
Operasi Khusus, dan Intensifikasi Khusus menyebabkan lonjakan harga komoditas
yang terbukti mampu meningkatkan produksi pangan lain sangat tinggi yang berdampak pada
pangan, terutama beras. Saat itu, budi daya inflasi yang tinggi (inflatoir) tahun 1998–1999.
padi di Indonesia adalah yang terbaik di Asia.
Fakta di atas juga disebabkan adanya
Pemerintah memfasilitasi ketersediaan benih
liberalisasi pasar pangan yang dihembuskan
unggul, pupuk, pestisida melalui subsidi yang
dalam perjanjian Agreement on Agriculture
terkontrol dengan baik. Pabrik pupuk dibangun
(AoA) oleh World Trade Organisation (WTO)–
seperti Pabrik Pupuk Sriwijaya di Palembang,
Indonesia telah meratifikasinya tahun 1995
dan Asean Aceh Fertilizer di Aceh.
lewat penghapusan subsidi dan pencabutan hak
Program kerja sektor pertanian masa monopoli negara dalam struktur pasar pangan.
Presiden Suharto berbuah prestasi. Indonesia Hal ini memperlemah akses masyarakat
yang dikenal sebagai negara agraria pengimpor terhadap pangan, memunculkan para pencari
beras terbesar pada 1966, telah mampu rente baru, dan menaikkan harga komoditas
mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri pangan. Dalam jangka panjang, pasar akan
melalui swasembada beras pada 1984. Jika dikendalikan pemilik modal kuat, sehingga
1969, Indonesia baru memproduksi beras sekitar produksi pangan akan berorientasi bukan pada
12,2 juta ton beras, namun pada 1984 mencapai komoditas yang dibutuhkan rakyat banyak,
25,8 juta ton beras (naik 111,47 persen dalam 15 melainkan pada komoditas yang berdaya
tahun). Kesuksesan ini mengantarkan Presiden jual tinggi. Padahal, pangsa pengeluaran
Suharto berpidato di depan Konferensi ke-23 pangan terhadap total pengeluaran rumah
FAO di Roma, Italia, 14 November 1985. tangga di Indonesia tergolong amat tinggi,
yaitu antara 67,2 persen, dengan 52,3 persen
Dengan ditandatanganinya Letter of Intents
di pedesaan dan perkotaan. Ketika BULOG
antara pemerintah Indonesia dengan IMF,
berubah menjadi perum, maka tidak ada lagi
pemerintah mengeluarkan Keppres Nomor 19
hak BULOG untuk mempengaruhi arah dan
Tahun 1998 yang menggantikan 2 Keppres yakni
besaran impor ataupun ekspor. BULOG pun
Keppres Nomor 50 Tahun 1995 dan Keppres
kehilangan hak eksklusifnya menjadi badan
Nomor 45 Tahun 1997. Dalam Keppres Nomor
pengendali harga pangan. Padahal jelas tidak
50 Tahun 1995, BULOG sangat berperan dalam
dapat dipungkiri bahwa masalah pangan dan
mengurusi sembilan komoditas pangan pokok
stabilitas harga merupakan persoalan strategis
termasuk menstabilkan harganya, khususnya
bagi semua negara, termasuk Indonesia. Hal
beras. BULOG memiliki posisi strategis dalam
ini merupakan konsekuensi AoA WTO yang
mengurusi pangan pokok di Indonesia. Sejak
mengharuskan pemerintah Indonesia membuat
bertahun-tahun sejak swasembada beras
beberapa kebijakan yang mencabut peran
1984/1985, masyarakat tidak pernah merasakan
sentral BULOG, baik sebagai pelaku, distributor
lonjakan-lonjakan harga beras dan harga
maupun pengawas tunggal di sektor pangan
pangan lainnya. Selama kurang lebih 28 tahun
yang sangat membahayakan kondisi pangan
(1969–1997), masyarakat Indonesia menikmati
Indonesia (Hasibuan, 2015).
harga pangan pokok yang relatif stabil. Fungsi
kelembagaan BULOG pada periode tersebut Setelah mundurnya Presiden Suharto pada
memang kuat dan diberi tugas dan kewenangan Mei 1998 dan digantikan oleh BJ. Habibie,
penuh untuk urusan pangan pokok (lihat eksistensi BULOG masih dipertahankan. Tugas
Lampiran Tabel 1). dan kewenangannya masih sangat terbatas
sesuai Keppres No.19 Tahun 1998. BULOG
Sebaliknya, Keppres No.45 Tahun 1997
masih berbentuk lembaga pemerintah non-
maupun Keppres No.19 Tahun 1998 merupakan
departemen.
dua keppres yang mengurangi secara drastis
tugas, fungsi, dan kewenangan BULOG dalam Pada masa pemerintahan Presiden
urusan pangan. BULOG diberi wewenang hanya Abdurrahman Wahid, BULOG juga masih
Gambar 2. Grafik Perkembangan Impor Beras Tahun 2000-2016 (Ton) (Sumber: Badan Pusat
Statistik RI Jakarta dari Publikasi Statistik Indonesia)
Kelembagaan Urusan Pangan dari Masa ke Masa dan Kebijakan Ketahanan Pangan 65
Juli Panglima Saragih
logistik pangan pokok dan usaha-usaha lain. Berdasarkan Perpres ini, tugas DKP adalah
Pasal 6 ayat 2 (b) PP Nomor 7 Tahun 2003 di : (i) Merumuskan kebijakan dalam rangka
atas ditegaskan, dalam hal tertentu, Perum mewujudkan ketahanan pangan nasional; dan
BULOG melaksanakan tugas-tugas tertentu (ii) Melaksanakan evaluasi dan pengendalian
yang diberikan Pemerintah dalam pengamanan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan
harga pangan pokok, pengelolaan Cadangan nasional. Tugas DKP meliputi kegiatan:
Beras Pemerintah (CBP), dan distribusi penyediaan pangan, distribusi pangan,
pangan pokok kepada golongan masyarakat cadangan pangan, penganekaragaman pangan,
tertentu khususnya pangan pokok beras dan pencegahan, dan penanggulangan masalah
pangan pokok lainnya yang ditetapkan oleh pangan dan gizi.
Pemerintah dalam rangka ketahanan pangan
Dalam menrespon dan antisipasi terhadap
seperti Raskin. Dari pasal tersebut juga tidak
kondisi iklim ekstrem, pemerintahan Susilo
secara tegas Perum BULOG bertanggung
Bambang Yudhoyono tahun 2011 menugaskan
jawab menangani komoditas pangan pokok lain
Perum BULOG untuk mengamankan cadangan
di luar beras. Artinya harga komoditas pangan
beras pemerintah melalui Instruksi Presiden No.8
lain di luar beras diserahkan kepada mekanisme
Tahun 2011 yang jumlahnya ditetapkan Menteri
pasar bebas. Walaupun BULOG telah berubah
Pertanian. Di samping itu, Perum BULOG juga
menjadi perusahaan umum, tetapi BULOG
ditugaskan mengamankan cadangan beras
masih belum mampu untuk menjamin stabilitas
untuk masyarakat golongan tertentu (Raskin).
harga pangan pokok di luar beras di pasar. Hal
Sedangkan Pembelian gabah/beras oleh
inilah yang menyebabkan sebagian besar harga
Perum BULOG dalam rangka pengamanan
pangan melonjak hampir setiap tahun terutama
cadangan beras pemerintah dilakukan dengan
di hari keagamaan seperti Ramadhan, Natal dan
memperhatikan Harga Pembelian Pemerintah
Tahun Baru dan sulit untuk turun walau dalam
(HPP). Dalam hal harga pasar gabah/beras
kondisi pasar relatif stabil.
lebih tinggi dari HPP, pembelian gabah/beras
Pada masa pemerintahan Presiden Susilo dapat dilakukan oleh Perum BULOG pada
Bambang Yudhoyono (2004–2014), upaya harga yang lebih tinggi dari HPP dengan
pemberdayaan kelembagaan pangan juga terus memperhatikan harga pasar yang dicatat oleh
dilakukan. Pada masa Presiden Susilo Bambang Badan Pusat Statistik (BPS). Fungsi Perum
Yudhoyono, pemerintah mengeluarkan Perpres BULOG dalam hal ini masih tetap dilaksanakan
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Penugasan sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
kepada Perum BULOG untuk pengamanan Untuk melaksanakan tugas tersebut, Menteri
harga dan penyaluran kedelai. Namun komoditas Keuangan mengalokasikan anggaran yang
yang ditetapkan hanya kedelai. Penugasan diperlukan untuk pengadaan gabah/beras
tersebut juga tergantung kepada kebijakan dalam rangka penugasan Pemerintah kepada
Menteri Perdagangan dan rekomendasi Menteri Perum BULOG sesuai dengan kemampuan
Pertanian. Tampak bahwa Perpres ini tidak keuangan negara dalam anggaran pendapatan
efektif dalam menjaga stabilitas harga kedelai. dan belanja Negara (APBN).
Di samping itu, BULOG tidak secara tegas diberi
Kemudian tahun 2012, pemerintahan
kewenangan untuk impor kedelai, tetapi dapat
Susilo Bambang Yudhoyono mengganti UU
bertindak sebagai distributor utama kedelai
No.7 Tahun 1996 dengan UU No.18 Tahun 2012
untuk pasar dalam negeri. BULOG juga dapat
tentang Pangan. Dalam Pasal 126–128 tidak
bekerja sama dengan badan usaha lain dalam
dinyatakan secara konkrit lembaga pangan
mendistribusikan kedelai.
yang dimaksud dalam UU tersebut. Lembaga
Pada tahun 2006 Presiden Susilo Bambang pangan sesuai pasal tersebut di atas merupakan
Yudhoyono membentuk Dewan Ketahanan lembaga pemerintah dan bukan badan usaha.
Pangan (DKP) melalui Perpres Nomor 83 Lembaga pangan pemerintah tersebut dapat
Tahun 2006. Perpres ini menggantikan Keppres menugaskan kepada BUMN untuk melakukan
Nomor 132 Tahun 2001 sebagai pelaksanaan tugas-tugas pangan sebagaimana diatur dalam
dari UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. undang-undang (UU) di atas. Dari pasal di
Kelembagaan Urusan Pangan dari Masa ke Masa dan Kebijakan Ketahanan Pangan 67
Juli Panglima Saragih
tingkat produsen, di tingkat distributor maupun produksi padi (gabah) akan memperkuat
pedagang kecil/eceran per hari. Apabila hal ketersediaan beras dalam negeri sehingga
ini dapat diketahui dengan tingkat error yang mengurangi ketergantungan pada impor. Dari sisi
relatif kecil, maka akan dapat dijadikan sebagai keterjangkauan, pemerintah telah menyediakan
masukan dalam pengambilan kebijakan beras di setiap rumah tangga dengan harga
ke depan. Apabila tugas dan kewenangan terjangkau, khusus bagi rumah tangga miskin.
Perum BULOG dalam PP No. 7 Tahun 2003 Program Raskin tersedia di dekat rumah tangga
berbeda dengan PP No. 13 Tahun 2016, maka miskin dengan harga yang lebih rendah dari
perbedaan tersebut turut menyebabkan fungsi harga di pasar. Sedangkan untuk menjamin
dan kredibilitas Perum BULOG dalam menjaga stabilitas pasokan dan harga beras, pemerintah
supply dan stabilitas harga pangan pokok melalui Perum BULOG telah melakukan
menjadi tidak optimal dan tidak maksimal. pemerataan stok dengan tersedianya beras
di setiap gudang Perum BULOG di seluruh
Untuk memperkuat tugas dan wewenang
Indonesia (Anonimb, 2016)
BULOG pemerintah dengan pertimbangan
memperkuat struktur permodalan dan Dari sisi rumah tangga miskin, peran
meningkatkan kapasitas usaha, Presiden BULOG telah membuka akses secara ekonomi
Joko Widodo mengeluarkan PP No.49 Tahun dan fisik terhadap pangan, sehingga dapat
2015 tentang Penambahan Penyertaan Modal melindungi rumah tangga rawan pangan dari
Negara ke Dalam Modal Perusahaan Umum malnutrisi terutama energi dan protein. Hal ini
(Perum) BULOG senilai Rp3 triliun dari APBN sangat penting bagi negara berkembang seperti
Tahun Anggaran 2015. Indonesia yang menghadapi permasalahan
masyarakat yang kekurangan energi dan
Kemudian dalam konteks hulu, Kementerian
protein. Kekurangan tersebut dapat berakibat
Pertanian juga telah memiliki visi dan program
buruk terhadap kecerdasan anak, rendahnya
pembangunan pertanian dalam Renstra 2015–
produktivitas SDM, dan kematian sebagai akibat
2019, yakni “Terwujudnya sistem pertanian
penyakit infeksi karena lemahnya daya tahan
bio-industry berkelanjutan yang menghasilkan
tubuh.
beragam pangan sehat dan produk bernilai
tambah tinggi berbasis sumberdaya lokal untuk Raskin saat ini telah menjadi program
kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani”. perlindungan sosial atau jaring pengaman
Rencana strategis Pertanian 2015–2019 adalah: sosial (social protection programme), bukan
(i) Swasembada padi, jagung, dan kedelai serta lagi sebagai program darurat pangan. Dengan
peningkatan produksi daging dan produksi demikian, Raskin sebagai bagian dari strategi
gula; (ii) Peningkatan diversifikasi pangan; (iii) ketahanan pangan pemerintah, telah diakui
Peningkatan nilai tambah, daya saing, ekspor, memiliki dampak dalam perkonomian dan
dan substitusi impor (iv) Penyediaan bahan perberasan nasional. Program Raskin yang
baku bio-industry dan bio-energy; dan (vi) dijalankan BULOG dalam kontek ketahanan
Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan pangan merupakan program yang multi-objektif
petani (Bantacut, 2016). yaitu: (i) menjaga ketahanan pangan keluarga
miskin; (ii) berfungsi sebagai pendukung
3.2. BULOG dalam Pilar Ketahanan Pangan:
peningkatan kualitas SDM masyarakat miskin;
Program Raskin
(iii) secara tidak langsung berperan menjaga
Pemerintah selama ini senantiasa menjaga stabilitas ekonomi makro; (iv) memiliki
ketahanan pangan setiap rumah tangga, salah keunggulan sebagai program yang bersifat
satunya melalui bantuan komoditas beras untuk ”people oriented” dengan sasaran yang jelas
rumah tangga miskin. Dari sisi ketersediaan, berupa RTM; (v) program Raskin juga bersifat
pemerintah melalui Inpres No. 3 Tahun 2012 ”commodity oriented” berbasis komoditas beras
memberikan jaminan harga dan pasar bagi hasil yang merupakan bahan pokok strategis; dan (vi)
produksi petani melalui penyerapan/pengadaan program Raskin juga menyertakan partisipasi
oleh Perum BULOG sehingga petani memiliki yang luas, mulai dari pemerintah pusat (BULOG),
semangat untuk terus berproduksi. Peningkatan pemerintah daerah, serta masyarakat.
Kelembagaan Urusan Pangan dari Masa ke Masa dan Kebijakan Ketahanan Pangan 69
Juli Panglima Saragih
program Raskin; dan (iii) menyediakan dan oleh BULOG (Gambar 3). BULOG tidak hanya
menyalurkan beras untuk menjaga stabilitas membeli beras tetapi juga membeli gabah
harga beras, menanggulangi keadaan darurat, petani dan kemudian diolah menjadi beras
bencana, dan rawan pangan. Kegiatan ketiga melalui UPBG BULOG yang kemudian disimpan
dilaksanakan Perum BULOG dalam bentuk di gudang BULOG. Peningkatan stok BULOG
pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP). adalah guna mewujudkan ketersediaan pangan
(availability) untuk masyarakat.
Konsep pengadaan gabah dan beras dalam
negeri dilakukan pemerintah sebagai intervensi Pembelian atau pengadaan bagah/beras
dari sisi produsen pada saat supply beras oleh Perum BULOG selama ini rata-rata
melimpah karena panen raya. Untuk melindungi mencapai sekitar 5–9 persen dari total produksi
petani dari tingkat harga yang rendah karena beras nasional setiap tahunnya atau sekitar
kurang kuatnya nilai tawar petani saat panen, 1,5–3 juta ton setara beras per tahun, terbesar di
pemerintah menggunakan instrumen HPP antara firm yang ada di dalam industri padi/beras
dari yang sebelumnya Harga Dasar (HD). nasional. Dengan besarnya pembelian ini, maka
Dengan instrumen HPP ini, diharapkan pasar HPP dapat menjadi patokan bagi pembelian
akan menjadikan HPP sebagai patokan dalam gabah dan beras di pasar umum. Hal ini terlihat
membeli gabah dan beras petani sehingga dari perkembangan harga gabah dan beras
petani menjadi terlindungi. Selain itu, pengadaan di pasar yang selalu di atas Harga Pembelian
oleh Perum BULOG juga dapat menjadi salah Pemerintah. Dana pengadaan dalam negeri
satu alternatif pasar bagi produksi petani yang mengalir ke pedesaan mencapai Rp6–7
dalam negeri. Dengan demikian, pengadaan triliun selama 4–5 bulan periode pengadaan.
dalam negeri akan mampu menjadi jaminan Berbagai kajian menyebutkan bahwa multiplier
pasar dan harga bagi produksi dalam negeri effect dari kegiatan pengadaan gabah dan
sehingga petani masih tetap bersemangat beras dalam negeri diantaranya adalah mampu
untuk memproduksi pangan (beras) dalam menggerakkan perekonomian pedesaan dan
negeri untuk menjaga ketersediaan pasokan mendorong pembangunan pedesaan dengan
pangan nasional. Melalui pengadaan gabah mengalir sekitar Rp19 triliun melalui peningkatan
dan beras dalam negeri, pilar ketersediaan pendapatan dan perluasan lapangan kerja.
ketahanan pangan dapat diwujudkan. Di bawah Pengadaan juga berfungsi mendorong harga
ini digambarkan alur pengadaan gabah/beras produsen agar memberi keuntungan dan
oleh BULOG guna memperkuat ketersediaan insentif bagi usaha tani padi, yang juga berarti
beras di masyarakat melalui peran BULOG. meningkatkan kesejahteraannya (Anonimc,
2010).
Selama ini, pengamanan HPP dilakukan
Perum BULOG melalui pembelian gabah/ Strategi stabilisasi harga beras oleh
beras dalam negeri terutama saat panen raya. BULOG sejak menjadi badan usaha dilakukan
Mengikuti perkembangan produksi beras yang melalui operasi pasar yang terdiri dari : (i)
naik tajam dalam tiga tahun terakhir ini, maka operasi pasar kontrak; (ii )operasi pasar murni
penyerapan pemerintah melalui pengadaan melalui distributor/retailer; (iii) operasi pasar
dalam negeri oleh Perum BULOG menjadi murni melalui Satgas BULOG;(iv) operasi
salah satu hal penting. Suplai yang melimpah pasar khusus; dan (v) Program Raskin yang
terutama saat panen raya, mengakibatkan dilaksanakan oleh Perum BULOG misalnya,
terjadinya surplus di pasar yang perlu adalah bertujuan untuk memperkuat pilar
penyerapan. Keberhasilan Perum BULOG keterjangkauan (accessibilty) pangan pokok
dalam menghimpun stok dari pengamanan bagi masyarakat. Beras pengadaan dalam
HPP membantu dalam memperkuat stok negeri diantaranya disalurkan langsung oleh
beras nasional, juga membantu peningkatan BULOG kepada Rumah Tangga Miskin yang
pendapatan jutaan petani yang tersebar di menjadi sasaran program penanggulangan
berbagai tempat di tanah air dan sekaligus kemiskinan. Dengan nama program Raskin–
dapat mendorong stabilitas harga beras. Hal beras untuk Rumah Tangga Miskin diharapkan
ini tergambar dalam alur pengadaan beras setiap Rumah Tangga Sasaran mampu
Kelembagaan Urusan Pangan dari Masa ke Masa dan Kebijakan Ketahanan Pangan 71
Juli Panglima Saragih
Keterangan: *) Unit Pengolahan Beras dan Gabah BULOG
gabah atau beras yang masih cenderung di atas hukum dan sebagai dasar kebijakan pangan
HPP; (ii) waktu panen juga tidak serentak dan termasuk upaya penguatan kelembagaan
cenderung mundur. Sesuai Inpres No.5 Tahun pangan guna memecahkan persoalan buruknya
2015, Perum BULOG hanya bisa membeli gabah tata niaga pangan (hilir) selama ini yang
kering panen (GKP) di tingkat petani sebesar menyebabkan gejolak harga pangan di pasar
Rp3.700,00/kg dan GKG di tingkat penggilingan tidak terkendali.
sebesar Rp4.600,00/kg. Sementara untuk
Di sisi lain dalam hal urusan impor pangan
beras medium, BULOG hanya dapat membeli
(hilir) untuk menjaga ketahanan pangan nasional,
beras medium di gudang BULOG dengan harga
institusi yang berkepentingan dan berwenang
maksimal Rp7.300,00/kg. Sayangnya, BULOG
adalah Kementerian Perdagangan sebagai
harus bersaing keras dengan pedagang yang
regulator. Perum BULOG hanya sebatas
berani membeli beras petani di atas harga
pelaksana kebijakan pemerintah dalam hal ini
Rp7.300,00/kg; dan (iii) kendala lainnya adalah
Kementerian Perdagangan dan Kementerian
space gudang di beberapa gudang Divre
Pertanian. Oleh karena itu sinergi ketiga
BULOG di sentra produksi beras masih minim
kelembagaan urusan pangan di atas harus
sehingga stok beras di gudang masih tinggi dan
dikembangkan dan ditingkatkan terutama dalam
infrastruktur pengolahan masih terbatas. Untuk
koordinasinya. Sebab urusan pangan adalah
mengatasi kendala tersebut, Perum BULOG
urusan strategis negara yang menyangkut hajat
akan meningkatkan penyediaan space gudang
hidup orang banyak dan lintas-sektor.
di Divre produsen dengan melakukan move
out ke divre non produsen maupun melakukan Berdasarkan analisis terhadap eskalasi
sewa gudang swasta atau BUMN lain. Dengan harga pangan pokok seperti dijelaskan di atas,
berbagai upaya tersebut, Perum BULOG akan maka penguatan kelembagaan stabilitas harga
berupaya menjaga stabilisasi harga beras pangan (pokok) perlu direalisasikan segera di
sampai akhir Desember 2016. samping tugas penyediaan (supply). Penguatan
atau aransemen kelembagaan pangan yang
3.2.3. Sinergi antara BULOG, Kementerian
dimaksud di sini adalah difokuskan pada Perum
Pertanian, dan Kementerian Perdagang-
BULOG yang dapat diartikan secara struktural
an
sebagai perwujudan dari ketentuan UU
Penguatan kelembagaan BULOG saat No.18 Tahun 2012 tentang Pangan. Walaupun
ini telah didukung oleh tiga regulasi baru yang tidak secara tegas diatur dan disebutkan
dikeluarkan pemerintah yakni UU No.18 Tahun kelembagaan pangan dalam UU Pangan,
2012 tentang Pangan, PP Nomor 13 Tahun namun pada Pasal 126–129 UU No.18 Tahun
2016 tentang Perusahaan Umum BULOG, serta 2012 telah diamanatkan secara eksplisit
Perpres Nomor 48 Tahun 2016. Walaupun saat ini kepada pemerintah untuk membentuk lembaga
juga ada kelembagaan yang mengurus pangan pemerintah yang menangani bidang pangan
(sektor hulu) seperti Kementerian Pertanian yang berada di bawah dan bertanggung jawab
tetapi tiga regulasi di atas merupakan payung kepada Presiden. Kelembagaan dimaksud
Kelembagaan Urusan Pangan dari Masa ke Masa dan Kebijakan Ketahanan Pangan 73
Juli Panglima Saragih
Dampaknya harga beras dapat naik. Strategi Selain pembenahan secara korporasi,
yang dilakukan oleh pengusaha/pedagang pembenahan kelembagaan pangan lainnya juga
pengumpul ke petani adalah dengan memberi perlu dilakukan. Untuk mendukung ketahanan
pinjaman kepada petani pada saat sebelum pangan dan stabilisasi harga, diperlukan
panen raya untuk membeli sarana produksi. perbaikan infrastruktur dan tata niaga pangan.
Konsekuensinya hasil panen padi petani Pembenahan kelembagaan basis produksi
tersebut dijual ke pengusaha penggilingan/ (Kementerian Pertanian) dan tata niaga pangan
pedagang pengumpul (Pasandaran, 2015). (Kementerian Perdagangan) saat ini dirasakan
masih kurang memadai dan kurang koordinasi.
Dengan melihat realitas di atas bahwa
Selain itu, rantai tata niaga beberapa komoditas
pengamanan harga pangan sampai ke tingkat
pangan di luar beras masih belum efektif. Masih
konsumen seyogyanya tidak menjadi tanggung
banyak hal yang memang perlu dibenahi dalam
jawab BULOG semata. Tanggung jawab BULOG
upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan
(dan BUMN pangan lainnya) perlu disesuaikan
dan stabilitas harga pangan. Perlu pembenahan
dengan jangkauan kewenangannya. Dalam hal
secara konsisten terhadap seluruh aspek terkait
ini, mungkin ada baiknya bila model tanggung
dengan upaya mewujudkan ketahanan pangan
jawab menjaga kestabilan harga pupuk
dan stabilitas harga, baik dari sisi kapabilitas
(bersubsidi) dapat diterapkan pada penanganan
korporasi, infrastruktur, regulasi hulu dan
harga pangan. Pada komoditas pupuk misalnya,
hilir, dan kelembagaan pangan akan dapat
tanggung jawab produsen pupuk untuk menjaga
mempercepat upaya tersebut.
kestabilan harga hanya sampai distributor.
Selanjutnya, harga di tingkat pengecer Dari sisi hulu, Kementerian Pertanian harus
menjadi tanggung jawab distributor. Bila terjadi dapat menjamin peningkatan produksi pangan
penyimpangan harga oleh pengecer, distributor pokok guna memenuhi kebutuhan pasar.
yang bertanggung jawab. Dengan pola seperti Apabila produksi pangan turun maka pasokan
ini, produsen pupuk bisa fokus dalam menjaga akan berkurang sehingga pada akhirnya
produksi pupuknya. Dan bila pola ini diterapkan akan meningkatkan harga. Implikasinya akan
pada BULOG (dan BUMN pangan lainnya), mendorong untuk dilakukannya impor guna
BULOG juga bisa lebih fokus pada isu-isu yang memenuhi kekurangan kebutuhan pasar seperti
lebih strategis dalam mewujudkan ketahanan yang terjadi pada sebagian besar komoditas
pangan secara nasional sekaligus meningkatkan pangan seperti daging sapi, gula kristal putih,
kapasitas usahanya. Gagasan Kementerian kedelai, dan lain-lain. Konsep ketahanan
BUMN yang akan membentuk induk pangan memang tidak mempersoalkan impor,
perusahaan (holding) BUMN sektor pangan tetapi naiknya harga impor pangan justru
baik yang bergerak di sektor produksi maupun akan mengancam ketahanan pangan karena
perdagangan (distribusi) adalah baik. Bertindak persoalan mahalnya harga pangan impor di
sebagai holding company BUMN adalah Perum pasar domestik. Dalam hal impor pangan,
BULOG yang akan membawahi PT. Sang Hyang regulator adalah Kementerian Perdagangan.
Seri, PT. Pertani, PT. Berdikari, PT. Perikanan Oleh sebab itu, Kementerian Perdagangan perlu
Nusantara, PT. Perusahaan Perdagangan berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian
Indonesia, dan PT. Bhanda Ghara Reksa. Di dan BULOG mengenai kapan dilakukan
lihat dari sisi korporasi, konsep holding BUMN impor dan komoditas apa yang perlu diimpor.
ini positif bagi peningkatan kapabilitas BUMN Ketersediaan pangan sama pentingnya dengan
pangan. Namun, yang perlu dicatat bahwa menjaga stabilitas harga pangan. Tiga pilar
pembentukan holding company ini merupakan pangan di atas tetap menjadi instrumen dalam
salah satu dari keseluruhan rangkaian upaya memformulasikan regulasi di sektor pangan
mewujudkan ketahanan pangan. Di luar itu, baik di sisi hulu maupun hilir.
konsep holding BUMN pangan ini juga perlu
Menurut Nasution (2016), apabila BULOG
disinkronkan dengan keberadaan kelembagaan
berperan sebagai penyeimbang dan pelaksana
pangan yang seharusnya dibentuk sesuai
impor untuk pengontrol harga pangan maka
dengan mandat dari UU No. 18 Tahun 2012.
pengembalian peran dan fungsi BULOG tersebut
Kelembagaan Urusan Pangan dari Masa ke Masa dan Kebijakan Ketahanan Pangan 75
Juli Panglima Saragih
masuk dalam perdagangan bahan pangan www.pertanian.go.id/file/RENSTRA_2015-2019.
secara komersial. Dengan demikian, BULOG pdf [diakses 20 Desember 2016].
mampu mengendalikan harga pangan bukan Kuwado FJ. 2016. Jokowi Pastikan Stok Pangan
dengan menimbun atau menjual cadangan Nasional Aman Hingga Mei 2017. http://nasional.
bahan pangan (beras), dengan dinamisasi dan kompas.com/read/2016/11/16/13382581/jokowi.
pastikan.stok.pangan.nasional.aman.hingga.
normalisasi perdagangan.
mei.2017 [diakses 13 Desember 2016].
Sedangkan pemilihan bentuk lembaga Nasution, L.Z. 2016, Reposisi Peran dan Fungsi
pangan haruslah dari perspektif yang lebih luas BULOG Dalam Tata Niaga Pangan, Jurnal
yaitu optimasi investasi negara dan ketahanan Kajian, Vol.21, No.1, Maret 2016, Penerbit Pusat
pangan nasional. Dengan perspektif ini, pilihan Penelitian badan Keahlian DPR RI Jakarta,
tidak dapat ditetapkan dengan melihat unjuk Hlm.59–71).
kerja lembaga yang sudah ada, tetapi lebih pada Pasandaran, E. 2015. Memperkuat Kemampuan
kebutuhan terhadap lembaga tersebut. Perum Swasembada Pangan, IAARD Press, Balitbang
Kementan, Jakarta.
BULOG perlu melakukan self-assessment
dalam perspektif kepentingan nasional. Pilihan Prabowo, HE. 2015. BULOG Kehilangan Momentum
dalam Pengadaan Beras. http://print.kompas.
akhir ditentukan oleh kesiapan lembaga yang
com/baca/ekonomi/sektor-riil/2015/08/27/
sudah ada, serta peran dan fungsi yang harus BULOG-Kehilangan-Momentum-dalam-
dikerjakan. Pengadaan-Beras [diakses 13 Desember 2016].
DAFTAR PUSTAKA Prawiro Radius. 2004. Pergulatan Indonesia
Membangun Ekonomi, Penerbit PT.Primamedia
Agroindonesia. 2016. BULOG Bersaing dengan
Pustaka, Jakarta.
Pedagang Beras. http://agroindonesia.co.id/
2016/05/bulog-bersaing-dengan-pedagang-beli- Saifullah A. 2016. Peran BULOG Dalam Kebijakan
beras/ [diakses 14 Desember 2016]. Perberasan Nasional. http://BULOG.co.id/data/
[diakses 16 Desember 2016].
Anonima, 2016. Tiga tujuan utama kebijakan
pangan menurut Jokowi. http://www.rappler. Suksmantri, Eko., dkk, (2012), BULOG Dalam Bingkai
com/indonesia/120494-kebijakan-pangan- Ketahanan Pangan, Penerbit CV.Padma
pemerintah-jokowi [diakses 9 Desember 2016].b. Publisher,Jakarta.
2014. Ketahanan Pangan. http://www.bulog. Supriyono. 2016. Panca Usaha Tani, Makalah,
co.id/ketahananpangan_bulog.php [diakses 21 Program Studi Agroteknologi, Fak.Pertanian
Desember 2016]. c. 2010. Sekilas Pengadaan. Universitas Kadri, Kediri. http://fp.uniska-kediri.
http://www.bulog.co.id/sekilas_pengadaan.php ac.id/ [diakses 16 September 2016].
[diakses 15 Desember 2016]. Suswono, Daryanto A, Sawit M.H, Arifin B. 2009.
Bantacut T. 2016. Agenda Pembangunan Pertanian Strategi Peningkatan Daya Saing Perum
dan Ketahanan Pangan 2014–2019. Jurnal BULOG. Jurnal Manajemen dan Agribisnis,
Pangan, Vol.23, No.3 : 285. Vol.6 No.2 : 94.
Candra, S.A. 2016. Pemerintah Akui Stabilitas Harga Peraturan Perundang-undangan
Pangan Belum Tercapai. http://www.republika. UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.
co.id/berita/ekonomi/makro/16/10/19/ofaji3382-
UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
pemerintah-akui-stabilitas-harga-pangan-
belum-tercapai [diakses 8 Desember 2016]. UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN.
Hasibuan A. S. 2015. Kebijakan Pangan Pasca PP No.7 Tahun 1958.
Ratifikasi Agreement on Agriculture (AoA) WTO. PP No.47 Tahun 1958.
Jurnal Politik dan Masalah Pembangunan, PP No. 7 Tahun 2003 tentang BULOG.
Vol.11, No.01 Tahun 2015 :1638–1639.
PP No. 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan pangan
Hutauruk E.L. 2014. Tinjauan Yuridis Kedudukan dan gizi.
dan Fungsi BULOG pasca dikeluarkannya
PP No.13 Tahun 2016 tentang BULOG.
Keppres Nomor 166 Tahun 2000 dalam Rangka
Mewujudkan Kedaulatan Pangan. http://e- Perpres No.48 Tahun 2016 tentang Penugasan
journal.uajy.ac.id/5860/1/JURNAL.pdf [diakses Kepada BULOG Dalam Rangka Ketahanan
16 Desember 2016]. Pangan Nasional
Kementerian Pertanian. 2015. Rencana Strategis Keppres No.69 Tahun 1967.
Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019. http:// Keputusan Presidium Kabinet No.114/U/Kep./5/1967.
BIODATA PENULIS :
Juli Panglima Saragih dilahirkan di Kota Tebing
tinggi, Sumatera Utara pada 21 Juli 1964. Penulis
menyelesaikan Sarjana (S1) FISIP Universitas
Negeri Padjadjaran Bandung Tahun 1988 dan
Pascasarjana (S2) Magister Manajemen (MM)
Universitas Nusantara Jakarta Tahun 1999. Saat ini
bekerja sebagai Peneliti Madya Bidang Ekonomi
dan Kebijakan Publik di Pusat Penelitian Badan
Keahlian DPR RI.
Kelembagaan Urusan Pangan dari Masa ke Masa dan Kebijakan Ketahanan Pangan 77
Juli Panglima Saragih
Lampiran Tabel 1. Kelembagaan Urusan Pangan di Indonesia Sejak Pemerintahan
Presiden Soekarno Sampai Presiden Jokowi
Tugas khusus:
a. pengamanan harga pangan lainnya;
b. pengelolaan cadangan pangan Pemerintah
untuk pangan lainnya;
c. penyediaan dan pendistribusian pangan
lainnya;
d. pelaksanaan impor pangan lainnya dalam
rangka pelaksanaan tugas sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
e. pengembangan industri berbasis pangan
lainnya;
f. pengembangan pergudangan pangan lainnya.
Badan Urusan Logistik Tugas pokok BULOG adalah dalam rangka tugas Keppres No.103 Tahun Presiden Megawati
pemeirntahan bidang menajemen logistik. 2001 Pasal 40–42. Sukarnoputri
Kewenangan antara lain: 1) perumusan dan (2001)
pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang
manajemen logistik, pengadaan, pengelolaan
persediaan, dan distribusi beras serta
pengendalian harga beras; 2) perumusan norma
dan pengadaan, pengelolaan dan distribusi
beras.
Tugas pokok: Keppres No. 03 Tahun Presiden Megawati
1) manajemen logistik melalui pengelolaan 2002 Tgl.7 Januari Soekarnoputri
persediaan, distribusi dan pengendalian 2002. (2002)
harga beras (mempertahankan Harga
Pembelian Pemerintah – HPP).
2) mengelola usaha jasa logistik sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Perusahaan Umum Tugas pokok: PP No. 7 Tahun 2003 Presiden Megawati
(Perum) 1) menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan tentang BULOG. Soekarnoputri
BULOG, merupakan umum dan sekaligus memupuk keuntungan (2003)
perusahaan negara yang berdasarkan prinsip pengelolaan
tunduk pada UU tentang perusahaan;
BUMN sejak 2003. 2) menyelenggarakan usaha logistik pangan
pokok yang bermutu dan memadai bagi
pemenuhan hajat hidup orang banyak;
3) dalam hal tertentu melaksanakan tugas-
tugas tertentu yang diberikan Pemerintah
dalam pengamanan harga pangan pokok,
4) Mengelola Cadangan Pangan Pemerintah
(CPP), dan distribusi pangan pokok kepada
golongan masyarakat tertentu, khususnya
pangan pokok beras dan pangan pokok
lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah
dalam rangka ketahanan pangan.
Tujuan perusahaan adalah turut serta
membangun ekonomi nasional khususnya dalam
rangka pelaksanaan program pembangunan
nasional di bidang pangan.
Perusahaan Umum - - Presiden Susilo
BULOG B.Yudhoyono
(2004–2014)
Perusahaan Umum - Instruksi Presiden Presiden Joko
BULOG Nomor 5 Tahun 2015 Widodo (2015)
Kelembagaan Urusan Pangan dari Masa ke Masa dan Kebijakan Ketahanan Pangan 79
Juli Panglima Saragih
Perusahaan Umum Tugas pokok: PP No.13 Tahun 2016 Presiden Joko
BULOG 1) pengamanan harga pangan pokok beras tentang BULOG. Widodo
ditingkat produsen dan konsumen; (2016)
2) pengelolaan cadangan pangan pokok beras
Pemerintah;
3) penyediaan dan pendistribusian pangan pokok
beras kepada golongan masyarakat tertentu;
4) pelaksanaan impor beras dalam rangka
pelaksanaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
5) pengembangan industri berbasis beras,
termasuk produksi padi/gabah serta
pengolahan gabah dan beras;
6) pengembangan pergudangan beras.
Tugas khusus:
1) pengamanan harga pangan lainnya;
2) pengelolaan cadangan pangan Pemerintah
untuk pangan lainnya;
3) penyediaan dan pendistribusian pangan
lainnya;
4) pelaksanaan impor pangan lainnya dalam
rangka pelaksanaan tugas sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
5) pengembangan industri berbasis pangan
lainnya;
6) pengembangan pergudangan pangan
lainnya.
Perusahaan Umum Tugas pokok: PerPres No.48 Tahun Presiden Joko
BULOG Menjaga ketersediaan pangan dan stabilitas 2016 tentang Widodo
harga pangan di tingkat produsen dan konsumen Penugasan Kepada (2016)
untuk komoditas beras, jagung, dan kedelai. BULOG Dalam Rangka
Ketahanan Pangan
Nasional
Keterangan:*)Sejak 1967-2002 BULOG berbentuk lembaga pemerintah non-departemen. Keppres RI No.103
Tahun 2001 menegaskan bahwa BULOG harus beralih status menjadi BUMN selambat-lambatnya 31 Mei 2003.
Sumber : Diolah dari Berbagai Sumber.